Anda di halaman 1dari 27

Teknik Pelaksanaan Jalan dan Jembatan |1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jembatan merupakan suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan


melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah, dimana rintangan ini biasanya jalan
berupa lain yaitu jalan air atau jalan lalu lintas biasa (Struyk, 1995).
Jembatan memiliki arti penting bagi setiap orang, dengan tingkat kepentingan
yang berbeda-beda tiap orangnya (Supriyadi, 2000). Menurut Dr. Ir. Bambang
Supriyadi, jembatan bukan hanya kontruksi yang berfungsi menghubungkan suatu
tempat ke tempat lain akibat terhalangnya suatu rintangan, namun jembatan
merupakan suatu sistem transportasi, jika jembatan runtuh maka sistem akan
lumpuh.
Tipe jembatan mengalami perkembangan yang sejalan dengan sejarah
peradaban manusia, dari tipe yang sederhana sampai dengan tipe yang kompleks,
dengan material yang sederhana sampai dengan material yang modern.Jenis jembatan
yang terus berkembang dan beraneka ragam mengakibatkan seorang perencana harus
tepat memilih jenis jembatan yang sesuai dengan tempat tertentu.
Perencanaan sebuah jembatan menjadi hal yang penting, terutama dalam
menentukan jenis jembatan apa yang tepat untuk dibangun di tempat tertentu dan
metode pelaksanaan apa yang akan digunakan. Penggunaan metode yang tepat,
praktis, cepat dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu
proyek konstruksi.Sehingga, target 3T yaitu tepat mutu/kualitas, tepat biaya/kuantitas
dan tepat waktu sebagaimana ditetapkan, dapat tercapai.
Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan bertujuan untuk mendukung
distribusi lalu lintas barang maupun manusia dan membentuk struktur ruang wilayah
(Renstra Kementerian PU 2010-2014,2010), sehingga pembangunan infrastruktur
memiliki 2 (dua) sisi yaitu : tujuan pembangunan dan dampak pembangunan. Setiap
kegiatan pembangunan yang dilaksanakan pasti menimbulkan dampak terhadap
lingkungan baik dampak positif maupun dampak negatif, yang perlu diperhatikan
adalah bagaimana melaksanakan pembangunan untuk mendapatkan hasil dan manfaat
yang maksimum dengan dampak negatif terhadap lingkungan yang minimum.
Teknik Pelaksanaan Jalan dan Jembatan |2

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana metode pelaksanaan yang digunakan dalam suatu proyek konstruksi


Jembatan.
2. Bagaimana metode pelaksanaan Jembatan Beton
3. Bagaimana metode pelaksanaan Jembatan Rangka

1.3. Tujuan dan Manfaat

2. Untuk mengetahui metode pelaksanaan yang digunakan dalam suatu proyek


konstruksi Jembatan.
2. Untuk mengetahui metode pelaksanaan yang digunakan pada Jembatan Beton.
3. Untuk mengetahui metode pelaksanaan yang digunakan pada Jembatan Rangka.
Teknik Pelaksanaan Jalan dan Jembatan |3

BAB 2

JEMBATAN

2.1. Pengertian Jembatan

Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya meneruskan jalan melaluisuatu


rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain berupa jalan air
atau lalu lintas biasa. Jembatan yang berada diatas jalan lalu lintas biasanya disebut
viaduct.

Jembatan dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Jembatan – jembatan tetap.

2. Jembatan – jembatan dapat digerakkan.

Kedua golongan jembatan tersebut dipergunakan untuk lalu lintas kereta api
danlalu lintas biasa ( Struyk dan Veen, 1984). Jembatan adalah suatu bangunan yang
memungkinkan suatu jalan menyilang sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan
lain yang tidak samatinggi permukaannya.

Dalam perencanaan dan perancangan jembatan sebaiknya mempertimbangkan


fungsi kebutuhan transportasi, persyaratan teknis dan estetika-arsitektural yang
meliputi : Aspek lalu lintas, Aspek teknis, Aspek estetika (Supriyadi dan Muntohar,
2007).

Menurut (Asiyanto 2008) jembatan rangka baja adalah struktur jembatan yang
terdiri dari rangkaian batang – batang baja yang dihubungkan satu dengan yang lain.
Beban atau muatan yang dipikul oleh struktur ini akan diuraikan dan disalurkan
kepada batang – batang baja struktur tersebut, sebagai gaya – gaya tekan dan tarik,
melalui titik – titik pertemuan batang (titik buhul).

Garis netral tiap – tiap batang yang bertemu pada titik buhul harus saling
berpotongan pada satu titik saja, untuk menghindari timbulnya momen sekunder.

2.2. Peranan Tembatan Terhadap Transportasi

Jalan merupakan alat penghubung antara daerah yang penting sekali


bagipenyelenggaraan pemerintah, ekonomi kebutuhan sosial, perniagaan, kebudayaan,
pertahanan.Trasportasi sangat penting bagi ekonomi dan pembangunan Negara dan
bangsa.Maju – mundurnya suatu negara, terutama dalam bidang ekonomi sangat
tergantung pada baik dan tidaknya sistem transportasi yang ada. Baik tidaknya atau
lancar tidaknya transportasi sangat tergantung pada alat – alatnya, antara lain yang
terpenting kendaraan – kendaraannya, sistem transportasi, tranportation policy dan
pada keadaan jalannya.
Teknik Pelaksanaan Jalan dan Jembatan |4

Jembatan adalah bagian dari jalan itu.Jembatan sangat menentukan pula


kelancaran transportasi.Perananjembatan yang sangat penting dalam menopang sistem
transportasi darat yang ada, maka jembatan harus kita buat cukup kuat dan tahan,
tidak mudah rusak.Kerusakan pada jembatan dapat menimbulkan gangguan terhadap
kelancaran lalu lintas jalan, terlebih – lebih di jalan yang lalu lintasnya padat seperti
di jalan utama, di kota, dan di daerah ramai lainnya.

Kemacetan lalu lintas dalam kota bias terjadi karena adanya suatu perbaikan
jembatan. Berpuluh – puluh bahkan ratusan kendaraan berhenti berderet – deret
menunggu giliran untuk lewat jembatan. Berapakah kerugian yang diderita sebagai
akibat dari waktu yang hilang itu?.

Beberapa kerugian yang nyata itu dapatlah kita sebut, diantaranya


penghambatan kecepatan angkut dari kendaraan – kendaraan.Kecepatan angkut sangat
pentingpengaruhnya dalam bidang ekonomi, kestabilan harga – harga, kelancaran
distribusi dan lain sebagainya (Subarkah, 1979).

2.3. Jembatan Rangka (truss bridge)

Menurut (Satyarno, 2003) jembatan rangka dibuat dari struktur rangkayang


biasanya terbuat dari bahan baja dan dibuat dengan menyambung beberapa batang
dengan las atau baut yang membentuk pola-pola segitiga. Jembatan rangka biasanya
digunakan untuk bentang 20 m sampai 375 m. Ada banyak tipe jembatan rangka yang
dapat digunakan diantaranya sebagai berikut, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Tipe - Tipe Jembatan Rangka


Teknik Pelaksanaan Jalan dan Jembatan |5

2.4. Baja Konstruksi

Menurut (Spiegel dan Limbrunner, 1991) baja konstruksi adalah alloysteels


(baja paduan), yang pada umumnya mengandung lebih dari 98 % besi danbiasanya
kurang dari 1 % karbon. Komposisi aktual kimiawi sangat bervariasiuntuk sifat – sifat
yang diinginkan, seperti kekuatannya dan ketahanannyaterhadap korosi, baja dapat
juga mengandung elemen paduan lainnya, sepertisilicon, magnesium, sulfur, fosfor,
tembaga, krom, dan nikel, dalam berbagaijumlah.

Baja tidak merupakan sumber yang dapat diperbaharui (renewable),


tetapidapat mempunyai daur ulang (recycled), dan komponen utamanya, besi,
sangatbanyak. Baja tidak mudah terbakar, tetapi harus anti api. Hal ini
tidakdimaksudkan untuk mengatakan bahwa baja merupakan jawaban untuk
semuamasalah struktur.Bahan bangunan lainnya, seperti beton, bata, dan
kayu,mempunyai peran sendiri – sendiri.

Penggunaan struktur baja, apabila dilihat padabangunan dan perbandingan


(ratio) antara kekuatan berat (atau kekuatan persatuan berat) harus dipertahankan
tinggi, maka bajalah yang dapat memenuhinya.

Baja konstruksi juga memiliki keuntungan dan kelemahan diantaranya adalah


sebagai berikut :

1. Keuntungan baja adalah keseragaman bahan dan sifat – sifatnya yang dapatdiduga
secara cukup tepat. Kestabilan dimension, kemudahan pembuatan, dancepatnya
pelaksanaan juga merupakan hal – hal yang menguntungkan dari baja struktur ini.

2. Kelemahan baja adalah mudahnya bahan ini mengalami korosi (tidak semuajenis
baja) dan berkurangnya kekuatan pada temperatu tinggi.

2.5. Proses Perencanaan Jembatan

2.5.1 Bangunan Struktur Bawah (Substructure)

Bangunan struktur bawah berfungsi untuk menerima atau menaha


bebanbeban yang disalurkan dari beban struktur atas, dan kemudian beban –
beban tersebut disalurkan ke pondasi. Struktur bawah ini terdiri dari :
1. Pondasi
Pondasi pada jembatan memiliki fungsi yang sama dengan pondasi
yang ada pada struktur bangunan gedung, dimana fungsi dari pondasi itu
sendiri adalah menyalurkan beban-beban yang di tahan ke tanah. Pondasi
memiliki 2 bagian yaitu :

a. Tiang Pancang / Bore Pile / Sumuran

b. Pile Cap
Teknik Pelaksanaan Jalan dan Jembatan |6

Gambar 2.1 Tiang Pancang dan Pile Cap

2. Kolom Pier

a. Pier

b. Pier Head

Gambar 2.2 Struktur Bawah (Sub Structure) pada Pier


Teknik Pelaksanaan Jalan dan Jembatan |7

3. Abutment

Abutment merupakan bagian dari bangunan pada ujung-ujung


jembatan,yang memiliki fungsi sebagai pendukung untuk bangunan
struktur atas dan juga berfungsi untuk penahan tanah. Abutment
mempunyai bagian sebagai berikut :

a. Abutment
b. Wing Wall
c. Pelat Injak
d. Back Wall

Gambar 2.3 Struktur Bawah (Sub Structure) pada Abutment

4. Oprit

Oprit adalah akses penghubung antara jembatan dengan jalan yang


ada.perencanaan konstruksi oprit ini sangat perlu diperhatikan agar design
oprit yang dihasilkan nantinya dapat aman dan awet sesuai dengan umur
rencanayang telah ditentukan

Gambar 2.4 Struktur Bawah (Sub Structure) pada Oprit


Teknik Pelaksanaan Jalan dan Jembatan |8

Gambar 2.5 Tampak Atas Oprit

Gambar 2.6 Melintang Oprit

2.5.2. Bangunan Struktur Atas (Upper Structure)

Bangunan struktur atas berfungsi untuk menampung beban-beban yang


ditimbulkan oleh lalu lintas orang, kendaraan, dan lain sebagainya.Bangunan
atas biasanya terdiri dari pelat, lapisan permukaan jalan, dan gelagar dari
jembatan.

Gambar 2.7 Struktur Atas (Upper Structure) pada Deck


Teknik Pelaksanaan Jalan dan Jembatan |9

Struktur Atas (Upper Structure) terdiri dari :


1. Komponen
a. Deck Jembatan

Deck Jembatan ini bisah berupa I Girder, U Girder , Box Girder ,


Truss, dll.

b. Bearing

Bearing adalah bantalan yang bertujuan untuk mengurangi


gesekan untukbenda/poros yang bergerak secara rotasi ataupun linier.
Teknik Pelaksanaan Jalan dan Jembatan |10

c. Expansion Joint

Expansion Joint adalah suatu sabungan yang bersifat flexible,


sehinggasaluran yang disambungkan memiliki tolerasi gerak.

2. Pembagian Span (Bentang)

Dalam pembagian bentang dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :


a. Approach Span
b. Main Span
Teknik Pelaksanaan Jalan dan Jembatan |11

2.5.3. Tahapan Perencanaan

Menurut (Supriyadi dan Muntohar, 2007) perbedaan antara ahli


satudengan yang lainnya sangat dimungkinkan terjadi, dalam perencanaan
jembatan, tergantung latar belakang kemampuan dan pengalamannya.

Belajar dari perbedaan pandangan inilah seharusnya para ahli dapat


menyimpulkan suatu permasalahan yang ada pada perencanaan jembatan, dan
dapat menemukan suatu penyelesaian dalam sebuah perencanaan.

Perbedaan tersebut harus tidak boleh menyebabkan gagalnya proses


perencanaan. Seorang ahli atau perancang paling tidak harus telah
mempunyai data baik sekunder maupun primer yang berkaitan dengan
pembangunan jembatan, sebelum sampai pada tahap pelaksanaan
konstruksi.Hal ini sangat diperlukan untuk kelangsungan para ahli dalam
merencanakan pembangunan sebuah jembatan.

Data sekunder maupun primer yang telah didapat tersebut, merupakan


bahan pemikiran dan pertimbangan sebelum kita mengambil suatu keputusan
akhir. Pada Gambar 2.2 akanditunjukkan tentang suatu proses perencanaan
yang perlu dilaksanakan. Data yangdiperlukan berupa :

1. Lokasi :

a. Topografi

b. Lingkungan

c. Tanah Dasar

2. Keperluan : melintasi sungai, melintasi jalan lain

3. Bahan Struktur :

a. Karakteristiknya

b. Ketersediaannya
Teknik Pelaksanaan Jalan dan Jembatan |12

4. Peraturan

Gambar 2.2. Skema Proses Perencanaan

Sumber : Supriyadi dan Muntohar, 2007

2.5.4. Pemilihan Lokasi Jembatan

Penentuan lokasi dan layout jembatan tergantung pada kondisi lalu


lintas.Umumnya, suatu jembatan berfungsi untuk melayani arus lalu lintas
dengan baik, kecuali bila terdapat kondisi-kondisi khusus.Prinsip dasar dalam
pembangunanjembatan menurut (Troitsky, 1994) dalam (Supriyadi dan
Muntohar, 2007) adalahjembatan untuk jalan raya, tetapi bukan jalan raya
untuk jembatan.Kondisi lalulintas yang berbeda-beda dapat mempengaruhi
lokasi jembatan. Panjang -pendeknya bentang jembatan akan disesuaikan
dengan lokasi jalan setempat.

Penentuan bentangnya dipilih yang sangat layak dari beberapa


alternatif bentangpada beberapa lokasi yang telah diusulkan. Pertimbangan
terhadap lokasi akansangat didasarkan pada kebutuhan masyarakat yang
menggunakan jembatan.

Pada penentuan lokasi jembatan akan dijumpai suatu permasalahan


apakah akan dibangun di daerah perkotaan ataukah pinggiran kota bahkan di
pedesaan. Perencanaan dan perancangan jembatan di daerah perkotaan
terkadang tidak diperhatikan dengan cermat dan tepat.

Kehadiran jembatan di tengah kota sangat mempengaruhi landscape


atau tata kota tersebut. Perencanaan dan perancangan tipe jembatan modern di
daerah perkotaan, seorang ahli sebaiknya mempertimbangkan fungsi
Teknik Pelaksanaan Jalan dan Jembatan |13

kebutuhan transportasi, persyaratan teknis dan estetika-arsitektural (Supriyadi


dan Muntohar, 2007).

1. Aspek lalu lintas

Persyaratan transportasi meliputi kelancaran arus lalu lintas


kendaraan danpejalan kaki yang melintasi jembatan tersebut. Perencanaan
yang kurang tepat terhadap kapasitas lalu lintas perlu dihindarkan, karena
akan sangat mempengaruhi lebar jembatan.

Pentingnya diperoleh hasil yang optimum dalam perencanaan lebar


optimumnya agar didapatkan tingkat pelayanan lalu lintas yang maksimum.
Mengingat jembatanakan melayani arus lalu lintas dari segala arah, maka
muncul kompleksitas terhadap existing dan rencana, volume lalu lintas,
oleh karenanya sangat diperlukan ketepatan dalam penentuan tipe jembatan
yang akan digunakan.

Pendekatan ekonomi selayaknya juga sebagai bahan pertimbangan


biaya jembatan perlu dibuat seminimum mungkin.Melihat beberapa kasus
biaya investasi jembatan di daerah perkotaan adalah sangat tinggi. Hal ini
akan sangat terkait dengan kesesuaian lokasi yang akan direncanakan
(Supriyadi dan Muntohar, 2007).

2. Aspek teknis

Persyaratan teknis yang perlu dipertimbangkan antara lain :

a. Penentuan geometri struktur, alinemen horizontal dan vertical,


sesuaidengan lingkungan sekitarnya.

b. Pemilihan sistem utama jembatan dan posisi dek.

c. Penentuan panjang bentang optimum sesuai dengan syarat


hidraulika,arsitektural, dan biaya konstruksi.

d. Pemilihan elemen-elemen utama struktur atas dan struktur


bawah,terutama tipe pilar dan abutment.

e. Pendetailan struktur atas seperti : sandaran, parapet, penerangan, dan


tipeperkerasan.

f. Pemilihan bahan yang paling tepat untuk struktur jembatan


berdasarkanpertimbangan struktural dan estetika.

3. Aspek estetika

Dewasa ini jembatan modern di daerah perkotaan didesain tidak


hanyadidasarkan pada struktural dan pemenuhan transportasi saja, tetapi
Teknik Pelaksanaan Jalan dan Jembatan |14

juga untuk ekonomi dan artistik.Aspek estetika jembatan di perkotaan


merupakan factor yang penting pula dipertimbangkan dalam perencanaan.

Kesesuaian estetika dan arsitektural akan memberikan nilai lebih


kepada jembatan yang dibangun di tengah-tengah kota. Jembatan pada
kota-kota besar di dunia banyak yang mempunyai nilai estetika yang tinggi
disamping kekuatan strukturalnya (Supriyadi dan Muntohar, 2007).

2.5.5. Layout jembatan

Variabel yang penting, setelah lokasi jembatan ditentukan


adalahmempertimbangkan layout jembatan terhadap topografi
setempat.Perkembangan sistem jalan raya, pada awalnya mempunyai standar
yaitu jalan raya lebih rendah dari jembatan. Biaya investasi jembatan
merupakan proporsi terbesardari total biaya jalan raya.

Konsekuensinya, struktur tersebut hampir selalu dibangun pada tempat


yang idela untuk memungkinkan bentang jembatan sangat pendek, fondasi
dapat dibuat sehematnya, dan melintasi sungai dengan layout berbentuk
squrelayout (Supriyadi dan Muntohar, 2007).

Proses perencanaan jembatan akan dihadapkan pada dua sudut


pandang yang berbeda antara seorang ahli jalan dan ahli jembatan menurut
(Troitsky, 1994) dalam (Supriyadi dan Muntohar, 2007). Ilustrasi perbedaan \
kepentingan antara seorang ahli jalan dan ahli jembatan adalah sebagai
berikut:

1. Pandangan ahli jembatan

Perlintasan tegak lurus sungai, jurang atau jalan rel lebih sering dipilih,
daripada perlintasan yang membentuk alinemen yang miring. Penentuan ini
didasarkan pada aspek teknis dan ekonomi.Menurut (Waddel, 1916) dalam
(Supriyadi dan Muntohar, 2007) menyatakan bahwa struktur yang dibuat
pada alinemen miring adalah abominasi dalam lingkup rekayasa jembatan.

2. Struktur jembatan sederhana

Kenyataan untuk struktur jembatan yang relatif sederhana sering


diabaikanterhadap alinemen jalan.Para ahli jalan raya yang sering
menempatkan alinemen sedemikian sehingga struktur jembatan merupakan
bagian penuh dari alinemen rencana jalan tersebutm, sehingga apabila
melalui sungai seringkali kurang memperhatikan layout secara cermat.

3. Layout jembatan bentang panjang

Struktur bertambahnya tingkat kegunaan jalan dan panjang


bentangmerupakan hal yang cukup penting untuk menentukan layout.Kasus
Teknik Pelaksanaan Jalan dan Jembatan |15

seperti ini, dalam menentukan bagaimana layout jembatan yang sesuai perlu
diselaraskan oleh kedua ahli tersebut guna menekan biaya konstruksi.

Banyak faktor yang mempengaruhinya, salah satunya adalah sudut


yang dibentuk terhadap bidang alinemen.

2.6. Peraturan – Peraturan Perancangan Jembatan

Struktur baja yang ada saat ini, telah berkembang pesat dengan berbagaiaturan
yang berbeda pada tiap negara. Konsep pemikiran dalam perhitungannya adalah sama
tetapi aturan yang terjadi adalah lain, dan itu tergantung dari Negara yang
memakainya.

Menurut Tim Peneliti dan Pengembangan Wahana Komputer, 2003, struktru


baja yang saat ini, telah berkembang pesat dengan berbagai aturan yang berbeda pada
tiap negara. Diantara peraturan perhitungan struktur baja yang dipakai pada SAP 2000
adalah sebagai berikut :

1. American institute of Steel Construction’s ”Allowable Stress Design andPlastis


Design Spesification for Structural Steel Buildings”, AISC – ASD(AISC, 1989).

2. American institute of Steel Construction’s “Load and Resistance FactorDesign


Spesification for Structural Steel Buildings”, AISC – LRFD (AISC,1994).

3. American Assotiation of State Highway ang Transportation Officiall“AASHTO –


LRFD Bridge Design Spesification”, AASHTO – LRFD(AASHTO, 1997).

4. Canada Institute of Steel Construction’s “Limit State Design of SteelStructures”,


CANICSA – s16. 1 – 94 (CISC, 1995).

5. British Standart Institution’s “Structural Use of Steelwork in Building”,BS5950


(BSI, 1990).

6. European Committee for Standarditation’s “Eurocode 3 : Design of


SteelStructures Part 1.1 : General Rules and Rules for Buildings”, ENV 1993 – 1 –
1 (CEN, 1992). (Tim Penelitian dan Pengembangan Wahana Komputer, 2003)

Badan Standarisasi Nasional (2005) mempunyai peraturan – peraturanyang


digunakan di Indonesia, untuk merancang struktur jembatan. Peraturan
yangdigunakan Badan Standarisasi Nasional (2005) dalam perancangan
jembatanadalah sebagai berikut :

1. Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya (PPPJJR, 1987)

2. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI)

3. Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan (Bridge Management System, 1992)

4. Revisi SNI 03-2833-1992, tentang Perencanaan Ketahanan Gempa untukJembatan.


Teknik Pelaksanaan Jalan dan Jembatan |16

5. RSNI T-03-2005, tentang Perencanaan Struktur Baja untuk Jembatan.

2.7. Perencanaan Pembebanan

Perencanaaan pembebanan jembatan jalan raya didasarkan pada


pedomanPerencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya (PPPJR, 1987) dan
BrigdeManagement System 1992.

1. Beban primer

Beben primer merupakan beban utama dalam perhitungan tegangan


padasetiap perencanaan jembatan. Beban primer meliputi beban mati, beban hidup,
beban kejut dan gaya akibat tekanan tanah.

2. Beban sekunder

Beban sekunder merupakan beban sementara yang selalu diperhitungkandalam


perhitungan tegangan pada setiap perencanaan jembatan. Beban sekunder meliputi
beban angin, gaya akibat perbedaan selip, gaya akibat rangka susut, gaya rem, gaya
akibat gempa bumi, gaya gesekan pada tumpuan yang bergerak.

3. Beban khusus

Beban khusus merupakan beban-beban khusus untuk perhitungan


teganganpada perencanaan jembatan. Beban khusus meliputi gaya sentrifugal, gaya
tumbuk pada jembatan layang, gaya dan beban selama pelaksanaan, dan gaya
akibat air.
Teknik Pelaksanaan Jalan dan Jembatan |17

BAB 3

JALAN

3.1 Pengertian Jalan

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel;
 Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum;
 Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan,
atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri;
 Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan
sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol;

Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem
jaringan jalan sekunder.
 Sistem jaringan jalan primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua
simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.
 Sistem jaringan jalan sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakansistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan
jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.

Jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan


kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan.
 Jalan arteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan umum yang
berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan
rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
 Jalan kolektor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan umum yang
berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan
jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
 Jalan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan umum yang
berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat,
kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
 Jalan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jalan umum
yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat,
dan kecepatan rata-rata rendah.
 Jalan Arteri primer melayani angkutan utama yang merupakan tulang punggung
tranasportasi nasional yang menghubungkan pintu gerbang utama (Pelabuhan
Utama dan atau bandar Udara Kelas Utama).
Teknik Pelaksanaan Jalan dan Jembatan |18

 Jalan Kolektor I adalah jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota
propinsi.
 Jalan Kolektor II adalah jalan kolektor primer yang menghubungkan ibukota
propinsi dengan ibukota kabupaten/kota.
 Jalan Kolektor III adalah jalan kolektor primer yang menghubungkan antar
ibukota kabupaten/kota.

3.2 Teknik Pembangunan Jalan

1. Penjelasan Umum
Pelaksanaan pekerjaan dilapangan dilakukan sepenuhnya oleh kontraktor
pelaksana yang telah ditunjuk dan diawasi langsung konsultan pengawas dan
Departemen Pekerjaan Umum. Pelaksanaan pekerjaan dilakukan berdasarkan atas
gambar-gambar kerja dan spesifikasi tekhnik umum dan khusus yang telah
tercantum dalam dokumen kontrak, rencana kerja & syarat-syarat (RKS) dan
mengikuti perintah atau petunjuk dari konsultan, sehingga hasil yang dicapai akan
sempurna dan sesuai dengan keinginan pemilik proyek

2. Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan dilaksanakan sebelum pekerjaan fisik dimulai. Adapun


pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan dalam pekerjaan persiapan tersebut, yaitu :
a. Pekerjaan pematokan dan pengukuran ulang
Pekerjaan pematokan dan pengukuran ulang dilaksanakan oleh
kontraktor pelaksana dengan tujuan pengecekan ulang pengukuran.Pemasangan
patok pengukuran untuk profil memanjang dipasang pada setiap jarak 25 meter.

b. Survey kelayakan struktural konstruksi perkerasan.


Kelayakan struktural konstruksi perkerasan dilaksanakan dengan
pemeriksaan destruktif yaitu suatu cara pemeriksaan dengan menggunakan alat
Benkelman.
Teknik Pelaksanaan Jalan dan Jembatan |19

c. Pengadan direksi keet


Untuk pengadaan direksi keet ini pihak kontraktor pelaksana
membuatnya disekitar lokasi proyek.Direksi keet ini berfungsi untuk tempat
beristirahat para pekerja dan penyimpanan material serta peralatan pekerjaan.

d. Penyiapan badan jalan


Pekerjaan ini meliputi pembersihan lokasi, penutupan jalan dan
lainnya.Sehingga pelaksanaan proyek ini berjalan dengan lancar.

3. Pekerjaan Galian dan Timbunan

Gambar Struktur Pekerjaan Tanah

 Pekerjaan Galian

1. Pekerjaan galian adalah pekerjaan pemotongan tanah dengan tujuan untuk


memperoleh bentuk serta elevasi permukaan sesuai dengan gambar yang
telah direncanakan.
2. Lokasi yang akan dipotong (cutting) haruslah terlebih dahulu dilakukan
pekerjaan clearing dan grubbing yang bertujuan untuk membersihkan
lokasi dari akar-akar pohon dan batu-batuan.
3. Untuk mengetahui elevasi jalan rencana, surveyor harus melakukan
pengukuran dengan menggunakan alat ukur (theodolit). Apabila elevasi
tanah tidak sesuai maka tanah dipotong kembali dengan menggunakan alat
berat (motor grader), sampai elevasi yang diinginkan.
4. Memadatkan tanah yang telah dipotong dengan menggunakan Vibrator
Roller.
5. Melakukan pengujian kepadatan tanah dengan tes kepadatan (ujiDdensity
Sand Cone test) di lapangan.
Teknik Pelaksanaan Jalan dan Jembatan |20

Pekerjaan galian dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian :

a. Galian Biasa Commond Excavation)


Dalam pekerjaan ini dilakukan penggalian untuk menghilangkan
atau membuang material yang tidak dapat dipakai sebagai struktur jalan,
yang dilakukan menggunakan excavator untuk memotong bagian ruas jalan
sesuai dengan gambar rencana, sedangkan pengangkutan dilakukan dengan
menggunakan dump truck.
b. Galian Batuan / Padas
Pekerjaan galian batu (padas) mencakup galian bongkahan batu
dengan volume 1 meter kubik atau lebih.Pada pekerjaan galian batu ini
biasa dilakukan dengan menggunakan alat bertekanan udara (pemboran)
dan peledekan.
c. Galian Struktur
Pada pekerjaan galian struktur ini mencakup galian pada segala
jenis tanah dalam batas pekerjaan yang disebut atau ditunjukkan dalam
gambar untuk struktur.Pekerjaan galian ini hanya terbatas untuk galian
lantai pondasi jembatan.

 Pekerjaan Timbunan dan Pemadatan

Perlu diingat sebelum pekerjaan galian maupun timbunan harus


didahului dengan pekerjaan clearing dan grubbing, maksudnya adalah agar
lokasi yang akan dilakerjakan tidak mengandung bahan organik dan benda-
benda yang mengganggu proses pemadatan. Timbunan dilaksanakan lapis
demi lapis dengan ketebalan tertentu dan dilakukan proses pemadatan.

Proses penimbunan dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :

1. Timbunan Biasa
Pada timbunan biasa ini material atau tanah yang biasa digunakan
berasal dari hasil galian badan jalan yang telah memenuhi syarat.
2. Timbunan Pilihan
Pada pekerjaan timbunan ini tanah yang digunakan berasal dari luar
yang biasa disebut borrowpitt.Tanah ini digunakan apabila nilai CBR tanah
dari timbunan kurang dari 6%.
Teknik Pelaksanaan Jalan dan Jembatan |21

Proses pemadata tanah dimaksudkan untuk memadatkan tanah dasar


sebelum melakukan proses penghamparan material untuk memenuhi
kepadatan 95%, dengan menggunakan alat berat seperti Vibrator Roller,
Dump Truck, Motor Grader.

Adapun langkah kerja dari proses pemadatan tanah, yaitu :

1. Mengangkut material dari quary menuju lokasi dengan menggunakan


Dump Truck.
2. Menumpahkan material pada lokasi tempat dimana akan dilaksanakan
pekerjaan penimbunan.
3. Meratakan material menggunakan Motor Grader sampai ketebalan yang
direncanakan. Sebagai panduan operator Grader dan vibro maka
dipasang patok tiap jarak 25 m yang ditandai sesuai dengan tinggi
hamparan.
4. Memadatkan tanah denga menggunakan Vibrator Roller yang dimulai
sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan
dalm keadaan memanjang, sedangkan pada tikungan (alinyemen
horizontal) harus dimulai pada bagian yang rendah dan bergerak sedikit
demi sedikit ke arah yang tinggi, pemadatan tersebut dipadatkan dengan
6 pasing (12 x lintasan) hingga didapatkan tebal padat 20 cm hingga
didapat elevasi top subgrade yang sesuai dengan rencana.

 Pengujian Kepadatan Tanah


Pengujian Sand Cone

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kepadatan dan kadar


air dilapangan. Juga bisa sebagai perbandingan pekerjaan yang akan
dilaksanakan dilapangan dengan perencanaan pekerjaan.

Gambar Titik Pengambilan Sampel


Teknik Pelaksanaan Jalan dan Jembatan |22

 Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah

Lapisan perkerasan yang terletak antara lapis pondasi atas dan tanah
dasar dinamakan lapis pondasi bawah yang berfungsi sebagai :

1. Bagian dari konstruksi perkerasan yang menyebarkan beban roda ke


tanah dasar. Dengan nilai CBR 20% dan Plastisitas indeks (PI) ≤ 10%.
2. Material pondasi bawah relatip murah dibandingkan dengan lapisan
perkerasan diatasnya.
3. Mengurangi tebal lapisan diatasnya yang lebih mahal.
4. Lapisan perkerasan, agar air tanah tidak berkumpul dipondasi.
5. Lapisan pertama, agar pekerjaan dapat berjalan lancar.
6. Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik
kelapis atas. Tebal rencana lapisan pondasi bawah ini adalah 20 cm.

Lapisan pondasi agregat kelas B yang digunakan dalam proyek ini


memiliki komposisi sebagai berikut :

1. Split 5/7
2. Split 3/5
3. Split 2/3
4. Abu Batu

Teknik pelaksanaan pekerjaan penghamparan dan pemadatan dari


Base B adalah :

 Pengangkutan material base B ke lokasi proyek dengan menggunakan


Dump Truck.
 Setelah sampai di lokasi, campuran ditumpuk menjadi lima sampai
enam tumpukan disepanjang lokasi yang telah siap untuk dihampar base
B.
 Penghamparan material base B dilakukan dengan menggunakan alat
motor grader dengan kapasitas 3,6 m. Setelah badan jalan terbentuk,
kemudian dipadatkan dengan alat vibrator roller dengan kapasitas 16
ton.
 Jika disuatu lokasi ada campuran material yang kurang baik ikatannya
maka dapat ditambahkan abu batu dengan bantuan tenaga manusia
untuk mengikat material tersebut ketika dipadatkan kebali dengan
vibrator roller.

Untuk mengetahui apakah tebal penghamparan base B dan %


kemiringan telah sesuai dengan yang direncanakan maka digunakan
waterpass agar dapat menemukan elevasinya.
Teknik Pelaksanaan Jalan dan Jembatan |23

 Peralatan

Dalam pelaksanaan pekerjaan lapis pondasi atas digunakan alat alat


sebagai berikut :

 Wheel Loader berfungsi untuk mengambil tumpukan agregat dari


tempat pengambilan material, selanjutnya dimasukkan kedalam dunp
truck.
 Dump truck berfungsi untuk mengangkut material agregat base B ke
lokasi pekerjaan.
 Motor grader berfungsi untuk memadatkan material base B.
 Water tank truck berfungsi untuk menyiram agregat base B setelah
penghamparan.

 Bahan dan Material

Agregat baru pecah kelas B yang sesuai dengan persyaratan (table


agregat base B)
Teknik Pelaksanaan Jalan dan Jembatan |24

 Pengawasan Pekerjaan

Pengawasan pekerjaan dilaksanakan olek konsultan pengawas.Hal


ini dilakukan untuk menjamin pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor
sebagai pelaksana proyek, apakah sesuai dengan ketentuan yang terdapat
dalam spesifikasi.
Ketentuan ketentuan pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan
spesifikasi adalah sebagai berikut :

 Penghamparan lapis pondasi agregat, baik kelas A maupun kelas B


tidak boleh mempunyai ketebalan kurang dari dua kali ukuran
maksimum bahan.
 Penghamparan lapis pondasi kelas A maupun kelas B tidak boleh lebih
dari 20 cm dalam keadaan loose, hal ini dapat mempengaruhi proses
pemadatan sehingga pemadatan yang dilakukan tidak mencapai keadaan
optimal.
 Permukaan lapis pondasi agregat harus rata sehingga air tidak dapat
menggenang akibat permukaan yang tidak rata. Deviasi maksimum
untuk kerataan permukaan adalah 1 cm.
 Toleransi terhadap tebal total lapis pondasi agregat adalah 1 cm dari
tebal rencana.
 Lapis pondasi yang terlalu kering atau terlalu basah untuk pemadatan
yaitu kurang dari 1% atau lebih dari 3% pada kadar air optimum,
diperbaiki dengan cara menggali dan mengganti dengan bahan yang
memenuhi syarat kadar air tersebut.
Teknik Pelaksanaan Jalan dan Jembatan |25

BAB 4

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas mengenai metode pelaksanaan konstruksi


Jembatan didapat kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan struktur metode pelaksanaan jembatan terdiri dari metode pelaksanaan
Jembatan Beton dan metode pelaksanaan Jembatan Rangka.

2. Metode pelaksanaan Jembatan Beton dibedakan menjadi 2 yaitu Cast insitu dan
Precast segmental.
Metode Cast insitu terdiri dari :
a. MSS (Movable Scaffolding System)
b. ILM (Increamental Launching Method)
c. Balanced Cantilever dengan FormTraveller
d. Cable Stayed dengan FormTraveller Metode Precast Segmental terdiri dari :
a. Balanced Cantilever Erection With Launching Gantry
b. Balanced Cantilever Erection With Lifting Frames
c. Span by Span Erection With Launching Gantry
d. Balanced Cantilever Erection With Cranes
e. Precast Beam

3. Metode pelaksanaan Jembatan Rangka ada 2 yaitu metode Temporary support


dan metode Cantilever.
4. Metode Temporary support terdiri dari Full temporary support dan Semi
temporary support. Sedangkan metode Cantilever terdiri dari Full cantilever dan
Semi cantilever.

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel;
 Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum;
 Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan,
atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri;
 Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan
sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol;

Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem
jaringan jalan sekunder.
Teknik Pelaksanaan Jalan dan Jembatan |26

 Sistem jaringan jalan primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua
simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.
 Sistem jaringan jalan sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakansistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan
jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.

4.2. Saran

1. Setiap pembangunan Jembatan harus menggunakan metode pelaksanaan yang tepat


dan sesuai dengan standar yang berlaku.

2. Setiap pemilihan metode pelaksanaan harus disesuikan dengan kondisialam


dilokasi pembangunan.

3. Keselaman kerja menjadi hal penting dalam pemilihan metode konstruksi.


Teknik Pelaksanaan Jalan dan Jembatan |27

DAFTAR PUSTAKA

1. Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Direktorat Jenderal Bina Marga
Departemen Pekerjaan Umum, Desember 2005;
2. Panduan Pengawasan Pelaksanaan Jembatan Bridge Management System, Direktorat
Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, Tahun 1993;
3. Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi, Kazuto Nakazawa dkk, PT Pradnya Paramita, Th
2000;
4. Foundation Design and Construction, MJ Tomlinson, Fourth Edition, the Pitman Press
London, 1983;
5. Principles of Foundation Engineering, Braja M.Das, PWS Publishing Company Boston,
Second Edition, 1990;
6. Bahan Publikasi, PC Pile, PT. Wijaya Karya Beton;
7. Ground Anchors and Anchored Systems, Geotechnical Engineering Circular No.4,
Publication FHWA, June 1999;
8. Load Cell Test Pada Pondasi Bored Pile Jembatan Suramadu, SKS Pembinaan Teknik
Pembangunan Jembatan Suramadu Core Team-Manajemen Konstruksi Tahap II;
9. Test Daya Dukung Tiang Pancang Dengan Metode Beban Dinamis (DLT), Pile Foundation
Diagnostic Services;
10. Modul Pelatihan Supervisi Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan, Pembinaan Manajemen
Kebinamargaan , Direktorat Jenderal Bina Marga, May 2006;
11. Modul Pelaksanaan Konstruksi Jembatan, Jafung Teknik Jalan dan Jembatan Pusat
Pendidikan dan Latihan Departemen Pekerjaan Umum, Tahun 2006.

Anda mungkin juga menyukai