Anda di halaman 1dari 13

A.

PENGERTIAN PENYAKIT ASMA

Asma adalah penyakit inflamasi (radang) kronik saluran napas menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan
nafas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi (nafas berbunyi ngik-ngik), sesak nafas, dada
terasa berat dan batuk-batuk terutama malam menjelang dini hari. Gejala tersebut terjadi berhubungan dengan
obstruksi jalan nafas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversible dengan atau tanpa pengobatan.
Seperti diketahui, saluran napas manusia bermula dari mulut dan hidung, lalu bersatu di daerah leher menjadi
trakea (tenggorok) yang akan masuk ke paru. Di dalam paru, satu saluran napas trakea itu akan bercabang dua,
satu ke paru kiri dan satu lagi ke paru kanan. Setelah itu, masing-masing akan bercabang-cabang lagi, makin
lama tentu makin kecil sampai 23 kali dan berujung di alveoli, tempat terjadi pertukaran gas, oksigen (O 2 )
masuk ke pembuluh darah, dan karbon dioksida (CO 2 ) dikeluarkan.

Gambar. Saluran Perrnapasan

Seperti diketahui, saluran napas manusia bermula dari mulut dan hidung, lalu bersatu di daerah leher menjadi
trakea (tenggorok) yang akan masuk ke paru. Di dalam paru, satu saluran napas trakea itu akan bercabang dua,
satu ke paru kiri dan satu lagi ke paru kanan. Setelah itu, masing-masing akan bercabang-cabang lagi, makin
lama tentu makin kecil sampai 23 kali dan berujung di alveoli, tempat terjadi pertukaran gas, oksigen (O 2 )
masuk ke pembuluh darah, dan karbon dioksida (CO 2 ) dikeluarkan.

B. JENIS-JENIS ASMA

Asma sebenarnya terdiri dari beberapa jenis dan tiap jenisnya memiliki karakterisik yang berbeda. Diagnosa
yang tepat akan memudahkan dokter untuk meresepkan obat yang sesuai dan memberikan rekomendasi yang
tepat. Berikut adalah 9 jenis asma yang perlu Anda ketahui:

1. Asma Alergi

Jenis asma ini adalah yang paling umum di antara yang lain. Statistik menunjukkan bahwa anak-anak lebih
rentan terhadap asma alergi dengan kurang lebih 90% memiliki gangguan tersebut. Alergen seperti debu,
serbuk sari, dan tungau adalah penyebab paling umum asma alergi. Berolahraga di udara dingin atau
menghirup asap, parfum atau cologne dapat membuat lebih buruk kondisi ini. Karena alergen dapat ditemukan
di mana-mana, orang dengan asma alergi harus berhati-hati dengan selalu menjaga kebersihan
lingkungan.Sebisa mungkin, mereka harus menjauhi tempat-tempat yang berdebu dan membuat rumah bebas
debu.

2. Asma Non-alergi

Dari namanya jelas bahwa asma non-alergi tidak dipicu oleh faktor alergi. Asma jenis ini biasanya muncul
setelah usia paruh baya dan sering disebabkan akibat infeksi pada saluran pernafasan bawah dan atas. Asma
non-alergi ditandai oleh penyumbatan saluran udara akibat peradangan. Asma jenis ini bisa dikontrol dengan
pengobatan yang tepat. Gejala asma non-alergi meliputi mengi, batuk, sesak napas, napas menjadi cepat, dan
dada terasa sesak. Asma non-alergi dapat dipicu oleh berbagai faktor seperti stres, kecemasan, kurang atau
kelebihan olahraga, udara dingin, hiperventilasi, udara kering, virus, asap, dan iritasi lainnya.

3. Asma Nocturnal

Dari namanya jelas bahwa asma jenis ini ada hubungannya dengan tidur. Asma nocturnal dapat mengganggu
tidur karena penderitanya dapat terbangun di tengah malam akibat batuk kering. Dada sesak adalah salah satu
gejala pertama dari asma nocturnal yang diikuti oleh batuk kering. Asma nocturnal dapat membuat
penderitanya lesu di pagi hari akibat tidur malam yang terganggu.

4. Asma Akibat Pekerjaan

Dari namanya dapat disimpulkan bahwa asma jenis ini diperoleh akibat lingkungan kerja yang tidak sehat.
Salah satu pekerjaan yang bisa memicu asma adalah mengajar (guru) akibat paparan debu kapur papan tulis.
Jenis pekerjaan lain meliputi pekerja pabrik (paparan debu dan bahan kimia lainnya), pelukis dan pekerja
konstruksi (terkena uap cat dan asap). Gejala asma jenis ini tidak berbeda dari gejala asma secara umum
seperti mengi, batuk kering, sesak napas, serta napas pendek dan cepat.

5. Asma Anak

Asma jenis ini biasanya terjadi ketika anak terpapar alergen tertentu seperti tungau debu, jamur, protein
hewani, dan alergen potensial lainnya.

6. Asma Dewasa

Asma jenis ini berkembang setelah seseorang berusia dewasa. Kondisi ini bisa disebabkan alergi, non-alergi,
pekerjaan, musiman, atau nocturnal.

7. Asma Batuk

Jenis asma ini agak sulit didiagnosa karena dapat terkaburkan oleh batuk lain yang berhubungan dengan
bronkhitis kronis atau penyakit sinus. Dibutuhkan tes dan check-up sebelum dokter dapat membuat diagnosa
yang tepat.

8. Asma Campuran

Ini adalah campuran dari asma ekstrinsik dan intrinsik. Asma jenis ini umumnya lebih serius karena penderita
harus waspada terhadap kedua faktor ekstrinsik dan intrinsik yang dapat memicu serangan asma.

9. Asma Musiman

Asma musiman hanya terjadi pada musim-musim tertentu dimana serbuk sari atau alergen hadir dalam jumlah
melimpah. Sebagai contoh, seorang individu mungkin cukup sehat sepanjang tahun kecuali saat musin
tanaman berbunga. Musim bunga berarti akan lebih banyak serbuk sari beterbangan di udara yang dapat
memicu asma.

C. GEJALA PENYAKIT ASMA

Berikut adalah 10 gejala asma yang paling umum ditemukan:

1. Kesulitan bernapas yang disebabkan sesak napas atau napas yang sering terengah-engah. Gejala ini menjadi
penanda asma yang paling umum.
2. Sering batuk. Batuk bisa menjadi tanda adanya sesuatu yang salah pada paru-paru atau saluran pernapasan.

3. Mengi

4. Dada terasa sesak. Kondisi ini menunjukkan bahwa paru-paru berada di bawah tekanan dan sebagai
akibatnya timbul rasa sakit konstan yang terjadi di daerah tersebut.

5. Perasaan lelah dan lesu. Kedua hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat cukup oksigen yang
didistribusikan ke tubuh oleh paru-paru.

6. Cepat lelah ketika melakukan aktivitas fisik seperti olahraga.

7. Susah tidur. Kondisi ini dapat menyebabkan tubuh terasa lesu keesokan harinya.

8 Lebih sensitif terhadap alergi.

9. Pembacaan rendah bila diperiksa menggunakan peak flow meter. Peak flow meter adalah alat yang
digunakan untuk mengukur fungsi paru-paru dan untuk menentukan apakah paru-paru bekerja di tingkat
normal dalam memanfaatkan oksigen.

10. Ketidakmampuan untuk terlibat dalam aktivitas fisik yang panjang tanpa mengalami masalah pernapasan.

D. PENYEBAB TERJADINYA ASMA


1.Bawaan atau Turunan
Jika di dalam sebuah keluarga ada yang mengindap penyakit asma, maka kemungkinan besar keturunannya
akan berakibat juga. Dan penyakit ini tidak menular, melainkan melalui keturunan.

2. Udara Dingin
Suhu yang dingin akan mengakibatkan timbulnya penyakit asma. Sperti cuaca hujan, penggunaan AC dengan
suhu yang tinggi dan di daerah-daerah pegunungan.

3. Makanan
Makanan yang mengandung kadar MSG dan pengawet tinggi sangatlah untuk di jauhi, salah satunya seperti
kacang-kacangan, minuman es atau dingin, dan coklat.

4. Faktor Linkungan
Lingkungan penuh debu, kotor, dan asap merupakan tempat awalnya timbul penyakit asma. Karena hal
tersebut sangat mengganggu dan sensi sekali dengan paru-paru. Oleh sebab itu kami sarankan untuk menjaga
kesehatan dan kebersihan lingkungan anda dari kotor-kotor dan tentunya menjaga pola hidup yang sehat dan
bersih.

E. CARA MENCEGAH PENYAKIT ASMA


Cara Pencegahan asma antara lain :

Hindarkan alergen atou faktor pencetus yang bisa membuat alergi.


Gantilah sprei dan gorden seminggu sekali.
Hindarkan penggunaan karpet karena bisa menjadi tempat menempelnya debu.
Bersihkan tempat tidur kita setiap hari agar tidak berdebu.
Ada juga serangan asma akibat perubahan cuaca, maka lindungilah dengan memakan makanan yang bergizi
tinggi agar memiliki daya tahan tubuh yang baik sehingga sehingga siap menghadapi perubahan cuaca.
F. CARA MENGOBATI PENYAKIT ASMA

Cara mengobati penyakit asma bisa dengan menggunakan buah-buahan seperti : manggis yang kaya asam
lemak omega 3,minumlah secara rutin jus buah manggis, anggur, sebaiknya konsumsilah buah anggur setiap
hari agar bisa terhindar dari penyakit asma, selain buah-buahan yang harus banyak di konsumsi penderita asma
sebaiknya juga harus di dukung dengan lingkungan yang bersih bebas rokok, binatang peliharaan terutama
kucing dan anjing yang sangat rentan dengan kambuhnya penyakit asma.

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat dari penulisan makalah ini adalah:


a. Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh reaksi hiperresponsif sel
imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan T-lymphocytes terhadap stimuli tertentu dan menimbulkan gejala
dyspnea, whizzing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel dan terjadi secara episodik
berulang.
b. Beberapa ahli membagi asma dalam 2 golongan besar, seperti yang dianut banyak dokter ahli
pulmonologi (penyakit paru-paru) dari Inggris, yakni: asma ekstrinsik, asma intrinsik.
c. Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus asma, yaitu: pemicu
(trigger) dan penyebab (inducer).
d. Klasifikasi asma berdasarkan tingkat keparahan penyakit (derajat asma) yaitu: intermiten, persisten
ringan, persisten sedang, dan persisten berat.
e. Manajemen pengendalian asma terdiri dari 6 (enam) tahapan yaitu sebagai berikut: pengetahuan,
monitor, menghindari faktor resiko, pengobatan medis jangka panjang, metode pengobatan alternative, terapi
penanganan terhadap gejala dan pemeriksaan teratur.
B. SARAN

Dengan mengetahui apa dan bagaimana penyakit asma, maka beberapa


saran penulis sebagai berikut:
1) Untuk para penderita.
Jangan menganggap remeh penyakit yang Anda derita. Namun, seringlah berkonsul dengan dokter yang
menangani Anda. Akan tetapi, jangan pula Anda terlalu memikirkan tentang penyakit anda, karena itu akan
bisa memicu asma Anda kambuh.
2) Untuk para keluarga penderita.
Perhatikanlah keluarga Anda yang menderita penyakt asma. Karena asma adalah penykit yang serius. Namun,
perhatian dan pengamanan Anda jangan terlalu berlebihan karena bisa saja si penderita merasa tertekan dan
stres yang bisa mengakibatkan asmanya kambuh.
3) Untuk para dokter atau ahli medis.
Rawatlah pasien anda dengan baik. Jangan pernah meremehkan tingkat keparahan penyakit asma yang diderita
oleh pasien Anda.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi

Asma adalah suatu kadaan klinik yang ditandai oleh terjadinya penyempitan bronkus yang berulang namun
reversibel, dan diantara episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal.
Keadaan ini pada orang-orang yang rentan terkena asma mudah ditimbulkan oleh berbagai rangsangan, yang
menandakan suatu keadaan hipere aktivitas bronkus yang khas.Penyakit asma adalah penyakit yang terjadi akibat
adanya penyempitan saluran pernapasan sementara waktu sehingga sulit bernapas. Asma terjadi ketika ada
kepekaan yang meningkat terhadap rangsangan dari lingkungan sebagai pemicunya. Diantaranya adalah
dikarenakan gangguan emosi, kelelahan jasmani,perubahan cuaca, temperatur, debu, asap, bau-bauan yang
merangsang, infeksisaluran napas, faktor makanan dan reaksi alergi.

Penyakit asma bronkial di masyarakat sering disebut sebagai bengek, asma, mengi, ampek, sasak angok, dan
berbagai istilah lokal lainnya. Asma merupakan suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang
bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus
terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.

Orang yang menderita asma memiliki ketidak mampuan mendasar dalam mencapai angka aliran udara normal
selama pernapasan (terutama pada ekspirasi). Ketidak mampuan ini tercermin dengan rendahnya volume udara
yang dihasilkan sewaktu melakukan usaha eksirasi paksa pada detik pertama. Karena banyak saluran udara yang
menyempit tidak dapat dialiri dan dikosongkan secara cepat,tidak terjadi aerasi paru dan hilangnya ruang
penyesuaian normal antara ventilasidan aliran darah paru. Turbulensi arus udara dan getaran mukus bronkus
mengakibatkan suara mengi yang terdengar jelas selama serangan asma, namun tanda fisik ini juga terlihat
mencolok pada masalah saluran napas obstruktif.Diantara serangan asma, pasien bebas dari mengi dan gejala,
walaupun reaktivitas bronkus meningkat dan kelainan pada ventilasi tetap berlanjut. Namun, pada asmakronik,
masa tanpa serangan dapat menghilang, sehingga mengakibatkan keadaan asma yang terus-menenrus yang
sering disertai infeksi bakteri sekunder.

2.2 Etiologi

Sampai saat ini etiologi dari asma bronchial belum diketahui. Berbagai teori sudah diajukan, akan tetapi yang
paling disepakati adalah adanya gangguan parasimpatis (hiperaktivitas saraf kolinergik), gangguan simpatis
(blok pada reseptor beta adrenergic dan hiperaktifitas reseptor alfa adrenergik).

Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :

1. Ekstrinsik (alergik).
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk
bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan
dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik
seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.

2. Intrinsik (non alergik).

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak
diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi.
Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang
menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.

3. Asma gabungan

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.

Berdasarkan Keparahan Penyakitnya :

1. Asma intermiten

Gejala muncul < 1 kali dalam 1 minggu, eksaserbasi ringan dalam beberapa jam atau hari, gejala asma malam
hari terjadi < 2 kali dalam 1 bulan, fungsi paru normal dan asimtomatik di antara waktu serangan, Peak
Expiratory Folw (PEF) dan Forced Expiratory Value in 1 second (PEV1) > 80%

1. Asma ringan

Gejala muncul > 1 kali dalam 1 minggu tetapi < 1 kali dalam 1 hari, eksaserbasi mengganggu aktifitas atau tidur,
gejala asma malam hari terjadi > 2 kali dalam 1 bulan, PEF dan PEV1 > 80%

1. Asma sedang (moderate)

Gejala muncul tiap hari, eksaserbasi mengganggu aktifitas atau tidur, gejala asma malam hari terjadi >1 kali
dalam 1 minggu, menggunakan inhalasi beta 2 agonis kerja cepat dalam keseharian, PEF dan PEV1 >60% dan
< 80%

1. Asma parah (severe)

Gejala terus menerus terjadi, eksaserbasi sering terjadi, gejala asma malam hari sering terjadi, aktifitas fisik
terganggu oleh gejala asma, PEF dan PEV1 < 60%

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronchial:

1. Faktor predisposisi
2. Genetik

Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang
jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi.
Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan
foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor presipitasi
3. Alergen

Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan

ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi

2. Ingestan, yang masuk melalui mulut

ex: makanan dan obat-obatan

3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit

ex: perhiasan, logam dan jam tangan

3. Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin
merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim,
seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan
debu.

4. Stress

Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma
yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami
stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya
belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

5. Lingkungan kerja

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia
bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.
Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang
berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi
segera setelah selesai aktifitas tersebut.

2.3 Patofisiologi

Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yangmenyebabkan sukar bernapas. Penyebab
yang umum adalah hipersensitivitasbronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada
asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan
untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi
alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya.
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan
erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut
meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan
mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan
leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua factor-faktor ini akan
menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen
bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat
meningkat.

Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripadaselama inspirasi karena peningkatan
tekanan dalam paru selama eksirasi paksamenekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat
sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat
terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat,
tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume
residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi
dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest. (Tanjung, 2003)

Gambar 2. Gambaran paru Asma normal dan asma bronkiale

Klasifikasi

Derajat Gejala Gejala malam Faal paru

Gejala kurang dari 1x/minggu


Kurang dari 2 kali dalam APE >
Intermiten sebulan 80%
Asimtomatik
-Gejala lebih dari 1x/minggu tapi kurang
dari 1x/hari
Lebih dari 2 kali dalam
Mild persistan -Serangan dapat menganggu aktivitas sebulan APE >80%
dan tidur
-Setiap hari,

-Serangan 2 kali/seminggu, bisa


berahari-hari.

Moderate
-Menggunakan obat setiap hari Lebih 1 kali dalam APE 60-
persistan seminggu 80%
-Aktivitas & tidur terganggu
– Gejala Kontinyu

-Aktivitas terbatas
Severe persistan Sering APE <60%
-Sering serangan
2.4 Gejala Klinis

Keluhan utama penderita asma ialah sesak napas mendadak, disertai fase inspirasi yang lebih pendek
dibandingkan dengan fase ekspirasi, dan diikuti bunyi mengi (wheezing), batuk yang disertai serangn napas yang
kumat-kumatan. Pada beberapa penderita asma, keluhan tersebut dapat ringan, sedang atau berat dan sesak napas
penderita timbul mendadak, dirasakan makin lama makin meningkat atau tiba-tiba menjadi lebih berat.

Wheezing terutama terdengar saat ekspirasi. Berat ringannya wheezing tergantung cepat atau lambatnya aliran
udara yang keluar masuk paru. Bila dijumpai obstruksi ringan atau kelelahan otot pernapasan, wheezing akan
terdengar lebih lemah atau tidak terdengar sama sekali. Batuk hamper selalu ada, bahkan seringkali diikuti
dengan dahak putih berbuih. Selain itu, makin kental dahak, maka keluhan sesak akan semakin berat.

Dalam keadaan sesak napas hebat, penderita lebih menyukai posisi duduk membungkuk dengan kedua telapak
tangan memegang kedua lutut. Posisi ini didapati juga pada pasien dengan Chronic Obstructive Pulmonary
Disease (COPD). Tanda lain yang menyertai sesak napas adalah pernapasan cuping hidung yang sesuai dengan
irama pernapasan. Frekuensi pernapasan terlihat meningkat (takipneu), otot Bantu pernapasan ikut aktif, dan
penderita tampak gelisah. Pada fase permulaan, sesak napas akan diikuti dengan penurunan PaO2 dan PaCO2,
tetapi pH normal atau sedikit naik. Hipoventilasi yang terjadi kemudian akan memperberat sesak napas, karena
menyebabkan penurunan PaO2 dan pH serta meningkatkan PaCO2 darah. Selain itu, terjadi kenaikan tekanan
darah dan denyut nadi sampai 110-130/menit, karena peningkatan konsentrasi katekolamin dalam darah akibat
respons hipoksemia.

2.5 Diagnosis asma bronkial


1. Anamnesa

a.Keluhan sesak nafas, mengi, dada terasa berat atau tertekan, batuk berdahak yang tak kunjung sembuh, atau
batuk malam hari.

b.Semua keluhan biasanya bersifat episodik dan reversible.

c.Mungkin ada riwayat keluarga dengan penyakit yang sama atau penyakit alergi yang lain.

2. Pemeriksaan Fisik

a.Keadaan umum : penderita tampak sesak nafas dan gelisah, penderita lebih nyaman dalam posisi duduk.

b.Jantung : pekak jantung mengecil, takikardi.

c.Paru :

 Inspeksi : dinding torak tampak mengembang, diafragma terdorong ke bawah.

 Auskultasi : terdengar wheezing (mengi), ekspirasi memanjang.

 Perkusi : hipersonor

 Palpasi : Vokal Fremitus kanan=kiri

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium meliputi :

1. Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum pada penderita asma akan didapati :

 – Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil.


 – Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.
 – Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
 – Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang
tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
1. Pemeriksaan darah
 – Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau
asidosis.
 – Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
 – Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan
terdapatnya suatu infeksi.
 – Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun
pada waktu bebas dari serangan.
1. Pemeriksaan Radiologi

Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi
pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang
menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:

 – Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.


 – Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan
semakin bertambah.
 – Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
 – Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
 – Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat
dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
1. Pemeriksaan tes kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif
pada asma. Pemeriksaan menggunakan tes tempel.

1. Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan
dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :

 – Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clockwise rotation.
 – Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right bundle branch
block).
 – Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan
 – VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
1. Spirometri

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis
asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan
sesudah pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau
FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih
dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk
menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya
menunjukkan obstruksi. (Medicafarma,2008)

1. Uji provokasi bronkus untuk membantu diagnosis

Pengobatan profilaksis dianggap merupakan cara pengobatan yang paling rasional, karena sasaran obat-obat
tersebut langsung pada faktor-faktor yang menyebabkan bronkospasme. Pada umumnya pengobatan profilaksis
berlangsung dalam jangka panjang, dengan cara kerja obat sebagai berikut :

1. Menghambat pelepasan mediator.


2. Menekan hiperaktivitas bronkus.

Hasil yang diharapkan dari pengobatan profilaksis adalah :

a. Bila mungkin bisa menghentikan obat simptomatik.


b. Menghentikan atau mengurangi pemakaian steroid.
c. Mengurangi banyaknya jenis obat dan dosis yang dipakai.

1. Mengurangi tingkat keparahan penyakit, mengurangi frekwensi serangan dan meringankan beratnya
serangan.

Obat profilaksis yang biasanya digunakan adalah :

a. Steroid dalam bentuk aerosol.


b. Disodium Cromolyn.
c. Ketotifen.
d. Tranilast.

2.6 Pencegahan
1. Menjauhi alergen, bila perlu desensitisasi
2. Menghindari kelelahan
3. Menghindari stress psikis
4. Mencegah/mengobati ISPA sedini mungkin
5. Olahraga renang, senam asma.

BAB III
PENUTUP
1.Kesimpulan

Asma bronchial adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel,
ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai
rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas. Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat
diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu : Ekstrinsik (alergik), Intrinsik (non alergik) ,Asma gabungan.

Dan ada beberapa hal yang merupakan faktor penyebab timbulnya serangan asma bronkhial yaitu : faktor
predisposisi(genetic), faktor presipitasi(alergen, perubahan cuaca, stress, lingkungan kerja, olahraga/ aktifitas
jasmani yang berat). Pencegahan serangan asma dapat dilakukan dengan :

1. Menjauhi alergen, bila perlu desensitisasi


2. Menghindari kelelahan
3. Menghindari stress psikis
4. Mencegah/mengobati ISPA sedini mungkin
5. Olahraga renang, senam asma
2. Saran

Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat menelaah dan memahami apa
yang telah terulis dalam makalah ini sehingga sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Disamping
itu saya juga mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehinga kami bisa berorientasi lebih baik pada
makalah kami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

 Medicafarma. (2008, Mei 7). Asma Bronkiale. Diakses 22 Juni 2012 dari
 Medicafarma
 Muchid, dkk. (2007, September). Pharmaceutical care untuk penyakit asma.
 Diakses 22 Juni 2012 dari Direktorat Bina Farmasi Komunitas
 Dan Klinik Depkes R
 Pharmaceutical/ASMA.pdf
 Tanjung, D. (2003). Asuhan Keperawatan Asma Bronkial. Diakses 22 Juni 2012
 dari USU digital library:

 CONTOH MAKALAH TENTANG PENYAKIT ASMA

PREVIOUS
Contoh Makalah Tentang Penyakit TBC ( Lengkap )

NEXT
Contoh Makalah Tentang Penyakit Diare ( Lengkap )
Cari untuk:
KATEGORI
 Agama
 Bahasa Indonesia
 Biologi
 Ekonomi
 Filsafat
 Hukum
 Islam
 Kesehatan
 Kewarganegaraan
 Kewirausahaan
 Olahraga
 Pendidikan
 Sains
 Sejarah
 Tips Makalah
POPULER POST
 Contoh Makalah Tentang Olahraga Renang Lengkap
 Contoh Halaman Pengesahan Makalah SMA ( Yang Baik dan Benar )
 Contoh Makalah Tentang Olahraga Atletik Lengkap
 Contoh Makalah Tentang Olahraga Bulu Tangkis Lengkap
 Contoh Makalah Tentang Pendidikan Anti Korupsi ( Len

Anda mungkin juga menyukai