Anda di halaman 1dari 2

PERNYATAAN SIKAP

Pangan merupakan soal mati hidupnya suatu bangsa; Apabila kebutuhan pangan rakyat tidak
dipenuhi maka “malapetaka”; oleh karena itu perlu usaha secara besar-besaran, Radikal dan
revolusioner (Ir.Soekarno)

Pernyataan Presiden Soekarno diatas merupakan penegasan bahwa pangan menjadi salah satu
kebutuhan pokok yang harus dipenuhin oleh negara lewat Pemerintah untuk menjamin
keberlangsungan hidup bangsa. Pemerintah harus hadir dan mampu menyediakan serta mengelola
kebutuhan pangan secara berkeadilan agar mampu dirasakan oleh seluruh Rakyat Indonesia lewat
kebijakan-kebijakan Ekonomiyang Pro Rakyat dari hulu sampai hilir.

Kebijakan Pemerintah akhir-akhir ini soal pangan justru mendapat penolakan dari Rakyat kecil yang
disebabkan lantaran Pemerintah menaikan harga kebutuhan pokok. Kenaikan harga kebutuhan
pokok ini disebabkan oleh haluan ekonomi neoliberal yang bertentangan dengan slogan Trisakti
dan Nawacita Jokowi – JK. Selama Tiga Tahun memimpin Bangsa Indonesia pemerintahan ini sudah
menerapkan berbagai macam kebijakan ekonomi liberal seperti pencabutan subsidi (BBM, Listrik,
Gas LPJ), Kebijakan impor (daging, beras, kedelai), pemaksaan pemungutan Pajak yang tidak
berkeadilan yang menyebabkan Rakyat semakin tertindas. Pencabutan Subsidi BBM terjadi diawal
Pemerintahan Jokowi-JK dimana harga premium disesuaikan dengan harga minyak dunia dengan
dalih membebani APBN. Selain BBM Pemerintah juga mencabut subsidi listrik dimana masyarkat
pelanggan listrik golongan 900 (VA) yang harus merogoh kantong lebih disebabkan kenaikan seiring
pencabutan subsidi listrik yang berlaku bertahap serta pencabutan subsidi gas LPJ 3 kilogram akan
disamakan harganya dengan 12 kilogram akan semakin membuat rakyat menengah kebawah
sengsara. Kebijakan pencabutan subsidi Rakyat bertentangan dengan cita-cita Nawacita. Kebijakan
ekonomi ini justru menguntungkan kalangan pemodal serta merugikan rakyat kecil yang
menyebabkan jurang ketimpangan sosial semakin melebar antara yang kaya dan yang miskin.

Kebijakan Pemerintah dalam menaikan harga kebutuhan pokok ditengah-tengah daya beli rakyat
menurun serta semakin banyaknya pengangguran menambah beban bagi rakyat. Kebijakan impor
beras sebanyak 500 ribu ton kepada negara Vietnam dan Thailand memunculkan situasi paradoks
dimana akhir bulan januari sampai maret para petani akan sampai pada masa panen serta
ketersediaan beras dibulog untuk beberapa bulan kedepan masih bisa mencukupi kebutuhan
rakyat. Kebijakan importir ini kontradiktif dengan semangat swasembada pangan serta merugikan
para petani yang memasuki masa panen dimana beras impor ini akan membanjiri pasar-pasar di
Indonesia sehingga harga jual gabah petani akan turun. Disatu sisi harga beras dan kebutuhan pokok
lainnya sekarang mengalami peningkatan ketika daya beli rakyat menurun sebagai bentuk kebijakan
pro pasar dan menguntungkan para tengkulak. Selain beras pemerintah juga mengimpor kebutuhan
lain seperti daging, susu, kedelai, buah-buahan, bakalan sapi yang hanya menguntungkan para
tengkulak dalam memainkan harga dipasaran. Kebijakan impor ini memberikan ruang kepada
swasta untuk menguasai pasokan serta distribusi.

Beberapa Kebijakan Ekonomi Jokowi – JK diatas semakin menegaskan arah kebijakan Ekonomi
Neoliberal dengan ciri pencabutan subsidi dengan alasan membebani APBN, Regulasi yang pro
pasar, berkuasanya swasta dalam kebijakan ekonomi serta hilangnya tanggung jawab negara.

Selain itu juga di dalam sektor pendidikan,


Mencerdaskan kehidupan bangsa, adalah visi dalam dunia pendidikan yang diwarisi oleh para
pendiri bangsa. Amanat ini mengandung makna kesejarahan bahwa di era kolonial pendidikan kita
hanya diperuntukkan untuk melayani penjajah dan membodohi rakyat Indonesia.

sudah 72 tahun Indonesia merdeka, tapi apa yang terjadi dalam dunia pendidikan hari ini, semakin
jauh dari semangat kemerdekaan, justru pendidikan sekarang semakin mengarah pada model
pendidikan yang tunduk pada kepentingan kapital, menciptakan individu-individu bermental buruh.
“Pendidikan yang diwariskan pendiri bangsa adalah pendidikan membangun karakter, Pendidikan
yang mengarahkan kita untuk peduli pada harkat dan martabat sebagai bangsa yang merdeka,”

biaya pendidikan yang semakin mahal, serta sering terjadinya pembungkaman terhadap suara-suara
kritis mahasiswa.
“Hari ini, pendidikan semakin sulit diakses oleh rakyat, munculnya jurang kesenjangan sosial
beriringan dengan biaya pendidikan semakin mahal, akhirnya yang bisa mengenyam pendidikan
hanya orang yang berduit saja, berita-berita soal terjadinya pembungkaman suara kritis mahasiswa
telah tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, ini adalah salah satu cara-cara otoriterian orde
baru yang masih dirawat hingga kini.
“Liberalisasi, privatisasi, otoriter, adalah warisan orde baru yang masih menghantui kita sampai
sekarang,”

Dari situasi diatas maka kami dari POSKO MENANGKAN PANCASILA MENUNTUT :

1. Turunkan harga kebutuhan dasar rakyat


2. Tolak liberalisasi pendidikan
3. Laksanakan pasal 33 UUD 1945
4. Laksanakan TRISAKTI dan NAWACITA yang sesungguh – sungguhnya
5. Tolak MD3
6. Menangka pancasila

BANGUN PERSATUAN NASIONAL,MENANGKAN PANCASILA

POSKO MENANGKAN PANCASILA


SULAWESI TENGGARA

KORDINATOR LAPANGAN

KAWAN ALDO

Anda mungkin juga menyukai