Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan pada data World Health Organization (WHO) menyebutkan setiap

hari pada tahun 2015, sekitar 830 perempuan meninggal karena komplikasi kehamilan

dan kelahiran anak. Hampir semua kematian ini terjadi karena rendahnya sumberdaya

dan faktor yang sebenarnya dapat dicegah. Penyebab utama kematian adalah perdarahan,

hipertensi, infeksi, dan penyebab tidak langsung, kondisi lingkungan juga mempunyai

pengaruh besar pada angka kematian ibu, risiko seorang wanita di negara berkembang

meninggal karena penyebab-ibu terkait selama hidupnya adalah sekitar 33 kali lebih

tinggi dibandingkan dengan wanita yang tinggal di negara maju (WHO, 2015).

Angkan kematian ibu AKI Indonesia menurut profil kesehatan Indonesia tahun 2015

adalah 305 per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil survai penduduk antar sensus

(SUPAS) 2015. Angka ini menunjukan penurunan dibandingkan pada tahun 2012 angka

kematian ibu AKI sebesar 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup (Profil

Kesehatan Indonesia,2015).

Faktor utama mortilitas pada ibu di Indonesia ada beberapa hal yaitu akibat dari

perdarahan (30,3%), infeksi (7,5%) dan Pre Eklamsia atau Eklamsia (27,1%),partus lama

(1,8%), abortus (1,6%), lain-lain (40,8%).Infeksi sebagai salah satu penyebab kematian

ibu sebagaian besar terjadi pada saat persalinan dan biasanya terjadi pada kasus ketuban

pecah dini (Kemenkes, 2014).


kehamilan Serotinus atau kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang telah

berlangsung selama 42 minggu (294 hari) atau lebih, pada siklus haid teratur rata-rata 28

hari dan hari pertama haid terakhir diketahui dengan pasti. Diagnosa usia kehamilan lebih

dari 42 minggu didapatkan dari perhitungan rumus neagele atau dengan tinggi fundus

uteri serial (Nugroho, 2012)

Persalinan serotinus dapat menyebabkan komplikasi bagi ibu diantaranya dapat

menyebabkan distosis karena aksi uterus tidak terkoordinir, janin besar, moulding kepala

kurang. Maka akan sering dijumpai seperti partus lama,kesalahan letak,inersia uteri,

distosia bahu, robekan luas jalan lahir, dan perdarahan postpartum. Hal ini akan

menaikan angka mordibitas dan mortalitas (prawirohardjo, 2009). Sedangkan untuk

bayinya persalinan bayi dengan berat lebih dari 4000 gram pada kehamilan posterm

meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan aterm. Makrosomia yang dapat

menyebabkan terjadinya distosia pada persalinan, fraktur klavikula, palsi Erb-Duchene,

sampai kematian bayi (Prawirohardjo, 2009).

Komplikasi terhadap ibu dari ibu yang mengalami kehamilan serotinus yaitu

menimbulkan rasa takut akibat terlambat melahirkan dan perdarahan postpartum yaitu

atonia uteri yang disebabkan oleh janin besar atau penggunaan oxytosin untuk induksi

(Manuaba, 2009). Pada ibu bersalin dengan serotinus morbiditas/mortalitas dapat

meningkat sebagai akibat dari makrosumia janin yang menyebabkan terjadi distosia

persalinan, partus lama, meningkatkan tindakan obstetrik dan persalinan

traumatis/perdarahan postpartum akibat bayi besar. Selain itu, gawat janin atau kematian

perinatal meningkat setelah kehamilan mencapai usia 42 minggu (Prawirohardjo,2009).


Serotinus mempunyai resiko pada ibu dapat berupa perdarahan pasca persalinan

maupun tindakan obstetric yang meningkat. Selain itu, serotinus dapat berpengaruh

terhadap perkembangan janin dan kematian janin. Ada janin yang dalam usia kehamilan

42 minggu atau lebih, berat badannya terus meningkat, ada yang tidak bertambah dan ada

yang lahir dengan berat badan kurang dari semestinya, atau meninggal dalam kandungan

karena kekurangan zat makanan dan oksigen. Kehamilan posterm mempunyai hubungan

yang erat dengan mortalitas, morbiditas, perinatal ataupun makrosomia (Sulaeman dan

Wijayanti, 2013)

Kewenangan bidan dalam persalinan dengan kehamilan lewat waktu termasuk

dalam kompetensi bidan yang ke -4, pengetahuan tambahan yaitu akselerasi dan induksi

persalinan. Dan keterampilan tambahan yaitu memberikan oksitosin dengan tepat untuk

induksi dan akselerasi persalinan dan penanganan perdarahan post partum.

Oleh karena bersalin serotinus dapat menyebabkan partus lama, inersia uteri,

robekan jalan lahir, dan perdarahan post partum maka upaya yang dilakukan oleh RSUD

HJ. ANNA LASMANAH Banjarnegara dengan melakukan tindakan induksi pada kasus

ibu hamil dengan serotinus.

Berdasarkan pra survey yang dilakukan peneliti pada tanggal 30 Desember 2016

di RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara diketahui bahwa jumlah persalinan dengna

serotinus pada tahun 2014 yaitu sekitar 26 dari 2045 persalinan atau sekitar 29,8 % kasus.

Pada tahun 2015 mengalami kenaikan sejumlah 28 dari total persalinan 2354 atau sekitar

32,1% kasus. Sedangkan pada tahun 2016 mengalami kenaikan sebanyak 33 dari total

persalinan 2122 atau sekitar 37,9% kasus.


Berdasarkan data di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian studi

kasus pada Ny x Umur x Tahun G.. P.. A.. Ah.. Umur Kehamilan .. Minggu .. Hari

Dengan Persalinan serotinus diruang Menur di RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara.

A. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah dapat dirumuskan “Bagaimanakah

Asuhan Kebidanan pada Ibu bersalin Patologis Ny. X G…P…A… dengan Persalinan serotinus

di Ruang Menur RSUD Hj.Anna Lasmanah Banjarnegara Tahun 2016?”

B. TUJUAN

1. Tujuan umum

Melaksanakan manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu bersalin Patologis Ny. X

G…P…A… dengan Persalinan serotinus di Ruang Menur RSUD Hj.Anna Lasmanah

Banjarnegara Tahun 2016 menggunakan pendekatan 7 langkah Varney.

2. Tujuan khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian data pada Ibu bersalin Patologis Ny. X G…P…A…

dengan Persalinan serotinus di Ruang Menur RSUD Hj.Anna Lasmanah Banjarnegara

Tahun 2016.

b. Mampu menginterprestasi data untuk mengidentifikasi diagnosa kebidanan, masalah

dan kebutuhan pada pada Ibu bersalin Patologis Ny. X G…P…A… dengan Persalinan

serotinus di Ruang Menur RSUD Hj.Anna Lasmanah Banjarnegara Tahun 2016.


c. Mampu mengidentifikasi data serta merumuskan diagnosa atau masalah potensial pada

pada Ibu bersalin Patologis Ny. X G…P…A… dengan Persalinan serotinus di Ruang

Menur RSUD Hj.Anna Lasmanah Banjarnegara Tahun 2016.

d. Mampu mengidentifikasi tindakan segera atau antisipasi pada pada Ibu bersalin

Patologis Ny. X G…P…A… dengan Persalinan serotinus di Ruang Menur RSUD

Hj.Anna Lasmanah Banjarnegara Tahun 2016

e. Mampu menyusun rencara asuhan kebidanan pada pada Ibu bersalin Patologis Ny. X

G…P…A… dengan Persalinan serotinus di Ruang Menur RSUD Hj.Anna Lasmanah

Banjarnegara Tahun 2016

f. Mampu melaksanakan perencanaan secara efisien dan aman pada pada Ibu bersalin

Patologis Ny. X G…P…A… dengan Persalinan serotinus di Ruang Menur RSUD

Hj.Anna Lasmanah Banjarnegara Tahun 2016

g. Mampu melaksanakan evaluasi pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada pada Ibu

bersalin Patologis Ny. X G…P…A… dengan Persalinan serotinus di Ruang Menur

RSUD Hj.Anna Lasmanah Banjarnegara Tahun 2016.

C. MANFAAT

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dalam kebidanan terutama asuhan

kebidanaan pada Ibu bersalin Patologis Ny. X G…P…A… dengan Persalinan serotinus di

Ruang Menur RSUD Hj.Anna Lasmanah Banjarnegara Tahun 2016

2. Manfaat Praktis

a. Bagi RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara


Dapat dijadikan gambaran bagi petugas kesihatan dalam memberikan asuhan

kebidanan tentang bersalin patologis khususnya kehamilan serotinus.

b. Bagi STIKes Harapan Bangsa Purwokerto

Studi kasus ini bisa dijadikan sebagai bahan pustaka tambahan bagi Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Harapan Bangsa Purwokerto khususnya program

studi DIII Kebidanan dengan menitik beratkan pada pentingnya kesejahteraan ibu dan

anak (safe mother hood).

c. Bagi peneliti

Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan

persalinan serotinus serta penerapan teori yang di peroleh selama pendidikan di

bangku kuliah mengenai asuhan kebidanan pada masa persalian.

d. Bagi pasien

Menambah pengetahuan dan wawasan tentang asuhan kebidanan pada masa

bersalin dengan persalinan serotinus.

Anda mungkin juga menyukai