Anda di halaman 1dari 12

Refarat

PANOPTALMITIS

oleh:

ISMI JULIANTI
09171028

Pembimbing:
dr. DAHRIZAL Sp.M

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAM

BLUD RSU LANGSA

2014

1
BAB I

PENDAHULUAN

Panopthalmitis merupakan suatu peradangan pada mata yang dapat melibatkan


semua lapisan bola mata. Peradangan juga dapat memperluas ke jaringan di sekitar bola
mata. Kejadian rata-rata tahunan adalah sekitar 5 per 10.000 pasien yang berobat. Dan
dalam beberapa kasus mata kanan dua kali lebih mungkin terinfeksi sebagai mata kiri,
mungkin karena lokasinya yang lebih proksimal untuk mengarahkan aliran darah arteri
ke arteri karotid kanan. Kejadian ini dapat meningkat karena penyebaran AIDS,
penggunaan agen imunosupresif yang berlebihan, dan yang sering yaitu akibat dari
tindakan prosedur invasif.

Sebagian besar kasus (sekitar 60%) terjadi setelah operasi intraokular. Ketika
operasi merupakan penyebab, panopthalmitis biasanya dimulai dalam waktu 1 minggu
setelah operasi. Di Amerika Serikat, panopthalmitis postcataract merupakan bentuk
yang paling umum, dengan sekitar 0,1-0,3% dari operasi yang memiliki komplikasi ini,
dan kejadian ini telah meningkat selama beberapa tahun terakhir. Posttraumatic
panopthalmitis terjadi pada 4-13% dari semua cedera penetrasi okular. sedangkan
kejadian panopthalmitis akibat benda asing intraokular adalah sekitar 7-31%.

Komplikasi paling sering akibat penyakit ini ialah penurunan visus yang dapat
menjadi permanen, dan yang paling berbahaya apabila terjadi penyebaran infeksi
secara hematogen dan menyebabkan syok septik. Menurut penelitian menunjukan
adanya hubungan perkembangan panopthalmitis pada pasien post operasi dengan usia
lebih atau sama dengan 70 tahun.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Panoftalmitis ialah peradangan pada seluruh bola mata yang juga termasuk
sklera dan kapsul Tenon sehingga bola mata merupakan rongga abses. Infeksi yang
masuk kedalam bola mata dapat melalui peredaran darah (secara endogen) atau
perforasi dari bola mata (secara eksogen), dan dapat pula merupakan akibat tukak
kornea perforasi.

panophthalmitis merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan oleh


infeksi yang mempengaruhi semua struktur dari mata. Biasanya keadaan ini terjadi
pada pasien yang memiliki kekurangan dalam sistem kekebalan tubuh untuk setiap
penyakit yang kronis seperti diabetes atau infeksi oleh virus HIV , atau dapat pula
sebagai akibat dari trauma atau operasi pada mata yang menyebabkan terbentuknya
jalur yang dapat membuat mikroba menembus ke dalam bola mata.

2.2 ETIOLOGI

Panoftalmitis biasanya dapat disebabkan oleh masuknya organisme piogenik


kedalam mata melalui luka yang terdapat pada kornea yang terjadi secara kebetulan
atau merupakan akibat dari operasi atau akibat mengikuti perforasi suatu ulkus kornea.

3
Sebagian kecil, kemungkinan dapat disebabkan oleh adanya metastasis alamiah dan
terjadi dalam kondisi seperti pyaemia, meningitis maupun septikaemia purpural.

Pneumococcus merupakan suatu organisme yang paling sering menyebabkan


panoftalmitis, disamping itu dapat pula disebabkan oleh Streptococcus, Staphylococcus
dan E.coli. Selain itu, jamur (seperti Candida albicans, Histoplasma, Cryptococcus, dll),
parasit (seperti Toxoplasma, Toxocara, dll), serta virus (sepert CMV, HIV, dll) juga dapat
menyebabkan terjadinya panoftalmitis.

2.3 PATOGENESIS

Pada kasus panoftahlamitis atau peradangan supuratif pada isi bola mata
gejalanya yaitu terdapatnya nanah, palpebra yang bengkak, dan mata masih dapat
digerakkan apabila pus keluar karena perforasi, panas menjadi turun, tidak terdapat
gelisah, tetapi tekanan bola mata menjadi menurun, jaringan yang kisut atau
mengkerut, kemudian akan menjadi ptisis bulbi. Terjadinya panofthalmitis biasanya
dikarenakan infeksi eksogen, misalnya pascabedah intraocular (terutama ekstraksi
katarak), trauma tembus, atau tukak kornea yang mengalami perforasi.

Jika terjadi trauma penetrasi, maka korpus vitreum merupakan bagian yang
akan pertama kali terkena dan kemudian ke bagian lain seperti uvea dan retina yang
juga dapat ikut terkena. Sedangkan apabila pada kasus metastasis peradangan dimulai
dengan terjadinya emboli septik pada arteri retina dan atau arteri choroid. Keadaan ini
biasanya mengenai kedua mata. Bila pada kasus perforasi ulkus kornea atau yang
mengikuti infeksi pasca bedah intra-ocular, peradangan dimulai dengan iridocyclitis
dan apabila infeksi tidak terlalu virulent, dapat dikontrol dengan pengobatan sedini
mungkin. Tapi jika kuman terlalu virulent, peradangan purulen akan berangsur-angsur
menyebar ke bagian uvea posterior dan mengenai seluruh jaringan uvea dan retina,
akhirnya terjadi pembentukan pus atau nanah dalam bola mata meskipun diobati.

Infeksi endogen biasanya melalui hematogen dan merupakan penyulit dari


bakteremia atau septicemia. Dan sangat jarang terjadi adanya invasi infeksi orbita ke
dalam bola mata yang bersifat langsung.

4
2.3.1 Bakteri

Bila panoftalmitis yang disebabkan karena bakteri, maka perjalanan penyakitnya


akan cepat dan berat.

 Pseudomonas
Bakteri batang gram negatif, bergerak, aerob; beberapa diantaranya
menghasilkan pigmen yang larut dalam air. Bakteri ini merupakan bakteri
tipe ganas, merupakan patogen utama bagi manusia. Bisa menghancurkan
semua bagian termasuk kornea; sekret purulen, berupa nanah biru
kehijauan; mempunyai zat proteolitik yang dapat menghancurkan fibrin;
banyak sel-sel yang mati, terutama leukosit, dan jaringan nekrosis.
 Staphylococcus
Adalah bakteri gram positif berbentuk bulat, biasanya tersusun dalam
rangkaian tak beraturan separti anggur. Bakteri ini mampu menghasilkan
substansi (eksotoksin, leukosidin, koagulase, dan enterotoksin), substansi ini
meningkatkan kemampuannya untuk berlipat ganda dan menyebar secara
luas ke dalam jaringan dan menghasilakan sekret mucopurulen (kental
berwarna kekuningan, elastis). Permukaan Stafilokok ditutupi dengan
substansi yang dinamakan protein A, yang menghambat fagositosis. Bakteri
stafilokok yang telah difagostosis masih mampu bertahan dalam jangka
waktu lama.
 Streptococcus
Adalah bakteri gram positif berbentuk bulat yang secara khas membentuk
pasangan atau rantai selama masa pertumbuhan. Sekret pseudo-
membranacea, seolah-olah melekat pada konjungtiva tetapi mudah diambil
dan tidak mengakibatkan pedarahan; infeksi oleh bakteri ini akan
membentuk sekret, terdapatnya sel-sel lepas dan jaringan nekrotik,sehingga
terjadi defek pada konjungtiva.

5
2.3.2 Jamur

Bila panoftalmitis akibat jamur perjalanan penyakit akan berjalan perlahan-


lahan dan malahan gejala akan terlihat setelah beberapa minggu setelah terjadinya
infeksi. Candida albicans adalah salah satu jamur oportunis yang terpenting. Lesi
candida awal berwujud retinitis granulomatosa nekrotikans fokal dengan atau tanpa
koroiditis, yang ditandai lesi eksudatif putih berjonjot yang berhubungan dengan sel-sel
dalam badan kaca yang menutupi lesi tersebut. Lesi ini bisa menyebar dan mengenai
saraf optik dan struktur mata lainnya. Jamur ini juga bisa menyebabkan endoftalmitis,
panoftalmitis, bercak Roth, papilitis, dan ablasi retina. Penyebaran ke badan kaca dapat
mengakibatkan terjadinya abses badan kaca. Juga bisa akan terjadi uveitis anterior
dengan sel-sel dan flare di dalam bilik mata depan, serta hipopion.

2.3.3 Parasit

 Toxoplasma gondii

Lesi okuler mungkin didapat inutero atau muncul sesudah serangan


infeksi sistemik akut. Toksoplasmosis adalah penyebab retinokoroiditis paling
umum pada manusia. Kucing peliharaan dan spesies kucing lain berfungsi
sebagai hospes definitif bagi parasit ini. Wanita peka yang terkena penyakit ini
selama kehamilan dapat menularkan penyakit ini ke janin. Sumber infeksi pada
manusia adalah ookista di tanah atau lewat udara ikut debu, daging kurang
matang yang mengandung bradizoit (parasit bentuk kista), dan takizoit (bentuk
proliferatif), yang diteruskan melalui plasenta.

Tanda dan gejala infeksi parasit ini yaitu seperti melihat benda
mengambang, penglihatan kabur, atau fotofobia. Lesi okuler berupa daerah-
daerah retinokoroiditis fokal nekrotik keputih-putihan, kecil atau besar, satu-
satu atau mulipel. Lesi yang aktif dapat bersebelahan dengan parut retina yang
telah sembuh dan dikelilingi edem retina. Dapat terjadi vaskulitis retina, yang
menimbulkan perdarahan retina. Peradangan berakibat terlihatnya sel-sel
didalam vitreus dan eksudasi. Mungkin juga akan menimbulkan edem pada

6
makula kistoid. Iridosklitis sering dijumpai pada pasien retinokoroiditis
toksoplasmik.

 Toxocara cati dan Toxocara canis

Toksokariasis okuler dapat terjadi tanpa manifestasi sistemik. Anak-anak


yang rentan terkena penyakit ini, berhubungan erat dengan binatang peliharaan
dan karena memakan kotoran yang terkontaminasi ovum Toxocara. Telur yang
termakan membentuk larva yang menembus mukosa usus dan masuk ke dalam
sirkulasi sistemik, dan akhirnya sampai di mata.

Tanda dan gejala larva Toxocara diam di retina dan mati, menimbulkan
reaksi radang hebat dan pembentukan antibodi Toxocara setempat. Keluhan
berupa penglihatan kabur, atau pupil keputihan.

Terdapat tiga presentasi klinik, yaitu endoftalmitis, granuloma posterior


lokal, dan granuloma posterior perifer dengan uveitis intermediate.

2.3.4 Virus

Manifestasi okuler pada infeksi HIV adalah bintik ”cotton wool”,


peradarahan retina, sarcoma Kaposi pada permukaan mata dan adneksa, dan
kelainan neurooftalmologik pada penyakit intrakranial. Selain itu sering terkena
infeksi oportunistik. Retinopati sitomegalovirus adalah penyakit yang
membutakan dan merupakan infeksi okuler paling umum.

2.4 DIAGNOSIS

Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan


penunjang.

1. Anamnesis

Pada umumnya pasien datang dengan keluhan demam, sakit kepala dan kadang
–kadang muntah, rasa nyeri , mata merah, kelopak mata bengkak atau edem, serta
terdapat penurunan tajam penglihatan.

7
2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan, ditemukan congesti conjungtiva dengan injeksi ciliar hebat.


Chemosis conjungtiva selalu ada dan kornea tampak keruh. Kamera oculi anterior
sering menunjungkan pembentukan hypopion. Pupil mengecil dan menetap. Sebuah
reflek berwarna kuning terlihat pada pupil dengan illuminasi oblique. Hal ini juga dapat
terlihat pada eksudasi purulen dalam vitreus humor. Terjadi peningkatan intra okuler.
Proptosis derajat sedang serta gerakan bola mata terbatas disebabkan peradangan pada
kapsul Tenon’s (Tenonitis).

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan klinis yang baik dibantu slit lamp, sedangkan kausanya atau
penyebabnya ditegakkan berdasarkan pemeriksaan mikroskpik dan kultur.
Diagnosis laboratorium panoftalmitis secara integral berkaitan dengan terapinya.
Biasanya cairan badan kaca (corpus vitreum) diambil untuk contoh pada waktu
dikerjakan debridemen rongga badan kaca (vitrekomi).

2.5 PENATALAKSANAAN

Pada tahap awal, tepi luka, baik itu luka karena operasi atau kecelakaan, harus di
cauterisasi dengan asam carbolic murni. Pengobatan dengan antibiotik dosis tinggi lokal
dan sistemik harus segera dimulai, seperti Vancomycin dan obat-obat sulfa, misalnya
Trimethoprim-sulfamethoxazole. Deksametason Na fosfat 1 mg, neomisina 3,5 mg,
polimiksina B sulfat 6000 UI (kandungan tiap ml tetes mata atau g salep mata).
Jika peradangan terjadi pada segmen anterior bola mata, pengobatan yang intensif
dengan kompres hangat, atropin lokal dan sulfonamide sistemik serta antibiotik
sebaiknya diperiksa kemajuannya. Jika penyebabnya jamur diberikan amfotererisin
B150 mikrogram sub konjungtiva, flusitosin, ketokonazol secara sistemik, dan
vitrektomi.
Penyebab parasit (toxoplasma) diberikan pyrimetamine, 25 mg peroral per hari,
sulfadiazine, 0,5 g per oral empat kali sehari selama 4 minggu. Selain itu mg kalsium

8
leukovorin per oral dua kali seminggu, dan urin harus tetap dijaga agar tetap alkalis
dengan minum satu sendok teh natrium bikarbonat setiap hari. Alternatif lain
clindamicyn, 300 mg per oral empat kali sehari, dengan trisulfapyrimidine, 0,5-1 g
peroral empat kali sehari. Antibiotik lain spiramycin dan minocycline. Toksokakariasis
okuler pengobatan dengan kortikosteroid secara sistemik atau periokuler bila ada
tanda reaksi radang intra okuler, dipertimbangkan vitrektomi pada pasien dengan
fibrosis vitreus nyata.

Sedangkan bila penyebabnya virus dapat diberikan sulfasetamid dan antivirus


(IDU). Apabila mata sudah tidak dapat diselamatkan lagi harus segera dilakukan
eviserasi.

Eviserasi
Adalah suatu tindakan operasi dimana isi bola mata dikeluarkan dan scleral cup
disingkirkan. Hal ini biasanya dilakukan pada kasus supurati intra-ocular
(panoftalmitis), perdarahan anterior staphyloma dan trauma penetrans pada bola mata
dengan keluarnya isi bola mata.

Anastesi
Anastesi umum dianjurkan pada anak-anak. Sedangkan pada orang dewasa operasi
dapat dilakukan dengan anastesi lokal dengan transquilizer sistemik. Infiltrasi 4 ml, 2 %
larutan lignocaine hydrochlor ke dalam jaringan retrobulber akan mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri pada saat operasi. Infiltrasi subkonjungtiva pada anastesi
disekeliling kornea membantu memisahkan conjungtiva dari bola mata dengan mudah.

Tindakan Operasi

Kulit kelopak mata disterilkan dengan larutan savlon dan conjungtiva diirigasi dengan
larutan garam fisiologis. Dan pada umumnya eye spekulum disisipkan untuk membuka
kelopak mata. Kemudian dilakukan irisan circum-corneal pada conjungtiva bulbi yang
mengelilingi limbus. Conjungtiva bulbi dengan kapsul Tenon’s dipisahkan dari bola
mata ke fornik. Lalu dibuat irisan sirkuler pada sclero-cornea dan kornea terpisah. Pada

9
bagian tepi scleral cup kemudian di geser dengan forsep arteri dan isi bola mata
dikeluarkan dengan scoop.

Hati-hati pada saat proses mengeluarkan semua jaringan uvea dari dalam permukaan
scleral cup, karena bagian portio pada sclera mungkin saja terkena.

Untuk memastikan agar tekanan tetap seimbang maka kelopak mata ditutup dengan
memasangan perban.

Setelah Operasi

Pemakaian pertama kali sebaiknya setelah 48 jam dan , setiap 24 jam selama 7 hari.
Pasien sebaiknya meninggalkan rumah sakit pada hari ke-7. Mata buatan mungkin akan
menyesuaikan setelah 3-4 minggu.

2.6 PROGNOSIS

Prognosis untuk mata yang terinfeksi oleh staphylococcus epidermidis


keadaannya lebih baik, tetapi jika infeksinya karena Pseudomonas atau spesies gram
negatif lainnya prognosisnya tetap suram. Prognosis panoftalmitis sangat buruk
terutama bila disebabkan jamur atau parasit.

10
BAB III

KESIMPULAN

 Panoftalmitis ialah peradangan pada seluruh bola mata yang juga termasuk
sklera dan kapsul Tenon sehingga bola mata merupakan rongga abses.
 Infeksi yang masuk kedalam bola mata dapat melalui peredaran darah (secara
endogen) atau perforasi dari bola mata (secara eksogen), dan dapat pula
merupakan akibat tukak kornea perforasi.
 Disebabkan terutama oleh golongan bakteri dan diikuti jamur, parasit, dan virus.
 Diagnosis panoftalmitis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, S., Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2006 :
177-178.
2. James, Bruce, dkk, Lecture Notes Oftalmologi, Edisi 9, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 2006.
3. Ilyas, S., Atlas Ilmu Penyakit Mata, Sagung Seto, Jakarta, 2001: 53.
4. Vaugh, Daniel G., Oftalmologi Umum, Edisi 14, Widya Medika, Jakarta,
2000: 155-165.
5. Radjamin, Tamin, R.K., dkk, Ilmu Penyakit Mata, Airlangga University
Press, Surabaya, 1998: 85-92.

12

Anda mungkin juga menyukai