Anda di halaman 1dari 9

Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 2015 104

Volume 6 Nomor 1 2015 ISSN : 2302-7827

STUDI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN FISIKA


BERBASIS HIGHER ORDER THINKING (HOTS)
PADA KELAS X DI SMA NEGERI KOTA YOGYAKARTA
Nurris Septa Pratama1 , Edi Istiyono2
Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta
email: pakcik.septa88@gmail.com1 , edi_istiyono@uny.ac.id2

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pelaksanaan perencanaan pembelajaran fisika berbasis
higher order thinking skills (HOTS) di kelas X SMA, (2) pelaksanaan pembelajaran fisika berbasis HOTS di
kelas X SMA. Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan populasi SMA negeri di Kota Yogyakarta.
Sampelnya sejumlah 10 SMA negeri ditentukan dengan teknik census. Sumber informasi terdiri atas 10 guru
fisika kelas X dan 281 peserta didik. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis dokumen
RPP, pedoman observasi, lembar angket guru dan peserta didik dan dokumentasi. Data dianalisis dengan teknik
deskriptif kualitatif dan didukung data kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan
perencanaan pembelajaran fisika berbasis HOTS yang disusun oleh guru fisika kelas X pada SMA negeri di
Kota Yogyakarta berada pada kategori terlaksana sedang (TS). Pelaksanaan pembelajaran fisika berbasis HOTS
yang dilakukan oleh guru fisika kelas X pada SMA negeri di Kota Yogyakarta berada pada kategori terlaksana
sedang (TS).

Kata Kunci : pelaksanaan, fisika, HOTS, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran.

1. Pendahuluan mengkaji objek-objek telaahnya yang berupa benda-


benda serta peristiwa-peristiwa alam menggunakan
Pendidikan merupakan pondasi awal dari
prosedur yang baku yang biasa disebut
pembangunan sumber daya manusia dalam sebuah
metode/proses ilmiah. Mundilarto (2010, p.3)
negara. Sejalan dengan Undang-undang Republik
menyatakan bahwa “fisika merupakan ilmu yang
Indonesia Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem
berusaha memahami aturan-aturan alam yang begitu
Pendidikan Nasional, Bab II pasal 3 menyatakan
indah dan dengan rapih dapat dideskripsikan secara
bahwa Pendidikan Nasional berfungsi
matematis”. Koballa & Chiapetta, (2010, p.105)
mengembangkan kemampuan dan membentuk
menyatakan bahwa fisika sebagai bagian dari sains
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
(IPA) pada hakekatnya merupakan 1) pengumpulan
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
pengetahuan (a body of knowledge),2) cara atau
bertujuan mengembangkan potensi peserta didik
jalan berpikir (a way of thinking), 3) cara untuk
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
penyelidikan (a way of investigating) tentang alam
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
semesta ini, 4) interaksi dengan teknologi dan sosial
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
(it’s interaction with technology and society).
warga Negara yang demokratis serta bertanggung
Dari beberapa pendapat tentang fisika di
jawab.
atas, maka dapat disimpulkan bahwa fisika
Berdasarkan undang-undang sistem
merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari
pendidikan nasional di atas bahwa salah satu fungsi
gejala-gejala alam. Fisika disajikan dalam bentuk
pendidikan nasional adalah berupaya mencerdaskan
yang sederhana yang diterjemahkan dalam bahasa
kehidupan bangsa. visi untuk mewujudkan sistem
matematika dan dapat dipahami serta diperoleh dari
pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan
hasil penelitian, percobaan, pengukuran, penyajian
berwibawa untuk memberdayakan semua warga
secara matematis.
negara Indonesia. Pendidikan harus mampu
Tujuan pembelajaran fisika yaitu
menjadikan manusia yang berkualitas dan menjawab
meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik,
tantangan zaman.
sehingga mereka tidak hanya mampu dan terampil
Fisika sebagai ilmu dasar memiliki
dalam bidang psikomotorik dan kognitif, melainkan
karakteristik yang mencakup bangun ilmu yang
juga mampu menunjang berpikir sistematis, objektif
terdiri atas fakta, konsep, prinsip, hukum, postulat,
dan kreatif. Proses pembelajaran fisika yang tidak
dan teori serta metodologi keilmuan. Fisika dalam
sesuai dengan hakikat pembelajaran fisika kurang

Studi Pelaksanaan Pembelajaran Fisika... Nurris Septa Pratama,dkk


Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 2015 105
Volume 6 Nomor 1 2015 ISSN : 2302-7827

memberi kesempatan pada peserta didik untuk Indonesia memperoleh nilai 397 dimana nilai ini
terlibat aktif dalam proses-proses ilmiah, berada di bawah nilai rata-rata internasional yaitu
keterampilan proses sains, dan kurang melatih 500. Berdasarkan data prosentase rata-rata jawaban
keterampilan higher order thinking skills. Liliasari benar untuk konten sains dan domain kognitif
(2011, p.9) menyatakan pencapaian tujuan tersebut khususnya Fisika, prosentase jawaban benar pada
pembelajaran sains bukan ditentukan pada konsep soal pemahaman selalu lebih tinggi dibandingkan
semata, melainkan lebih diarahkan pada efek iringan dengan prosentase jawaban benar pada soal
pembelajaran yang salah satunya adalah HOTS. penerapan dan penalaran.
Era globalisasi ditandai dengan Aspek pemahaman, penerapan, dan
perkembangan masyarakat yang semakin kritis penalaran dalam ranah kemampuan kognitif seperti
dengan tuntutan terhadap layanan, kualitas, dan yang diterapkan pada TIMSS dapat digunakan untuk
produk semakin tinggi. Untuk mengantisipasi menunjukkan profil kemampuan berpikir peserta
tuntutan era globalisasi maka diperlukan didik. Dari ketiga aspek tersebut, aspek pemahaman
kemampuan berikir HOTS, pendidikan bertekad dan penerapan termasuk dalam kemampuan berpikir
meningkatkan kinerja yang berkualitas tinggi dasar. Sedangkan aspek penalaran termasuk dalam
melalui proses pembelajaran dengan dukungan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Berdasarkan
sistem, materi, dan sumber daya manusia yang hasil TIMSS maka dapat dikatakan bahwa
terbaik. Dengan kemampuan tersebut, diharapkan kemampuan HOTS peserta didik Indonesia masih
mampu bersaing di era globalisasi. rendah. Hal ini dapat terjadi karena dalam proses
Sebagai langkah awal untuk mengetahui pembelajaran peserta didik kurang dirangsang untuk
kualitas peserta didik dalam bidang sains pada meningkatkan HOTS.
tingkat sekolah menengah, kita dapat melihat Peningkatan HOTS telah menjadi salah
prestasinya di tingkat nasional atau internasional satu prioritas dalam pembelajaran sains dalam
sebagai dasar pijakan. Prestasi pada tingkat nasional sekolah. Pengajaran HOTS dilandasi dua filosofi:
yang diungkapkan dari hasil penelitian Istiyono harus ada materi atau pelajaran khusus tentang
(2014) menunjukkan bahwa kemampuan berpikir berfikir dan mengintegrasi kegiatan berfikir kedalam
tingkat tinggi fisika peserta didik kelas XI SMA di pembelajaran fisika. Dengan demikian, keterampilan
Daerah Istimewa Yogyakarta belum memuaskan, berfikir terutama HOTS harus dikembangkan dan
yaitu 49% peserta didik berada di bawah menjadi bagian dari pelajaran fisika sehari-hari.
kemampuan rata-rata. sedangkan berdasarkan Dengan pendekatan ini, keterampilan berfikir dapat
pemetaan hasil Ujian Nasional (UN) tahun 2012- dikembangkan dengan cara membantu peserta didik
2013 dalam mata pelajaran fisika Daerah Istimewa menjadi problem solving yang lebih baik. Untuk itu
Yogyakarta (DIY) menduduki urutan ke-10 dari 33 guru harus menyediakan masalah (soal) yang
Propinsi khusus mata pelajaran fisika, dengan nilai memungkinkan peserta didik mengunakan HOTS.
rata-rata hasil ujian 6,90 (Balitbang Kemendiknas: HOTS merupakan aspek yang perlu
2013). Sebagai kota pelajar seharusnya Yogyakarta dikembangkan dalam pembelajaran fisika. Salah
berada pada level atas. Hasil UN untuk semua satu aspek yang perlu dikembangkan adalah
bidang studi, baik di tingkat nasional maupun kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
daerah. fisika yang efektif dan efisien dalam membelajarkan
Prestasi pada tingkat internasional menurut peserta didik, baik dalam berpikir secara logis, sikap
data PISA (Program of International Student dan keterampilan. Hal ini senada dengan pendapat
Assesment) dalam aspek sains Indonesia menduduki Moon, Mayes, & Hutchinson, (2002, p.54) yang
peringkat ke 38 berturut-turut pada tahun 2000 dan menyatakan guru yang efektif adalah guru yang
2003 dengan skor 393 dan 395, dan peringkat ke 50 mempunyai persiapan dan pelaksanaan
pada tahun 2006 dengan skor 393, sedangkan pada pembelajaran yang sistematis.
tahun 2012 peringkat ke 64 dari 65 negara dengan Dalam penelitian ini dibatasi pada aspek
skor 382. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran fisika
skor prestasi sains Indonesia berada signifikan di yang berbasis HOTS. Perencanaan pembelajaran
bawah rata-rata internasional yang ditetapkan pada yaitu kemampuan guru dalam menyusun RPP
skor 500. sedangkan pelaksanaan pembelajaran yaitu
Salah satu studi internasional mengenai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran
kemampuan kognitif siswa yaitu TIMSS (Trends in yang berbasis HOTS.
Mathematics and Science Study) yang diadakan oleh Perencanaan pembelajaran memiliki peran
IEA (2012). (International Association for the yang penting dalam proses pembelajaran. Hal ini
Evaluation of Educational Achievement). Hasil sesuai dengan Permendikbud Nomor 65 tahun 2013
TIMSS 2011 pada bidang Fisika menunjukkan tentang standar proses yang menyatakan bahwa

Studi Pelaksanaan Pembelajaran Fisika... Nurris Septa Pratama,dkk


Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 2015 106
Volume 6 Nomor 1 2015 ISSN : 2302-7827

setiap pendidik pada satuan berkewajiban menyusun thinking), dasar (basic thinking), kritis (critical
rencana pelaksanaan pembelajaran secara lengkap thinking) dan kreatif (creative thinking) (Krulik &
dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secar Rudnick, 1999, p.138) Berdasarkan tingkatan
interaktif, inspiratif, menyenangkan, mantang, berpikir ini, tingkatan berpikir yang paling tinggi
efisien, memotivasi peserta didik untuk adalah berpikir kreatif.
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang HOTS merupakan proses berpikir yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian tidak sekedar menghafal dan menyampaikan
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik kembali informasi yang diketahui. HOTS
serta psikologis peserta didik. Berdasarkan merupakan kemampuan menghubungkan,
pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa salah memanipulasi, dan mentransformasi pengetahuan
satu faktor penting untuk mencapai tujuan serta pengalaman yang sudah dimiliki untuk berpikir
pendidikan adalah proses pembelajaran, Dalam secara kritis dan kreatif dalam upaya menentukan
meningkatkan tujuan pembelajaran fisika yang ingin keputusan dan memecahkan masalah pada situasi
dicapai maka perlu perencanaan pembelajaran yang yang baru dan itu semua tidak dapat dilepaskan dari
baik. kehidupan sehari-hari. Berpikir tingkat tinggi terjadi
Dalam melaksanakan proses pembelajaran, ketika seseorang menerima informasi baru dan
guru memerlukan perencanaan pembelajaran, baik mengambil informasi yang tersimpan dalam memori
dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. lalu saling menghubungkan atau menata kembali
Pembelajaran fisika yang banyak ditemui selama ini dan memperluas informasi untuk mencapai tujuan
hanya menekankan aspek produk tanpa seperti menemukan jawaban atas persoalan yang
memperhatikan aspek proses. Penyajian pelajaran dihadapi (Brookhart, 2010, p.3).
fisika sebagai bagian dari sains harusnya Aspek-aspek dari kemampuan berpikir
dilaksanakan sebagai produk dan proses dengan tingkat tinggi peserta didik pada proses
seimbang. Artinya dalam kegiatan pembelajaran pembelajaran khususnya fisika dapat ditinjau dari
fisika peserta didik tidak hanya menerima produk taksonomi Bloom. Dalam taksonomi Bloom terdapat
pengetahuan dari guru melainkan juga harus tiga aspek dari ranah kognitif yang menjadi bagian
mengalami proses untuk memperoleh pengetahuan dari kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu aspek
itu. analisis, aspek evaluasi dan aspek mencipta
Salah satu kelemahan proses pembelajaran (Anderson & Krathwohl, 2001, p. 63). Kemampuan
yang dilaksanakan para guru adalah kurang adanya berpikir tingkat tinggi tidak hanya sekedar
usaha pengembangan kemampuan HOTS peserta menganalisa, mensintesa serta mencipta, melainkan
didik. Dengan demikian kemampuan intelektual juga mencakup proses menemukan (inquiry),
anak untuk berkembang secara utuh diabaikan. berpikir kritis (critical thinking), serta pemecahan
Pembelajaran masih dominan mengajarkan masalah (problem solving).
kemampuan berpikir tingkat rendah. Kemampuan berpikir tingkat tinggi pada
Kebiasaan berpikir tingkat rendah yang perencanaan pembelajaran fisika berbasis HOTS
diajarkan di sekolah menyebabkan peserta didik dapat diketahui dengan menganalisis dokumen RPP
kurang mampu dalam menyelesaikan persoalan- yang disusun oleh guru, menyebarkan angket kepada
persoalan secara kreatif dan inovatif, sehingga wajar guru terhadap pemahaman perencanaan
pada tingkat nasional maupun internasional peserta pembelajaran fisika berbasis HOTS. Pada
didik dari Indonesia belum memuaskan. Untuk pelaksanaan pembelajaran fisika berbasis HOTS
mengatasi persoalan tersebut para peserta didik dapat diketahui dengan melakukan observasi
tingkat SMA perlu diarahkan untuk me- pelaksanaan pembelajaran dikelas yang dilakukan
ngembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi guru, serta menyebarkan angket guru dan peserta
(Higher Order Thinking Skills). didik terhadap pelaksanaan pembelajaran fisika
Berpikir adalah proses yang intens untuk berbasis HOTS. Untuk itu, diperlukan instrumen
memecahkan masalah, dengan menghubungkan satu penelitian berupa lembar observasi, lembar analisis
hal dengan yang lain sehingga mendapatkan dokumen RPP, serta angket guru dan peserta didik
pemecahan. berpikir juga berusaha untuk memahami yang dilengkapi dengan rubrik penilaian
sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari pembelajaran berbasis HOTS.
persoalan yang sedang dihadapi. Terdapat perbedaan Berdasarkan uraian di atas, diperlukan
yang sangat signifikan antara manusia yang terbiasa penelitian awal tentang keterlaksanaan pembelajaran
memecahkan masalah dan belum pernah fisika yang berbasis HOTS. Penelitian ini berusaha
memecahkan masalah (Kohl & Finkelstein, 2008, memberikan kontribusi dalam pendidikan khususnya
p.11-12). Secara umum, keterampilan berpikir terdiri pada proses pembelajara fisika dengan melakukan
atas empat tingkat, yaitu: menghafal (recall studi mengenai keterlaksanaan pembelajaran fisika

Studi Pelaksanaan Pembelajaran Fisika... Nurris Septa Pratama,dkk


Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 2015 107
Volume 6 Nomor 1 2015 ISSN : 2302-7827

yang ditinjau dari perencanaan pembelajaran fisika nya ditelaah dengan menggunakan pedoman
berbasis HOTS yang disusun oleh guru fisika kelas penilaian dokumen.
X SMA, dan pelaksanaan pembelajaran fisika
Teknik Analisis Data
berbasis HOTS yang dilakukan oleh guru fisika
kelas X SMA untuk dijadikan pijakan Analisis data dilakukan dengan teknik
pengembangan sistem pembelajaran fisika berbasis deskriptif kualitatif, yang didukung data kuantitatif
higher order thinking di masa mendatang. yaitu dengan mendeskripsikan dan memaknai data
2. Metode Penelitian dari masing-masing komponen kemudian dianalisis
secara kuantitatif dan kualitatif.
Penelitian ini termasuk dalam jenis
Langkah-langkah analisis meliputi:
penelitian campuran dengan menggunakan metode
(1) menghitung skor (tertinggi dan terendah) pada
survey. Metode survey dipilih dengan pertimbangan
masing-masing komponen; (2) meng-hitung rerata
bahwa penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
skor masing-masing komponen atau mean ideal (X);
deskripsi tentang keadaan populasi secara alami, dan
(3) menggunakan simpangan baku ideal (SBx); dan
apa adanya (Syaodih, 2006, p. 64). Penelitian ini
(4) menentu-kan tingkat kecenderungan. Menurut
tidak memberikan perlakuan apapun terhadap subjek
Azwar (2015, p. 148) kategorisasi ini didasarkan
penelitian, tetapi dengan cara memberikan daftar
oleh asumsi bahwa kelompoknya merupakan
isian yang dibagikan untuk diisi sesuai dengan
estimasi terhadap skor individu dalam populasi dan
keadaan yang sebenarnya. Data utama dalam
asumsi bahwa skor individu dalam populasinya
penelitian ini berupa jawaban yang diberikan
terdistribusi normal.
responden untuk mengungkap sistem penilaian hasil
Analisis data yang muncul baik itu berupa
belajar fisika.
kata- kata dan bukan rangkaian angka dari data yang
Jenis Penelitian dikumpulkan dalam berbagai macam cara yaitu:
wawancara, observasi dan dokumentasi peneliti
Penelitian ini menggunakan pendekatan
menggunakan analisis interaktif menurut (Milles
deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.
&Huberman 2014).
Waktu dan Tempat Penelitian 3. Pembahasan
Penelitian dilaksanakan di 10 SMA Negeri Hasil Penelitian
yang ada di Kota Yogyakarta. Penelitian ini
Penilaian perencanaan pembelajaran fisika
dilaksanakan pada bulan Maret –Mei 2015 di SMA
yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Negeri se-Kota Yogyakarta.
berbasis HOTS yang disusun oleh 10 responden
Target/Subjek Penelitian guru fisika kelas X SMA Negeri di Kota
Yogyakarta. Aspek-aspek yang dianalisis yaitu
Populasi penelitian ini terdiri atas guru
komponen RPP, identitas, kompetensi dasar (KD),
mata pelajaran fisika dan peserta didik kelas X pada indikator, alokasi waktu, perumusan tujuan, materi
Sekolah Menengah Atas Negeri se-Kota Yogyakarta pembelajaran, pemilihan metode pembelajaran,
tahun ajaran 2014/2015. Pengambilan sampel
kegiatan pembelajaran, pemilihan sumber/media
menggunakan teknik total sampling, yaitu teknik
pembelajaran, penilaian hasil belajar, kebahasaan.
pengambilan sampel dengan mengambil semua
Hasil penilaian perencanaan pembelajaran RPP
populasi sebagai sampel.
berbasis HOTS yang disusun oleh 10 responden
Prosedur guru fisika kelas X SMA Negeri se-Kota Yogyakarta
dapat dilihat pada Tabel 1.
Prosedur pengumpulan data tentang
perencanaan pembelajaran fisika berbasis HOTS Tabel 1. perencanaan pembelajaran RPP
dapat dilakukan dengan menganalisis dokumen RPP berbasis HOTS yang disusun guru
yang disusun oleh guru, menyebarkan angket kepada
guru terhadap pemahaman perencanaan
pembelajaran fisika berbasis HOTS. Pada
pelaksanaan pembelajaran fisika berbasis HOTS
dapat dilakukan dengan melakukan observasi
pelaksanaan pembelajaran dikelas yang dilakukan
guru, serta menyebarkan angket guru dan peserta
didik terhadap pelaksanaan pembelajaran fisika
berbasis HOTS. Dokumen yang terkumpul selanjut-

Studi Pelaksanaan Pembelajaran Fisika... Nurris Septa Pratama,dkk


Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 2015 108
Volume 6 Nomor 1 2015 ISSN : 2302-7827

ASPEK YANG DINILAI Gambar 2. Persentase triangulasi penilaian


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 RPP berbasis HOTS
Komponen Identitas KD Indikator Waktu Tujuan Materi Metode Pembelajaran Sumber/media Penilaian Kebahasaan
Kemampuan guru dalam menyusun
KRI KRI KRI KRI KRI KRI KRI KRI KRI KRI KRI KRI
perencanaan pembelajaran pada aspek indikator RPP
GURU
berbasis HOTS diperoleh dari data analisis dokumen
GFN 1 YK TST TST TST TS TST TS TT TS TS TS TSR TST
RPP dan data angket pemahaman guru dalam
GFN 2 YK TST TST TST TS TST TS TT TS TR TR TSR TST
menyusun perencanaan pembelajaran. Data-data
GFN 3 YK TST TST TST TS TST TS TT TS TR TR TSR TST
tersebut di-cross check melalui teknik triangulasi.
GFN 4 YK TST TST TST TS TST TS TS TS TR TR TSR TST Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa kejelasan
GFN 5 YK TST TST TST TR TST TR TS TS TR TR TSR TST rumusan indikator sudah terpenuhi, cakupan
GFN 6 YK TST TST TST TR TST TR TS TS TR TR TSR TST rumusan tujuan terpenuhi, sedangkan aspek-aspek
GNF 7 YK TST TST TST TR TST TR TS TR TR TR TSR TST HOTS pada indikator RPP sudah muncul yaitu pada
GNF 8 YK TST TST TST TR TST TS TS TR TR TR TSR TST aspek menganalisis, berpikir kritis, dan pemecahan
GNF 9 YK TST TST TST TR TST TR TS TR TR TR TSR TST
masalah. untuk aspek evaluasi dan mencipta belum
muncul.
GNF 10 YK TST TT TT TS TST TS TT TS TR TS TSR TST
Kemampuan guru dalam menyusun
Rerata TST TST TST TS TST TS TS TS TR TR TSR TST
perencanaan pembelajaran pada aspek perumusan
tujuan pembelajaran berbasis HOTS diperoleh dari
Persentase penilaian kinerja guru dalam data analisis dokumen RPP dan data angket
pelaksanaan penilaian dapat dilihat pada Gambar 1. pemahaman guru dalam menyusun perencanaan
pembelajaran. Data-data tersebut di-cross check
melalui teknik triangulasi. Berdasarkan data tersebut
diketahui bahwa terdapat kesesuaian antara
perumusan tujuan dengan kompetensi dasar,
terpenuhinya kelengkapan cakupan rumusan,
sedangkan aspek-aspek HOTS pada perumusan
tujuan pembelajaran sudah muncul yaitu pada aspek
menganalisis, berpikir kritis, dan pemecahan
masalah. untuk aspek evaluasi dan mencipta belum
muncul.
Kemampuan guru dalam menyusun
perencanaan pembelajaran pada aspek materi
Gambar 1. Diagram batang Persentase pembelajaran berbasis HOTS diperoleh dari data
penilaian RPP berbasis HOTS analisis dokumen RPP dan data angket pemahaman
guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran.
Rata-rata kemampuan guru fisika kelas X Data-data tersebut di-cross check melalui teknik
SMA Negeri se-Kota Yogyakarta dalam menyusun triangulasi. Berdasarkan data tersebut diketahui
RPP berbasis HOTS menunjukkan kategori bahwa terdapat kesesuaian antara materi
terlaksana sedang (TS). pembelajaran dengan tujuan pembelajaran, terdapat
Hasil analisis perencanaan pembelajaran kesesuaian antara materi pembelajaran dengan
(RPP) yang di triangulasikan dengan angket silabus, memenuhi aspek kedalaman materi, sesuai
penilaian guru dapat dilihat pada Gambar 2. dengan karakteristik peserta didik, sedangkan aspek-
aspek HOTS pada materi pembelajaran sudah
muncul yaitu pada aspek menganalisis, berpikir
kritis, dan pemecahan masalah. untuk aspek evaluasi
dan mencipta belum muncul. Disamping itu
terpenuhinya kelogisan sajian materi, susunan materi
pembelajaran sistematis dan sesuai antara materi
pembelajaran dnegan waktu yang tersedia.
Kemampuan guru dalam menyusun
perencanaan pembelajaran pada aspek pemilihan
metode pembelajaran berbasis HOTS diperoleh dari
data analisis dokumen RPP dan data angket
pemahaman guru dalam menyusun perencanaan
pembelajaran. Data-data tersebut di-cross check
melalui teknik triangulasi. Berdasarkan data tersebut

Studi Pelaksanaan Pembelajaran Fisika... Nurris Septa Pratama,dkk


Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 2015 109
Volume 6 Nomor 1 2015 ISSN : 2302-7827

diketahui bahwa terdapat kesesuaian antara Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pemilihan metode pembelajaran dengan tujuan, perencanaan pembelajaran fisika berbasis HOTS
materi pembelajaran dan karakteristik peserta didik. berada pada kategori terlaksana sedang (TS).
Sedangkan aspek-aspek HOTS pada pemilihan Berdasarkan hasil analisis dokumen RPP beberapa
metode pembelajaran sudah muncul yaitu pada aspek HOTS sudah muncul tetapi belum maksimal
aspek menganalisis, berpikir kritis, dan pemecahan seperti, menganalisis pada kategori sedang,
masalah. Sebaliknya untuk aspek evaluasi dan mengevaluasi dan berpikir kritis pada kategori
mencipta belum muncul. sangat rendah, pemecahan masalah pada kategori
Kemampuan guru dalam menyusun rendah.
perencanaan pembelajaran pada aspek kegiatan Pelaksanaan pembelajaran fisika adalah
pembelajaran berbasis HOTS diperoleh dari data implementasi dari rencana pelaksanaan
analisis dokumen RPP dan data angket pemahaman pembelajaran (RPP) yang berbasis HOTS dengan
guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran. melakukan pengamatan/observasi kepada 10
Data-data tersebut di-cross check melalui teknik responden guru fisika kelas X SMA Negeri se-Kota
triangulasi. Berdasarkan data tersebut diketahui Yogyakarta. Aspek-aspek yang diobservasi meliputi:
bahwa kelengkapan langkah-langkah dalam setiap kegiatan awal, penguasaan materi,
tahapan pembelajaran sudah terpenuhi yaitu kegiatan pendekatan/strategi pembelajaran, pemanfaatan
awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Kegiatan sumber media pembelajaran, pelibatan peserta didik,
pembelajaran berpusat pada peserta didik (student penilaian proses dan hasil belajar, pengunaan
centered) peran guru tidak dominan serta dalam bahasa, kegiatan penutup. Selama pelaksanaan
pembelajaran terjadi interaksi 2 arah. Kesesuaian pembelajaran, dilakukan observasi untuk
waktu dalam pembelajaran sesuai dengan alokasi mengetahui keterlaksanaan pembelajaran fisika
waktu yang tersedia. Aspek-aspek HOTS pada berbasis HOTS. Hasil observasi yang diperoleh
kegiatan pembelajaran muncul yaitu pada aspek dapat dilihat pada Tabel 2.
menganalisis, berpikir kritis, dan pemecahan Tabel 2. Observasi pelaksanaan
masalah. untuk aspek evaluasi dan mencipta belum pembelajaran berbasis HOTS
muncul. ASPEK YANG DINILAI
Kemampuan guru dalam menyusun GURU Pendahuluan Materi Strategi Sumber/media Pelibatan PS Penilaian Kebahasaan Penutup
perencanaan pembelajaran pada aspek pemilihan kriteria kriteria kriteria kriteria kriteria kriteria kriteria kriteria
media/sumber belajar berbasis HOTS diperoleh dari GF A TST TT TT TR TS TR KR TST
data analisis dokumen RPP dan data angket GF B TR TT TS TR TS TSR TST TR
pemahaman guru dalam menyusun perencanaan GF C TT TT TT TSR TS TSR TST TS
pembelajaran. Data-data tersebut di-cross check GF D TT TS TS TR TS TSR TST TSR
melalui teknik triangulasi. Berdasarkan data tersebut GF E TST TT TT TR TS TSR TST TSR
diketahui bahwa terdapat kesesuaian antara GF F TS TT TS TSR TS TSR TST TSR
media/sumber belajar dengan tujuan pembelajaran, GF G TS TS TS TR TS TSR TST TR
materi pembelajaan, kebutuhan peserta didik, GF H TS TS TS TR TS TSR TST TR
perkembangan peserta didik. sedangkan aspek-aspek GF I TST TS TS TR TS TSR TST TR
HOTS pada pemilihan media/sumber belajar sudah GF J TT TS TS TS TS TSR TST TSR
muncul yaitu pada aspek menganalisis, berpikir
Rerata TS TS TS TR TS TSR TST TR
kritis, dan pemecahan masalah. untuk aspek evaluasi
dan mencipta belum muncul. Persentase perlaksanaan pembelajaran
Kemampuan guru dalam menyusun fisika berbasis HOTS yang dilakukan guru fisika
perencanaan pembelajaran pada aspek penilaian kelas X SMA Negeri se-Kota Yogyakarta
hasil belajar berbasis HOTS diperoleh dari data ditunjukkan pada Gambar 3.
analisis dokumen RPP dan data angket pemahaman
guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran.
Data-data tersebut di-cross check melalui teknik
triangulasi. Berdasarkan data tersebut diketahui
bahwa terdapat kesesuaian antara teknik penilian
dengan tujuan pembelajaran. Pada aspek penilaian
soal sudah dicantumkan namun kinci jawaban,
rancangan umpan balik positif, penguatan,
pengayaan dan remidi belum dicantumkan dalam
RPP. sedangkan aspek-aspek HOTS pada penilaian
hasil belajar belum muncul.

Studi Pelaksanaan Pembelajaran Fisika... Nurris Septa Pratama,dkk


Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 2015 110
Volume 6 Nomor 1 2015 ISSN : 2302-7827

pemecahan masalah. untuk aspek evaluasi, mencipta


dan berpikir kritis belum muncul.
Pelaksanaan pembelajaran fisika berbasis
HOTS pada aspek pendekatan/strategi pembelajaran
diperoleh dari data penilaian observasi
pembelajaran, penilaian diri dan penilaian peserta
didik. Data-data tersebut di-cross check melalui
teknik triangulasi. Berdasarkan data tersebut
diketahui bahwa dalam pembelajaran guru
menyesuaikan dengan kompetensi yang akan
dicapai, melaksanakan pembelajaran secara runtut,
menguasai kelas, melaksanakan pembelajaran
konstektual, menggunakan varisai/strategi/metode
pembelajaran serta menggunakan alokasi waktu
dengan tepat. Sedangkan aspek-aspek HOTS pada
Gambar 3. Persentase pelaksanaan penguasaan materi pembelajaran sudah muncul
pembelajaran fisika berbasis HOTS yaitu pada aspek menganalisis evaluasi, dan
pemecahan masalah. untuk aspek mencipta dan
Rata-rata tingkat pelaksanaan berpikir kritis belum muncul.
pembelajaran fisika berbasis HOTS yang dilakukan Pelaksanaan pembelajaran fisika berbasis
guru fisika kelas X SMA Negeri se-Kota Yogyakarta HOTS pada aspek pemanfaatan sumber/media
menunjukkan kategori terlaksana sedang (TS). pembelajaran diperoleh dari data penilaian observasi
Hasil analisis pelaksanaan pembelajaran pembelajaran, penilaian diri dan penilaian peserta
fisika berbasis HOTS yang di triangulasi dengan didik. Data-data tersebut di-cross check melalui
angket guru dan peserta didik ditunjukkan pada teknik triangulasi. Berdasarkan data tersebut
Gambar 4. diketahui bahwa dalam pembelajaran guru
memanfaatakan media ICT dalam pembelajaran
fisika, melibatkan peserta didik dalam pembelajaran
dan pemanfatan sumber/media pembelajaran, pesan
yang disampaikan dalam pembelajaran menarik.
Sedangkan aspek-aspek HOTS pada penguasaan
materi pembelajaran sudah muncul yaitu pada aspek
menganalisis evaluasi, dan pemecahan masalah.
untuk aspek mencipta dan berpikir kritis belum
muncul.
Pelaksanaan pembelajaran fisika berbasis
HOTS pada aspek pelibatkan peserta didik dalam
pembelajaran diperoleh dari data penilaian observasi
pembelajaran, penilaian diri dan penilaian peserta
Gambar 4. Persentase triangulasi didik. Data-data tersebut di-cross check melalui
Penilaian pembelajaran berbasis HOTS. teknik triangulasi. Berdasarkan data tersebut
diketahui bahwa dalam pembelajaran guru
menumbuhkan partisipasi peserta didik, merespon
Pelaksanaan pembelajaran fisika berbasis positif partisipasi peserta didik, menunjukkan sikap
HOTS pada aspek penguasaan materi pembelajaran terbuka terhadap respon peserta didik, menunjukkan
diperoleh dari data penilaian observasi hubungan antar pribadi yang kondusif,
pembelajaran, penilaian diri dan penilaian peserta menumbuhkan keceriaan dan antusiasme peserta
didik. Data-data tersebut di-cross check melalui didik. Sedangkan aspek-aspek HOTS pada
teknik triangulasi. Berdasarkan data tersebut penguasaan materi pembelajaran sudah muncul
diketahui bahwa dalam pembelajaran guru yaitu pada aspek menganalisis evaluasi, dan
menguasai materi ajar. Guru mengaitkan materi pemecahan masalah. untuk aspek mencipta dan
pembelajaran dengan pengetahuan lain, berpikir kritis belum muncul.
perkembangan IPTEK serta menyampaikan materi Pelaksanaan pembelajaran fisika berbasis
dengan jelas, sistematis. Sedangkan aspek-aspek HOTS pada aspek penilaian proses dan hasil belajar
HOTS pada penguasaan materi pembelajaran sudah diperoleh dari data penilaian observasi
muncul yaitu pada aspek menganalisis dan pembelajaran, penilaian diri dan penilaian peserta

Studi Pelaksanaan Pembelajaran Fisika... Nurris Septa Pratama,dkk


Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 2015 111
Volume 6 Nomor 1 2015 ISSN : 2302-7827

didik. Data-data tersebut di-cross check melalui Daftar Pustaka


teknik triangulasi. Berdasarkan data tersebut
diketahui bahwa dalam pembelajaran guru
memantau kemajuan peserta didik, guru sudah Anderson, L. W. & Krathmohl, D. R. (2001). A
melakukan penilaian akhir tugas peserta didik. taxonomy for learning, teaching, and
Sedangkan aspek-aspek HOTS pada penilaian assessing: a revision of bloom’s taxonomy
proses dan hasil belajar belum muncul. of educational objectives. New York:
Hasil penelitian ini menunjukkan Addison Wesley Longman Inc.
pelaksanaan pembelajaran fisika berbasis HOTS
berada pada kategori sedang (TS). Hal ini sejalan Azwar, S. (2015). Penyusunan skala psikologi edisi
dengan penelitian Istiyono (2014: 158) yakni 51% 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
peserta didik DIY memiliki kemampuan HOTS. Balitbang. (2013). Laporan ujian nasional tahun
Berdasarkan hasil observasi pembelajaran beberapa 2013. Jakarta: Kemendiknas.
aspek HOTS sudah muncul tetapi belum maksimal,
pemetaan hasil observasi pembelajaran seperti, Brookhart, S., M. (2010). How to asses higher order
menganalisis pada kategori sedang, mengevaluasi thinking skills in your classroom. Virginia:
dan berpikir kritis pada kategori sangat rendah, ASCD.
pemecahan masalah pada kategori rendah. Hal ini
berarti bahwa aspek kemampuan secara gradasi dari Depdiknas. (2003). Undang-Undang RI Nomor 20,
rendah ke tinggi secara berturut-turut adalah Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan
kemampuan menganalisis, mengevaluasi, mencipta, Nasional.
berpikir kritis dan pemecahan masalah. . (2013). Permendikbud Nomor 65 tahun
2013 Tentang Standar Proses.
4. Simpulan dan Saran
IEA. (2012). TIMSS 2011 Internasional Result In
Simpulan Science. Boston: The TIMSS & PIRLS
Berdasarkan hasil analisis data dan Internasional Study Center, Boston
pembahasan, maka penelitian ini dapat di-simpulkan College. Diambil pada tanggal 2 Februari
bahwa: 1) Perencanaan pembelajaran fisika berbasis 2015, dari http//:
HOTS yang disusun oleh guru fisika kelas X pada timss.bc.edu/timss2011/release.htm.
SMA Negeri di Kota Yogyakarta berada pada
Istiyono, E. ( 2014 ). Pengukuran kemampuan
kategori terlaksana sedang (TS). 2) Pelaksanaan
pembelajaran fisika berbasis HOTS yang dilakukan berpikir tingkat tinggi fisika peserta didik
oleh guru fisika kelas X pada SMA Negeri di Kota SMA di DIY. Disertasi doktor, tidak
Yogyakarta berada pada kategori terlaksana sedang diterbitkan, Universitas Negeri Yogyakarta,
(TS). Yogyakarta.

Saran Koballa, T. R., & Chiapetta, E. L. (2010). Science


instruction in the middle and secondary
Berdasarkan simpulan, maka saran yang school. New York: Pearson Education Inc.
dapat diberikan dari penelitian ini adalah: 1) Perlu
observasi secara mendalam dengan mengambil Kohl, P. B., & Finkelstein. N.D. (2008). Patterns of
subjek penelitian lebih banyak, sehingga dapat Multiple Representation Use by Experts
terungkap pelaksanaan pembelajaran fisika berbasis and Novices During Physics Problem
HOTS. 2) Perlu diteliti pelaksanaan pembelajaran Solving [versi elektronik]. Physics
fisika berbasis HOTS berdasarkan kategori sekolah Education Research, 4, 11-12
negeri dan swasta agar dapat menghasilkan
generalisasi yang berlaku lebih luas. 3) Perlu diteliti Krulik, S., & Rudnick, J. A. (1999). Innovative tasks
faktor-faktor pendukung yang mendorong to improve critical- and creative- thinking
terciptanya pembelajaran fisika berbasis HOTS, skills. Developing Mathematical
seperti: latar belakang guru, kreativitas guru, minat Reasoning in Grades K-12 , pp. 138-145.
dan motivasi guru, kompetensi guru, kemampuan Liliasari. (2011). Membangun Masyarakat Melek
peserta didik, ketersediaan laboratorium fisika, serta Sains Berkarakter Bangsa Melalui
sarana dan prasarana yang ada disekolah yang dapat Pembelajaran. Makalah disajikan dalam
digunakan dalam pembelajaran fisika. Seminar Nasional IPA, di Universitas
Negeri Semarang.

Studi Pelaksanaan Pembelajaran Fisika... Nurris Septa Pratama,dkk


Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 2015 112
Volume 6 Nomor 1 2015 ISSN : 2302-7827

Matthew, B., Miles, A. & Huberman, M. (2014).


Analisis data kualitatif. (Terjemahan
Tjetjep Rohendi Rohidi & Mulyarto).
London: Sage Publication, Inc.
Moon, B., Mayes, A. S., & Hutchinson, S. (2002).
Teaching, learning, and the curriculum in
secondary school. New York: ASCD.
Mundilarto.(2010). Penilaian hasil belajar fisika.
Yogyakarta: Pusat Pengembangan
Instruktional Sains.
Syaodih, S. N. 2006. Metode penelitian pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

TIMSS & PIRLS. 2011. International Study Centre


[Online] tersedia di.
www.oecd.org/pisa/46643496.pdf.

Nama Penanya : Suparjo

Pertanyaan : apakah ketika


melakukan survey, guru mudan dan tua dibedakan?

Jawaban : survey dilakukan di kelas X, dan


rata-rata gurunya adalah guru senior dan tidak
dibedakan saat survey. Tingkat penertiban RRP
lumayan tertib untuk daerah Yogyakarta.

Studi Pelaksanaan Pembelajaran Fisika... Nurris Septa Pratama,dkk

Anda mungkin juga menyukai