Anda di halaman 1dari 30

CASE REPORT

DEMAM TIFOID

Disusun oleh :
Armando Halauwet
1061050171

Pembimbing :
dr. Yulianto Santoso Kurniawan, Sp. A.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PASAR MINGGU

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmatNya penulis
dapat menyelesaikan case report dengan judul Demam Tifoid. Case report ini ditulis untuk
menambah pengetahuan tentang demam tifoid dan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing, dr Yulianto Santoso Kurniawan, Sp. A yang telah membimbing dan
memberikan pengarahan dalam penyusunan case report ini.

Penulis menyadari bahwa case report ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritikan dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga case report ini dapat bermanfaat untuk semua.

Jakarta, 16 Agustus 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

BAB I LAPORAN KASUS ................................................................................................ 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 27

ii
BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama Pasien : An. A
2. No. RM : 086154
3. Tanggal Lahir : 3 maret 2013
4. Usia : 4 tahun, 5 bulan
5. Jenis Kelamin : Laki – laki
6. Agama : Islam
7. Suku : Jawa
8. Pendidikan Terakhir : Belum sekolah
9. Alamat : Gg. Joe RT 004/RW 001
10. Tanggal Masuk : 8 agustus 2017
11. Waktu Masuk : 22.50 WIB

B. ANAMNESIS (autoanamnesis)
1. Keluhan Utama
Demam

2. Keluhan Tambahan
Nyeri perut, mual, muntah, nafsu makan menurun

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RSUD Pasar Minggu dengan keluhan demam sejak
11 hari SMRS. Demam dirasakan terus menerus, berkurang jika meminum
obat penurun panas. Pasien merasakan menggigil saat demam. Sebelumnya
pasien sudah berobat ke puskesmas, dengan suhu tubuh 38 derajat celcius,
pasien diberi obat penurun panas. Demam turun tetapi kemudian muncul
kembali. Pasien juga mengeluh nyeri perut sejak 3 hari SMRS. Awalnya
pasien mengeluhkan demam saja namun, semakin lama perut terasa nyeri.
Pasien mengalami penurunan nafsu makan dan mual disertai muntah. Pasien
mengeluh buang air besar cair sebanyak 1 kali, lendir (-), darah (-). Buang

1
air kecil baik, tidak ada keluhan. Keluhan mimisan, gusi berdarah, dan bintik
merah disangkal. Keluhan batuk, pilek dan sakit kepala disangkal.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Riwayat
sakit maag (-), riwayat kejang demam (-)

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada yang mengeluhkan sakit serupa

6. Riwayat Kelahiran
 Cara lahir : Spontan
 Tempat lahir : Rumah bersalin
 Ditolong oleh : Bidan
 Masa gestasi : Cukup bulan
 Berat lahir : keluarga pasien tidak ingat
 Panjang lahir : keluarga pasien tidak ingat
 Lahir normal, langsung menangis, sianosis (-), kejang (-), Nilai
APGAR : keluarga pasien tidak ingat
 Kelainan bawaan : tidak ada

7. Riwayat Tumbuh Kembang


 Pertumbuhan gigi pertama : keluarga pasien tidak ingat
 Gangguan perkembangan mental : tidak ada
 Psikomotor
o Tengkurap : keluarga pasien tidak ingat
o Duduk : keluarga pasien tidak ingat
o Berdiri : 18 bulan
o Berjalan : 2 tahun
o Berbicara : Belum bisa berbicara lancar

Kesan : pertumbuhan fisik dan mental anak (gerak kasar, halus,


emosi, sosial, perilaku, bicara) tidak sesuai dengan usia

2
8. Riwayat Imunisasi : imunisasi dilaksanakan di puskesmas
Vaksin Dasar (Umur) Ulangan (Umur)
BCG 1 bulan
DPT/DT 2 bulan 3 bulan 4 bulan
POLIO 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan
Campak 9 bulan
Hepatitis B 0 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan
MMR -
TIPA -
Kesan : imunisasi dasar sesuai dengan jadwal Departemen Kesehatan

9. Riwayat makanan
 0 – 6 bulan : pasien mendapatkan ASI eksklusif sehari 8 – 12x
 6 – 10 bulan : pasien masih mendapatkan ASI dan makanan
pendamping berupa bubur susu. Frekuensi makan 2 – 3x sehari
sebanyak satu porsi mangkuk bayi
 11 – 12 bulan : pasien mulai meminum susu formula ±200 cc 2x
sehari. Ditambah dengan makanan pendamping ASI yang diberikan
3x sehari.
 24 – sekarang :
o Pagi : 1 porsi nasi putih + telur
o Siang : 1 porsi nasi, lauk pauk (ayam, ikan, telur) dan sayur
o Malam : 1 porsi nasi, lauk pauk (ayam, ikan, telur) dan sayur

Kesan: kualitas dan kuantitas makanan sesuai dengan kebutuhan


nutrisi anak.

3
C. Pemeriksaan Fisik

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


b. Kesadaran : Komposmentis
c. Tekanan Darah : Tidak dinilai
d. Frekuensi Nadi : 130 x/menit
e. Frekuensi Napas : 22 x/menit
f. Suhu : 40,6 derajat celcius

Data Antropometri

 Berat Badan : 18 kg
 Tinggi Badan : 110 cm
 Lingkar lengan atas : 16 cm

Menurut data WHO 2006

 BB/U : +1 s/d -1
Kesan berat badan normal

 TB/U : +1 s/d -1
Kesan perawakan baik/normal

 BB/TB : +1 s/d -1
Kesan status gizi baik

2. Pemeriksaan Khusus
a. Kepala : Normocephali; trauma -/- ; benjolan -/-
b. Mata : Konjungtiva anemis -/- ; sklera ikterik -/- ; pupil
bulat isokor dengan diameter (3mm/3mm) ; refleks
cahaya +/+.
c. Telinga : Bentuk auricula normal +/+; liang telinga lapang
+/+; serumen -/-; sekret -/-.

4
d. Hidung : Bentul normal; septum nasal di tengah; tidak ada
sianosis; tidak ada deviasi; edema konka -/-;
mukosa tidak hiperemis; sekret -/-.
e. Mulut : Faring hiperemis (-), Mukosa bibir tidak terlihat
kering; tidak ada sianosis; lidah tidak
kotor (coated tongue); uvula ditengah; tonsil T1–T1.
f. Leher : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar getah
bening.

Thorax
Paru – paru
a. Inspeksi : Bentuk dada normal laterolateral lebih besar dari
anteroposterior, pergerakan dinding dada simetris kanan
dan kiri, tidak terlihat massa, tidak terlihat jejas.
b. Palpasi : Vokal fremitus kanan dan kiri simetris, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada massa, tidak ada krepitasi.
c. Perkusi : Sonor/sonor
d. Auskultasi : Bunyi nafas dasar vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung
a. Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.
b. Palpasi : Ictus cordis teraba di intercostae 5 garis midclavicula
sinistra.
c. Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur -/-, gallop -/-.

Abdomen
a. Inspeksi : Perut tampak datar, pelebaran vena (-).
b. Auskultasi : Bising usus (+) 10x/menit.
c. Palpasi : Supel, hepar dan limpa teraba membesar 2 jari di bawah
arcus costae, nyeri tekan (+)
d. Perkusi : Timpani pada seluruh bagian perut, nyeri ketok (-)

5
Kulit dan Kelamin
Warna kulit sawo matang. Kuning pada permukaan kulit (-). Genitalia dalam
batas normal.

Ekstremitas
Akral hangat, CRT <2 detik, edema (-)

D. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

8/08/17
Pemeriksaan Nilai rujukan Hasil
Hemoglobin 10,8 – 15,6 g/dl 8,9 g/dl
Hematokrit 33 – 45 % 26 %
Leukosit 4,5 – 13, 5 10^3/ul 9,1 10^3/ul
Trombosit 217- 497 10^3/ul 164 10^3/ul
Eritrosit 3,80 – 5,80 10^3/ul 3,24 10^3/ul
MCV 69 – 93 fl 79 fl
MCH 22 – 34 pg 27 pg
MCHC 26 – 34 g/dl 35 g/dl
Basofil 0,0 – 1,0 % 0,0 %
Eosinofil 1,0 – 5,0 % 0,0 %
Neutrofil batang 3,0 – 5,0 % 3,0 %
Neutrofil segmen 25,0 – 60,0 % 60,0 %
Limfosit 25,0 – 50,0 % 34,0 %
Monosit 1,0 – 6,0 % 3,0 %
Glukosa Darah 69 – 100 mg/dl 98 mg/dl
Sewaktu
Natrium 132 – 145 mEq/L 131 meq/L
Kalium 3,10 – 5,10 mEq/L 3,70 mEq/L
Chlorida 96 – 111 mEq/L 97 mEq/L

6
S. Typhi O Negatif 1/320
S. Paratyphi AO Negatif 1/80
S. Paratyphi BO Negatif 1/80
S. Paratyphi CO Negatif Negatif
S. Typhi H Negatif 1/320
S. Paratyphi AH Negatif Negatif
S. Paratyphi BH Negatif Negatif
S. Paratyphi CH Negatif Negatif
CRP Kuantitatif <5 mg/L 67,8mg/L

9/08/2017
Pemeriksaan Typhi-Dot: Positif

11/08/17
Pemeriksaan Nilai rujukan Hasil
Hemoglobin 10,8 – 15,6 g/dl 8,5 g/dl
Hematokrit 33 – 45 % 26 %
Leukosit 4,5 – 13, 5 10^3/ul 7,0 10^3/ul
Trombosit 217- 497 10^3/ul 177 10^3/ul
Eritrosit 3,80 – 5,80 10^3/ul 3,13 10^3/ul
MCV 69 – 93 fl 83 fl
MCH 22 – 34 pg 27 pg
MCHC 26 – 34 g/dl 33 g/dl
Basofil 0,0 – 1,0 % 0,0 %
Eosinofil 1,0 – 5,0 % 0,0 %
Neutrofil batang 3,0 – 5,0 % 3,0 %
Neutrofil segmen 25,0 – 60,0 % 60,0 %
Limfosit 25,0 – 50,0 % 34,0 %
Monosit 1,0 – 6,0 % 3,0 %
LED 0-10 mm/jam 21 mm/jam
CRP Kuantitatif <5 mg/L 53,9 mg/L

7
14/08/2017
Pemeriksaan kultur darah:
Jenis kuman salmonela typhii
Resisten terhadap: Ceftriaxone
Susceptible terhadap: Ceftazidim & Gentamisin

E. RESUME
Pasien datang ke IGD RSUD Pasar Minggu (rujukan dari puskesmas cilandak)
dengan keluhan demam sejak 11 hari SMRS. Demam dirasakan terus menerus,
berkurang jika meminum obat penurun panas. Pasien merasakan menggigil saat
demam. Sebelumnya pasien sudah berobat ke puskesmas, dengan suhu tubuh 38
derajat celcius, pasien diberi obat penurun panas. Demam turun tetapi kemudian
muncul kembali. Pasien juga mengeluh nyeri perut sejak 3 hari SMRS Awalnya
pasien mengeluhkan demam saja namun, semakin lama perut terasa nyeri.
Pasien mengalami penurunan nafsu makan dan mual disertai muntah. Pasien
mengeluh buang air besar cair sebanyak 1 kali, lendir (-), darah (-). Buang air
kecil baik, tidak ada keluhan. Keluhan mimisan, gusi berdarah, dan bintik merah
disangkal. Keluhan batuk, pilek dan sakit kepala disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Riwayat
sakit maag (-), riwayat kejang demam (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada yang mengeluhkan sakit serupa

Riwayat Tumbuh Kembang


 Pertumbuhan gigi pertama : keluarga pasien tidak ingat
 Gangguan perkembangan mental : tidak ada
 Psikomotor
o Tengkurap : keluarga pasien tidak ingat
o Duduk : keluarga pasien tidak ingat

8
o Berdiri : 18 bulan
o Berjalan : 2 tahun
o Berbicara : Belum bisa berbicara lancar
Kesan : pertumbuhan fisik dan mental anak (gerak kasar, halus,
emosi, sosial, perilaku, bicara) tidak sesuai dengan usia

Pemeriksaan Umum
a. Frekuensi Nadi : 130 x/menit
b. Frekuensi Napas : 22 x/menit
c. Suhu : 40,6 derajat celcius

Pemeriksaan Khusus Abdomen


Supel, hepar dan limpa teraba membesar 2 jari di bawah arcus costae, nyeri
tekan (+)

Pemeriksaan Laboratorium
8/08/2017
PEMERIKSAAN RUJUKAN HASIL
Hemoglobin 10,8 – 15,6 g/dl 8,9 g/dl
Hematokrit 33 – 45 % 26 %
Leukosit 4,5 – 13, 5 10^3/ul 9,1 10^3/ul
Trombosit 217- 497 10^3/ul 164 10^3/ul
Eritrosit 3,80 – 5,80 10^3/ul 3,24 10^3/ul

Natrium 132 – 145 mEq/L 131 meq/L


Kalium 3,10 – 5,10 mEq/L 3,70 mEq/L
Chlorida 96 – 111 mEq/L 97 mEq/L

S. Typhi O Negatif 1/320


S. Paratyphi AO Negatif 1/80
S. Paratyphi BO Negatif 1/80
S. Paratyphi CO Negatif Negatif

9
S. Typhi H Negatif 1/320
S. Paratyphi AH Negatif Negatif
S. Paratyphi BH Negatif Negatif
S. Paratyphi CH Negatif Negatif
CRP Kuantitatif <5 mg/L 67,8mg/L

9/08/2017
Pemeriksaan Typhi-Dot: Positif

11/08/2017
Pemeriksaan Nilai rujukan Hasil
Hemoglobin 10,8 – 15,6 g/dl 8,5 g/dl
Hematokrit 33 – 45 % 26 %
Leukosit 4,5 – 13, 5 10^3/ul 7,0 10^3/ul
Trombosit 217- 497 10^3/ul 177 10^3/ul
Eritrosit 3,80 – 5,80 10^3/ul 3,13 10^3/ul

CRP Kuantitatif <5 mg/L 53,9 mg/L

14/08/2017
Pemeriksaan kultur darah:
Jenis kuman salmonela typhii
Resisten terhadap: Ceftriaxone
Susceptible terhadap: Ceftazidim & Gentamisin

F. DIAGNOSIS KERJA
Demam Tifoid

G. DIAGNOSIS BANDING
Demam Dengue
Leptospirosis

10
H. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
o IVFD : KAEN 3B 1000 ml/24 jam
o Ceftazidime 4 x 900 mg I.V
o Gentamisin 1 x 150 mg I.V (loading) > 1 x 100 mg I.V
o Paracetamol 4 x 10 ml

2. Nonmedikamentosa
o Rawat inap
o Makan lunak 1800 kalori
o Tanda tanda vital dan diuresis per shift
o Monitor tanda perdarahan

I. PROGNOSIS
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
Ad Sanactionam : bonam

11
J. FOLLOW UP PASIEN
9/08/17
Keluhan Pemeriksaan Fisik Penunjang Terapi
 Demam  KU : Tampak sakit sedang Pemeriksaan o KAEN 3B
(+)  Kes : Kompos mentis Laboratorium 1500 ml/24
 Hari ke 12  KGB : tidak membesar o Pemeriksaan jam
Typhi-Dot
demam  S : 38,6˚C o Ceftriaxone
(Tubex):
 Batuk (-)  N : 118 x/menit Positif 1 x 1300 mg

 Pilek (-)  RR: 22 x/mnt I.V (1)

 BAK : Kepala o Paracetamol

warna Mata : CA -/- 4x10 ml

kuning THT : T1-T1, hiperemis (-) bila suhu

pekat Leher: KGB (-) 38˚C

 BAB : Thorax o Makan


lunak 1800
diare  I: Pergerakan dada simetris
kalori
sejak 1  P : voksl fremitus simetris
o Ttv dan
hari yang  P : sonor kanan-kiri
diuresis
lalu,  A : BND verikuler, Rh -/- ,
ampas (+) pershift
Wh -/-, BJ 1 dan 2 reguler,
o Monitor bila
 Mual (+) gallop (-), murmur(-)
ada
 Muntah(-) Abdomen
perdarahan
 I : Tampak datar
 A : BU 4x/menit
 P : Timpani, nyeri ketok (-)
 P : supel, hepar teraba
membesar 2 jari dibawah
arcus costae, permukaan rata
tidak berbenjol-benjol, nyeri
tekan (+) regio hipokondrica
kanan
Ekstremitas:
Akral hangat, edema (-), CRT <2
detik

12
10/08/17
Keluhan Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Terapi
Penunjang
 Demam  KU : Tampak sakit sedang (-) o KAEN 3B
(+)  Kes : Kompos mentis 1000 ml/24 jam
 Hari ke 13  KGB : tidak membesar o Ceftriaxone 1 x
demam  S : 39,4˚C 1300 mg I.V
 BAK :  N : 108 x/menit (2)
warna  RR: 22 x/mnt o Paracetamol
kuning Kepala 4x10 ml bila
pekat Mata : CA -/- suhu 38˚C

 BAB : THT : T1-T1, hiperemis (-) o Makan lunak

diare 2 Thorax 1800 kalori


o Ttv dan
kali hari  I: Pergerakan dada
ini, diare diuresis
simetris
pershift
sejak 2  P : voksl fremitus simetris
hari yang o Monitor bila
 P : sonor kanan-kiri
lalu, cair ada perdarahan
 A : BND verikuler, Rh -/- ,
 Mual (+) Wh -/-, BJ 1 dan 2 reguler,
 Muntah(-) gallop (-), murmur(-)
Abdomen
 I : Tampak datar
 A : BU 4x/menit
 P : Timpani, nyeri ketok (-)
 P : supel, hepar teraba
membesar 2 jari dibawah
arcus costae, permukaan
rata tidak benjol, NT (+) di
regio hipokondrica kanan
Ekstremitas:
Akral hangat, edema (-), CRT
<2 detik

13
11/08/17
Keluhan Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Terapi
Penunjang
 Demam  KU : Tampak sakit sedang Pemeriksaan o KAEN 3B
(+)  Kes : Kompos mentis Laboratorium 1000 ml/24 jam
 Hari ke 14  KGB : tidak membesar HB: 8,5 o Ceftriaxone 1 x
demam  S : 38,6˚C HT: 26 1300 mg I.V
 BAK :  N : 110 x/menit Leukosit: 7 (3)
DBN  RR: 22 x/mnt Trombosit: o Paracetamol

 BAB : 1 Kepala 177 4x10 ml bila

kali , Mata : CA -/- Eritrosit: 3.13 suhu 38˚C

ampas (+) THT : T1-T1, hiperemis (-) LED: 21 o Makan lunak

 Mual (+) Thorax CRP: 53,9 1800 kalori

 o Ttv dan
Muntah  I: Pergerakan dada simetris
diuresis
(+) 1 kali.  P : voksl fremitus simetris
pershift
 P : sonor kanan-kiri
o Monitor bila
 A : BND verikuler, Rh -/- ,
ada perdarahan
Wh -/-, BJ 1 dan 2 reguler,
gallop (-), murmur(-)
Abdomen
 I : Tampak datar
 A : BU 4x/menit
 P : Timpani, nyeri ketok (-)
 P : supel, hepar teraba
membesar 2 jari dibawah
arcus costae, permukaan rata
tidak benjol, NT (+) di regio
hipokondrica kanan
Ekstremitas:
Akral hangat, edema (-), CRT <2
detik

14
12/08/17
Keluhan Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Terapi
Penunjang
 Demam  KU : Tampak sakit sedang (-) o KAEN 3B
(+)  Kes : Kompos mentis 1000 ml/24 jam
 Hari ke 15  KGB : tidak membesar o Ceftriaxone 1 x
demam  S : 38,5˚C 1800 mg I.V
 BAK :  N : 98 x/menit (4)
DBN  RR: 22 x/mnt o Paracetamol

 BAB : 1 Kepala 4x10 ml bila

kali, cair, Mata : CA -/- suhu 38˚C

ampas (+) THT : T1-T1, hiperemis (-) o Makan lunak

 Mual (+) Thorax 1800 kalori

 o Ttv dan
Muntah  I: Pergerakan dada
(+) 1 kali diuresis
simetris
pershift
 Makan &  P : voksl fremitus simetris
o Monitor bila
minum  P : sonor kanan-kiri
ada perdarahan
berkurang  A : BND verikuler, Rh -/- ,
Wh -/-, BJ 1 dan 2 reguler,
gallop (-), murmur(-)
Abdomen
 I : Tampak datar
 A : BU 4x/menit
 P : Timpani, nyeri ketok (-)
 P : supel, hepar teraba
membesar 2 jari dibawah
arcus costae, permukaan
rata tidak benjol, NT (+) di
regio hipokondrica kanan
Ekstremitas:
Akral hangat, edema (-), CRT
<2 detik

15
14/08/17
Keluhan Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Terapi
Penunjang
 Demam  KU : Tampak sakit sedang Pemeriksaan o KAEN 3B 1000 ml/24
(+)  Kes : Kompos mentis kultur darah: jam
 Hari ke  KGB : tidak membesar o Ceftriaxone 1 x 1300
17  S : 37,9˚C  Jenis kuman mg I.V (4) diganti
demam  N : 108 x/menit salmonela Ceftazidime 4 x 900
 Naik  RR: 22 x/mnt typhii mg I.V
turun Kepala o Gentamisin 1 x 150 mg
 BAK : Mata : CA -/-  Resisten I.V (loading)> 1 x 100
DBN THT : T1-T1, hiperemis (-) terhadap: mg I.V

 BAB : Thorax Ceftriaxone o Paracetamol 4x10 ml


bila suhu 38˚C
padat  I: Pergerakan dada simetris
  Susceptible o Makan lunak 1800
Mual (+)  P : voksl fremitus simetris
kalori
 Muntah  P : sonor kanan-kiri terhadap:
Cefixime, o Ttv dan diuresis
(-)  A : BND verikuler, Rh -/- ,
Ceftazidim & pershift
 Nafsu Wh -/-, BJ 1 dan 2 reguler,
Gentamisin o Monitor bila ada
makan gallop (-), murmur(-)
perdarahan
menurun Abdomen
 I : Tampak datar  CRP: 53,9

 A : BU 4x/menit
 P : Timpani, nyeri ketok (-)
 P : supel, hepar teraba
membesar 2 jari dibawah
arcus costae, permukaan
rata tidak benjol, NT (+) di
regio hipokondrica kanan
Ekstremitas:
Akral hangat, edema (-), CRT
<2 detik

16
15/08/17
Keluhan Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Terapi
Penunjang
 Demam  KU : Tampak sakit sedang (-) o KAEN 3B 1000
(-)  Kes : Kompos mentis ml/24 jam
 Bebas  KGB : tidak membesar o Ceftazidime 4 x
demam  S : 36,5˚C 900 mg I.V (1)
hari 1  N : 100x/menit o Gentamisin 1 x
 BAK &  RR: 21 x/mnt 100 mg I.V (2)
BAB : Kepala o Paracetamol
baik Mata : CA -/- 4x10 ml bila

 Mual (-) THT : T1-T1, hiperemis (-) suhu 38˚C

 Muntah(-) Thorax o Makan lunak

 1800 kalori
Nafsu  I: Pergerakan dada
makan o Ttv dan diuresis
simetris
pershift
membaik  P : voksl fremitus simetris
o Monitor bila ada
 Riwayat  P : sonor kanan-kiri
perdarahan
demam 17  A : BND verikuler, Rh -/- ,
hari Wh -/-, BJ 1 dan 2 reguler,
gallop (-), murmur(-)
Abdomen
 I : Tampak datar
 A : BU 4x/menit
 P : Timpani, nyeri ketok (-)
 P : supel, hepar tidak teraba
membesar , NT (+) di
regio hipokondrica kanan
Ekstremitas:
Akral hangat, edema (-), CRT
<2 detik

17
16/08/17
Keluhan Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Terapi
Penunjang
 Demam  KU : Tampak sakit sedang (-) o KAEN 3B 1000
(-)  Kes : Kompos mentis ml/24 jam
 Bebas  KGB : tidak membesar o Ceftazidime 4 x
demam  S : 36,9˚C 900 mg I.V (2)
hari 2  N : 104 x/menit o Gentamisin 1 x
 BAK &  RR: 21 x/mnt 100 mg I.V (3)
BAB : Kepala o Paracetamol
baik Mata : CA -/- 4x10 ml bila

 Mual (-) THT : T1-T1, hiperemis (-) suhu 38˚C

 Muntah(-) Thorax o Makan lunak


1800 kalori
Nafsu  I: Pergerakan dada
makan o Ttv dan diuresis
simetris
pershift
membaik  P : voksl fremitus simetris
 o Monitor bila
Riwayat  P : sonor kanan-kiri
ada perdarahan
demam 17  A : BND verikuler, Rh -/- ,
hari Wh -/-, BJ 1 dan 2 reguler,
gallop (-), murmur(-)
Abdomen
 I : Tampak datar
 A : BU 4x/menit
 P : Timpani, nyeri ketok (-)
 P : supel, hepar tidak teraba
membesar , NT (-)
Ekstremitas:
Akral hangat, edema (-), CRT
<2 detik

18
17/08/17
Keluhan Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Terapi
Penunjang
 Demam  KU : Tampak sakit sedang (-) o KAEN 3B 1000
(-)  Kes : Kompos mentis ml/24 jam
 Bebas  KGB : tidak membesar o Ceftazidime 4 x
demam  S : 36,5˚C 900 mg I.V (3)
hari 3  N : 108 x/menit o Gentamisin 1 x
 BAK &  RR: 22 x/mnt 100 mg I.V (4)
BAB : Kepala o Paracetamol
baik Mata : CA -/- 4x10 ml bila

 Mual (-) THT : T1-T1, hiperemis (-) suhu 38˚C

 Muntah(-) Thorax o Makan lunak


1800 kalori
Nafsu  I: Pergerakan dada
makan o Ttv dan diuresis
simetris
pershift
membaik  P : voksl fremitus simetris
 o Monitor bila ada
Riwayat  P : sonor kanan-kiri
perdarahan
demam 17  A : BND verikuler, Rh -/- ,
hari Wh -/-, BJ 1 dan 2 reguler,
gallop (-), murmur(-)
Abdomen
 I : Tampak datar
 A : BU 4x/menit
 P : Timpani, nyeri ketok (-)
 P : supel, hepar tidak teraba
membesar , NT (-)
Ekstremitas:
Akral hangat, edema (-), CRT
<2 detik

19
18/08/17
Keluhan Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Terapi
Penunjang
 Demam  KU : Tampak sakit sedang (-) o Rawat jalan
(-)  Kes : Kompos mentis o Cefixime 2 x
 Bebas  KGB : tidak membesar 100 mg P.O
demam  S : 36,4˚C o Paracetamol
hari 4  N : 96 x/menit 4x10 ml bila
 BAK &  RR: 21 x/mnt suhu 38˚C
BAB : Kepala o Kontrol 3 hari
baik Mata : CA -/-
 Mual (-) THT : T1-T1, hiperemis (-)
 Muntah(-) Thorax
Nafsu  I: Pergerakan dada
makan simetris
membaik  P : voksl fremitus simetris
 Riwayat  P : sonor kanan-kiri
demam 17  A : BND verikuler, Rh -/- ,
hari Wh -/-, BJ 1 dan 2 reguler,
 Gerak gallop (-), murmur(-)
aktif Abdomen
 I : Tampak datar
 A : BU 4x/menit
 P : Timpani, nyeri ketok (-)
 P : supel, hepar tidak teraba
membesar , NT (-)
Ekstremitas:
Akral hangat, edema (-), CRT
<2 detik

20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENDAHULUAN
Demam tifoid adalah penyakit yang endemis di negara berkembang,
salah satunya termasuk di Indonesia, yang diakibatkan oleh infeksi bakteri
sistemik salmonela typhii. Prevalensi terbanyak dari demam tifoid sekitar 90%
menyerang kelompok usia 3-19 tahun, dengan peningkatan pada anak anak usia
diatas 5 tahun. Pada minggu pertama dari demam tifoid, demam yang terjadi
sulit untuk dibedakan dengan beberapa penyakit demam lainya. Dengan
demikian diperlukan pemeriksaan penunjang berupa biakan kuman untuk
menegakan diagonosis secara pasti.1

B. EPIDEMIOLOGI
Demam Tifoid merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan jumlah
kasus sebanyak 22 juta per tahun di dunia dan menyebabkan 216.000– 600.000
kematian. Penelitian yang dilakukan di daerah perkotaan pada beberapa negara
Asia dengan target anak usia 5–15 tahun menunjukkan bahwa insidensi dengan
biakan darah positif mencapai 180–194 per 100.000 anak, di Asia Selatan pada
usia 5–15 tahun sebesar 400–500 per 100.000 penduduk, di Asia Tenggara 100–
200 per 100.000 penduduk, dan di Asia Timur Laut kurang dari 100 kasus per
100.000 penduduk.2

Pada tahun 2008, angka kesakitan tifoid di Indonesia dilaporkan sebesar


81,7 per 100.000 penduduk, dengan sebaran menurut kelompok umur
0,0/100.000 penduduk (0–1 tahun), 148,7/100.000 penduduk (2–4 tahun),
180,3/100.000 (5-15 tahun), dan 51,2/100.000 (≥16 tahun). Angka ini
menunjukkan bahwa penderita terbanyak adalah pada kelompok usia 2-15
tahun.2,3

21
C. PATOGENESIS
Penyebab utama demam tifoid adalah infeksi yang diakibatkan bakteri S.
Typhii. Sebagian kecil diakibatkan oleh bakteri jenis S.Paratyphii. Bakteri ini
mula mula masuk melalui makanan atau minuman yang telah terkontaminasi,
setelah melewati lambung kuman kemudian mencapai usus halus (ileum) dan
disana kuman menembus dinding usus sehingga mencapai folikel limfoid usus
halus (plaque Peyeri). Kuman kemudian mengikuti aliran limfe mesenterial
menuju sirkulasi darah (disebut Bakterimia Primer) hingga mencapai jaringan
retikulo-endotelial sistem (hepar, lien, sumsum tulang untuk bermultiplikasi).
Setelah mengalami Bakterimia sekunder, kuman kemudian melalui sirkulasi
darah dan menyerang organ lain (intra atau ekstra intestinal). Patogenesis dari
penyakit ini membutuhkan masa inkubasi selama 10-14 hari 1,4

D. GEJALA KLINIS
Anamnesis
 Demam naik secara bertahap tiap hari nya, hingga mencapai suhu
tertinggi pada akhir minggu pertama sejak demam pertama muncul.
Demam akan tetap tinggi selama minggu kedua.1
 Anak akan merasakan nyeri abdomen, nyeri kepala, didapatkan
penurunan kesadaran berupa delirium (anak sering mengigau), letih lesu
(letargi), malaise, diare atau konstipasi, muntah, perut kembung. 1
 Pada kasus demam tifoid yang berat dapat ditemukan penurunan
kesadaran yang berat, kejang, dan ikterus. 1

Pemeriksaan Fisik
o Suhu tinggi. Pada pengukuran suhu minggu pertama akan didapatkan
peningkatan suhu secara perlahan hingga 38-40oC. Setelah pengukuran
minggu kedua, suhu akan bertahan hingga 38-40oC 1,4
o Bibir kering dan kadang pecah-pecah.1
o Lidah kotor dan ditutup selaput putih (coated tongue) 1
o Ujung dan tepi lidah kemerahan dan tremor.1

22
o Nyeri tekan regio epigastrik (nyeri ulu hati) dan perut kanan bawah.1 Hal
ini diakibatkan infeksi bakteri yang menyerang ileum terminal, khusus
nya pada folikel limfoid usus halus. Sehingga nyeri akan dirasakan
menyerupai peradangan pada appendiks.
o Hepatosplenomegali.1
o Bradikardia relatif (peningkatan suhu tubuh yang tidak diikuti oleh
peningkatan frekuensi nadi).1

Pemeriksaan fisik pada keadaan lanjut


 Penurunan kesadaran berat, pasien dapat menjadi somnolen dan koma
atau dengan gejala-gejala psikosis (organic brain syndrome).
 Pada penderita dengan toksik, gejala delirium lebih menonjol.1

E. DIAGNOSIS
Diagnosis dibuat berdasarkan tanda dan gejala klinis disertai faktor
resiko yang ada. Kadangkala gejala klinis tidak khas akibat telah dilakukan
intervensi sebelumnya. Untuk itu perlu dipertimbangkan pemeriksaan penunjang
berupa:1,4

Pemeriksaan Laboratorium
Darah tepi perifer:
 Anemia, pada umumnya terjadi diakibatkan oleh penekanan produksi
sumsum tulang, Defisiensi zat besi, atau tanda tanda dari perdarahan
intestinal
 Leukopenia (Pada kebanyakan kasus tidak mencapai 3000/ul)
 Limfositosis relative
 Trombositopenia, khusus nya pada demam tifoid berat.

Pemeriksaan Serologi:
 Serologi Widal: kenaikan titer S.Typhii O 1:200
 Serologi Widal: kenaikan titer 4 kali dari fase akut ke fase konvalens
 Kadar IgM dan IgG (Pemeriksaan Typhi-Dot)

23
Kelemahan uji Widal yaitu rendahnya sensitivitas dan spesifisitas serta
sulitnya melakukan interpretasi hasil membatasi penggunaannya dalam
penatalaksanaan penderita demam tifoid akan tetapi hasil uji Widal yang positif
akan memperkuat dugaan pada tersangka penderita demam tifoid (penanda
infeksi). Saat ini manfaat pengujian tes widal masih diperdebatkan dan sulit
dijadikan pegangan karena belum ada kesepakatan akan nilai standar aglutinasi
(cut-off point). 4

Pemeriksaan Biakan Salmonella:


 Biakan darah diambil pada minggu pertama dan minggu kedua dari
perjalanan penyakit
 Biakan sumsum tulang masih positif hingga minggu ke 4

Diagnosis pasti dari demam tifoid didasari oleh hasil kultur. Diagnosis
berdasarkan klinis dan laboratorium penunjang merupakan diagnosis kerja yang
sudah dapat digunakan untuk memulai terapi.4

Pemeriksaan Radiologik
 Foto Abdomen, apabila dicurigai adanya komplikasi berupa perforasi
usus atau pendarahan saluran cerna.
 Foto abdomen dengan perforasi usus akan menampilkan hasil
berupa: distribusi udara yang tidak merata, gambaran air fluid level,
bayangan radiolusen didaerah hepar, udara bebas pada abdomen.
 Pada gejala klinis yang menunjukan kecurigaan seperti nyeri tekan
perut kanan bawah, dapat dilakukan ct scan abdomen dengan kontras
untuk membantu menyingkirkan diagnosa banding appendicitis akut
dan mengetahui ada tidaknya perforasi intraintestinal.

F. PENGOBATAN
Pengobatan penderita Demam Tifoid di Rumah Sakit terdiri dari
pengobatan suportif, istirahat dan diet, medikamentosa, terapi penyulit
(tergantung penyulit yang terjadi). Istirahat bertujuan untuk mencegah

24
komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Pasien harus tirah baring absolut
sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurag lebih selama 14 hari. Mobilisasi
dilakukan bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.1,4

Diet dan terapi penunjuang dilakukan dengan pertama, pasien diberikan


bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat
kesembuhan pasien. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian
makanan tingkat dini yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang
sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman. Juga perlu diberikan
vitamin dan mineral untuk mendukung keadaan umum pasien.1,4

Di Indonesia, demam tifoid merupakan penyakit yang sangat popular


baik di kalangan petugas medis bahkan oleh masyarakat awam, sehingga apabila
seorang anak mengeluh demam maka antibiotik akan menjadi pilihan untuk
mengobatinya. Penggunaan berbagai jenis antibiotik secara luas yang tidak
tepat, akibat mudahnya mendapatkan obat tersebut di masyarakat, akan
menimbulkan peningkatan kejadian bakteri yang resisten terhadap antibiotik
(ABRB antibiotic resistant bacteria), termasuk S. typhi.5

Antibiotik pilihan pertama ssebagai terapi demam tifoid adalah


kloramfenikol, ampisilin/amoksisilin dan kotrimoksasol. Obat pilihan kedua
adalah sefalosporin generasi III. Obat-obat pilihan ketiga adalah meropenem,
azithromisin dan fluorokuinolon. Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50
mg/kg BB/hari, terbagi dalam 3-4 kali pemberian, oral atau intravena, selama 14
hari. Jika terdapat kontraindikasi pemberian kloramfenikol , dapat diberikan
ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali pemberian,
secara intravena, selama 21 hari, atau amoksisilin dengan dosis 100
mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali pemberian, oral/intravena selama 21 hari.
Pemberian kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kbBB/hari terbagi dalam 2-3
kali, oral, selama 14 hari.1,4,5

Pada kasus berat, dapat diberi seftriakson dengan dosis 50 mg/kg BB/kali
dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kg BB/hari, sekali sehari, intravena,

25
selama 5-7 hari. Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan
antibiotika adalah meropenem, azithromisin dan fluoroquinolon.1,4,5

Untuk kasus berat dan dengan manifestasi nerologik menonjol, diberi


Deksametason dosis tinggi dengan dosis 1-3 mg/kg BB/hari, intravena, dibagi 3
dosis hingga kesadaran membaik. Pembedahan biasanya dilakukan dalam kasus
perforasi usus.1

Pemantauan dan penyulit

Evaluasi demam dengan cara memantau perkembangan suhu. Ketika


ditemukan 4-5 hari pengobatan demam tidak menurun, maka perlu dicurigai
adanya komplikasi, sumber infeksi lain, resistensi s. Thyphi terhadap antibiotik,
atau kesalahan dalam menegakan diagnosis.1

Pasien boleh pulang jika tidak lagi demam selama 24 jam tanpa
pemberian obat antipiretik, nafsu makan membaik, perbaikan tanda klinis, dan
tidak ditemukan adanya komplikasi. Pengobatan dapat dilanjutkan di rumah.1

Penyulit dari demam tifoid dapat berupa komplikasi intraintestinal dan


ekstraintestinal. Penyulit intraintestinal berupa terjadinya perforasi usus atau
perdarahan saluran cerna. Gejala yang muncul berupa suhu menurun, nyeri
abdomen, mumtah, nyeri tekan pada palpasi, bising usus menurun hingga
menghilang, defence muskular positif, dan pekak hati menghilang.1

Penyulit ekstraintestinal yakni terjadi komplikasi berupa tifoid


ensefalopati, hepatitis tifosa, mengingitis, pneumonia, syok septik, pieloneftitis,
endokarditis, osteomielitis, dll.1

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Pudjadi Antonius, Hegar Badriul, Handryastuti Setyo, Idris Salamia,


Gandaputra, Harmoniati, 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter
Anak Indonesia, jilid 1.

2. Elisabeth Purba, Ivan, et al. "Program Pengendalian Demam Tifoid di


Indonesia: Tantangan dan Peluang." Media Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan 26.2 (2016): 99-108.

3. World Health Organization. Bulletin of the World 
Health Organization


2008;86 (5):321–46. 


4. WHO, 20011, Background Document: The Diagnosis, Treatment And


Prevention of Typhoid Fever, Communicable Disease Surveillance and
Response Vaccines and Biologicals

5. Rachmah, Elfrida A., Maftuchah Rochmanti, and Dwiyanti Puspitasari.


"Impact of an antimicrobial resistance control program: pre-and post-training
antibiotic use in children with typhoid fever." Paediatrica Indonesiana 56.4
(2016): 205-10.

27

Anda mungkin juga menyukai