Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah organisasi unik, kare- na berbaur antara padat teknologi,
padat karya dan padat modal, sehingga pengelolaan rumah sakit menjadi disiplin ilmu
tersendiri yang meng- hasilkan dua hal sekaligus, yaitu teknologi dan perilaku manusia
di dalam organisasi. Sejalan dengan hal tersebut, dalam undang-undang no. 36 tahun
2009 tentang kesehatan dalam pasal 33 ayat 1 disebutkan bahwa setiap pimpinan penye-
lenggara pelayanan kesehatan masyarakat harus memiliki kompetensi manajemen
kesehatan yang dibutuhkan. Hal tersebut diperkuat oleh pasal 34 ayat 1 yang
menekankan pentingnya kompetensi individual berkaitan dengan tugas yang
diembannya.
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM), disebut juga pengembangan
sumber daya manusia, berfungsi melaksanakan perencanaan sumber daya manusia,
implementasi, dan perekrutan (termasuk seleksi), pelatihan dan pengembangan karier
karyawan, serta melakukan inisiatif terhadap pengembangan organisasional suatu
organisasi. Sasaran utama MSDM adalah memaksimalkan produktivitas organisasi
melalui optimalisasi keefektifan karyawannya dan secara simultan meningkatkan kualitas
kehidupan kerja karyawan serta memperlakukan karyawan sebagai sumber daya yang
sangat bernilai bagi organisasi. Sebagai konsekuensinya, MSDM mencakup usaha-usaha
untuk mengangkat kemajuan personal, kepuasan karyawan, dan mematuhi ketentuan-
ketentuan yang berkaitan dengan ketenagakerjaan.
Keperawatan sebagai profesi merupakan bagian dari masyarakat, ini akan terus
berubah seirama dengan berubahnya masyarakat yang terus-menerus berkembang dan
mengalami perubahan, demikian pula dengan keperawatan. Keperawatan dapat dilihat
dari berbagai aspek, antara lain keperawatan sebagai bentuk asuhan profesional kepada
masyarakat, keperawatan sebagai iptek, serta keperawatan sebagai kelompok masyarakat
ilmuwan dan kelompok masyarakat profesional. Dengan terjadinya perubahan atau
pergeseran dari berbagai faktor yang memengaruhi keperawatan, maka akan berdampak
pada perubahan dalam pelayanan/asuhan keperawatan, perkembangan iptekkep, maupun
perubahan dalam masyarakat keperawatan, baik sebagai masyarakat ilmuwan maupun
sebagai masyarakat profesional.
B. Tujuan
Untuk menyelesaikan Tugas mata kulia dan memehami manjemen organisasi
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Budaya Organisasi
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna. Rumah Sakit mempunyai fungsi :
1. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit
2. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan
yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
3. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan;
4. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan
etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan;
Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum baik yang dimiliki oleh
pemerintah maupun swasta paling sedikit meliputi:
1. pelayanan medik;
2. pelayanan kefarmasian;
3. pelayanan keperawatan dan kebidanan;
4. pelayanan penunjang klinik;
5. pelayanan penunjang nonklinik;
6. pelayanan rawat inap.
Jenis dan tipe rumah sakit serta tenaga kesehatannya telah diatur dalam Permenkes
nomor 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang terstandar, pemerintah telah mewajibkan rumah sakit untuk
melakukan Akreditasi Rumah Sakit.Menurut Permenkes nomor 56 tahun 2014 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, tipe rumah sakit dapat dibedakan menjadi Rumah
Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus, berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan,
meliputi :
1. pelayanan;
2. sumber daya manusia;
3. peralatan; dan
4. bangunan dan prasarana
B. Struktur Dan Desain Organisasi
1. Defenisi organisasi
Secara umum, Pengertian Organisasi adalah sekumpulan orang yang bekerja
sama untuk mencapai tujuan bersama (J.R. Schermehorn). Sedangkan secara
terperinci pengertian organisasi adalah sebagai tempat atau wadah untuk orang
berkumpul dan berkerja sama secara rasional dan sistematis, terencana, terpimpin,
dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya baik uang, metode, material, dan
lingkungan, dan saranaprasarana, data dan lain sebagainya yang digunakan secara
efisen dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengertian organisasi berbeda dengan pengertian kelompok, akan tetapi
apabila bila dilihat dari alasan atau sebab sebab orang berkelompok, maka apabila
memiliki tujuan bersama maka kelompok tersebut akan bekerja sama untuk tujuan
tersebut. Kemudian dilanjutkan oleh Chester J. Bernard bahwa pengertian organisasi
adalah kerja sama dua orang atau lebih, suatu sistem dari aktivitas aktivitas (System
from all activity) atau kekuatan kekuatan (Strength) perorangan yang
dikoordinasikan secara sadar.
2. Tujuan Organisasi
Tujuan organisasi dan karyawan sering kali seiring.Yaitu melakukan
pekerjaan dengan baik dan naik pangkat. Langkah anggota organisasi berupa
konsisten mendukung tujuan organisasi yaitu meningkatkan produktivitas dan
meningkatkan pendapatan.
Tujuan organisasi juga mewujudkan sasaran organisasi berada pada orang
orang di tingkat paling bawah dari organisasi. Demikian juga pada seseorang paling
dibawah dari struktur organisasi tidak boleh diabaikan karena mereka para anggota
level bawahlah yang menentukan keberlangsungan dan tercapainya tujuan
organisasi.
Tujuan atau sasaran akhir organisasi umumnya diformulasikan secara lebih
umum dan masih terkesan kurang jelas sedangkan sasaran atau target sebagai tujuan
tujuan kecil yang haris dicapai untuk menyelesaikan tujuan akhir secara bertahap
lebih jelas dan dapat diukur keberhasilannya. Pada umumnya tujuan akhir organisasi
tercantum dalam visi dan misi organisasi sedangkan sasaran atau tujuan tujuan kecil
dibahas dalam rapat organisasi.
Tujuan akhir dari sebagian besar orang adalah memperoleh penghasilan. Para
anggota organisasi memiliki tujuan mengerjakan pekerjaan dengan baik, naik
pangkat, berinteraksi dengan anggota organisasi lain dalam suasana yang
menyenangkan atau menjalin hubungan persahabatan.
3. Struktur Organisasi
Umumnya, organisasi formal memiliki struktur yang nyata dan jelas yang
tersusun atas ketua atau pemimpin, bendahara, sekertaris serta anggota. Untuk
organisasi yang lebih kompleks lagi, akan ada wakil ketua dan wakil sekertaris serta
bendahara serta banyak koordinator dalam tiap anggota yang terbagi menjadi
beberapa divisi sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi. Kemudian, dalam organisasi yang bersifat lebih kompleks sesuai dengan
teori manajemen yang ada, terbagi atas beberapa tugas sesuai dengan fungsi fungsi
manajerial seperti pemimpin, supervisor manajer, manajer, anggota dan seterusnya.
Struktur organisasi dapat juga memiliki hubungan koordinasi kesamping
dengan beberapa badan yang setingkat dengan mereka yang berfungsi sebagai
pengawas kerja kerja organisasi. Dalam rumah sakit, biasanya tedapat Komite-
komite dan Satuan. Pengawas Internal (Komite Mutu) yang mengawasi kerja kerja
mereka dan mewadahi kebutuhan anggota yang tidak masuk dalam struktural
pengurus badan eksekutif.
C. Desain Kerja Dan Teknologi
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) adalah suatu rangkaian
kegiatan yang mencakup semua pelayanan kesehatan (rumah sakit) disemua tingkatan
administrasi yang dapat memberikan informasi kepada pengelola untuk proses
manajemen pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pelayanan yang termasuk didalamnya
adalah Pelayanan Utama (Front Office) dan Pelayanan Administasi (Back Office).

1. Pelayanan Utama (Front Office).


Setiap Rumah Sakit memiliki prosedur yang unik (berbeda satu dengan
lainnya), tetapi secara umum/generik memiliki prosedur pelayanan terintegrasi yang
sama yaitu proses pendaftaran, proses rawat (jalan atau inap) dan proses pulang.
2. Pelayanan Administratif (Back Office)
Rumah Sakit merupakan unit yang mengelola sumber daya fisik (manusia, uang,
mesin/alat kesehatan/aset, material seperti obat, alat tulis kantor, barang habis pakai
dan sejenisnya). Walaupun proses bisnis setiap Rumah Sakit unik tapi tetap terdapat
proses umum, diantaranya perencanaan, pembelian/pengadaan, pemeliharaan
stok/inventory, pengelolaan Aset, pengelolaan SDM, pengelolaan uang (hutang,
piutang, kas, buku besar dan lainnya).
Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dengan
memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan
menangani masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik.
Teknologi informasi memiliki peran penting dalam pelayanan kesehatan saat ini. Dimana
kualitas pengolahan informasi merupakan faktor penting bagi keberhasilan institusi
pelayanan kesehatan. Sistem informasi yang baik dapat mendukung alur kerja klinis
dengan berbagai cara yang akan memberikan kontribusi untuk perawatan pasien yang
lebih baik. Sistem informasi mempunyai 3 peranan penting dalam mendukung proses
pelayanan kesehatan, yaitu: 1.mendukung proses dan operasi pelayanan kesehatan,
mendukung pengambilan keputusan staf dan manajamen serta mendukung berbagai
strategi untuk keunggulan kompetitif, 2.Sistem informasi rumah sakit (SIMRS) dapat
dicirikan dengan fungsinya melalui informasi dan jenis layanan yang ditawarkan.
3.Untuk mendukung perawatan pasien dan administrasinya, SIMRS mendukung
penyediaan informasi, terutama tentang pasien, dalam cara yang benar, relevan dan
terbarukan, mudah diakses oleh orang yang tepat pada tempat/lokasi yang berbeda dan
dalam format yang dapat digunakan. Transaksi data pelayanan dikumpulkan, disimpan,
diproses, dan didokumentasikan untuk menghasilkan informasi tentang kualitas
perawatan pasien dan tentang kinerja rumah sakit serta biaya. Ini mengisyaratkan bahwa
sistem informasi rumah sakit harus mampumengkomunikasikan data berkualitas tinggi
antara berbagai unit di rumah sakit.
Selain komunikasi internal, tujuan penting lain dari SIMRS adalah pertukaran data
elektronik antar penyedia layanan kesehatan (dokter praktik, fasilitas primer dan rumah
sakit) sehingga dapat menjamin ketersediaan informasi pasien secara komprehensif dan
efisiensi pelayanan. Informasi pasien yang lengkap dapat membantu proses pelayanan
pasien secara lebih baik. SIMRS juga telah banyak dikembangkan untuk berbagai fungsi
klinis seperti rekam medis elektronik (EHR),computerized physician order entry(CPOE)
dan clinical decision support systems (CDSS) guna mendukung kualitas pelayanan
medisdan meningkatkan keamanan pasien. Lebih dari 50% kesalahan pengobatan dapat
dicegah melalui penggunaan SIMRS dengan fungsi CPOE dan CDSS.
D. Kebijakan Dan Praktek SDM.
Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian yang penting, bahkan dapat
dikatakan bahwa manajemen itu pada hakikatnya adalah manajemen sumber daya
manusia atau manajemen sumber daya manusia adalah identik dengan manajemen itu
sendiri. Sumber daya manusia yang harus dimiliki rumah sakit pada prinsipnya telah
diatur melalui akreditasi rumah sakit yakni dalam penentuan jumlah dan spesifikasi
tenaga serta fasilitas penunjang layanan yang harus dimiliki oleh sebuah rumah sakit.
Sumber daya terstandarisasi seperti SDM, manajemen dan teknologi terstandarisasi
merupakan komponen yang sangat diperlukan untuk menghadapi persaingan dan
menciptakan rumah sakit yang mempunyai jasa pelayanan kesehatan berkualitas yang
merupakan indikator untuk meningkatkan citra rumah sakit dan profitabilitasnya.
Upaya organisasi rumah sakit untuk menciptakan rumah sakit yang mempunyai
citra baik (berkualitas) di mata pelanggannya sangat ditentukan oleh kualitas SDM
terstandarisasi yang dimilikinya. SDM terstandarisasi berarti tenaga yang ada dalam
organisasi telah mempunyai keterampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan bidang
tugas yang dikerjakan, dapat dilihat dari tingkat pendidikan maupun pengalaman yang
dimiliki SDM yang bersangkutan. SDM rumah sakit pada dasarnya telah terspesialisasi
secara jelas, karena semua tenaga medis seperti perawat, bidan, dokter, dokter spesialis,
farmasi dan lain-lain secara khusus telah mempunyai latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas yang mereka kerjakan. Dengan latar belakang pendidikan itulah,
SDM di organisasi rumah sakit diharapkan mampu menunjang pelayanan rumah sakit
yang berkualitas. Meskipun demikian, karena masalah kesehatan dan teknologi yang
digunakan selalu berubah maka upaya peningkatan mutu SDM akan selalu diperbaiki
dengan berbagai cara dan strategi baik melalui pre service education dan in service
education. Apalagi di era saat ini yang menuntut keunggulan mutu SDM yang ditandai
dengan sinergi antara keleluasaan penguasaan ilmu pengetahuan dan keteramplian
memanfaatkan teknologi informasi.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Tugas, Fungsi Dan Struktur Organisasi BLUD Rumah Sakit Umum Daerah Nabire
RSUD Kabupaten Nabire pada awalnya adalah Rumah Sakit Pemerintah Tipe D,
berdasarkan Ketetapan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI
Nomor 742/Yankes.PPL.78, tentang Tata Kerja dan Struktur RSUD Kabupaten Nabire
dan surat keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Paniai nomor 93 tahun 1987
tentang Pola Struktur dan Tata Kerja RSUD Kabupaten Nabire (Kabupaten Nabire
merupakan pemekaran dari Kabupaten Paniai pada tahun 1996).
Demi peningkatan pelaksanaan fungsi pelayanan sebagai Rumah sakit rujukan, maka
dilakukan upaya peningkatan status RSUD Kabupaten Nabire dari kelas tipe D menjadi
tipe C. Penetapan kenaikan kelas ini didasarkan pada surat keputusan pengukuhan dari
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat II Kabupaten Nabire tahun 1999, yang
kemudian disusul dengan terbitnya surat keputusan Menteri Kesehatan RI nomor :
1396/Menkes/SK/XI/2002 tanggal 18 November 2002 tentang penetapan RSUD
Kabupaten Nabire menjadi Rumah Sakit Kelas Tipe C.
1. Tugas dan Fungsi
a. Tugas Pokok
RSUD Kabupaten Nabire sebagai tempat pelayanan kesehatan mempunyai
tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Sesuai
dengan Undang – undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Bab III
pasal 4 tentang Rumah Sakit yaitu yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan
perorangan adalah setiap kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan.
b. Fungsi
Untuk menjalankan tugas tersebut sebagaimana pasal 4 juncto pasal 5
Undang–undang Rumah Sakit tahun 2009 mempunyai fungsi :
1) Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
2) Pemeliharaan dan Peningkatan Kesehatan Perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna ringkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
3) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan kesehatan.
4) Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang ankesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
Tugas pokok dan fungsi ini diringkasu dalam struktur organisasi sebagaimana
akan dijelaskan dibawah ini.
2. Struktur Organisasi
Rumah Sakit Umum Daerah Nabire dipimpin oleh Direktur yang membawahi
satu orang kepala bagian tata usaha, tiga orang kepala bidang, tiga orang kepala sub
bagian dan enam orang kepala seksi. Struktur di bawah ini :

DIREKTUR

SPI
Kelompok Jabatan
Fungsional
Bagian Tata Usaha

Sub Bagian Sub Bagian Sub Bagian


Umum, Perencanaan, Keuangan
Kepegawaian dan Program dan
Rekam Medik Pelaporan

Bidang Pelayanan Bidang Keperawatan

Sub Bidang Sub Bidang Seksi Profesi dan Seksi Logistik


Pelayanan Penunjang Pelayanan Asuhan Keperawatan
Medis Medis Keperawatan

Instalasi Komite Medik dan Komite


Keperawatan
B. Penilaian Keberhasilan
Untuk menilai tingkat keberhasilan atau memberikan gambaran tentang keadaan
pelayanan di rumah sakit biasanya dilihat dari berbagai segi, yaitu tingkat pemanfaatan
sarana pelayanan, mutu pelayanan dan tingkat efisiensi pelayanan.
1 Bed Occupancy Rate (BOR)
Adalah tingkat pemanfaatan tempat tidur di rumah sakit. Rata-rata tingkat
pemanfaatan tempat tidur rawat inap adalah 93,42% dengan BOR tertinggi terjadi
pada kelas III. Angka ini berada dalam nilai parameter BOR ideal yaitu 60-85%,
yang artinya pemakaian tempat tidur untuk periode lima tahun terakhir diluar ideal.
2 LENGTH of Stay (LOS)
Adalah tingkat lamanya perawatan pasien.Rata – rata lama rawatan seorang
adalah 6-7 hari.Angka ini termasuk dalam parameter idel yaitu 6-9 hari, yang artinya
lama pasien dirawat rata-rata efien, artinya pasien benar – bener telah sembuh baru
dipulangkan.
3 BED TURN OVER (BTO)
Adalah frekueni pemakaian tempat tidur rumah sakit.Rata – rata frekuensi
pemakaian tempat tidur adalah 55 kali.Angka ini masih diatas angka ideal.Idealnya
selama satu tahun, 1 tempat tidur rata – rata dipakai >50 kali, yang artinya frekuensi
pemakaian tempat tidur rumah sakit untuk periode tiga tahun diluar ideal.
4 Turn Over Interval ( TOI )
Adalah tingkat hari tempat tidur tidak ditempati dari saat sampai terisi
berikutnya.Rata – rata hari, tempat tidur ditempati dari saat ke saat terisi berikutnya
adalah 0 hari.Angka ini masih diluar ideal karena idealnya tempat tidur kosong
hanya dalam waktu 1-3 hari, artinya rata-rata tempat tidur tidak ditempati dari saat
terisi berikutnya cukup.
5 Net Death Rate (NDR)
Rata-rata angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000
penderita keluar adalah 19,72%0. Nilai NDR yang dianggap masih dapat ditolerir
adalah kurang dari 25 per 1000 penderita keluar.
6 Gross Death Rate (GDR)
Rata-rata angka kematian umum untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar adalah
28,15%0 Nilai NDR yang dianggap masih dapat ditolerir karena masih dibawah nilai
GDR tidak lebih dari 45 per 1000 penderita keluar.
C. Tantangan Dan Peluang Pengembangan Pelayanan RSUD Nabire
Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan PP No 38 tahun 2007
tentang pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah daerah provinsi dan
pemerintah daerah kabupaten / kota dan PP Nomor 41 Tahun 2007 tentang organisasi
perangkat daerah.
Undang – undang Nomor 20 Tahun 2003, PP Nomor 38 Tahun 2007 dan PP
Nomor 41 Tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerah secara umum merubah
paradigm desentralisasi kesehatan nasional dengan adanya tuntutan pembaharuan.
Tuntutan tersebut menyangkut pembaharuan system kesehatan didaerah dan dipusat,
diantaranya dinas kesehatan semakin berkembang menjadi lembaga pemerintah disektor
kesehatan yang mempunyai banyak fungsi yakni (1) sebagai pelaksana kagiatan, (2)
semakin menjadi lembaga yang menyusun kebijakan dan peraturan didaerah berdasar
standar nasional, memastikan aturan yang dijalankan, dan (3) membiayai pelayan
kesehatan. Rumah sakit pemerintah menjadi lembaga pelayanan yang bersifat tidak
mencari untung, dalam system Badan Layanan Umum (BLU).
PP nomor 23 tahun 2005 tentang pola Pengelolaan keuangan badan layanan umum
dan PERMENDAGRI Nomor 61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, dimana PP tersebut memberikan keleluasaan
terhadap badan layanan Umum Daerah untuk mengelola keuangan secara mandiri dan
fleksibel dengan menonjolkan produktivitas, efisiensi dan efektivitas.
Secara umum PP dan PERMENDAGRI tersebut menimbulkan peluang sekaligus
tantangan bagi Rumah Sakit Umum Daerah Nabire, karena untuk dapat mengelola
keuangan sesuai PPK-BLUD, Rumah Sakit Umum Daerah Nabire harus mampu
meningkatkan kinerjanya baik dalam aspek pelayanan, administrasi, sumber daya
keuangan maupun sarana dan prasarana.
1. Aspek Pelayanan
Pelayanan kesehatan masih terkonsentrasi pada pelayanan miniml belum
menyentuh pelayanan spesilistik yang dibutuhkan masyarakat seperti pelayanan
trauma centre, pelayanan terapis, pelayanan bedah sentral, pelayanan rehabilitasi
medic, pelayanan hemodalisa, pelayanan konsultasi gizi
2. Aspek Keuangan
a. Biaya pelayanan kesehatan termasuk kategori rendah bila dibandingkan dengan
sarana kesehatan yang lain
b. Adanya PP 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
dan Permendagri 61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah, yang memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan
keuangan
c. Sumber pendanaan dari pemerintah daerah belum sesuai dengan amanat UU No
23 tahun 1992
d. Tingkat kemiskinan di masyarakat belum mengalami penurunan
e. Krisis keuangan global yang mengancam daya beli masyarakat
3. Aspek SDM
Jumlah tenaga medis sudah cukup memadai, namun dokter spesialis masih
kurang. Dengan adanya program beasiswa diharapkan pada tahun 2016 mayoritas
tenaga medis sudah memiliki kualitas dokter spesialis
4. Aspek Administrasi
Jumlah pegawai administrasi masih sedikit yang berkualitas S1 (sarjana)
khususnya bidang administrasi rumah sakit.
D. Isu – Isu Strategis Berdasarkan Tugas Dan Fungsi
1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi.
Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Nabire sebagaimana
ditetapkan dalam peraturan bupati kabupaten nabire Nomor 63 Tahun 2007
Peraturan bupati Kabupaten Nabire tentang Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Nabire yaitu ”RSUD Nabire mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan
secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan,
pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta
pencegahan dan melaksanakan upaya rujukan. Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Nabire menyelenggarakan fungsi :
a. Memimpin pelaksanaan tugas pelayanan Rumah Sakit
b. Menyusun Kebijaksanaan pelaksanaan pelayanan Rumah Sakit
c. Membina pelaksanaan pelayanan rumah sakit
d. Mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan tugas pelayanan Rumah Sakit
e. Melaporkan hasil kerja kepada atasan
f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Dalam melaksanakan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit RSUD Nabire menyelenggarakan fungsi :
a. Penyelenggaraan pelayanan medis dan penunjang medis serta non medis;
b. Penyelenggaraan pelayanan dan asuhan keperawatan dan pelayanan rujukan;
c. Pelaksanaan pelayanan teknis administrative dan ketatausahaan;
d. Pelaksanaan tugas teknis administrative dan ketatausahaan;
Permasalahan-permasalahan yang sering dihadapi dalam pelaksanaan
pelayanan di Rumah Sakit antara lain :
a. Faktor Internal
1) Jenis dan Jumlah SDM masih kurang;
2) Sarana dan Prasarana di Rumah Sakit perlu ditambah
3) SIM RS masih belum berjalan dengan baik
4) Saran aparkiran masih belum belum tertata dengan baik
5) Keamanan masih perlu ditingkatkan
6) Motivasi pegawai belum mengarah kepada budaya kerja
b. Faktor Eksternal
1) Masih rendahnya kesadaran pengetahuan masyarakat dibidang kesehatan
2) Faktor ekonomi yang kurang mendukung untuk saat ini
3) Daya beli masyarakat menurun
4) Berkembangnya pelayanan kesehatan alternatif
2. Telaah Visi, Misi dan Program
Visi misi, dan program kepala daerah / wakil kepala daerah terpilih ditujuan
untuk memahami arah pembangunan yang akan dilaksanakan selama kepemimpinan
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih dan untuk mengidentifikasi factor
– faktor penghambat dan pendorong pelayanan RSUD Nabire
Visi dan Misi Bupati Nabire adalah ”Membuka Isolasi Daerah Demi
Terwujudnya Masyarakat Nabire yang Berwawasan Keberagamaan, Berkeadilan,
Sejahtera dan Mandiri”.
Misi Pembangunan Kabupaten Nabire Tahun 2016 – 2020 :
a. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang berbudaya, budaya
saing dan berwawasan local dan global;
b. Meningkatkan fasilitas dan SDM di Bidang Kesehatan serta meningkatkan
pelayanan kesehatan yang berkualitas dan manusiawi;
c. Peningkatan Ekonomi kerakyatan dengan penciptaan iklim usaha baik dan
kompetitif serta pengelolaan SDA yang tersedia serta pendampingan usaha bagi
masyarakat asli papua;
d. Pengembangan dan pembangunan infrasuktur daerah yang lebih memadai;
e. Penataan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan (baik pemerintah maupun non
pemerintah).
Menelaah kelima misi Kepala Daerah dihubungkan dengan pelayanan pada
RSUD Nabire, maka keterkaitan yang sangat erat pada misi Kedua. Untuk misi
kedua terkait dengan pelayanan yang dilaksanakan di RSUD Nabire meliputi
pelayanan terhadap pasien yang datang berobat dapat dilayani dengan fasilitas
kesehatan yang memadai dan tenaga kesehatan yang handal dan berkualitas
Adapun permasalahan/hambatan yang ada di RSUD Nabire sehubungan
dengan misi kepala daerah yaitu adalah :
a. Jenis dan jumlah SDM masih kurang;
b. Perlu peningkatan profesionalisme SDM yang ada;
c. Perlu penambahan Jenis Pelayanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat;
d. Sarana dan prasarana di Rumah Sakit masih kurang;
e. SIM RS masih belum berjalan dengan sempurna;
f. Sarana Perkiran masih beum tertata dengan baik
g. Keamanan lingkungan rumah sakit masih perlu ditingkatkan
Sedangkan faktor pendukung untuk mengatasi permasalahan diatas, antara
lain:
a. Dukungan Stake Holder
b. Terealisasinya peingkatan kelas dari kelas C ke Kelas B
c. Penetapan RSUD Nabire sebagai PPK BLUD
d. Lima Pelayanan Dasar dalam proses akreditasi
e. Potensi peningkatan PAD
f. Adanya kerjasama dengan Institusi Pendidikan Kesehatan
g. Tuntutan masyarakat mengenai pelayanan kesehatan
h. Dukungan regulasi yang berkelanjutan
3. PENENTUAN ISU-ISU STRATEGIS
Berdasarkan identifikasi permasalahan terhadap tugas pokok dan fungsi
RSUD Nabire, telaah visi, misi dan program kerja kepala daerah dan wakil kepala
daerah terpilh, telaah renstra K/L dan propinsi, telaah RTRW dan KLHS dapat
ditentukan isu-isu strategis yang harus ditindaklanjuti oleh RSUD Nabire Kabupaten
yaitu :
a. Tersedianya sarana dan prasarana RSUD Nabire yang memadai terutama untuk
pembangunan gedung dan peralatan kesehatan.
b. Tersedianya sumber daya yang memadai
c. Tersedianya anggarab RSUD Nabire yang memadai
d. Adanya dukungan instansi terkait, DPRD Depkes dan lembaga lainnya
e. Melakukan monitoring dan evaluasi seluruh kegiatan pelayanan
f. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan meningkatkan mutu
pelayanan yang sudah ada maapun menambah pelayanan yang belum ada sesuai
dengan kebutuhan masyarakat
g. Bekerjanya system informasi rumah sakit dalam RSUD Nabire sehingga resiko-
resiko dari pelaksanaan kegiatan dapat dipertanggungjawabkan
h. Meningkatkan komunikasi dan informasi di seluruh jajaran rumah sakit
i. Adanya upaya pemeliharaan keamanan dilingkungan RSUD Nabire yang
mantap.
E. Jurnal EBN
Conflict and Stress in Hospital Nursing: Improving Communicative Responses to
Enduring Professional Challenges (Jennifer J. Morelanda and Julie Apkerb, 2016)
Perawat berfungsi sebagai tokoh sentral dari tim kesehatan, koordinasi perawatan
langsung dan komunikasi antara anggota tim, pasien, dan keluarga mereka. Pentingnya
perawat untuk perawatan kesehatan tidak dapat understated, tetapi tidak dapat
perjuangan lingkungan perawat secara rutin temui dalam pekerjaan mereka. komunikasi
organisasi dan beasiswa keperawatan acara konflik dan stres sebagai dua tantangan
terlihat dan berkelanjutan. Studi kasus ini bertujuan untuk (a) mengeksplorasi
komunikasi cara konflik dan stres nicative tual berpengalaman dan bertahan dalam
keperawatan dan (b) memahami bagaimana perawat diskursif (mis) mengelola konflik
dan stres. Terbuka komentar survei dari perawat ( N = 135) bekerja di rumah sakit
pendidikan dan penelitian besar dianalisis secara kualitatif. Weick ' s model
pengorganisasian, specifi- Cally gagasan tentang siklus komunikasi, muncul sebagai
lensa konseptual membantu untuk memahami konflik siklus dan stres. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa komunikasi eksklusif, khususnya pesan nonparticipatory dan tidak
mendukung, memberikan kontribusi untuk konflik perawat dan stres. Perawat cenderung
(mis) mengelola konflik dan stres menggunakan wacana hormat dan tidak sopan. pola
komunikasi ini dapat memfasilitasi atau melarang perubahan positif. Metaforis, perawat
konflik komunikatif dan stres dapat digambarkan sebagai api. Hubungan bisa naik dalam
nyala api karena out-of-control kebakaran dalam bentuk konflik destruktif. Namun,
konflik dan stres, seperti api, dapat dimanfaatkan untuk tujuan positif seperti
pengambilan keputusan organisasi dan inovasi. Temuan sarankan menyampaikan rasa
hormat dapat membantu perawat mengelola dan bahkan menghindari api konflik dan
stres. Solusi yang ditawarkan untuk mengurangi dampak dari konflik dan stres sambil
mengembangkan budaya organisasi hormat.
Pengertian siklus komunikatif menyoroti sifat saling terkait konflik dan stresdan
tekanan konflik gabungan dan stres menempatkan pada individu. Perawat dalam
penelitian kami umumnya mengatakan konflik stres dan tanggung jawab sehari-hari
mereka difungsikan sebagai stres pekerjaan, yang bersepeda ke dalam konflik dengan
orang lain. Dinamika ini disayangkan di kebanyakan organisasi, tetapi sangat bermasalah
di rumah sakit, perawat dan tenaga kesehatan lainnya memerlukan kerja sama tim
holistik untuk memberikan perawatan pasien yang optimal. Daripada mempromosikan
perubahan yang positif, temuan menunjukkan konflik dan stres melemahkan hubungan
yang saling tergantung yang berada di pusat pelayanan kesehatan.
Perawat dapat membingkai ulang frustrasi komunikatif dan lingkungan hidup
sehingga konflik dipandang sebagai kesempatan untuk perubahan. Intervensi, seperti
pelatihan komunikasi, harus mengajarkan perawat bagaimana menghindari isolasi dan
menghindar dan menciptakan budaya menghormati. pendidikan tersebut harus dimulai
dalam program keperawatan sarjana dan pascasarjana dan termasuk teknik pengalaman
belajar. Konflik dan pengurangan stres keterampilan perlu diperkenalkan di kelas jauh
sebelum perawat masuk rotasi klinis atau karir mereka. manajemen konflik, komunikasi,
dan keterampilan perspektif-taking akan pergi jauh dalam membantu perawat
memperluas array mereka teknik untuk mengatasi stres dan burnout, selain mengelola
konflik secara konstruktif
BAB IV
PENUTUP
Upaya organisasi rumah sakit untuk menciptakan rumah sakit yang mempunyai citra
baik (berkualitas) di mata pelanggannya sangat ditentukan oleh kualitas SDM terstandarisasi
yang dimilikinya. SDM terstandarisasi berarti tenaga yang ada dalam organisasi telah
mempunyai keterampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan bidang tugas yang dikerjakan,
dapat dilihat dari tingkat pendidikan maupun pengalaman yang dimiliki SDM yang
bersangkutan. SDM rumah sakit pada dasarnya telah terspesialisasi secara jelas, karena
semua tenaga medis seperti perawat, bidan, dokter, dokter spesialis, farmasi dan lain-lain
secara khusus telah mempunyai latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas yang
mereka kerjakan.
DAFTAR PUSTAKA

Adi, Y. P., & Zainudin, A. (2008). Pada Rumah Sakit Myria Palembang.

Akhir, T. (2009). PENGEMBANGAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA PADA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA.

Ardianana. (2015). Manajemen Keperawatan, 1–5.

Handiwidjojo, W. (2009). Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Jurnal EKSIS,


2(Health Information System), 32–38. Retrieved from
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0ahUK
EwjShIK0yJrMAhWIVZQKHcIdB8kQFggfMAA&url=http://opac.say.ac.id/43/1/Naska
h
Publikasi.pdf&usg=AFQjCNFP3YLGwYl0r_WtriCyjNOyyGb6xg&sig2=L8r7enCH5I
MDv8hIFT_JHg

Hidayah, N. (2014). Manajemen Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim


Dalam Peningkatan Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit. Journal Kesehatan, VII(2), 1–17.
https://doi.org/10.1002/14651858.CD004439.pub2.De

Ii, B. A. B., & Pustaka, T. (2011). No Title, 11–28.

International Labour Organization. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk


Kerjasama dan Usaha yang Sukses.

Iswanto, Y. (2002). Konsep Dasar Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM), 1–51.

Kemenkes. (2009). Undang-undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang


Kesehatan. Undang-Undang Republik Indonesia, 1–48.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Kemenkes, R. (2014). Undang-undang No. 36 Tahun 2014. UU RI No. 36 Tahun 2009, (1), 2.
Retrieved from http://gajiroum.kemkes.go.id/gajiroum/data/UU_NO_36_2014.pdf

Kemenkes, R. (2016). Manajemen dan kepemimpinan dalam praktek keperawatan, 200.

Kemenkes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 80 tahun 2016 tentang
penyelenggataan pekerjaan asisten tenaga kesehatan. Berita negara RI tahun 2017 nomor
123. Retrieved from http://binfar.kemkes.go.id/jdih

Kuliah, M., Rumah, A., Magister, S., Kesehatan, I., & Universitas, M. (n.d.). Prinsip-prinsip
manajemen dalam pelayanan kesehatan.

Ners, P. P., & Klaten, S. M. (2016). Panduan manajemen keperawatan.

Nurjanah, M. (2013). Manajemen Rumah Sakit. Blogspot. Retrieved from


http://nurjanahmatkul.blogspot.co.id/2013/12/sanitasi-rs.html
Nursalam. (2011). MANAJEMEN KEPERAWATAN Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi 3. Salemba Medika.

Paper, W., Rahmadani, A., Padjadjaran, U., & Rahmadani, A. (2016). Rumah Sakit
Pemerintah Sebagai Sebuah Organisasi : Struktur , Manajemen Dan Pengembangan O
...., (January).

Pemerintah Republik Indonesia. (2014a). Undang-Undang No. 36 Tahun 2014 tentang


Tenaga Kesehatan, 78. Retrieved from
https://www.setneg.go.id/index.php?option=com_perundangan&id=404267&task=detail
&catid=1&Itemid=42&tahun=2014

Pemerintah Republik Indonesia. (2014b). Undang-Undang Republik Indonesia Tentang


Keperawatan. Undang-, 1.

Penggunaan, M., & Ekonomi, I. (1996). Sistem manajemen rumah sakit dalam perspektif
sejarah, 4–22.

Purnamasari, I., & Inrwandy, K. (2013). Analisis Proses Manajemen Sumber Daya Manusia
di Rumah Sakit Stella Maris Makasar. Jurnal Media Kesehatan Masyarakat Indonesia,
Vol. 9 No., 120–124.

Ratnamiasih, I., Govindaraju, R., Prihartono, B., & Sudirman, I. (2012). Kompetensi SDM
dan Kualitas Pelayanan Rumah Sakit. Trikonomika, 11(1), 49–57. https://doi.org/ISSN
1411-514X

S, C. (n.d.). Manajemen sumber daya manusia di rumah sakit.

(Adi & Zainudin, 2008; Akhir, 2009; Ardianana, 2015; Handiwidjojo, 2009; Hidayah,
2014; Ii & Pustaka, 2011; International Labour Organization, 2013; Iswanto, 2002;
Kemenkes, 2014, 2016, 2009; Kemenkes RI, 2016; Kuliah, Rumah, Magister, Kesehatan, &
Universitas, n.d.; Ners & Klaten, 2016; “No Title,” 2017; Nurjanah, 2013; Nursalam, 2011;
Paper, Rahmadani, Padjadjaran, & Rahmadani, 2016; Pemerintah Republik Indonesia, 2014a,
2014b; Penggunaan & Ekonomi, 1996; Purnamasari & Inrwandy, 2013; Ratnamiasih,
Govindaraju, Prihartono, & Sudirman, 2012; S, n.d.)

Anda mungkin juga menyukai