Anda di halaman 1dari 13

SOP ISPA

NO DOKUMEN :
NO REVISI :
SOP
TANGGAL TERBIT :
HALAMAN :
PUSKESMAS UN DINA. L.M. ORAPLEAN
KOTA TUAL Nip : 19690512 198911 2 003
Pengertian  Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut
yang menyerang tenggorokan, hidunf dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih
14 hari.

 ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang berlangsung sampai 14 hari yang dapat
ditularkan melalui air ludah, darah, bersin maupun udara pernafasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat (Depkes RI, 2012)

Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan bagi pasien dengan ISPA di Puskesmas Dompu
Kota.
Kebijakan

Referensi 1. Depkes RI. (2012). Buletin Jendela Epidemiologi Pneumonia Balita. Jakarta :
Depkes RI.
2. Depkes RI. (2000). Informasi tentang ISPA pada Balita. Jakarta : Pusat Kesehatan
Masyarakat Depkes RI.
Prosedur Kegiatan 1. Petugas BP menyiapkan alat stetoskop, tensimeter, senter, timbangan dewasa,
timbangan bayi dan sarung tangan.
2. Petugas mencuci tangan
3. Petugas menerima pasien dengan ramah
4. Petugas melakukan anamnesa
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dan menegakan diagnose
6. Melakukan tindakan sesuai dengan diagnose dan merujuk bila perlu
7. Petugas menulis resep (apabila ada kecurigaan infeksi sekunder, petugas memberi
pasien resep dengan pengobatan simptomatis dan antibiotika)
8. Konseling (Petugas melakukan edukasi kepada pasien bahwa penyakit tersebut
disebabkan oleh virus dan dapat sembuh dengan sendiri dalam beberapa hari, cukup
dengan istirahat yang baik, makanan yang bergizi dan pengobatan simptomatis)
9. Petugas melakukan pencatatan (Memasukan ke status pasien)
10. Petugas membereskan alat dan cuci tangan

Unit Terkait Buku rawat jalan dan status pasien


DAFTAR TILIK SOP ISPA
NO DOKUMEN :
NO REVISI :
SOP
TANGGAL TERBIT :
HALAMAN :
PUSKESMAS UN DINA. L.M. ORAPLEAN
KOTA TUAL Nip : 19690512 198911 2 003

YA TDK
PROSEDUR
1. Petugas BP menyiapkan alat stetoskop, tensimeter, senter, timbangan
dewasa, timbangan bayi dan sarung tangan.
2. Petugas mencuci tangan
3. Petugas menerima pasien dengan ramah
4. Petugas melakukan anamnesa
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dan menegakan diagnose
6. Melakukan tindakan sesuai dengan diagnose dan merujuk bila perlu
7. Petugas menulis resep (apabila ada kecurigaan infeksi sekunder, petugas
memberi pasien resep dengan pengobatan simptomatis dan antibiotika)
8. Konseling (Petugas melakukan edukasi kepada pasien bahwa penyakit
tersebut disebabkan oleh virus dan dapat sembuh dengan sendiri dalam
beberapa hari, cukup dengan istirahat yang baik, makanan yang bergizi
dan pengobatan simptomatis)
9. Petugas melakukan pencatatan (Memasukan ke status pasien)
10. Petugas membereskan alat dan cuci tangan
SOP HIPERTENSI
NO DOKUMEN :
NO REVISI :
SOP
TANGGAL TERBIT :
HALAMAN :
PUSKESMAS UN DINA. L.M. ORAPLEAN
KOTA TUAL Nip : 19690512 198911 2 003
1. Pengertian Hipertensi adalah kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari ≥
140 mmHg dan atau diastolik ≥ 90 mmHg.

2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melakukan penanganan Hipertensi

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas tentang Pelayanan Klinis

4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter di Fasilisitas Kesehatan Primer
5. Alat dan Bahan  Rekam medis
 Alat tulis
 Formulir permintaan laborat
6. Diagnosis Keluhan hipertensi antara lain: sakit/nyeri kepala, gelisah, jantung berdebar-debar,
pusing, leher kaku, penglihatan kabur, dan rasa sakit di dada.Keluhan tidak spesifik
antara lain tidak nyaman kepala, mudah lelah dan impotensi.

Pemeriksaan Fisik
Pasien tampak sehat, dapat terlihat sakit ringan-berat. Tekanan darah meningkat. Nadi
tidak normal. Pada pasien dengan hipertensi, wajib diperiksa status neurologis, akral,
dan pemeriksaan fisik jantungnya (JVP, batas jantung, dan rochi).

7. Diagnosis Peningkatan tekanan darah akibat white coat hypertension, rasa nyeri, peningkatann
Banding tekanan intraserebral, ensefalitis, akibat obat dll

8. Pemeriksaan UL, tes fungsi ginjal, gula darah, elektrolit, profil lipid, foto toraks, EKG, sesuai
penunjang penyakit penyerta : asam urat, aktivitas renin plasma, aldosteron, katekolamin urin,
USG pembuluh darah besar, USG ginjal ekokardiografi

9. Terapi Pemberian obat anti hipertensi merupakan pengobatan jangka panjang. Kontrol
pengobatan dilakukan setiap 2 minggu atau 1 bulan untuk mengoptimalkan hasil
pengobatan.

a. Hipertensi tanpa compelling indication


1. Hipertensi stage-1 dapat diberikan diuretik (HCT 12.5-50 mg/hari, furosemid
2x20-80 mg/hari), atau pemberian penghambat ACE (captopril 2x25-100
mg/hari atau enalapril 1-2 x 2,5-40 mg/hari), penyekat reseptor beta (atenolol
25-100mg/hari dosis tunggal), penghambat kalsium.
2. Hipertensi stage-2.
3. Bila target terapi tidak tercapai setelah observasi selama 2 minggu, dapat
diberikan kombinasi 2 obat, biasanya golongan diuretik, tiazid dan
penghambat ACE atau antagonis reseptor AII (losartan 1-2 x 25- 100 mg/hari)
atau penyekat reseptor beta atau penghambat kalsium.
4. Pemilihan anti hipertensi didasarkan ada tidaknya kontraindikasi dari masing-
masing antihipertensi diatas.Sebaiknya pilih obat hipertensi yang diminum
sekali sehari atau maksimum 2 kali sehari. (diltiazem extended release 1x180-
420 mg/hari, amlodipin 1x2,5-10 mg/hari, atau nifedipin long acting 30-60
mg/hari) atau kombinasi.
5. Diagram alir
Anamnesa Pemeriksaan Pemeriksaan
fisik penunjang

Diagnosa

Terapi

Konseling
dan edukasi

6. Hal – hal yang Konseling dan Edukasi


perlu
diperhatikan Edukasi individu dan keluarga tentang pola hidup sehat untuk mencegah dan
mengontrol hipertensi seperti:
a. Gizi seimbang dan pembatasan gula, garam dan lemak (Dietary Approaches
To Stop Hypertension).
b. Mempertahankan berat badan dan lingkar pinggang ideal.
c. Gaya hidup aktif/olah raga teratur.
d. Stop merokok.
e. Membatasi konsumsi alkohol (bagi yang minum).

Edukasi tentang cara minum obat di rumah, perbedaan antara obat-obatan yang harus
diminum untuk jangka panjang (misalnya untuk mengontrol tekanan darah) dan
pemakaian jangka pendek untuk menghilangkan gejala (misalnya untuk mengatasi
mengi), cara kerja tiap-tiap obat, dosis yang digunakan untuk tiap obat dan berapa
kali minum sehari.

Penjelasan penting lainnya adalah tentang pentingnya menjaga kecukupan pasokan


obat-obatan dan minum obat teratur seperti yang disarankan meskipun tak ada gejala.
7. Unit Terkait 1. UGD
2. Poli umum
3. Poli KIA/KB
4. Pustu
5. Ponkesdes
SOP osteoarthritis
NO DOKUMEN :
NO REVISI :
SOP
TANGGAL TERBIT :
HALAMAN :
PUSKESMAS UN DINA. L.M. ORAPLEAN
KOTA TUAL Nip : 19690512 198911 2 003

1. Pengertian Osteoarthritis adalah penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan


kerusakan kartilago sendi
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam melakukan
penatalaksanaan kasus Osteoarthritis

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Nomor :

4. Referensi Kepmenkes No. 514 Tahun 2015

5. Prosedur 1. Petugas menyiapkan alat stetoskop, tensimeter, senter, timbangan


dewasa, timbangan bayi dan sarung tangan serta masker.
2. Petugas mencuci tangan
3. Petugas menerima pasien dengan ramah
4. Petugas melakukan anamnesis berupa Nyeri sendi, hambatan gerakan
sendi, kaku pagi , pembesaran sendi, perubahan gaya berjalan
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dan menegakkan diagnosis
Osteoarthritis (M.15)
6. Petugas memberikan terapi sesuai dengan diagnosis.
a. Pengelolaan OA berdasarkan atas distribusinya (sendi mana yang
terkena) dan berat ringannya sendi yang terkena.
b. Pengobatan bertujuan untuk mencegah progresivitas dan
meringankan gejala yang dikeluhkan
c. Modifikasi gaya hidup dengan cara : menurunkan berat badan dan
melatih pasien menggunakan sendinya dan melindungi sendi yang
sakit
d. NSAID : Natrium diklofenak,Ibuprofen, Piroksikam, Asam
Mefenamat, Antalgin
7. Petugas menulis resep
8. Konseling (Petugas melakukan edukasi kepada pasien bahwa dengan
penurunan aktivitas yang berat dan penurunan berat badan
menurunkan progresivitas penyakit)
9. Petugas melakukan pencatatan (Memasukkan ke status pasien)
10. Petugas memberskan alat dan cuci tangan.

6. Diagram Alir -

7. Unit Terkait  Ruang Pemeriksaan Umum


 Tim Mutu
SOP DIABETES
MELLITUS
NO DOKUMEN :
NO REVISI :
SOP
TANGGAL TERBIT :
HALAMAN :
PUSKESMAS UN DINA. L.M. ORAPLEAN
KOTA TUAL Nip : 19690512 198911 2 003
Pengertian Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, saraf, ginjal dan pembuluh darah.
Tujuan Agar petugas dapat menegakkan diagnosis DM dan melakukan pengobatan DM.
Kebijakan
Referensi Permenkes no 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer, Hal 426
Prosedur 1. Petugas melakukan anamnesa tentang riwayat penyakit sekarang, apakah
pasien mengeluhkan gejala klasik DM yang berupa poliuria (sering kencing),
polidipsi (sering haus) dan polifagi (serng lapar), serta enurunan berat badan
yang tidak jelas penyebabnya, atau juga bisa disertai keluhan tidak khas
meliputi lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, luka yang sulit sembuh, pruritus
vulva pada wanita, dan disfungsi ereksi pada pria.
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik, adakah penurunan berat badan, atau
adakah prurirus atau gangren.
3. Petugas melakukan pemeriksaan GDA, atau GDP dan GD2JPP bila pasien
berpuasa, serta pemeriksaan HbA1C
4. Petugas menegakkan diagnosa Diabetes Mellitus bila:
4.1.1 Gejala klasik DM (poliuria, polidipsia, polifagi) + Glukosa darah sewatu
≥ 200 mg/dl (darah kapiler). ATAU
4.1.2 Gejala klasik DM + Glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl (darah kapiler).
ATAU
4.1.3 Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa terganggu
(TTGO) > 200 mg/Dl. ATAU
4.1.4 Tanpa gejala kasik DM + kadar GDS ≥ 200 mg/dl atau GDP ulang ≥ 126
mg/dl (darah kapiler). ATAU
4.1.5 HbA1C ≥ 6.5 %, pemeriksaan HbA1C dilakukan hanya apabila pasien
menyetujui.
5. Petugas melakukan evaluasi gizi, evaluasi penyulit DM, evaluasi perencanaan
makan sesuai kebutuhan
6. Petugas memberikan pengobatan DM:
6.1.1 Golongan Biguanid: Metformin, dosis awal 500 mg dosis maksimal
2500 mg diberikan 1-3 kali/hari
6.1.2 Golongan Sulfonilurea: Glibenklamid dosis awal 2.5 mg dosis maksimal
15 mg/hr diberikan 15 – 30 menit sebelum mkan, 1-2 kali/hari.
6.1.3 Golongan Inhibitor α glukosidase: Acarbose dosis awal 50 mg dosis
maksimal 300 mg diberikan 1-3 kali/hari
6.1.4 Insulin : short acting atau long acting
7. Petugas memberi edukasi sesuai dengan terapi non farmakologi dan efek
samping obat

Diagram Alir
Tidak
Gejal
Anamnes GDA 200 mg/dL
a
a GDP 126 mg/dL
klasik

Ya

GDA 200 mg/dL DIABETES


GDP 126 mg/dL MELLITUS

 Evaluasi status gizi


 Evaluasi penyulit DM
 Evaluasi perencanaan
makan sesuai kebutuhan

Edukasi terapi non


farmakologis, dan efek
samping obat

Unit terkait 1. Poli umum


2. Laboratorium
Dokumen Terkait 1. Prosedur pelayanan Klinik Graha Puger Sehat
2. Rekam medis
3. Register harian
SOP GASTRITIS
NO DOKUMEN :
NO REVISI :
SOP
TANGGAL TERBIT :
HALAMAN :
PUSKESMAS UN DINA. L.M. ORAPLEAN
KOTA TUAL Nip : 19690512 198911 2 003

1. Pengertian Proses inflamasi/peradangan pada lapisan mukosa dan submukosa lambung sebagai
mekanisme proteksi mukosa apabila terdapat akumulasi bakteri atau bahan iritan lain.
Proses inflamasi dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah – langkah dokter dalam penatalaksanaan gastritis.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Nomor Tentang Pelayanan Klinis di Puskesmas Air Itam
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan No.5 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer tahun 2014
5. Prosedur 1. Petugas melakukan anamnesis (auto/allo) tentang keluhan pasien (rasa nyeri
dan panas seperti terbakar pada perut bagian atas. Keluhan mereda atau
memburuk bila diikuti dengan makan, mual, muntah dan kembung.) serta faktor
resiko berupa:
 Pola makan yang tidak baik: waktu makan terlambat, jenis makanan pedas,
porsi makan yang besar.
 Sering minum kopi dan teh.
 Infeksi bakteri atau parasit.
 Pengunaan obat analgetik dan steroid.
 Usia lanjut.
 Alkoholisme.
 Stress.
 Penyakit lainnya, seperti: penyakit refluks empedu, penyakit autoimun,
HIV/AIDS, Chron disease.

2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik


 Nyeri tekan epigastrium dan bising usus meningkat.
 Bila terjadi proses inflamasi berat, dapat ditemukan pendarahan saluran cerna
berupa hematemesis dan melena.
 Biasanya pada pasien dengan gastritis kronis, konjungtiva tampak anemis.

3. Petugas menetapkan diagnosa gastritis


4. Petugas memberikan penatalaksanaan berupa:
Terapi diberikan per oral dengan obat, antara lain: H2 Bloker2 x/hari
(Ranitidin 150 mg/kali, Famotidin 20 mg/kali, Simetidin 400-800 mg/kali),
PPI 2x/hari (Omeprazole 20 mg/kali, Lansoprazole 30 mg/kali), serta Antasida
dosis 3 x 500-1000 mg/hr.
5. Petugas memberikan edukasi pada pasien dan keluarga mengenai faktor risiko
terjadinya gastritis serta menginformasikan kepada pasien untuk menghindari
pemicu terjadinya keluhan, antara lain dengan makan tepat waktu, makan
sering dengan porsi kecil dan hindari dari makanan yang meningkatkan asam
lambung atau perut kembung seperti kopi, teh, makanan pedas dan kol.
6. Bagan alir rasa nyeri dan panas
Auto/allo seperti terbakar pada
anamnesi Pemeriksaan
perut bagian atas. fisik
s
Keluhan mereda atau
memburuk bila diikuti
dengan makan, mual,
muntah dan kembung

Penetapan
diagnosis

Terapi dan
Edukasi

7. Unit terkait Ruang BP


Ruang IGD
SOP DERMATITIS
NO DOKUMEN :
NO REVISI :
SOP
TANGGAL TERBIT :
HALAMAN :
PUSKESMAS UN DINA. L.M. ORAPLEAN
KOTA TUAL Nip : 19690512 198911 2 003

1. 1. Pengertian Kelainan pada kulit yang berfluorensi eritema,vesicel,,eksudasi atau bersisik, dan terdapat
pruritus. Dapat terjadi akibat kontak atau atopi. Kelainannya dapat basah atau kering dan sering
disertai infeksi skunder
Etiologi
Sebagian besar tidak diketahui penyebabnya, dapat terjadi melalui mekanismr imunologis
2. 2. Anamnesis 1. Dermatitis atopi pada bayi dan anak -anak biasanya di sebabkan karena kontak dengan susu
berupa eritem dan krusta terutama di pipi.
2. Predileksi lain ialah dahi,daerah belakang siku dan lutut.
3. Neurodermatitis terjadi di daerah tengkuk,bagian anterior pergelangan tangan dan kaki.
4. 3. Pemeriksaan Kelainan nya kering dan sangat gatal,karena garukan dapat terjadi likenifikasi dengan

1. 4. Fisik hipo atau hiperpigmentasi

5. Kriteria Diagnosis Klinis : gambaran lesi yang polimorf dengan batas tidak tegas

6. Diagnosis 1. Dermatofitosis
Banding 2. Pioderma

7. Pemeriksaan 1. Tes tempel untuk dermatitis kontak alergi


Penunjang 2. Tes tusuk untuk dermatitis atopik

8. Terapi 1. Hindari allergen seperti susu, debu,tepung sari, sabun, obat dll.
2. Secara lokal diberikan kompres larutan fisiologis
3. Antihistamin untuk menghilangkan rasa gatal
4. Pada kasus acut & berat ditambah dengan korticosteroid (prednisone 5 mg/ Dexamethason
0,5 mg ) 3 x 1-2 tab.sehari
5. Secara topikal beri salep korticosteroid 1-2 % dan perawatan dilakukan sesuai dengan
prinsip umum terapi penyakit kulit yaitu : Ruam yang basah di kompres misalnya dengan
larutan PK 1/10.000,larutan asam salisilat 0,1 % atau pasta ZN pada kelainan yang kering di
beri krim atau salep korticosteroid bila terjadi likenifikasi misalnya pada neurodermatitis
diberi salp berlemak (fatty ointment )
6. Bila dermatitis mengalami infeksi skunder ( impetiginisasi ) di teraphi seperti dengan
pioderma.
9. Edukasi 1. Penyakit bersifat kronis berulang dan pemyembuhan j arang terj adi sehingga ditujukan
untuk mengurangi gatal
2. Jaga kebersihan,gunakan sabun lunak misalnya sabun bayi
3. Pakaian sebainya tipis. Ringan dan mudah menyerap keringat
4. Udara dan lingkungan cukup berventilasi dan sejuk
5. Hindari faktor pencetus
10. Prognosis -

SOP INFLUENZA
NO DOKUMEN :
NO REVISI :
SOP
TANGGAL TERBIT :
HALAMAN :
PUSKESMAS UN DINA. L.M. ORAPLEAN
KOTA TUAL Nip : 19690512 198911 2 003
1. Pengertian Influenza tergolong infeksi saluran napas akut (ISPA) yang biasanya terjadi dalam
bentuk epidemi. Disebut common cold atau selesma bila gejala di hidung lebih
menonjol, sementara “influenza” dimaksudkan untuk kelainan yang disertai
faringitis dengan tanda demam dan lesu yang lebih nyata.
Banyak macam virus penyebabnya, antara lain Rhinovirus, Coronavirus, virus
Influenza A dan B, Parainfluenza, Adenovirus. Biasanya penyakit ini sembuh
sendiri dalam 3 – 5 hari.
2. Tujuan Sebagai pedoman penatalaksanaan Influenza di puskesmas UN
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian .2007. Buku Pengobatan Dasar Puskesmas
3. Referensi
2007.Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
a. Tensimeter
b. Termometer
4. Alat dan bahan c. Timbangan berat badan
d. Resporatori Rate

a. Gejala sistemik khas berupa gejala infeksi virus akut yaitu demam, sakit kepala,nyeri
otot, nyeri sendi, dan nafsu makan hilang, disertai gejala lokal berupa rasa menggelitik
sampai nyeri tenggorokan, kadang batuk kering, hidung tersumbat, bersin, dan ingus
5. Gambaran Klinis encer.
b. Tenggorokan tampak hiperemia.
c. Dalam rongga hidung tampak konka yang sembab dan hipermia.
d. Sekret dapat bersifat serus, seromukus atau mukopurulen bila ada infeksi
Biasanya ditetapkan berdasarkan gejala, terutama adanya lendir
6. Diagnosis

a. Untuk mengurangi demam Pada pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop akan


terdengar bunyi ronki atau bunyi pernafasan yang abnormal.dan rasa tidak enak badan,
kepada penderita dewasa bisa diberikan asetosal atau parasetamol; kepada anak-anak
7. Tatalaksana
sebaiknya hanya diberikan parasetamol.
b. Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan, serta menghentikan kebiasaan
merokok.
c. Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan bahwa penyebabnya
adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau hijau dan demamnya tetap tinggi)
dan penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paru-paru.
d. Kepada penderita dewasa diberikan Kotrimoksazol. Tetrasiklin 250 – 500 mg 4 x sehari.
Eritromisin 250 – 500 mg 4 x sehari diberikan selama 7 – 10 hari.
e. Dosis untuk anak : eritromisin 40 – 50 mg/kgBB/hari. Walaupun dicurigai penyebabnya
adalah Mycoplasma pneumoniae.
f. Kepada penderita anak-anak diberikan amoxicillin.
g. Bila ada tanda obstruksi pada pasien segera rujuk.

SOP CEFALGIA
NO DOKUMEN :
NO REVISI :
SOP
TANGGAL TERBIT :
HALAMAN :
PUSKESMAS UN DINA. L.M. ORAPLEAN
KOTA TUAL Nip : 19690512 198911 2 003

A.Pengertian : Suatu kondisi terdapatnya rasa sakit di dalam kepala, kadang sakit di belakang leher atau
punggung bagian atas.
B. Tujuan : Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaan
cephalgia dan mencegah terjadinya komplikasi.
C. Kebijakan : Surat Keputusan Kepala UPTD., Puskesmas Rawat Inap Brabasan
tentang… Nomor:…
D. Referensi :
E Langkah- langkah/ 1. Perawat melakukan pengukuran tekanan darah pasien dan menanyakan umur
Prosedur pasien serta mencatatnya dalam status
2. Dokter menganamnesa pasien:sudah berapa lama sakit kepala
3. Dokter melakukan pemeriksaan fisik antara lain:
a. Hitung nafas dalam satu menit , mengukur suhu badan pasien
b. Memeriksa bagaimana adakah defisit neurologis
c. Adakah parastesia/ hipestesia
d. Adakah hiperreefleks
e. Lihat apakah ada gangguan kejiwaan
4. Dokter melakukan terapi
a. Anjurkan istirahat dan banyak minum sangat penting
b. Pengobatan simtomatis dapat diberikan untuk menghilangkan gejala
c. Pemberian antidepresi bila diperlukan
d. Psikoterapi: mencari jalan keluar yang praktis dan sederhana dalam segala
kesulitan
F. Unit Terkait : Rawat Jalan, UGD, Kaber, Pustu/Polindes, Apotik

Anda mungkin juga menyukai