DEMAM TIFOID
Disusun oleh :
Armando Halauwet
1061050171
Pembimbing :
dr. Yulianto Santoso Kurniawan, Sp. A.
FAKULTAS KEDOKTERAN
JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmatNya penulis
dapat menyelesaikan case report dengan judul Demam Tifoid. Case report ini ditulis untuk
menambah pengetahuan tentang demam tifoid dan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing, dr Yulianto Santoso Kurniawan, Sp. A yang telah membimbing dan
memberikan pengarahan dalam penyusunan case report ini.
Penulis menyadari bahwa case report ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritikan dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga case report ini dapat bermanfaat untuk semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
ii
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama Pasien : An. A
2. No. RM : 086154
3. Tanggal Lahir : 3 maret 2013
4. Usia : 4 tahun, 5 bulan
5. Jenis Kelamin : Laki – laki
6. Agama : Islam
7. Suku : Jawa
8. Pendidikan Terakhir : Belum sekolah
9. Alamat : Gg. Joe RT 004/RW 001
10. Tanggal Masuk : 8 agustus 2017
11. Waktu Masuk : 22.50 WIB
B. ANAMNESIS (autoanamnesis)
1. Keluhan Utama
Demam
2. Keluhan Tambahan
Nyeri perut, mual, muntah, nafsu makan menurun
1
air kecil baik, tidak ada keluhan. Keluhan mimisan, gusi berdarah, dan bintik
merah disangkal. Keluhan batuk, pilek dan sakit kepala disangkal.
6. Riwayat Kelahiran
Cara lahir : Spontan
Tempat lahir : Rumah bersalin
Ditolong oleh : Bidan
Masa gestasi : Cukup bulan
Berat lahir : keluarga pasien tidak ingat
Panjang lahir : keluarga pasien tidak ingat
Lahir normal, langsung menangis, sianosis (-), kejang (-), Nilai
APGAR : keluarga pasien tidak ingat
Kelainan bawaan : tidak ada
2
8. Riwayat Imunisasi : imunisasi dilaksanakan di puskesmas
Vaksin Dasar (Umur) Ulangan (Umur)
BCG 1 bulan
DPT/DT 2 bulan 3 bulan 4 bulan
POLIO 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan
Campak 9 bulan
Hepatitis B 0 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan
MMR -
TIPA -
Kesan : imunisasi dasar sesuai dengan jadwal Departemen Kesehatan
9. Riwayat makanan
0 – 6 bulan : pasien mendapatkan ASI eksklusif sehari 8 – 12x
6 – 10 bulan : pasien masih mendapatkan ASI dan makanan
pendamping berupa bubur susu. Frekuensi makan 2 – 3x sehari
sebanyak satu porsi mangkuk bayi
11 – 12 bulan : pasien mulai meminum susu formula ±200 cc 2x
sehari. Ditambah dengan makanan pendamping ASI yang diberikan
3x sehari.
24 – sekarang :
o Pagi : 1 porsi nasi putih + telur
o Siang : 1 porsi nasi, lauk pauk (ayam, ikan, telur) dan sayur
o Malam : 1 porsi nasi, lauk pauk (ayam, ikan, telur) dan sayur
3
C. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
Data Antropometri
Berat Badan : 18 kg
Tinggi Badan : 110 cm
Lingkar lengan atas : 16 cm
BB/U : +1 s/d -1
Kesan berat badan normal
TB/U : +1 s/d -1
Kesan perawakan baik/normal
BB/TB : +1 s/d -1
Kesan status gizi baik
2. Pemeriksaan Khusus
a. Kepala : Normocephali; trauma -/- ; benjolan -/-
b. Mata : Konjungtiva anemis -/- ; sklera ikterik -/- ; pupil
bulat isokor dengan diameter (3mm/3mm) ; refleks
cahaya +/+.
c. Telinga : Bentuk auricula normal +/+; liang telinga lapang
+/+; serumen -/-; sekret -/-.
4
d. Hidung : Bentul normal; septum nasal di tengah; tidak ada
sianosis; tidak ada deviasi; edema konka -/-;
mukosa tidak hiperemis; sekret -/-.
e. Mulut : Faring hiperemis (-), Mukosa bibir tidak terlihat
kering; tidak ada sianosis; lidah tidak
kotor (coated tongue); uvula ditengah; tonsil T1–T1.
f. Leher : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar getah
bening.
Thorax
Paru – paru
a. Inspeksi : Bentuk dada normal laterolateral lebih besar dari
anteroposterior, pergerakan dinding dada simetris kanan
dan kiri, tidak terlihat massa, tidak terlihat jejas.
b. Palpasi : Vokal fremitus kanan dan kiri simetris, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada massa, tidak ada krepitasi.
c. Perkusi : Sonor/sonor
d. Auskultasi : Bunyi nafas dasar vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung
a. Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.
b. Palpasi : Ictus cordis teraba di intercostae 5 garis midclavicula
sinistra.
c. Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur -/-, gallop -/-.
Abdomen
a. Inspeksi : Perut tampak datar, pelebaran vena (-).
b. Auskultasi : Bising usus (+) 10x/menit.
c. Palpasi : Supel, hepar dan limpa teraba membesar 2 jari di bawah
arcus costae, nyeri tekan (+)
d. Perkusi : Timpani pada seluruh bagian perut, nyeri ketok (-)
5
Kulit dan Kelamin
Warna kulit sawo matang. Kuning pada permukaan kulit (-). Genitalia dalam
batas normal.
Ekstremitas
Akral hangat, CRT <2 detik, edema (-)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
8/08/17
Pemeriksaan Nilai rujukan Hasil
Hemoglobin 10,8 – 15,6 g/dl 8,9 g/dl
Hematokrit 33 – 45 % 26 %
Leukosit 4,5 – 13, 5 10^3/ul 9,1 10^3/ul
Trombosit 217- 497 10^3/ul 164 10^3/ul
Eritrosit 3,80 – 5,80 10^3/ul 3,24 10^3/ul
MCV 69 – 93 fl 79 fl
MCH 22 – 34 pg 27 pg
MCHC 26 – 34 g/dl 35 g/dl
Basofil 0,0 – 1,0 % 0,0 %
Eosinofil 1,0 – 5,0 % 0,0 %
Neutrofil batang 3,0 – 5,0 % 3,0 %
Neutrofil segmen 25,0 – 60,0 % 60,0 %
Limfosit 25,0 – 50,0 % 34,0 %
Monosit 1,0 – 6,0 % 3,0 %
Glukosa Darah 69 – 100 mg/dl 98 mg/dl
Sewaktu
Natrium 132 – 145 mEq/L 131 meq/L
Kalium 3,10 – 5,10 mEq/L 3,70 mEq/L
Chlorida 96 – 111 mEq/L 97 mEq/L
6
S. Typhi O Negatif 1/320
S. Paratyphi AO Negatif 1/80
S. Paratyphi BO Negatif 1/80
S. Paratyphi CO Negatif Negatif
S. Typhi H Negatif 1/320
S. Paratyphi AH Negatif Negatif
S. Paratyphi BH Negatif Negatif
S. Paratyphi CH Negatif Negatif
CRP Kuantitatif <5 mg/L 67,8mg/L
9/08/2017
Pemeriksaan Typhi-Dot: Positif
11/08/17
Pemeriksaan Nilai rujukan Hasil
Hemoglobin 10,8 – 15,6 g/dl 8,5 g/dl
Hematokrit 33 – 45 % 26 %
Leukosit 4,5 – 13, 5 10^3/ul 7,0 10^3/ul
Trombosit 217- 497 10^3/ul 177 10^3/ul
Eritrosit 3,80 – 5,80 10^3/ul 3,13 10^3/ul
MCV 69 – 93 fl 83 fl
MCH 22 – 34 pg 27 pg
MCHC 26 – 34 g/dl 33 g/dl
Basofil 0,0 – 1,0 % 0,0 %
Eosinofil 1,0 – 5,0 % 0,0 %
Neutrofil batang 3,0 – 5,0 % 3,0 %
Neutrofil segmen 25,0 – 60,0 % 60,0 %
Limfosit 25,0 – 50,0 % 34,0 %
Monosit 1,0 – 6,0 % 3,0 %
LED 0-10 mm/jam 21 mm/jam
CRP Kuantitatif <5 mg/L 53,9 mg/L
7
14/08/2017
Pemeriksaan kultur darah:
Jenis kuman salmonela typhii
Resisten terhadap: Ceftriaxone
Susceptible terhadap: Ceftazidim & Gentamisin
E. RESUME
Pasien datang ke IGD RSUD Pasar Minggu (rujukan dari puskesmas cilandak)
dengan keluhan demam sejak 11 hari SMRS. Demam dirasakan terus menerus,
berkurang jika meminum obat penurun panas. Pasien merasakan menggigil saat
demam. Sebelumnya pasien sudah berobat ke puskesmas, dengan suhu tubuh 38
derajat celcius, pasien diberi obat penurun panas. Demam turun tetapi kemudian
muncul kembali. Pasien juga mengeluh nyeri perut sejak 3 hari SMRS Awalnya
pasien mengeluhkan demam saja namun, semakin lama perut terasa nyeri.
Pasien mengalami penurunan nafsu makan dan mual disertai muntah. Pasien
mengeluh buang air besar cair sebanyak 1 kali, lendir (-), darah (-). Buang air
kecil baik, tidak ada keluhan. Keluhan mimisan, gusi berdarah, dan bintik merah
disangkal. Keluhan batuk, pilek dan sakit kepala disangkal.
8
o Berdiri : 18 bulan
o Berjalan : 2 tahun
o Berbicara : Belum bisa berbicara lancar
Kesan : pertumbuhan fisik dan mental anak (gerak kasar, halus,
emosi, sosial, perilaku, bicara) tidak sesuai dengan usia
Pemeriksaan Umum
a. Frekuensi Nadi : 130 x/menit
b. Frekuensi Napas : 22 x/menit
c. Suhu : 40,6 derajat celcius
Pemeriksaan Laboratorium
8/08/2017
PEMERIKSAAN RUJUKAN HASIL
Hemoglobin 10,8 – 15,6 g/dl 8,9 g/dl
Hematokrit 33 – 45 % 26 %
Leukosit 4,5 – 13, 5 10^3/ul 9,1 10^3/ul
Trombosit 217- 497 10^3/ul 164 10^3/ul
Eritrosit 3,80 – 5,80 10^3/ul 3,24 10^3/ul
9
S. Typhi H Negatif 1/320
S. Paratyphi AH Negatif Negatif
S. Paratyphi BH Negatif Negatif
S. Paratyphi CH Negatif Negatif
CRP Kuantitatif <5 mg/L 67,8mg/L
9/08/2017
Pemeriksaan Typhi-Dot: Positif
11/08/2017
Pemeriksaan Nilai rujukan Hasil
Hemoglobin 10,8 – 15,6 g/dl 8,5 g/dl
Hematokrit 33 – 45 % 26 %
Leukosit 4,5 – 13, 5 10^3/ul 7,0 10^3/ul
Trombosit 217- 497 10^3/ul 177 10^3/ul
Eritrosit 3,80 – 5,80 10^3/ul 3,13 10^3/ul
14/08/2017
Pemeriksaan kultur darah:
Jenis kuman salmonela typhii
Resisten terhadap: Ceftriaxone
Susceptible terhadap: Ceftazidim & Gentamisin
F. DIAGNOSIS KERJA
Demam Tifoid
G. DIAGNOSIS BANDING
Demam Dengue
Leptospirosis
10
H. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
o IVFD : KAEN 3B 1000 ml/24 jam
o Ceftazidime 4 x 900 mg I.V
o Gentamisin 1 x 150 mg I.V (loading) > 1 x 100 mg I.V
o Paracetamol 4 x 10 ml
2. Nonmedikamentosa
o Rawat inap
o Makan lunak 1800 kalori
o Tanda tanda vital dan diuresis per shift
o Monitor tanda perdarahan
I. PROGNOSIS
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
Ad Sanactionam : bonam
11
J. FOLLOW UP PASIEN
9/08/17
Keluhan Pemeriksaan Fisik Penunjang Terapi
Demam KU : Tampak sakit sedang Pemeriksaan o KAEN 3B
(+) Kes : Kompos mentis Laboratorium 1500 ml/24
Hari ke 12 KGB : tidak membesar o Pemeriksaan jam
Typhi-Dot
demam S : 38,6˚C o Ceftriaxone
(Tubex):
Batuk (-) N : 118 x/menit Positif 1 x 1300 mg
12
10/08/17
Keluhan Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Terapi
Penunjang
Demam KU : Tampak sakit sedang (-) o KAEN 3B
(+) Kes : Kompos mentis 1000 ml/24 jam
Hari ke 13 KGB : tidak membesar o Ceftriaxone 1 x
demam S : 39,4˚C 1300 mg I.V
BAK : N : 108 x/menit (2)
warna RR: 22 x/mnt o Paracetamol
kuning Kepala 4x10 ml bila
pekat Mata : CA -/- suhu 38˚C
13
11/08/17
Keluhan Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Terapi
Penunjang
Demam KU : Tampak sakit sedang Pemeriksaan o KAEN 3B
(+) Kes : Kompos mentis Laboratorium 1000 ml/24 jam
Hari ke 14 KGB : tidak membesar HB: 8,5 o Ceftriaxone 1 x
demam S : 38,6˚C HT: 26 1300 mg I.V
BAK : N : 110 x/menit Leukosit: 7 (3)
DBN RR: 22 x/mnt Trombosit: o Paracetamol
o Ttv dan
Muntah I: Pergerakan dada simetris
diuresis
(+) 1 kali. P : voksl fremitus simetris
pershift
P : sonor kanan-kiri
o Monitor bila
A : BND verikuler, Rh -/- ,
ada perdarahan
Wh -/-, BJ 1 dan 2 reguler,
gallop (-), murmur(-)
Abdomen
I : Tampak datar
A : BU 4x/menit
P : Timpani, nyeri ketok (-)
P : supel, hepar teraba
membesar 2 jari dibawah
arcus costae, permukaan rata
tidak benjol, NT (+) di regio
hipokondrica kanan
Ekstremitas:
Akral hangat, edema (-), CRT <2
detik
14
12/08/17
Keluhan Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Terapi
Penunjang
Demam KU : Tampak sakit sedang (-) o KAEN 3B
(+) Kes : Kompos mentis 1000 ml/24 jam
Hari ke 15 KGB : tidak membesar o Ceftriaxone 1 x
demam S : 38,5˚C 1800 mg I.V
BAK : N : 98 x/menit (4)
DBN RR: 22 x/mnt o Paracetamol
o Ttv dan
Muntah I: Pergerakan dada
(+) 1 kali diuresis
simetris
pershift
Makan & P : voksl fremitus simetris
o Monitor bila
minum P : sonor kanan-kiri
ada perdarahan
berkurang A : BND verikuler, Rh -/- ,
Wh -/-, BJ 1 dan 2 reguler,
gallop (-), murmur(-)
Abdomen
I : Tampak datar
A : BU 4x/menit
P : Timpani, nyeri ketok (-)
P : supel, hepar teraba
membesar 2 jari dibawah
arcus costae, permukaan
rata tidak benjol, NT (+) di
regio hipokondrica kanan
Ekstremitas:
Akral hangat, edema (-), CRT
<2 detik
15
14/08/17
Keluhan Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Terapi
Penunjang
Demam KU : Tampak sakit sedang Pemeriksaan o KAEN 3B 1000 ml/24
(+) Kes : Kompos mentis kultur darah: jam
Hari ke KGB : tidak membesar o Ceftriaxone 1 x 1300
17 S : 37,9˚C Jenis kuman mg I.V (4) diganti
demam N : 108 x/menit salmonela Ceftazidime 4 x 900
Naik RR: 22 x/mnt typhii mg I.V
turun Kepala o Gentamisin 1 x 150 mg
BAK : Mata : CA -/- Resisten I.V (loading)> 1 x 100
DBN THT : T1-T1, hiperemis (-) terhadap: mg I.V
A : BU 4x/menit
P : Timpani, nyeri ketok (-)
P : supel, hepar teraba
membesar 2 jari dibawah
arcus costae, permukaan
rata tidak benjol, NT (+) di
regio hipokondrica kanan
Ekstremitas:
Akral hangat, edema (-), CRT
<2 detik
16
15/08/17
Keluhan Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Terapi
Penunjang
Demam KU : Tampak sakit sedang (-) o KAEN 3B 1000
(-) Kes : Kompos mentis ml/24 jam
Bebas KGB : tidak membesar o Ceftazidime 4 x
demam S : 36,5˚C 900 mg I.V (1)
hari 1 N : 100x/menit o Gentamisin 1 x
BAK & RR: 21 x/mnt 100 mg I.V (2)
BAB : Kepala o Paracetamol
baik Mata : CA -/- 4x10 ml bila
1800 kalori
Nafsu I: Pergerakan dada
makan o Ttv dan diuresis
simetris
pershift
membaik P : voksl fremitus simetris
o Monitor bila ada
Riwayat P : sonor kanan-kiri
perdarahan
demam 17 A : BND verikuler, Rh -/- ,
hari Wh -/-, BJ 1 dan 2 reguler,
gallop (-), murmur(-)
Abdomen
I : Tampak datar
A : BU 4x/menit
P : Timpani, nyeri ketok (-)
P : supel, hepar tidak teraba
membesar , NT (+) di
regio hipokondrica kanan
Ekstremitas:
Akral hangat, edema (-), CRT
<2 detik
17
16/08/17
Keluhan Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Terapi
Penunjang
Demam KU : Tampak sakit sedang (-) o KAEN 3B 1000
(-) Kes : Kompos mentis ml/24 jam
Bebas KGB : tidak membesar o Ceftazidime 4 x
demam S : 36,9˚C 900 mg I.V (2)
hari 2 N : 104 x/menit o Gentamisin 1 x
BAK & RR: 21 x/mnt 100 mg I.V (3)
BAB : Kepala o Paracetamol
baik Mata : CA -/- 4x10 ml bila
18
17/08/17
Keluhan Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Terapi
Penunjang
Demam KU : Tampak sakit sedang (-) o KAEN 3B 1000
(-) Kes : Kompos mentis ml/24 jam
Bebas KGB : tidak membesar o Ceftazidime 4 x
demam S : 36,5˚C 900 mg I.V (3)
hari 3 N : 108 x/menit o Gentamisin 1 x
BAK & RR: 22 x/mnt 100 mg I.V (4)
BAB : Kepala o Paracetamol
baik Mata : CA -/- 4x10 ml bila
19
18/08/17
Keluhan Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Terapi
Penunjang
Demam KU : Tampak sakit sedang (-) o Rawat jalan
(-) Kes : Kompos mentis o Cefixime 2 x
Bebas KGB : tidak membesar 100 mg P.O
demam S : 36,4˚C o Paracetamol
hari 4 N : 96 x/menit 4x10 ml bila
BAK & RR: 21 x/mnt suhu 38˚C
BAB : Kepala o Kontrol 3 hari
baik Mata : CA -/-
Mual (-) THT : T1-T1, hiperemis (-)
Muntah(-) Thorax
Nafsu I: Pergerakan dada
makan simetris
membaik P : voksl fremitus simetris
Riwayat P : sonor kanan-kiri
demam 17 A : BND verikuler, Rh -/- ,
hari Wh -/-, BJ 1 dan 2 reguler,
Gerak gallop (-), murmur(-)
aktif Abdomen
I : Tampak datar
A : BU 4x/menit
P : Timpani, nyeri ketok (-)
P : supel, hepar tidak teraba
membesar , NT (-)
Ekstremitas:
Akral hangat, edema (-), CRT
<2 detik
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
Demam tifoid adalah penyakit yang endemis di negara berkembang,
salah satunya termasuk di Indonesia, yang diakibatkan oleh infeksi bakteri
sistemik salmonela typhii. Prevalensi terbanyak dari demam tifoid sekitar 90%
menyerang kelompok usia 3-19 tahun, dengan peningkatan pada anak anak usia
diatas 5 tahun. Pada minggu pertama dari demam tifoid, demam yang terjadi
sulit untuk dibedakan dengan beberapa penyakit demam lainya. Dengan
demikian diperlukan pemeriksaan penunjang berupa biakan kuman untuk
menegakan diagonosis secara pasti.1
B. EPIDEMIOLOGI
Demam Tifoid merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan jumlah
kasus sebanyak 22 juta per tahun di dunia dan menyebabkan 216.000– 600.000
kematian. Penelitian yang dilakukan di daerah perkotaan pada beberapa negara
Asia dengan target anak usia 5–15 tahun menunjukkan bahwa insidensi dengan
biakan darah positif mencapai 180–194 per 100.000 anak, di Asia Selatan pada
usia 5–15 tahun sebesar 400–500 per 100.000 penduduk, di Asia Tenggara 100–
200 per 100.000 penduduk, dan di Asia Timur Laut kurang dari 100 kasus per
100.000 penduduk.2
21
C. PATOGENESIS
Penyebab utama demam tifoid adalah infeksi yang diakibatkan bakteri S.
Typhii. Sebagian kecil diakibatkan oleh bakteri jenis S.Paratyphii. Bakteri ini
mula mula masuk melalui makanan atau minuman yang telah terkontaminasi,
setelah melewati lambung kuman kemudian mencapai usus halus (ileum) dan
disana kuman menembus dinding usus sehingga mencapai folikel limfoid usus
halus (plaque Peyeri). Kuman kemudian mengikuti aliran limfe mesenterial
menuju sirkulasi darah (disebut Bakterimia Primer) hingga mencapai jaringan
retikulo-endotelial sistem (hepar, lien, sumsum tulang untuk bermultiplikasi).
Setelah mengalami Bakterimia sekunder, kuman kemudian melalui sirkulasi
darah dan menyerang organ lain (intra atau ekstra intestinal). Patogenesis dari
penyakit ini membutuhkan masa inkubasi selama 10-14 hari 1,4
D. GEJALA KLINIS
Anamnesis
Demam naik secara bertahap tiap hari nya, hingga mencapai suhu
tertinggi pada akhir minggu pertama sejak demam pertama muncul.
Demam akan tetap tinggi selama minggu kedua.1
Anak akan merasakan nyeri abdomen, nyeri kepala, didapatkan
penurunan kesadaran berupa delirium (anak sering mengigau), letih lesu
(letargi), malaise, diare atau konstipasi, muntah, perut kembung. 1
Pada kasus demam tifoid yang berat dapat ditemukan penurunan
kesadaran yang berat, kejang, dan ikterus. 1
Pemeriksaan Fisik
o Suhu tinggi. Pada pengukuran suhu minggu pertama akan didapatkan
peningkatan suhu secara perlahan hingga 38-40oC. Setelah pengukuran
minggu kedua, suhu akan bertahan hingga 38-40oC 1,4
o Bibir kering dan kadang pecah-pecah.1
o Lidah kotor dan ditutup selaput putih (coated tongue) 1
o Ujung dan tepi lidah kemerahan dan tremor.1
22
o Nyeri tekan regio epigastrik (nyeri ulu hati) dan perut kanan bawah.1 Hal
ini diakibatkan infeksi bakteri yang menyerang ileum terminal, khusus
nya pada folikel limfoid usus halus. Sehingga nyeri akan dirasakan
menyerupai peradangan pada appendiks.
o Hepatosplenomegali.1
o Bradikardia relatif (peningkatan suhu tubuh yang tidak diikuti oleh
peningkatan frekuensi nadi).1
E. DIAGNOSIS
Diagnosis dibuat berdasarkan tanda dan gejala klinis disertai faktor
resiko yang ada. Kadangkala gejala klinis tidak khas akibat telah dilakukan
intervensi sebelumnya. Untuk itu perlu dipertimbangkan pemeriksaan penunjang
berupa:1,4
Pemeriksaan Laboratorium
Darah tepi perifer:
Anemia, pada umumnya terjadi diakibatkan oleh penekanan produksi
sumsum tulang, Defisiensi zat besi, atau tanda tanda dari perdarahan
intestinal
Leukopenia (Pada kebanyakan kasus tidak mencapai 3000/ul)
Limfositosis relative
Trombositopenia, khusus nya pada demam tifoid berat.
Pemeriksaan Serologi:
Serologi Widal: kenaikan titer S.Typhii O 1:200
Serologi Widal: kenaikan titer 4 kali dari fase akut ke fase konvalens
Kadar IgM dan IgG (Pemeriksaan Typhi-Dot)
23
Kelemahan uji Widal yaitu rendahnya sensitivitas dan spesifisitas serta
sulitnya melakukan interpretasi hasil membatasi penggunaannya dalam
penatalaksanaan penderita demam tifoid akan tetapi hasil uji Widal yang positif
akan memperkuat dugaan pada tersangka penderita demam tifoid (penanda
infeksi). Saat ini manfaat pengujian tes widal masih diperdebatkan dan sulit
dijadikan pegangan karena belum ada kesepakatan akan nilai standar aglutinasi
(cut-off point). 4
Diagnosis pasti dari demam tifoid didasari oleh hasil kultur. Diagnosis
berdasarkan klinis dan laboratorium penunjang merupakan diagnosis kerja yang
sudah dapat digunakan untuk memulai terapi.4
Pemeriksaan Radiologik
Foto Abdomen, apabila dicurigai adanya komplikasi berupa perforasi
usus atau pendarahan saluran cerna.
Foto abdomen dengan perforasi usus akan menampilkan hasil
berupa: distribusi udara yang tidak merata, gambaran air fluid level,
bayangan radiolusen didaerah hepar, udara bebas pada abdomen.
Pada gejala klinis yang menunjukan kecurigaan seperti nyeri tekan
perut kanan bawah, dapat dilakukan ct scan abdomen dengan kontras
untuk membantu menyingkirkan diagnosa banding appendicitis akut
dan mengetahui ada tidaknya perforasi intraintestinal.
F. PENGOBATAN
Pengobatan penderita Demam Tifoid di Rumah Sakit terdiri dari
pengobatan suportif, istirahat dan diet, medikamentosa, terapi penyulit
(tergantung penyulit yang terjadi). Istirahat bertujuan untuk mencegah
24
komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Pasien harus tirah baring absolut
sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurag lebih selama 14 hari. Mobilisasi
dilakukan bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.1,4
Pada kasus berat, dapat diberi seftriakson dengan dosis 50 mg/kg BB/kali
dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kg BB/hari, sekali sehari, intravena,
25
selama 5-7 hari. Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan
antibiotika adalah meropenem, azithromisin dan fluoroquinolon.1,4,5
Pasien boleh pulang jika tidak lagi demam selama 24 jam tanpa
pemberian obat antipiretik, nafsu makan membaik, perbaikan tanda klinis, dan
tidak ditemukan adanya komplikasi. Pengobatan dapat dilanjutkan di rumah.1
26
DAFTAR PUSTAKA
27