Bab 1 Demam Tifoid Anak

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit menular tropis masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama di

negara yang beriklim tropis. Salah satu penyakit menular tropis tersebut adalah demam tifoid,

yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Demam tifoid banyak ditemukan dalam kehidupan

masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan

sanitasi lingkungan yang kurang, higiene pribadi serta perilaku masyarakat.1

Demam tifoid terutama menyerang anak-anak dan dewasa muda dan diakui sebagai

penyebab utama morbiditas global dengan lebih dari 12,6 juta kasus di seluruh dunia, dan

diperkirakan 600.000 kematian setiap tahunnya. Hampir 80% kasus dan kematian terjadi di

Asia. Tingkat serangan setinggi 1.100 kasus per 100.000 penduduk telah didokumentasikan

di negara berkembang.1

Center for Disease Control and Prevention Indonesia melaporkan prevalensi demam

tifoid mencapai 358-810/100.000 populasi pada tahun 2007 dengan 64% penyakit ditemukan

pada usia 3-19 tahun dan angka mortalitasnya bervariasi antara 3,1-10,4% pada pasien rawat

inap. Kasus tersangka demam tifoid di Indonesia menunjukkan kecenderungan meningkat

dari tahun ke tahun dengan rata-rata kesakitan 500/100.000 penduduk. Angka kesakitan

demam tifoid yang tertinggi terdapat pada golongan umur 3-19 tahun, suatu golongan

masyarakat yang terdiri dari anak-anak usia sekolah. Hal ini secara tidak langsung akan

mempengaruhi prestasi belajar, karena apabila seorang anak menderita penyakit tersebut akan

kehilangan waktu kurang lebih 2 sampai dengan 4 minggu.2

Demam tifoid mempunyai angka kejadian yang tinggi, di Kalimantan Selatan pada

tahun 2002 berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Tingkat I terdapat 1936 kasus/1000

penduduk, 78% di antaranya merupakan kasus anak.3

1
Dilaporkan jumlah penderita demam tifoid di rumah sakit Kalimantan Selatan tahun

2010, khususnya pasien anak yang dirawat ada sekitar 521 kasus, yaitu 26% dari total semua

pasien anak yang dirawat di RSUD Ratu Zaleha, Martapura. Penderita demam tifoid di ruang

anak (Sedap Malam) RSUD Ulin, Banjarmasin pada tahun 2011 berjumlah 136 pasien.

Jumlah ini menduduki peringkat ke-2 dari 10 penyakit terbanyak instalasi rawat inap non

bedah.2

Faktor lain yang mempengaruhi kejadian demam tifoid selain higine dan sanitasi

lingkungan yaitu status gizi. Status gizi yang kurang dapat menurunkan daya tahan tubuh

anak, sehingga anak mudah terserang penyakit, bahkan status gizi buruk dapat menyebabkan

angka mortilitas demam tifoid semakin tinggi. Penurunan status gizi pada penderita demam

tifoid akibat kurangnya nafsu makan (anoreksia), menurunnya absorbsi zat-zat gizi karena

terjadi luka pada saluran pencernaan dan kebiasaan penderita mengurangi makan pada saat

sakit. Peningkatan kekurangan cairan atau zat gizi pada penderita demam tifoid akibat adanya

diare, mual atau muntah dan perdarahan terus menerus yang diakibatkan kurangnya trombosit

dalam darah sehingga pembekuan luka menjadi menurun. Selain itu meningkatkan kebutuhan

baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit dan bakteri salmonella typhi dalam tubuh.4

Anda mungkin juga menyukai