LAPORAN
PETROLEUM SYSTEM
Disusun Oleh :
111.150.102
PLUG 9
KATA PENGANTAR
Assalamualikum Wr.Wb.
Puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan rahmat,
dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga laporan ini dapat diselesaikan.
Laporan ini disusun guna memenuhi tugas Praktikum Geologi Minyak dan Gas
Bumi, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Yogyakarta, tahun ajaran 2017/2018.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan.
Untuk itu penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun agar
dapat menjadi lebih baik lagi kedepannya. Dan Penyusun berharap laporan “LAPORAN
PETROLEUM SYSTEM” ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
M HENDRIKA PRATAMA
DAFTAR ISI
BAB II METODE................................................................................................. 2
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
METODE
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Formasi
Formasi adalah satuan dasar dalam pembagian satuan litostratigrafi (Sandi
Stratigrafi Indonesia, 1996). Terdapat lima formasi yang didapatkan berdasarkan
pembagian satuan batuan pada log dengan memperhatikan stratigrafi cekungan
Sumatera Selatan menurut Van Bemmelen (1973). Formasi tersebut dari tua ke
muda adalah sebagai berikut :
2. Formasi Lahat
Batuan tertua yang ditemukan pada Cekungan Sumatera Selatan adalah
batuan yang berumur akhir Mesozoik. Batuan yang ada pada Formasi ini terdiri
dari batupasir tuffan, konglomerat, breksi, dan lempung. Batuan-batuan tersebut
kemungkinan merupakan bagian dari siklus sedimentasi yang berasal dari
Continental, akibat aktivitas vulkanik, dan proses erosi dan disertai aktivitas
tektonik pada akhir kapur-awal Tersier di Cekungan Sumatera Selatan.
paraconformable di atas Formasi Lahat dan selaras di bawah Formasi Gumai atau
anggota Basal Telisa/formasi Batu Raja. Formasi Talang Akar pada cekungan
Sumatera Selatan terdiri dari batulanau, batupasir dan sisipan batubara
yangdiendapkan pada lingkungan laut dangkal hingga transisi. Bagian bawah
formasi ini terdiri dari batupasir kasar, serpih dan sisipan batubara. Sedangkan di
bagian atasnya berupa perselingan antara batupasir dan serpih. Ketebalan Formasi
Talang Akar berkisar antara 460 – 610 m di dalam beberapa area cekungan.
Variasi lingkungan pengendapan formasi ini merupakan fluvial-deltaic yang
berupa braidded stream dan point bar di sepanjang paparan (shelf) berangsur
berubah menjadi lingkungan pengendapan delta front, marginal marine, dan
prodelta yang mengindikasikan perubahan lingkungan pengendapan ke arah
cekungan (basinward). Sumber sedimen batupasir Talang Akar Bawah ini berasal
dari dua tinggian pada kala oligosen akhir, yaitu di sebelah timur (Wilayah Sunda)
dan sebelah barat (deretan Pegunungan Barisan dan daerah tinggian dekat Bukit
Barisan).
4. Formasi Gumai
Formasi Gumai tersebar secara luas dan terjadi pada zaman Tersier,
formasi ini terendapkan selama fase transgresif laut maksimum, (maximum
marine transgressive) ke dalam 2 cekungan. Batuan yang ada di formasi ini terdiri
dari napal yang mempunyai karakteristik fossiliferous, banyak mengandung foram
plankton. Sisipan batugamping dijumpai pada bagian bawah. Formasi Gumai beda
fasies dengan Formasi Talang Akar dan sebagian berada di atas Formasi Baturaja.
Ketebalan dari formasi ini bervariasi tergantung pada posisi dari cekungan, namun
variasi ketebalan untuk Formasi Gumai ini berkisar dari 6000–9000 feet (1800-
2700 m). Penentuan umur Formasi Gumai dapat ditentukan dari dating dengan
menggunakan foraminifera planktonik. Pemeriksaan mikropaleontologi terhadap
contoh batuan dari beberapa sumur menunjukkan bahwa fosil foraminifera
planktonik yang dijumpai dapat digolongkan ke dalam zona Globigerinoides
sicanus, Globogerinotella insueta, dan bagian bawah zona Orbulina Satiralis
Globorotalia peripheroranda, umurnya disimpulkan Miosen Awal-Miosen
Tengah. Lingkungan pengendapan Laut Terbuka, Neritik.
Formasi Air Benakat diendapkan selama fase regresi dan akhir dari
pengendapan formasi Gumai pada kala tengah miosen (Bishop, 2001).
Pengendapan pada fase regresi ini terjadi pada lingkungan neritik hingga shallow
marine, yang berubah menjadi lingkungan delta plain dan coastal swamp pada
akhir dari siklus regresi pertama. Formasi ini terdiri dari batulempung putih
kelabu dengan sisipan batupasir halus, batupasir abu-abu hitam kebiruan,
glaukonitan setempat mengandung lignit dan di bagian atas mengandung tufaan
sedangkan bagian tengah kaya akan fosil foraminifera. Ketebalan formasi ini
diperkirakan antara 1000-1500 m.
1. Source Rock
2. Reservoir Rock
3. Seal Rock
Seal rock atau batuan tudung merupakan suatu batuan yang memiliki
tingkat porositas dan permeabilitas yang buruk (impermeabel) sehingga
hidrokarbon yang ada pada batua reservoar tidak akan keluar lagi, biasanya seal
rock terletak diatas batuan reservoar. Formasi yang menjadi seal rock pada daerah
pemboran adalah Formasi Gumai dan Formasi Air Benakat, karena didominasi
oleh satuan batuserpih dan satuan batulanau yang merupakan satuan batuan yang
impermeabel.
BAB IV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA