Anda di halaman 1dari 5

1.

1 Teori Atom Thompson


Penemuan elektron atas jasa J. J Thompson dan R. Millikan pada tahun-tahun pertama abad ke-20
memberikan bukti ketidaksempurnaan model atom Dalton. Joseph John Thomson berhasil
membuktikan dengan tabung sinar katode bahwa sinar katode adalah berkas partikel yang
bermuatan negatif (berkas elektron) yang ada pada setiap materi.

Percobaan Thomson dengan Tabung Sinar Katoda


a. Sifat-sifat sinar katoda :
- Sinar katoda dipancarkan oleh katoda dalam sebuah tabung hampa bila dilewati arus
listrik (aliran listrik adalah penting)
- Sinar katoda berjalan dalam garis lurus
- Sinar tersebut bila membentur gelas atau benda tertentu lainnya akan menyebabkan
terjadinya fluoresensi (mengeluarkan cahaya). Dari fluoresensi inilah kita bisa melihat
sinar, sinar katoda sendiri tidak tampak.
- Sinar katoda dibelokkan oleh medan listrik dan magnit; sehubungan dengan hal itu
diperkirakan partikelnya bermuatan negatif
- Sifat-sifat dari sinar katoda tidak tergantung dari bahan elektrodanya (besi, platina dsb.)

Sebelumnya, percobaan tabung sinar katoda pertama kali dilakukan William Crookes
(1875). Dengan ditemukannya seberkas sinar yang muncul dari arah katoda menuju ke anoda yang
disebut sinar katoda. George Johnstone Stoney (1891), yang memberikan nama sinar katoda
disebut“elektron”. Antoine Henri Becquerel (1896), menemukan sinar yang dipancarkan dari unsur-
unsur Radioaktif yang sifatnya mirip dengan elektron. Joseph John Thomson (1897) melanjutkan
eksperimen William Crookes yaitu pengaruh medan listrik dan medan magnet dalam tabung sinar
katoda.

Gambar 1.3 Percobaan tabung sinar katoda

Keterangan:
 Jika hanya ada medan listrik, berkas sinar katode dibelokkan ke atas (titik 1)
 Jika hanya medan magnet, berkas sinar katode dibelokkan ke bawah (titik 2)
 Jika tidak ada medan listrik dan medan magnet, sinar katode bergerak lurus (titik 3)

Hasil percobaannya membuktikan bahwa ada partikel bermuatan negatif dalam suatu atom karena
sinar tersebut dapat dibelokkan ke arah kutub positif medan listrik.

Jadi, J.J Thomspon merinci model atom Dalton yang mengemukakan, bahwa di dalam atom terdapat
elektron-elektron yang tersebar secara merata dalam “bola” bermuatan positif. Keadaannya mirip roti
kismis.Kismis (diumpamakan sebagai elektron) tersebar dalam seluruh bagian dari roti (diumpamakan
sebagai bola bermuatan positif).

Gambar 1.2Model atom Thompson

selesai

Sinar ini bergerak lurus meninggalkan katoda dengan kecepatantinggi dan dapat menimbulkan
bayangan kabur bila diberi tabir, dapatdibelokkan oleh medan magnet dan medan listrik. Thomson
(1897)berhasil menentukan harga perbandingan e/m, yaitu perbandinganmuatan listrik dengan massa.
Akhirnya Stoney (1874), memberikannama partikel itu sebagai elektron yang selalu dikandung oleh
semuamateri dengan harga e/m yang sama. Harga e/m yang terbesar dimiliki oleh atom hidrogen.
Diperoleh harga e = 1,602 x 10-19 C dan m = 9,11 x 10-34 g.

1.2 Partikel Dasar Penyusun Atom


Menjelang abad ke-19 dengan ditemukan adanya elektron dan gejala radioaktivitas, maka atom bukan
lagi partikel yang tidak dapat dibagi-bagi lagi, melainkan atom itu mengandung sejumlah partikel sub-
atomik.Partikel-partikel utama yang dimaksud ialah elektron, proton, dan netron. Sedang partikel lain
yang terdapat di dalam atom diantaranya ialah positron, neutrino dan meson. Partikel-partikel lain ini
biasanya diperoleh selama terjadi perubahan-perubahan.

1.2.1 Elektron
Percobaan tabung sinar katoda pertama kali dilakukan William Crookes (1875).ditemukannya
seberkas sinar yang muncul dari arah katoda menuju ke anoda yang disebut sinar katoda.George
Johnstone Stoney (1891), yang memberikan nama sinar katoda disebut“elektron”. Antoine Henri
Becquerel (1896), menemukan sinar yang dipancarkan dari unsur-unsur Radioaktif yang sifatnya
mirip dengan elektron. Joseph John Thomson (1897) melanjutkan eksperimen William Crookes yaitu
pengaruh medan listrik dan medan magnet dalam tabung sinar katoda.

Gambar 1.3 Percobaan tabung sinar katoda

Keterangan:
 Jika hanya ada medan listrik, berkas sinar katode dibelokkan ke atas (titik 1)
 Jika hanya medan magnet, berkas sinar katode dibelokkan ke bawah (titik 2)
 Jika tidak ada medan listrik dan medan magnet, sinar katode bergerak lurus (titik 3)

Hasil percobaannya membuktikan bahwa ada partikel bermuatan negatif dalam suatu atom karena
sinar tersebut dapat dibelokkan ke arah kutub positif medan listrik.

Sinar ini bergerak lurus meninggalkan katoda dengan kecepatantinggi dan dapat menimbulkan
bayangan kabur bila diberi tabir, dapatdibelokkan oleh medan magnet dan medan listrik. Thomson
(1897)berhasil menentukan harga perbandingan e/m, yaitu perbandinganmuatan listrik dengan massa.
Akhirnya Stoney (1874), memberikannama partikel itu sebagai elektron yang selalu dikandung oleh
semuamateri dengan harga e/m yang sama. Harga e/m yang terbesar dimiliki oleh atom hidrogen.
Diperoleh harga e = 1,602 x 10-19 C dan m = 9,11 x 10-34 g.

1.2.2 Proton
Oleh karena elektron merupakan penyusun atom yang bermuatan negatif, berarti materi harus
mengandung penyusun lain yang bermuatan positip. Hal ini dibuktikan oleh Goldstein (1886) dan
Wien yang juga disebut sinar terusan atau sinar kanal.Partikel positip ini terjadi karena tabrakan
antara partkel gas dalam tabung dengan elektron berenergi besar yang bergerak dari katoda ke anoda
dalam tabung gas.

Gambar 1.4 Percobaan Goldstein untuk mempelajari partikel positif


 Ternyata pada saat terbentuk elektron yang menuju anoda terbentuk pula sinar positif yang menuju
arah berlawanan melewati lubang pada katoda.
 Setelah berbagai gas dicoba dalam tabung ini, ternyata gas hidrogenlah yang menghasilkan sinar
muatan positif yang paling kecil baik massa maupun muatannya, sehingga partikel ini disebut
dengan proton.
 Massa proton = 1 sma (satuan massa atom) dan muatan proton = +1.

Dari berbagai eksperimen diperoleh dua perbedaan terpenting dari pengukuran e/m terhadap elektron.
a. Perbandingan muatan/massa untuk ion positip berbeda, jika gasdalam tabung berbeda. Pada massa
pengukuran e/m elektron diperoleh harga yang sama apapun jenis gas yang terdapat di dalamnya.
b. Harga muatan/massa untuk ion positip jauh lebih kecil dari harga untuk elektron. Fakta ini
menunjukkan bahwa ion positip terbentuk dari gas yang terdapat dalam tabung dan massanya lebih
besar dari massa elektron.

Diperoleh hasil, bahwaharga e/m untuk sinar terusan hidrogen lebih besar dari e/m untuk elektron.
Dari sini dipostulatkan, bahwa H+ adalah suatu partikel dasar atom yang besar muatannya sama
dengan muatan elektron tetapi tandanya berlawanan.

Dengan muatan elektron sama besar dengan muatan ion hidrogen, dapat dihitung perbandingan massa
elektron dan massa ion hidrogen sebagai berikut:
e/m elektron = 1,76 x 108 coulomb/g
e/m ion hidrogen = 96520/1,008 coulomb/g
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑒𝑙𝑒𝑘𝑡𝑟𝑜𝑛 96520 1
= 8
=
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐼𝑜𝑛 𝐻𝑖𝑑𝑟𝑜𝑔𝑒𝑛 1,76 𝑥 10 . 1,008 1837

1.2.3 Neutron
Prediksi dari Rutherford memacu W. Bothe dan H. Becker (1930) melakukan eksperimen
penembakan partikel alpha pada inti atom berilium (Be). Ternyata dihasilkan radiasi partikel berdaya
tembus tinggi. Eksperimen ini dilanjutkan oleh James Chadwick (1932). Ternyata partikel yang
menimbulkan radiasi berdaya tembus tinggi itu bersifat netral atau tidak bermuatan dan massanya
hampir sama dengan proton. Partikel ini disebut neutron dan dilambangkan dengan 1n0.

Tabel 1.1 Partikel dasar penyusun Atom.


Partikel Massa (gram) massa Muatan (C) muatan
relative relative
Elektron 9,1096 x 10-28 1/1836 -1,6 x 10-19 -1
Proton 1,6726 x 10-24 1 1,6x 10-19 +1

Neutron 1,6750 x 10-24 1 0 0

1.2.4 Nomor Atom Dan Nomor Massa


Nomor atom (Z) merupakan bilangan yang menunjukkan jumlah proton dalam suatu unsur. Nomor
atom bisa difungsikan sebagai nomor urut tetap untuk jenis unsur tertentu. Misalnya, nomor atom = 1
hanya digunakan untuk atom Hidrogen. Dengan kata lain, tiap jenis unsur memiliki jumlah proton
yang tetap.

Nomor massa (A) merupakan bilangan yang menunjukkan jumlah proton dan neutron dalam inti
atom. Satu jenis unsur dapat memiliki nomor massa yang berbeda, tergantung dari jumlah neutron
yang terkandung. Dengan demikian, jumlah neutron dalam satu jenis unsur tidak selalu sama.

Nomor massa suatu unsur lebih besar dari nomor atomnya (kecuali hidrogen). Nomor massa yang
tertera dalam tabel periodik biasanya berbentuk bilangan desimal (tidak bulat). Untuk keperluan
perhitungan jumlah proton, elektron dan neutron, kita harus membulatkan nomor massa. Nomor
massa dibulatkan ke bilangan bulat terdekat (round).

Kita dapat menentukan jumlah partikel inti (proton dan neutron) dari nomor atom dan nomor massa
dengan menggunakan persamaan:
jumlah proton (p) = nomor atom (Z)
jumlah neutron (n) = nomor atom (Z) - nomor massa (A)

Dalam atom netral, jumlah elektron selalu sama dengan jumlah proton. Sehingga kita peroleh:
Jumlah elektron (e) = Jumlah proton

Anda mungkin juga menyukai