Bab Ii
Bab Ii
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Gangguan metabolisme sering terjadi pada anak, salah satunya yaitu penyakit
diare. Diare adalah proses buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair
setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat, yang biasanya disebabkan
oleh infeksi bakteri ataupun virus melalui makanan yang dikonsumsi. Penyakit diare
secara terus- menerus tetap menjadi masalah kesehatan pada anak, oleh karena itu
dalam makalah ini penulis akan membahas lebih dalam lagi mengenai Gangguan
Metabolik Pada Anak dengan Diare dan Asuhan Keperawatannya.
B.Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
1
Diharapkan setelah mempelajari materi ini kita dapat mengetahui mengenai
Asuhan Keperawatan Anak dengan Gangguan Metabolik Diare.
Tujuan khusus
Diharapkan setelah mempelajari mteri ini kita dapat mengetahui :
a. Anatomi fisiologi system pencernaan
b. Konsep dasar penyakit dengan gangguan metabolik
c. Asuhan keperawatan Anak dengan Gangguan Metabolik Diare
C.Batasan Masalah
D.Metode Penulisan
E.Sistematika penulisan
2
BAB IV : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
Daftar Pustaka
3
BAB II
PEMBAHASAN
A.DEFINISI
4
masuk, sebelum diserap pun sudah banyak yang hancur. Salah satu contoh gangguan
metabolik yang sering terjadi pada anak adalah diare.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari
mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang
terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam,
asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit,
terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi
belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna.
Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut
5
dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung
antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri
secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
b. Lambung
Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti
kandang keledai, terdiri dari 3 bagian yaitu kardia, fundus dan antrum. Makanan
masuk ke dalam lambung dari kerongkonan melalui otot berbentuk cincin (sfinter),
yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi
masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
lendir
asam klorida (HCl)
prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap
kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada
terbentuknya tukak lambung.
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai
penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
c. Usus Halus.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum),
yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam
6
duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus.
Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti
mengalirkan makanan.
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang
diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi
isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein,
gula dan lemak.
d. Pankreas.
e. Hati.
Hati merupakan sebuah organ yang besar dan memiliki berbagai fungsi, beberapa
diantaranya berhubungan dengan pencernaan.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah
yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung
dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta.
7
Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah
yang masuk diolah. Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah
diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah
kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya rektum ini kosong karena tinja
disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon
desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk
8
buang air besar (BAB). Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan
keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam
pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.
C.PENGERTIAN DIARE
Menurut Haroen N,S.suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi
encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lender dalam tinja.
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan
terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi dan Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana
terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair. Diare
adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan,
dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni
100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 1999).
Jadi, diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal
yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau
tanpa disertai darah atau lender sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada
lambung atau usus.
D.ETIOLOGI
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare,
meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
9
Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus,
Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur
(C. albicans).
b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya.
2. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). intoleransi
laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping
itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
3. Faktor Makanan:
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi
terhadap jenis makanan tertentu.
4. Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).
E.PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
1. Gangguan osmotik
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul
diare kerena peningkatan isi lumen usus.
3. Gangguan motilitas usus
10
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun
akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.
11
F.MANIFESTASI KLINIS
12
perbandingannya dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH
darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat
dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul) Gangguan kardiovaskuler pada tahap
hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat
(> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah,
muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium
pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan
menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini
tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu
keadaan gagal ginjal akut.
G.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan tinja
- Makroskopis dan mikroskopis
- PH dan kadar gula dalam tinja
- Bila perlu diadakan uji bakteri
1. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
2. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
3. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium, dan Posfat.
H.KOMPLIKASI
1. Dehidrasi ( ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic, atau hipertonik).
2. Renjatan Hipovolemik.
3. Hipokalemia.
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
13
7. Malnutrisi energy, protein, karena selain diare dan muntah penderita juga
mangalami kelaparan.
I. PENATALAKSANAAN
Prinsip Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada anak terdiri atas:
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
2. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi.
3. Memberikan terapi simtomatik
4. Memberikan terapi definitive :
14
* diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB
* diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB
* diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB
c. Jalan masuk atau cara pemberian cairan
Rute pemberian cairan pada orang dewasa meliputi oral dan intravena.
Larutan orali dengan komposisi berkisar 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5g NaBik dan
1,5 g KCl stiap liternya diberikan per oral pada diare ringan sebagai upaya pertama
dan juga setelah rehidrasi inisial untuk mempertahankan hidrasi.
d. Jadual pemberian cairan
Jadual rehidrasi inisial yang dihitung berdasarkan BJ plasma atau sistem skor
diberikan dalam waktu 2 jam dengan tujuan untuk mencapai rehidrasi optimal secepat
mungkin. Jadual pemberian cairan tahap kedua yakni untuk jam ke-3 didasarkan pada
kehilangan cairan selama 2 jam fase inisial sebelumnya. Dengan demikian, rehidrasi
diharapkan lengkap pada akhir jam ke-3.
15
Pemeriksaan penunjang yang telah disinggung di atas dapat diarahkan sesuai
manifestasi klnis diare.
16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN METABOLISME
DIARE
1 . Pengkajian
17
masalah feeding (vomiting, colic, diare), dan penggunaan vitamin dan mineral atau
suplemen lain.
5) Penyakit sebelumnya
Penyebabnya, gejala-gejalanya, perjalanan penyakit, penyembuhan,
kompliksi, insiden penyakit dalam keluarga atau masyarakat, respon emosi terhadap
rawat inap sebelumnya.
6) Alergi
Apakah pernah menderita hay fever, asthma, eksim. Obat-obatan, binatang,
tumbuh-tumbuhan, debu rumah
7) Obat-obat terakhir yang didapat
Nama, dosis, jadwal, lamanya, alasan pemberian.
8) Imunisasi
Polio, hepatitis, BCG, DPT, campak, sudah lengkap pada usia 3 tahun, reaksi
yang terjadi adalah biasanya demam, pemberian serum-serum lain, gamma
globulin/transfusi, pemberian tubrkulin test dan reaksinya.
9) Tumbuh Kembang
Berat waktu lahir 2, 5 Kg - 4 Kg. Berat badan bertambah 150 – 20 gr/minggu,
TB bertambah 2,5 cm / bulan, kenaikan ini terjadi sampai 6 bulan. Gigi mulai tumbuh
pada usia 6-7 bulan, mulai duduk sendiri pada usia 8-9 bulan, dan bisa berdiri dan
berjalan pada usia 10-12 bulan.
d. Riwayat Psikososial
Anak sangat menyukai mainannya, anak sangat bergantung kepada kedua
orang tuanya dan sangat histeris jika dipisahkan dengan orang tuanya. Usia 3 tahun
(toddlers) sudah belajar bermain dengan teman sebaya.
e. Riwayat Spiritual
Anak sudah mengenal beberapa hal yang bersifat ritual misalnya berdoa.
f. Reaksi Hospitalisasi
1) Kecemasan akan perpisahan : kehilangan interaksi dari keluarga dan lingkungan
yang dikenal, perasaan tidak aman, cemas dan sedih
18
2) Perubahan pola kegiatan rutin
3) Terbatasnya kemampuan untuk berkomunikasi
4) Kehilangan otonomi
5) Takut keutuhan tubuh
6) Penurunan mobilitas seperti kesempatan untuk mempelajari dunianya dan
terbatasnya kesempatan untuk melaksanakan kesenangannya
g. Aktivitas Sehari-Hari
► Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital
Suhu badan : mengalami peningkatan
Nadi : cepat dan lemah
Pernafasan : frekuensi nafas meningkat
Tekanan darah : menurun
2. Antropometri
Pemeriksaan antropometri meliputi berat badan, Tinggi badan, Lingkaran
kepala, lingkar lengan, dan lingkar perut. Pada anak dengan diare mengalami
penurunan berat badan.
3. Pernafasan
Biasanya pernapasan agak cepat, bentuk dada normal, dan tidak ditemukan
bunyi nafas tambahan.
4. Cardiovasculer
Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan, denyut nadi cepat dan lemah.
5. Pencernaan
Ditemukan gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan mulut kering,
peristaltik usus meningkat, anoreksia, BAB lebih 3 x dengan konsistensi encer
6. Perkemihan
Volume diuresis menurun.
7. Muskuloskeletal
19
Kelemahan fisik akibat output yang berlebihan
8. Integumen
lecet pada sekitar anus, kulit teraba hangat, turgor kulit jelek
9. Endokrin
Tidak ditemukan adanya kelaianan.
10. Penginderaan
Mata cekung, Hidung, telinga tidak ada kelainan
11. Reproduksi
Tidak mengalami kelainan.
12. Neorologis
Dapat terjadi penurunan kesadaran.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah
serta intake terbatas (mual).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrient
dan peningkatan peristaltik usus.
3. Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
20
4. Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anaknya
5. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d
pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan
kognitif.
6. Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru
3. Rencana Keperawatan
Dx.1 : Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan
muntah serta intake terbatas (mual)
Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda- tanda
dehidrasi
Intervensi
1. Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi.
2. Pantau intake dan output.
3. Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium
4. Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif
Rasional
1. Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama feses.
2. Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan
cairan pengganti.
3. Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa
4. Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui.
Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi
nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan berat
badan.
Intervensi
21
1. Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.
2. Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera mulai
pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan.
3. Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet
4. Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi
Rasional
1. Menurunkan kebutuhan metabolic
2. Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan
peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi.
3. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien
memungkinkan.
4. Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
5. Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan mengatasi/mencegah kekurangan
nutrisi lebih lanjut.
22
2. Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian kliendan meningkatkan
kemampuan koping.
3. Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi
4. Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan
spasme traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis.
5. Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya.
Dx.5 : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi
b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan
kognitif.
Tujuan : Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta
mampu mendemonstrasikan perawatan anak di rumah.
Intervensi
23
1. Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan
tentang penyakit dan perawatan anaknya.
2. Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap
gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari-hari.
3. Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta
efek samping yang mungkin timbul
4. Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi
Rasional
1. Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar
belakang pengetahuan sebelumnya.
2. Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi
keluarga klien dan keluarga dalam proses perawatan klien
3. Meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam pengobatan.
4. Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap kebutuhan
perawatan diri anaknya
Dx. 6 : Kecemasan anak b.d Perpisahan dengan orang tua, lingkugan yang baru
Tujuan : Kecemasan anak berkurang dengan kriteria memperlihatkan tanda-tanda
kenyamanan.
Intervensi
1. Anjurkan pada keluarga untuk selalu mengunjungi klien dan berpartisipasi dalam
perawatan yang dilakukan
2. Berikan sentuhan dan berbicara pada anak sesering mungkin
3. Lakukan stimulasi sensory atau terapi bermain sesuai dengan ingkat perkembangan
klien
Rasional
1. Mencegah stres yang berhubungan dengan perpisahan
2. Memberikan rasa nyaman dan mengurangi stress
3. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan secara optimum
24
4. Intervensi
Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang
telah direncanakan sebelumnya.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut
tercapai. Bila ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang kemudian
disusun rencana, kemudian dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau
dievaluasi, bila dalam evaluasi belum teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan
seterusnya sampai tujuan tercapai.
25
BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan bab di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa diare adalah suatu
kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan
konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lender
sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus. Adapun
beberapa factor yang dapat menyebabkan diare antara lain faktor infeksi, faktor
malabsorbsi factor makanan dan factor psikologis.
1. Faktor infeksi
2. Faktor Malabsorbsi
3. Faktor Makanan:
4. Faktor Psikologis
b. Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1913171-asuhan-keperawatan-anak-
dengan-diare/ dikutip tanggal 28 februari 2010.
27