Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembaharuan pemikiran dalam dunia Islam secara metodologis merupakan usaha para pemikir dan
ulama untuk memahami ajaran Islam dengan mempergunakan segenap kemampuan
kemanusiaannya sebagaimana dianugerahkan Allah. Usaha pemikiran tersebut kemudian dikaitkan
dengan berbagai perkembangan sosial budaya yang sedang berkembang dalam usaha untuk
mencari penyelesaian dan mengatasi persoalan di dalam kehidupan kemasyarakatan yang sedang
dihadapi.
Hasil pemikiran yang dilakukan secara mendalam dan sungguh-sungguh tersebut, kemudian
melahirkan berbagai gerakan pembaharuan yang merupakan operasionalisasi dan pelaksanaan dari
hasil pemahaman dan pemikirannya terhadap ajaran Islam Di Indonesia lahir beberapa organisasi
atau gerakan islam, diantaranya adalalah Muhammadiyah yang lebih dari 30 tahun sebelum
merdeka, dan organisasi lainnya yang bergerak di bidang politik, sosial dan pemdidikan.
Muhammadiayah adalah organisasi yang berdiri bersamaan dengan kebangkitan masyarakat Islam
Indonesia pada dekade pertama yang sampai hari ini bertahan dan membesar yang sulit dicari
persepadanannya. Jika dilihat dari amal usaha dan dan gerakan Muhammadiyah di bidang sosial
kemasyarakatan, khususnya di bidang pendidikan dan dan kesehatan, maka Muhammadiyah
merupakan organisasi sosial keagamaan yang terbesar di Indonesia, bahkan banyak kalangan
menyebutkan sebagai terbesar di seluruh dunia. Demikian pula dalam berbagai hal yang menyangkut
amal usaha dan konseptualisasi nilai-nilai Islam secara kontekstual.
Dengan usaha Muhammadiyah yang terakhir itu, nilai-nilai ajaran Islam dapat dirasakan oleh
masyarakat menjadi lebih dekat dan akrab dengan permasalahan kehidupan manusia sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas yang menyebutkan bahwa Muhammadiayah sebagai organisasi sosial
keagamaan yang terbesar di Indonesia bahkan banyak yang mengatakan yang terbesar di dunia,
maka sangat menarik sekali jika kita lebih mendalami untuk memahami tentang bagaimana
sebenarnya latar belakng berdirinya Muhammdiyah dan apa saja faktor-faktor yang melatarbelakangi
pendiriannya, sehingga sampai saat ini masih bisa tetap terjaga eksistensinya sebagai organisasi
sosial kemasyarakatan yang terbesar di Indonesia bahkan dunia.

C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas ujian akhir semester yang diberikan oleh
dosen pembina mata kuliah kemuhammadiyahan. Disamping itu penulis juga ingin mengetahui lebih
dalam tentang bagaimana Muhammadiyah didirikan serta apa saja faktor-faktor yang
melatarbelakangi pendiriannya.

http://veeah.blogspot.co.id/2010/12/ide-dasarlatar-belakang-berdirinya.html
Faktor Eksternal
1. Politik Islam Belanda Terhadap Kaum Muslimin di Indonesia
Politik Islam Belanda yang didasarkan pada konsep Snouck Hurgronje sangat bermusuhan kepada
Islam dan ummat Islam Indonesia. Adapun realisasi politik Islam Belanda antara lain dalam bentuk
pembatasan-pembatasan kepada setiap aktivitas kaum muslimin, sperti dilarang mendirikan
organisasi politik, disensornya semua penerbitan yang datang dari luar dan dibatasinya jamaah haji
Indinesia.
2. Pengaruh Ide dan Gerakan Pembaruan Islam di Timur Tengah
Pengaruh Makkah masuk ke Indonesia melalui orang-orang Indonesia yang menunaikan ibadah haji.
Sewaktu di Makkah, mereka mempelajari Islam dengan memperdalam beberapa aspek ajaran isla,
terutama fikih. Khusus tentang hajinya Ahmad dahlan ke tanah suci dan tinggal disana untuk studi
Islam beberapa tahun, menjadikan beliau makin terbiasa dengan ide pembaruan. Pengamatan
langsung terhadap daerah pusat Islam yang banyak terpengaruh ole hide pembaruan ini, akhirnya
mendorong K.H. Ahmad dahlan untuk mendirikan gerakan pembaruan Islam Indonesia, yaitu
Muhammadiyah.
3. Teori yang mengatakan berdirinya Muhammadiyah berhubungsan erat dengan tiga masalah
pokok, yaitu:
1. Pemikiran Islam Ahmad Dahlan
Aksi sosial Ahmad Dahlan bukan semata gerakan keagamaan dalam arti ritual, melainkan bisa
disebut sebagai “revolusi kebudayaan”. Berbagai gagasan dan aksi sosial Ahmad Dahlan tidak hanya
mencerminkan nalar kritisnya, melainkan juga menunjukkan kepedulian pada nasib rakyat
kebanyakan yang menderita, tidak berpendidikan dan miskin.
Aktualisasi Islam tidak hanya secara pribadi, manusia diwajibkan menegakkan Islam ditengah-tengah
masyarakat. Ahmad Dahlan tidak menginginkan masyarakat Islam yang seperti dahulu, ataupun
masyarakat baru yang membentuk budaya Islam baru. Jalan yang ditempuh Ahmad Dahlan adalah
dengan menggembirakan umat Islam Indonesia untuk beramal dan berbakti sesuai dengan ajaran
Islam. Bidang pendidikan misalnya, Ahmad dahlan mengadopsi sistem pendidikan Belanda karena
diangap efektif. Bahkan membuka peluang bagi wanita Islam untuk sekolah, padahal di Arab, India
dan Pakistan ini menjadi masalah. Sedangkan dibidang sosial Ahmad Dahlan mendirikan panti
asuhan untuk memelihara anak yatim dan anak-anak terlantar lainnya. Yang kemudian banyak
berkembang Yayasan-yayasan Yatim Piatu Muhammadiyah, Rumahsakit PKU Muhammadiyah, dan
tersbesar adalah lembaga pendidikan Muhammadiyah baik TK, SD, SMP, SMU dan Perguruan Tinggi
Muhammadiyah yang jumlahnya terbesar di Indonesia.
2. Realitas Sosial Agama di Indonesia
Kondisi masyarakat yang masih sangat kental dengan kebudayaan Hindu dan Budha, memunculkan
kepercayaan dan praktik Ibadah yang menyimpang dari Islam. Kepercayaan dan praktik ibadah
tersebut dikenal dengan sitilah Bid’ah dan Khurafat. Khurafat adalah kepercayaan tanpa pedoman
yang sah menurut Alquran dan al hadits, hanya ikut-ikutan orang tua atau nenek moyang mereka.
Sedangkan bid’ah adalah bentuk ibadah yang dilakukan tanpa dasar pedoman yang jelas, melainkan
hanya ikut-ikutan orangtua atau nenek moyang saja.
Melihat realitas sosio-agama ini mendorong Ahmad Dahlan untuk mendirikan Muhammadiyah .
Namun, gerakan pemurniannya dalam arti pemurnian ajaran Islam dari bid’ah dan khurafat baru
dilakukan pada tahun 1916.Dalam konteks sosio-agama ini, Muhammadiyah merupakan gerakan
pemurnian yang menginginkan pembersihan Islam dari semua sinkretisme dan praktik ibadah yang
terlebih tanpa dasar akaran Islam (Takhayul, Bid’ah, Khurafat).
3. Realitas sosio-Pendidikan di Indonesia
Ahmad dahlan mengetahui bahwa pendidikan di Indonesia terpecah menjadi dua yaitu pendidikan
pesantren yang hanya mengajarkan ajaran-ajaran agama dan pendidikan Barat yang sekuler. Kondisi
ini menjadi jurang pemisah antara golongan yang mendapat pendidikan agama dengan golongan
yang mendapatkan pendidikan sekuler. Kesenjangan ini termanifestasi dalam bentuk berbusana,
berbicara, hidup dan berpikir. Ahmad Dahlan mengkaji secara mendalam dua sistem pendidikan yang
sangat kontras ini.
Dualisme sistem pendidikan diatas membuat prihatin Ahmad Dahlan, oleh karena itu cita-cita
pendidikan Ahmad Dahlan ialah melahirkan manusia yang berpandangan luas dan memiliki
pengetahuan umum, sekaligus yang bersedia untuk kemajuan masyarakatnya. Cita-cita ini dilakukan
dengan mendirikan lembaga pendidikan dengan kurikulum yang menggabungkan antara Imtak dan
Iptek.

Faktor eksernal
Faktor lain yang melatarbelakangi lahirnya pemikiran Muhammadiah adalah faktor yang
bersifat eksternal yang disebabkan oleh politik penjajahan kolonial belanda. Faktor tersebut
antara lain tanpak dalam system pendidikan kolonial serta usaha kearah westrnisasi dan
kristenisasi.
Pendidikan kolonial dikelola oleh pemerintah kolonial untuk anak-anak bumi putra, ataupun
yang diserahkan kepada misi and zending Kristen dengan bantuan financial dari pemerintah
belanda. Pendidikan demikian pada awal abad ke 20 telah meyebar dibeberapa kota, sejak dari
pendidikan dasar sampai atas, yang terdiri dari lembaga pendidikan guru dan sekolah kejuruan.
Adanya lembaga pendidikan colonial terdapatlah dua macam pendidikan diawal abad 20, yaitu
pendidikan islam tradisional dan pendideikan colonial. Kedua jenis pendidikan ini dibedakan,
bukan hanya dari segi tujuan yang ingin dicapai, tetapi juga dari kurikulumnya.
Pendidikan kolonial melarang masuknya pelajaran agama dalam sekolah-sekolah colonial, dan
dalan artian ini orang menilai pendidikan colonial sebagai pendidikan yang bersifat sekuler,
disamping sebagai peyebar kebudayaan barat. Dengan corak pendidikan yang demikian
pemerintah colonial tidak hanya menginginkan lahirnya golongan pribumi yang terdidik, tetapi
juga berkebudayaan barat. Hal ini merupakan salah satu sisi politik etis yang disebut politik
asisiasi yang pada hakekatnya tidak lain dari usaha westernisasi yang bertujuan menarik
penduduk asli Indonesia kedalam orbit kebudayaan barat. Dari lembaga pendidikan ini lahirlah
golongan intlektual yang biasanya memuja barat dan menyudutkan tradisi nenekmoyang serta
kurang menghargai islam, agama yang dianutnya. Hal ini agaknya wajar, karena mereka lebih
dikenalkan dengan ilmu-ilmu dan kebudayaan barat yang sekuler anpa mengimbanginya
dengan pendidiakan agama konsumsi moral dan jiwanya. Sikap umat yang demikianlah
tankanya yang dimaksud sebagai ancaman dan tantangan bagi islam diawal abad ke 20.

Artikel Terkait
http://www.muhammadiyah.or.id/content-44-det-tentang-muhammadiyah.html. Di unduh jam
17.49 tanggal 17-09-2015

. Latar Belakang Kelahiran


Muhammadiyah merupakan gerakan umat Islam yang lahir di Yogyakarta pada tanggal 8 Djulhijah 1330
H, atau tanggal 18 Nopember 1912 M. Muhammadiyah berasal dari bahasa Arab “Muhammad” yaitu nama
nabi terakhir, kemudian mendapatkan ‘ya nisbiyah’ yang artinya menjeniskan. Jadi Muhammadiyah berarti
umatnya Muhammad atau pengikutnya Muhammad. Tujuannya adalah menegakkan dan menjunjung tinggi
agama Islam, sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenarnya.Pada masa kepemimpinan Ahmad
Dahlan (1912-1923),pengaruh Muhammadiyah terbatas di karesidenan-karesidenan seperti: Yogyakarta,
Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan, daerah Pekalongan sekarang.

Selain Yogyakarta, cabang-cabang Muhammadiyah berdiri di kota-kota tersebut pada tahun 1922. Pada
tahun 1925, Abdul Karim Amrullah membawa Muhammadiyah ke Sumatera Barat dengan membuka cabang
di Sungai Batang, Agam. Dalam tempo yang relatif singkat, arus gelombang Muhammadiyah telah menyebar
ke seluruh Sumatera Barat, dan dari daerah inilah kemudian Muhammadiyah bergerak ke seluruh Sumatera,
Sulawesi, dan Kalimantan. Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar keseluruh Indonesia. Terdapat
pula organisasi khusus wanita bernama Aisyiyah.

Muhammadiyah adalah gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi munkar, berasa Islam dan bersumber
pada Al-Qur’an dan Hadist. Gerakan Muhammadiyah bermaksud untuk berta’faul (berpengharapan baik)
dapat mencontoh dan meneladani jejak perjuangan nabi Muhammad SAW, dalam rangka menegakkan dan
menjunjung tinggi agama Islam semata-mata demi terwujudnya izzul Islam wal muslimin, kejayaan Islam
sebagai idealita dan kemuliaan hidup sebagai realita.

Faktor utama yang mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah hasil pendalaman K.H.
Ahmad Dahlan terhadap Al Qur’an dalam menelaah, membahas, meneliti dan mengkaji
kandungan isinya. Dalam surat Ali Imran ayat 104 dikatakan bahwa: “ Dan hendaklah ada
diantara kamu sekalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada
yang ma’ruf dan mencegah yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. Memahami
seruan diatas, K.H. Ahmad Dahlan tergerak hatinya untuk membangun sebuah perkumpulan,
organisasi atau perserikatan yang teratur dan rapi yang tugasnya berkhidmad pada pelaksanaan
misi dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar di tengah masyarakat.

1. Faktor Objektif yang Bersifat Eksternal


a. Kristenisasi
Faktor objektif yang bersifat eksternal yang paling banyak mempengaruhi kelahiran Muhammadiyah
adalah kristenisasi, yakni kegiatan-kegiatan yang terprogram dan sistematis untuk mengubah agama
penduduk asli, baik yang muslim maupun bukan, menjadi kristen. Kristenisasi ini mendapatkan peluang
bahkan didukung sepenuhnya oleh pemerintah Kolonialisme Belanda. Missi Kristen, baik Katolik maupun
Protestan di Indonesia, memiliki dasar hukum yang kuat dalam Konstitusi Belanda. Bahkan kegiatan-
kegiatan kristenisasi ini didukung dan dibantu oleh dana-dana negara Belanda. Efektifitas penyebaran agama
Kristen inilah yang terutama mengguggah KH. Ahmad Dahlan untuk membentengi ummat Islam dari
pemurtadan.

b. Kolonialisme Belanda
Penjajahan Belanda telah membawa pengaruh yang sangat buruk bagi perkembangan Islam di wilayah
nusantara ini, baik secara sosial, politik, ekonomi maupun kebudayaan. Ditambah dengan praktek politik
Islam Pemerintah Hindia Belanda yang secara sadar dan terencana ingin menjinakkan kekuatan Islam,
semakin menyadarkan umat Islam untuk melakukan perlawanan. Menyikapi hal ini, KH. Ahmad Dahlan
dengan mendirikan Muhammadiyah berupaya melakukan perlawanan terhadap kekuatan penjajahan melalui
pendekatan kultural, terutama upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui jalur pendidikan.

c. Gerakan Pembaharuan Timur Tengah


Gerakan Muhammadiyah di Indonesia pada dasarnya merupakan salah satu mata rantai
dari sejarah panjang gerakan pembaharuan yang dipelopori oleh Ibnu Taymiyah, Ibnu Qayyim,
Muhammad bin Abdul Wahhab, Jamaluddin al-Afgani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dan
lain sebagainya. Persentuhan itu terutama diperolah melalui tulisan-tulisan Jamaluddin al-
Afgani yang dimuat dalam majalah al-Urwatul Wutsqa yang dibaca oleh KH. Ahmad Dahlan.
Tulisan-tulisan yang membawa angin segar pembaharuan itu, ternyata sangat mempengaruhi
KH. Ahmad Dahlan, dan merealisasikan gagasan-gagasan pembaharuan ke dalam tindakan
amal yang riil secara terlembaga.

Dengan melihat seluruh latar belakang kelahiran Muhammadiyah, dapat dikatakan bahwa
KH. Ahmad Dahlan telah melakukan lompatan besar dalam beritijtihad. Prinsip-prinsip dasar
perjuangan Muhammadiyah tetap berpijak kuat pada al-Quran dan Sunnah, namun
implementasi dalam operasionalisasinya yang memeiliki karakter dinamis dan terus berubah-
ubah sesuai dengan perkembangan zaman Muhammadiyah banyak memungut dari berbagai
pengalaman sejarah secara terbuka (misalnya sistem kerja organisasi yang banyak diilhami dari
yayasan-yayasan Katolik dan Protestan yang banyak muncul di Yogyakarta waktu itu.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama organisasi ini diambil
dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang
menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW.
Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses
dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur dengan kebiasaan di daerah
tertentu dengan alasan adaptasi.
Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan
masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama
yang bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan
manusia dalam segala aspeknya.
Jadi kemuhammadiyahan adalah berisi tentang pengertian tentang apa itu organisasi
Muhammadiyah, apa visi-misi, dan pengertian tentang peran Muhammadiyah dalam
kehidupan demi terciptanya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

http://bagushardono.blogspot.co.id/2014/12/muhammadiyah-sejarah-dan-tujuan.html

Anda mungkin juga menyukai