Anda di halaman 1dari 25

Makalah Semester Pendek

Multiple Fraktur

Untuk Memenuhi Tugas Semester Pendek Emergency Nursing

Yang dibimbing oleh Ns. M. Fathoni, S.Kep, MNS

Oleh:

Kelompok 3

1. 135070207113006 Priska Rizqi Afenia


2. 135070207113012 Elok Faradisa
3. 135070218113001 Frandiana
4. 135070218113003 Rischa Fadillah
5. 135070218113026 Immanuel Rico
6. 125070218113015 Wahyu Sukma Samudera

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

KEDIRI

2016

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “ Multiple Fraktur ” dengan
lancar.

Dalam pembuatan makalah ini, kami mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka
pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Ns.
M. Fathoni, S.Kep, MNS. selaku dosen pembimbing, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya, kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari sempurna untuk itu kami menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata kami sampaikan terimakasih.

Kediri, 23 Agustus 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................ 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 2


2.1 Definisi ....................................................................................... 2
2.2 Etiologi ....................................................................................... 2
2.3 Patofisiologi ............................................................................... 3
2.4 Manifestasi Klinis ....................................................................... 3
2.5 Pemeriksaan Diagnosis ............................................................. 4
2.6 Penatalaksanaan ....................................................................... 4
2.7 Penatalaksanaan Kegawatdaruratan ......................................... 5

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................ 6


3.1 Kasus ....................................................................................... 6
3.2 Pengkajian Gawat Darurat ......................................................... 6
3.3 Pengkajian Umum ..................................................................... 8
3.4 Analisa Data .............................................................................. 10
3.5 Prioritas Diagnosa ..................................................................... 11
3.6 Rencana Asuhan Keperawatan ................................................. 11
3.7 Evaluasi ..................................................................................... 15

BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................... 16


4.1 Pembahasan Pengkajian ........................................................... 16
4.2 Pembahasan Diagnosa Keperawatan ........................................ 16
4.3 Pembahasan Intervensi Kegawatdaruratan ............................... 17

BAB VI LESSON LEARN ............................................................................ 19


5.1 Topik ......................................................................................... 19
5.2 Pelajaran yang diambil.............................................................. 19
5.3 Implikasi.................................................................................... 19
5.4 Rekomendasi ............................................................................ 20

BAB VI PENUTUP ....................................................................................... 21


6.1 Kesimpulan ............................................................................... 21
6.2 Saran ........................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fraktur merupakan ancaman potensial atau aktual kepada integritas


seseorang akan mengalami gangguan fisiologis maupun psikologis yang dapat
menimbulkan respon berupa nyeri. Nyeri tersebut adalah keadaan subjektif dimana
seseorang memperlihatkan ketidak nyamanan secara verbal maupun non verbal.
Respon seseorang terhadap nyeri dipengaruhi oleh emosi, tingkat kesadaran, latar
belakang budaya, pengalaman masa lalu tentang nyeri dan pengertian nyeri. Nyeri
mengganggu kemampuan seseorang untuk beristirahat, konsentrasi, dan kegiatan
yang biasa dilakukan (Engram, 1999). Jumlah penderita mengalami fraktur di
Amerika Serikat sekitar 25 juta orang pertahun.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa definisi dari multiple fraktur ?


1.2.2 Apa etiologi dari multiple fraktur ?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi dari multiple fraktur ?
1.2.4 Apa manifestasi klinis dari multiple fraktur ?
1.2.5 Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada multiple fraktur ?
1.2.6 Bagaimana penatalaksanaan paada multiple fraktur ?
1.2.7 Bagaimana penatalaksanaan kegawat daruratan pada multiple fraktur ?
1.2.8 Bagaimana asuhan keperawatan pada multiple fraktur

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari multiple fraktur


1.3.2 Untuk mengetahui etiologi dari multiple fraktur
1.3.3 Untuk mengetahui patofisiologi dari multiple fraktur
1.3.4 Untuk mengetahui manifestasi klinis dari multiple fraktur
1.3.5 Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada multiple fraktur
1.3.6 Untuk mengetahui penatalaksanaan paada multiple fraktur
1.3.7 Untuk mengetahui penatalaksanaan kegawat daruratan pada multiple fraktur
1.3.8 Bagaimana asuhan keperawatan pada multiple fraktur

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Fraktur adalah kerusakan sebagian atau menyeluruh pada kontinuitas dari


struktur tulang dan dibagi menurut tipe dan luasnya. (BrunnerandSuddarth,
2010).Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, retak atau patahnya
tulang yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik yang
ditentukan jenis dan luasnya trauma. (Lukman, Nurma Ningsih, 2009).
Multipel fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Akibat trauma pada tulang tergantung pada
jenis trauma, kekuatan, dan arahnya. Fraktur Multipel adalah garis patah lebih dari
satu tapi pada tulang yang berlainan tempatnya, misalnya fraktur humerus, fraktur
femur dan sebagainya.Fraktur Multiple adalah fraktur dimana garis patah lebih dari
satu tapi tidak pada tulang yang sama.
Jadi fraktur merupakan kondisi dimana terdapat kerusakan sebagian atau seluruh
kontinuitas struktur tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma, tekanan yang
keras dan terkilir.

2.2. Etiologi

Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan


tekanan,terutama tekanan membengkok, memutar, dan menarik.
Traumamuskuloskeletal yang dapat mengakibatkan fraktur adalah :

1) Trauma langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang danterjadi fraktur
pada daerah tekanan. Frakur yang terjadi biasanya bersifatkomunitif dan jaringan
lunak ikut mengalami kerusakan. Misalnya karenatrauma yang tiba
tibamengenaii tulang dengan kekuatan dengan kekuatanyang besar dan tulang
tidak mampu menahan trauma tersebut sehinggaterjadi patah
2) Trauma tidak langsung
Disebut trauma tidak langsung apabila trauma dihantarkan kedaerahyang lebih
jauh dari daerah fraktur. Misalnya jatuh dengan tangan ekstensidapat
menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini jaringanlunak tetap utuh,

2
tekanan membengok yang menyebabkan frakturtransversal, tekanan berputar
yang menyebabkan fraktur bersifat spiralatau oblik.
3) Trauma patologis
Trauma patologis adalah suatu kondisi rapuhnya tulang karenaproses patologis.
Contonya :Osteoporosis, Osteomilitis, Ostheoartritis(Arif Muttaqin, 2008).

2.3. Patofisiologi

2.4. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala dari multiple fraktur antara lain sebagai berikut :

1. Nyeri terus menerus sampai tulang diimobilisasi


2. Setelah terjadi fraktur, bagian – bagian yang tidak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secara tidak alamiah ( gerakan luar biasa ) bukannya tetap rigid seperti
normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan
deformitas ( terlihat maupun teraba ) ekstermitas yang dapat diketahui dengan

3
membandingkan dengan ekstremitas yang normal, ekstermitas tak dapat berfungsi
dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada integritas tulang tempat
melekatnya otot.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnyakarena
kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur.
4. Saat ekstremitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antra fragmen satu dengan yang
lainnya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal, pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah
beberapa jam atau hari setelah cidera. ( Thomas M Schaller. 2012).

2.5. Pemeriksaan diagnostik

Menurut Rusdijas (2007), pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk fraktur


dilakukan sebagai berikut. Ditinjau dari look/inspeksi) terlihat bengkak, deformitas,
kelainan bentuk. Ditinjau dari feel/palpasi terdapat nyeri tekan, lokal pada tempat
fraktur. Ditinjau dari movement/gerakan terdapat gerakan aktif sakit, gerakan pasif
sakit krepitasi (Rusjidas, 2007).
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan rontgen yang berguna untuk
menentukan lokasi/luasnya fraktur, skan tulang, temogram dan mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak. Hitung darah lengkap berguna untuk mengidentifikasi
adanya kemungkinan meningkat/menurun hemoglobin. Pemeriksaan kreatinin
mengidentifikasikan peningkatan beban kreatinin untuk ginjal. Pemeriksaan profil
koagulasi digunakan untuk melihat perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfusi multiple, atau cederah hati (Rusjidas, 2007).

2.6. Penatalaksanaan

1. Recognisi atau pengenalan adalah riwayat kecelakaan derajatkeparahannya,


prinsip pertama yaitu mengetahui dan menilai keadaanfraktur dengan anamnesis,
pemeriksaan klinik dan radiologis
2. Reduksi adalah usaha manipulasi fragmen tulang patah untuk kembaliseperti
asalnya, reduksi ada dua macam yaitu reduksi tertutup ( tanpaoperasi), contohnya
dengan traksi dan reduksi terbuka (denganoperasi), contohnya dengan fiksasi
internal dengan pemasangan pin,kawat,sekrup atau batangan logam.

4
3. Retensi adalah metode untuk mempertahankan fragmen
selamapenyembuhan, dengan fiksasi internal maupun fiksasi eksternal,contohnya
GIPS yaitu alat immobilisasi eksternal yang kaku dandicetak sesuai bentuk tubuh
yang dipasang.
4. Rehabilitasi dimulai segera dan sesudah dilakukan pengobatan
untukmenghindari kontraktur sendi dan atrofi otot. Tujuannya adalahmengurangi
oedema, mempertahankan gerakan sendi, memulihkankekuatan otot, dan
memandu pasien kembali ke aktivitas normal.
5. ORIF yaitu pembedahan untuk memperbaiki fungsi denganmengembalikan
stabilitas dan mengurangi nyeri tulang yang patahyang telah direduksi dengan
skrap, paku, dan pin logam.
6. Traksi yaitu pemasangan tarikan ke bagian tubuh, beratnya traksidisesuaikan
dengan spasme otot yang terjadi. ( Smeltzer, Suzanne C.2001)

2.7. Penatalaksanaan Kedaruratan

Klien dengan fraktur, penting untuk mengimobilisasi bagian tubuh yang


terkena segera sebelum klien dipindahkan. Daerah yang patah harus di sangga
diatas dan dibawah tempat patah untuk mencegah gerakan rotasi. Immobilisasi
tulang panjang ekstremitas bawah dapat juga dilakukan dengan membebat kedua
tungkai bersama. Pada cidera ekstremitas atas lengan dapat dibebatkan ke dada.
Peredaran di distal cidera harus dikaji untuk menentukan kecukupan perfusi jaringan
perifer. Luka ditutup dengan kasa steril ( Arif Muttaqin, 2008 ).

5
BAB III
KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Kasus

Tn A 25 tahun mengalami kecelakaan saat mengendarai sepeda motor,


sepeda motor yang dikendarai ditabrak oleh truk yang sedang melintasi jalan searah
dengan Tn A. Tn A dibawa ambulance menuju IGD RS Mawar Bogor. Saat
pengkajian Tn A nyeri mengeluh pada ekstremitas bawah sebelah kanan dengan
skala nyeri 7, dan nyeri bertambah saat digerakkan, terdapat perdarahan pada
ekstremitas bawah sebelah kanan. Saat pemeriksaan fisik didapatkan TD : 130/80,
nadi 120x/menit, rr 25x/menit, suhu 36,5 C,deformitas (+) ekstremitas bawah sebelah
kanan.

3.2 Pengkajian Gawat Darurat

a. Primary survey
 A (airway):
Tidak terdapat gangguan pada jalan nafas, ditunjukkan dengan tidak adanya
sumbatan berupa benda asing, darah, bronkospasme, sputum, ataupun lender
 B (Breathing):
Pernafasan cepat dan dangkal, tidak mengalami sesak, RR 25x/menit
 C (Circulation):
Nadi: 120x/menit, reguler, TD: 130/80 mmHg, terdapat perdarahan pada
ekstremitas bawah sebelah kanan, akral hangat,
 D (Disability): tingkat kesadaran: compos mentis, GCS: 15, pupil: reflek
cahaya (+),E (Eksposure): klien mengalami trauma pada bagian ekstremitas
sebalah kanan karena tertabrak truk.
b. Secondary survey
 Hasil pemeriksaan head to toe:
a. Kepala
 Palpasi : Tidak terdapat massa/benjolan.
 Inspeksi : Rambut merata
b. Mata
 Inspeksi : konjungtiva anemis (kiri/kanan), reflek cahaya positif,
c. Telinga
 Inspeksi:
6
Tidak ada terdapat lesi, bentuk simetris
 Palpasi:
Tidak terdapat massa, tidak ada nyeri
d. Hidung
 Inspeksi:
Tidak ada secret, pernafasan menggunakan cuping hidung
 Palpasi:
Benjolan tidak ada, nyeri tidak ada.
e. Mulut dan faring
 Inspeksi: Mukosa lembab, gigi lengkap, tidak ada caries,
f. Leher
 Inspeksi: Tidak terdapat deviasi trakea, tidak ada distensi vena jugularis.
 Palpasi: Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid.
g. Thoraks
 Inspeksi:
Bentuk dada normal dan simetris, tidak ada lesi
 Auskultasi:
Suara nafas normal, suara ucapan (vocal resonans) normal, tidak ada suara
tambahan,
 Pada jantung tidak ada ictus cordis, perkusi jantung normal, bunyi jantung
normal
 Pada payudara ukuran, bentuk, dan kesimetrisan payudara normal, tidak ada
massa
h. Abdomen
Bentuk abdomen datar dan simetris, tidak ada jaringan parut dan lesi, tidak ada
edema, bising usus 10x permenit, tidak terdapat nyeri tekan.
i. Ekstremitas atas (Tangan)
Tidak ada edema, tidak ada lesi, bentuk simetris, dan akral hangat
j. Ekstremitas bawah (Kaki)
Inspeksi: Tidak ada edema, deformitas pada ekstremitas sebelah kanan, fraktur
terbuka pada femur, fraktur tertutup pada tibia sebelah kanan

7
3.3 Pengkajian Umum

1. Pengkajian
A. Identitas Klien

 Nama : Tn A
 Umur : 25 tahun
 TTL : Bogor, 25 Desember 1991
 Jenis Kelamin : Laki-Laki
 Agama : Islam
 Pendidikan : SLTA
 Pekerjaan : Pegawai Swasta
 Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
 No. Med. Rec : 13.06.17.84
 Diagnosa Medis :-
 Tanggal Masuk : 20 Agustus 2016
 Tanggal Pengkajian : 20 Agustus 2016
 Ruang Rawat : Seruni Km. 1
 Golongan Darah :O
 Alamat : Jl. Dr. Sitanala No.46 Neglasari Bogor

B. Identitas Penanggung jawab

 Nama : Nn U
 Umur : 25 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Agama : Islam
 Pendidikan : SMA
 Pekerjaan : Ibu rumah tangga
 Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia
 Alamat : Jl. Dr. Sitanala No.46 Neglasari Bogor
 Hubungan dengan klien : Istri

8
2. Riwayat Keperawatan
A. Riwayat Kesehatan Sekarang

a. Keluhan Utama: Klien mengeluh nyeri pada ekstremitas bawah sebelah


kanan dengan skala nyeri 7
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Tn A 25 thn dibawa ambulance ke IGD RS Mawar. Saat dikaji Tn. A mengeluh
nyeri pada ekstremitas bawah sebelah kanan, dan nyeri bertambah saat
digerakkan, terdapat perdarahan pada ekstremitas bawah sebelah kanan.
c. Upaya yang dilakukan: Istirahat dan Relaksasi

B. Riwayat Kesehatan Sebelumnya

a. Imunisasi: Klien mengatakan terakhir imunisasi saat masih kecil


b. Alergi: Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi
c. Penyakit yang pernah di derita : Klien mengatakan tidak pernah mengalami
penyakit berat.
d. Riwayat masuk RS: Klien mengatakan tidak pernah masuk RS sebelumnya.
e. Obat-obatan yang pernah digunakan: Klien mengatakan lupa nama obat-
obatan yang pernah digunakan
f. Riwayat Kecelakaan: Klien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan
g. Riwayat Tindakan Operasi: Klien mengatakan tidak pernah operasi
sebelumnya

C. Riwayat Kesehatan Keluarga:

Klien mengatakan bahwa keluarganya tidak mempunyai penyakit keturunan yang


berat maupun menular.

3. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum: Lemah , Kesadaran Umum Compos Mentis


b. Tanda-Tanda Vital
 Tekanan Darah : 130/80 mmHg
 Nadi : 120x Permenit
 Suhu : 36,5 ºC

9
 RR : 25x Permenit
c. Antropometri
 Tinggi Badan : 170cm
 BB : 65kg

3.4 Analisa Data

Data Etiologi Masalah Keperawatan


DS : Kecelakaan tertabrak truk Nyeri akut berhubungan
↓ dengan injuri pada
- Klien mengatakan Trauma pada ekstremitas ekstremitas bawah sebelah
mengeluh nyeri pada bawah sebelah kanan kanan
bagian ekstremitas ↓
sebelah kanan Fraktur pada ekstremitas
- Klien mengatakan bawah sebelah kanan
nyeri bertambah saat
digerakkan ↓
DO : Menekan jaringan dan saraf
sekitarnya
- Skala nyeri 7
- Deformitas pada ↓
ekstremitas bawah Nyeri akut
sebelah kanan
-
DS : Kecelakaan tertabrak truk Resiko syok

DO : Trauma pada ekstremitas
bawah sebelah kanan
- Fraktur pada femur

dan tibia sebelah
Fraktur pada ekstremitas
kanan
bawah sebelah kanan
- Terdapat perdarahan

pada ekstremitas
Mengenai dan merobek
bawah sebelah kanan
jaringan sekitarnya
- Nadi : 120x/menit
- Klien nampak lemah ↓
10
Perdarahan pada
ekstremitas bawah sebelah
kanan

Resiko syok

3.5 Prioritas Diagnosa Keperawatan

1) Resiko syok
2) Nyeri akut berhubungan dengan injuri pada ekstremitas bawah sebelah kanan

3.6 Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Kriteria hasil / tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
Resiko syok Setelah dilakukan tindakan Shock prevention : Shock Prevention
keperawatan 3x24 jam diharapkan klien
tidak mengalami syok hipovolemia 1) Monitor status 1) Untuk
sirkulasi, mengetahui
Kriteri Hasil : warna kulit, adanya
denyut gangguan
NOC jantung, TD perfusi
Vital Signs 2) Monitor tanda 2) Untuk
awal syok mengetahui
Indikator 1 2 3 4 5
3) Monitor gejala awal
Pulse √
inadekuat syok dan
Pressure
oksigenasi mendapatkan
jaringan penanganan
segera

11
NOC Cardiopulmonary Status 4) Kolaborasi 3) Untuk
dengan mengetahui

Indikator 1 2 3 4 5 tenaga kadar oksigen


kesehatan dalam tubuh
Respiratory √
lain untuk 4) Untuk
rate
memonitor mengetahui
Respiratory √
HB, HT kadar Hb, Ht
rhythm
5) Berikan dan
Peripheral √
cairan melalui digunakan
pulse
iv line atau untuk
oral yang mencegah
tepat terjadinya
kekurangan
Shock management : sel darah
merah
1) Monitor 5) Untuk
tanda-tanda mencegah
vital terjadinya
2) Monitor status dehidrasi
mental
3) Monitor
faktor-faktor Shock Management
yang penentu
pengiriman 1) Untuk

oksigen mengetahui

(PaO2, SaO2, tanda-tanda

Hb) vital yang

4) Berikan abnormal

oksigen 2) Untuk

tambahan mengetahui

5) Kolaborasi tingkat

dengan kesadaran

tenaga 3) Untuk

kesehatan mengetahui

lain untuk kadar oksigen

transfusi dalam tubuh

12
darah jika 4) Untuk
diperlukan memenuhi
kebutuhan
oksigen tubuh
5) Untuk
mencegah
kemungkinan
terjadinya
syok dan
mengganti
darah yang
hilang
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakann Splinting Splinting
berhubungan keperawatan 2x24 jam diharapkan
dengan injuri nyeri yang di alami klien berkurang 1) Balut bidai 1) Untuk
pada kaki mengurangi
pada dan
ekstremitas Kriteria hasil : yang
meminimalkan
bawah sebelah mengalami pergerakan
NOC Pain Control fraktur pada bagian
kanan
tubuh yang
dengan posisi
Indikator 1 2 3 4 5 mengalami
ekstensi injuri
Mencegah √ 2) Untuk
2) Stabilisasi
timbulnya stabilisasi
sendi
penyebab sendi proximal
promixal dan dan distal
nyeri
distak dengan 3) Untuk
Menggunaka √ mengetahui
menggunakan
n teknik status
bidai sirkulasi dan
farmakologis
3) Monitor status mengevaluasi
untuk hasil
sirkulasi
menghilangk pembidaian
4) Monitor pada
4) Untuk
an nyeri
daerah yang mengetahui
(analgesik) kondisi bagian
mengalami
yang cedera
cedera
setelah
pemasangan
bidai

13
Pain management Pain Management

1) Kaji lokasi, 1) Untuk


karakteristik, mengetahui
durasi, lokasi,
frekuensi, karakteristik,
kualitas dan durasi,
faktor frekuensi,
pencetus kualitas dan
nyeri. faktor
2) Anjurkan pencetus nyeri
klien untuk 2) Untuk
menghindari meminimalkan
faktor-faktor timbulnya
yang dapat nyeri
menimbulka 3) Untuk
n nyeri. mengetahui
3) Kaji respon respon non
non verbal verbal dari
klien klien dan
4) Anjurkan digunakan
klien untuk sebagai data
istirahat atau pengukur
tidur yang nyeri
cukup untuk 4) Untuk
menurunkan menurunkan
nyeri. nyeri yang
5) Kolaborasi timbul dan
dengan membantu
tenaga proses
kesehatan pemulihan
lain untuk 5) Untuk
pemberian menurunkan
analgesik. rasa nyeri
yang
dirasakan
14
3.7 Evaluasi

Diagnosa Keperawatan Evaluasi


Resiko syok S:-

O:

- Nadi normal (60-100x/menit)


- RR normal (16-20x/menit)
- Irama pernafasan normal

A : Masalah teratasi sebagian

P : Pertahankan intervensi yang ada


Nyeri akut berhubungan dengan injuri pada S : Klien mengatakan nyeri yang di alaminya
ekstremitas bawah sebelah kanan berkurang

O : skala nyeri 2

A : Masalah teratasi sebagian

P : Pertahankan intervensi yang ada

15
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas asuhan keperawatan Tn. A dengan
multiple fraktur di IGD RS Mawar Bogor”. Asuhan keperawatan yang dilakukan
melalui tahap: pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, dan evaluasi. Penulis
dalam bab ini membahas tentang adanya kesesuaian maupun kesenjangan antara
teori dan hasil aplikasi pada kasus.

4.1 Pembahasan Pengkajian


Saat dikaji Tn A nampak lemah dan mengatakan mengeluh nyeri pada
ekstremitas bawah sebelah kanan dengan skala nyeri 7. Nyeri bertambah saat
bagian ekstremitas yang mengalami cedera digerakkan. Nyeri yang dirasakan karena
adanya pergeseran bagian skeletal yang menekan jaringan dan saraf sekitarnya.
Nyeri yang rasakan akan berlangsung terus menerus dan bertambah parah apabila
bagian yang mengalami cedera/fraktur digerakkan karena akan semakin menekan
saraf dan jaringan yang berada disekitarnya. Pada bagian ekstremitas bawah
sebalah kanan ditemukan adanya perdarahan pada bagian femur yang mengalamai
fraktur terbuka. Hal tersebut dikarenakan bagian tulang yang mengalami fraktur
merobek pembuluh darah dan lapisan epidermis disekitarnya yang menyebabkan
terjadinya perdarahan diluar
Pada saat pemeriksaan fisik didapatkan data TD : 130/80 mmHg, nadi :
120x/menit, respiration rate 25x/menit, suhu tubuh 36,5°C, dan deformitas (+) pada
bagian ekstremitas bawah sebelah kanan. Pergeseran fragmen pada fraktur
ekstremitas yang mengalami cedera menyebabkan deformitas dan dapat diketahui
dengan cara membandingkannya dengan ekstremitas yang normal

4.2 Pembahasan Diagnosa Keperawatan


Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan kepada pasien, penulis
menemukan masalah antara lain
1) Masalah utama yang diangkat dan menjadi prioritas keperawatan pada
penanganan gawat darurat paling utama yaitu resiko syok yang ditandai dengan :
- Data objektif yaitu terdapat perdarahan pada ekstremitas bawah sebelah
kanan, nadi 120x/menit, RR 25x/menit, fraktur terbuka pada femur sebelah
kanan

16
Resiko syok merupakan beresiko terhadap ketidakcukupan aliran darah
kejaringan tubuh yang dapat mengakibatkan disfungsi selluler yang mengancam jiwa.
Beberapa faktor resiko dalam diagnosa keperawatan resiko syok yaitu : hipotensi,
hipovolemi, hipoksemia, hipoksia, infeksi, sepsis dan sindrom respons inflamasi
sistemik.
Masalah keperawatan resiko syok lebih diprioritaskan menjadi masalah utama
dari beberapa masalah keperawatan yang muncul karena merupakan kondisi yang
dapat mengancam nyawa apabila tidak segera ditangani. Hal tersebut sesuai dengan
prosedur penanganan emergency yang berfokus pada Airways, Breathing, Circulation
yang dapat menyelamatkan nyawa manusia
2) Masalah keperawatan kedua yaitu nyeri akut berhubungan dengan injuri pada
ekstremitas bawah sebelah kanan yang ditandai dengan :
- Data subyektif : klien mengatakan mengeluh nyeri pada bagian ekstremitas
bawah sebelah kanan, dan klien mengatakan nyeri bertambah saat digerakkan
- Data objektif : Skala nyeri 7 dan deformitas pada ekstremitas bawah sebelah
kanan
Diagnosa keperawatan nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional
yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa. Menurut
International Association for the study of Pain yaitu awitan yang tiba-tiba atau lambat
dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi dan berlangsung <6 bulan. Batasan karakteristik pada diagnosa
keperawatan nyeri akut yaitu : perubahan selera makan, perubahan tekanan darah,
perubahan nado, perubahan pernafasan, perilaku distraksi (misal. Berjalan, mondar-
mandir mencari orang lain dan atau aktivitas lainnya), pupil dilatasi, pola tidur
terganggu, perilaku ekspressive (gelisah, merintih, menangis, kewaspadaan,
irritabilitas, mendesah)

4.3 Pembahasan Intervensi Kegawat daruratan


Intervensi kegawat daruratan berfokus pada penanganan awal pada Airways,
Breathing dan Circulation. Pada kasus ini klien mengalami peningkatan frekuensi
pernafasan dan perdarahan yang diakibatkan injuri pada esktremitas bawah sebelah
kanan serta mengalami nyeri skala 7 pada ekstremitas yang mengalami injuri.
Intervensi yang dilakukan yaitu :
1) Memonitor status mental untuk mengetahui tingkat kesadaran klien

17
2) Memonitor tanda-tanda vital meliputi : tekanan darah, nadi, frekuensi
pernafasan dan suhu tubuh
3) Memonitor tanda-tanda awal dari syok
4) Memonitor faktor-faktor penentu pengiriman oksigen (PaO2, SaO2, )
5) Memonitor inadekuat oksigenasi jaringan
6) Berikan oksigen tambahan
7) Berikan caira melalui IV line atau oral
8) Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemeriksaan laboratorium
(Hb, Ht)
9) Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk transfusi darah jika
diperlukan

Untuk intervensi penanganan nyeri yang dialami pasien serta stabilisasi bagian tubuh
yang mengalami injuri yaitu :

1) Balut bidai pada kaki yang mengalami fraktur dengan posisi ekstensi
2) Stabilisasi sendi promixal dan distak dengan menggunakan bidai
3) Monitor status sirkulasi
4) Monitor pada daerah yang mengalami cedera\\
5) Kaji lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor pencetus nyeri
6) Anjurkan klien untuk menghindari faktor-faktor yang dapat menimbulkan nyeri.
7) Kaji respon non verbal klien
8) Anjurkan klien untuk istirahat atau tidur yang cukup untuk menurunkan nyeri.
9) Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik.

18
BAB V
LESSON LEARN

5.1. Topik Jurnal

Judul : Multiple interventions improve analgesic treatment of supracondylar fractures


in a pediatric emergency department

Pengarang : RN Porter, RE Chafe, LA Newhook, KD Murnaghan. Multiple


interventions improve analgesic treatment of supracondylar fractures in a pediatric
emergency department. Pain Res Manag 2015;20(4):173-178.

5.2. Pelajaran yang Dapat Diambil Berdasarkan Jurnal

1. Manajemen tepat waktu dan tepat penanganan p nyeri akut pada populasi
anak ini telah menjadi tantangan di banyak pengaturan, termasuk gawat darurat
(ED).
2. Penanganan nyeri pada pediatric saat di ED tidak hanya dilakukan dengan
menggunakan analgesik tapi juga dapat dilakukan penilaian dengan
menggunakan triase perawat dan pengobatan direktf medis untuk mengobati
nyeri ringan-sedang tanpa dokter.
3. Dalam penelitian ini terdapat pilihan yang berbeda antara metode penilaian
nyeri yang ditawarkannya pilihan perawat triase dengan tujuan memaksimalkan
serapan agar individu dapat lebih merasa nyaman.

5.3. Implikasi Berdasarkan Jurnal

1. Pada kasus fraktur anak di indonesia telah menggunakan triase perawat yaitu
dengan ESI karena lebih mudah dan tidak ada batas waktu spesifik yang
ditentukan secara ketat untuk masing-masing level. Selain itu, ESI tidak secara
spesifik mempertimbangkan diagnosis untuk penentuan level triase, dan satu hal
yang menarik dari sistem ini yaitu triase ESI mempergunakan skala nyeri 1-10,
sama dengan yang secara umum dipakai di Indonesia.
2. Penanganan kasus anak dengan nyeri fraktur yang masuk IGD di indonesia
sudah dilakukan penanganan dengan melakukan pengukuran skala nyeri 1-10,
selain itu perawat juga harus memahami terlebih dahulu kondisi atau situasi yang
memungkinkan pada penyakit-penyakit tertentu yang memiliki resiko tinggi untuk
mengalami lethargi/disorientasi, nyeri/distres dan lain-lain.
19
5.4. Rekomendasi Berdasarkan Jurnal

1. Pada kasus nyeri fraktur terutama pada anak sangat memerlukan


penanganan nyeri yang tepat dan cepat.
2. Pada saat awal klien masuk iGD hal yang perlu dilakukan perawat adalah
triase perawat dengan menentukan skala nyeri, apabila hasil skala nyeri ringan-
sedang perawat bisa melakukan direktif medis ( terapi berpusat pada klien)
3. Perawatan menggunakan triase perawat dan direktif medis dapat membantu
penanganan nyeri fraktur pada anak yang telah mendapatkan analgesik lebih
awal.

20
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, retak atau patahnya
tulang yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik yang
ditentukan jenis dan luasnya trauma. Sedangkan multipel fraktur adalah fraktur yang
garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang berlainan tempatnya, misalnya
fraktur humerus, fraktur femur dan sebagainya. Multipel fraktur ini biasanya
disebabkan oleh ketidakmampuan tulang menopang atau menahan beban yang
diterima dan bisa juga karena benturan atau cedera trauma. Manifestasi yang biasa
muncul saat terjadi fraktur yang utama adalah nyeri, deformitas tulang dan bahkan
perdarahan. Sehingga untuk menangani masalah fraktur tersebut adalah dengan
melakukan reduksi, manajemen nyeri, dan bahkan harus melakukan resusitasi
cairan. Terkait diagnosa keperawatan pada fraktur sesuai dengan manifestasi utama
yang muncul yaitu nyeri dan perdarahan, maka dari beberapa kasus yang ada
diagnosa yang pasti muncul adalah Nyeri berhubungan dengan cedera dan trauma
yang terjadi, serta Risiko Syok berhubungan dengan adanya perdarahan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penanganan dalam kasus multipel fraktur di
departemen emergency untuk perawat dapat dilakukan dengan melakukan triase
perawat yaitu melakukan pengukuran skala nyeri, memberi rasa nyaman terhadap
klien dengan menawarkan pilihan cara pengukuran skala nyeri dan melakukan
direktif medis (terpi yang berpusat pada klien) apabila skala nyeri klien berada pada
rentang ringan sampai sedang tanpa harus menunggu pemberian analgesik dari
dokter. Triase perawat yang dilakukan di Indonesia mengguanaknESI karena lebih
mudah diterapkan di Indonesia karena tidak ada batas waktu spesifik yang ditentukan
secara ketat untuk masing-masing level. Selain itu, ESI tidak secara spesifik
mempertimbangkan diagnosis untuk penentuan level triase, dan satu hal yang
menarik dari sistem ini yaitu triase ESI mempergunakan skala nyeri 1-10, sama
dengan yang secara umum dipakai di Indonesia.

6.2. Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan diharapkan bisa memahami dasar-dasar
terkait Multipel Fraktur agar bisa menangani permasalahan yang muncul dengan
mengedukasi masyarakat untuk selalu menjaga keselamatan diri dan dengan itu kita
juga dapat memberikan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan dengan baik, cepat
dan tepat.
21
DAFTAR PUSTAKA

Guthrie HC, Owens R, Bircher MD, 2010. Focus On PelvicFractures. The


journalofboneandjointsurgery.http://www.jbjs.org.uk/media/29777/focuson_pelvic.p
df

Richard Buckley. 2012. TREATMENT FRACTURE.

Rasjad, C. Buku pengantar Ilmu Bedah Ortopedi ed. III. YarsifWatampone. Makassar:
2007. pp. 352-489

Shaikh, Nissar. 2009. Emergency management of fat embolism syndrome. J Emerg


Trauma Shock. 2009 Jan-Apr; 2(1): 29–33. doi: 10.4103/0974-2700.44680.

Smeltzer, Suzanne C. (2011). Keperawatan Medikal-Bedah BrunnerandSuddarth Ed.8


Vol.3. EGC: Jakarta

22

Anda mungkin juga menyukai