Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUAN

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi


modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya
pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi
dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar,
analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi
di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Mengingat pentingnya peranan matematika ini, upaya untuk meningkatkan
sistem pengajaran matematika selalu menjadi perhatian, khususnya bagi
pemerintah dan ahli pendidikan matematika. Salah satu upaya nyata yang telah
dilakukan pemerintah terlihat pada penyempurnaan kurikulum matematika.
Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2007 tentang Standar Nasional
Pendidikan membawa implikasi terhadap sistem dan penyelenggaraan pendidikan
termasuk pengembangan dan pelaksanaan kurikulum. Kebijakan pemerintah tersebut
mengamanatkan kepada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah untuk
mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Menurut Depdiknas
(2006), Salah satu tujuan Kurikulum KTSP pelajaran matematika yaitu agar peserta
didik memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien,
dan tepat, dalam pemecahan masalah.
Menurut Rohana (2011:111) Dalam memahami konsep matematika diperlukan
kemampuan generalisasi serta abstraksi yang cukup tinggi. Sedangkan saat ini
penguasaan peserta didik terhadap materi konsep – konsep matematika masih lemah
bahkan dipahami dengan keliru. Sebagaimana yang dikemukakan Ruseffendi (2006:156)
bahwa terdapat banyak peserta didik yang setelah belajar matematika, tidak mampu
memahami bahkan pada bagian yang paling sederhana sekalipun, banyak konsep yang
dipahami secara keliru sehingga matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar, ruwet,
dan sulit. Padahal pemahaman konsep merupakan bagian yang paling penting dalam
pembelajaran matematika seperti yang dinyatakan Zulkardi (2003:7) bahwa ”mata

1 | Seminar Nasional FKIP Universitas Sriwijaya


pelajaran matematika menekankan pada konsep”. Artinya dalam mempelajari
matematika peserta didik harus memahami konsep matematika terlebih dahulu agar
dapat menyelesaikan soal-soal dan mampu mengaplikasikan pembelajaran tersebut di
dunia nyata. Konsep-konsep dalam matematika terorganisasikan secara sistematis, logis,
dan hirarkis dari yang paling sederhana ke yang paling kompleks. Pemahaman terhadap
konsep-konsep matematika merupakan dasar untuk belajar matematika secara bermakna.
Untuk mencapai pemahaman konsep peserta didik dalam matematika bukanlah
suatu hal yang mudah karena pemahaman terhadap suatu konsep matematika dilakukan
secara individual. Setiap peserta didik mempunyai kemampuan yang berbeda dalam
memahami konsep – konsep matematika. Namun demikian peningkatan pemahaman
konsep matematika perlu diupayakan demi keberhasilan peserta didik dalam belajar.
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalah tersebut, guru dituntut untuk profesional
dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus
mampu mendesain pembelajaran matematika dengan metode, teori atau pendekatan yang
mampu menjadikan siswa sebagai subjek belajar bukan lagi objek belajar. Berdasakan
latar belakang masalah, makalah ini mengkaji tentang pemahaman konsep dalam
pembelajaran matematika.

PEMBAHASAN

A. Definisi Pemahaman dan Konsep

Dalam proses mengajar, hal terpenting adalah pencapaian pada tujuan yaitu agar
mahasiswa mampu memahami sesuatu berdasarkan pengalaman belajarnya.
Kemampuan pemahaman ini merupakan hal yang sangat fundamental, karena dengan
pemahaman akan dapat mencapai pengetahuan prosedur.
Menurut Purwanto (1994:44) pemahaman adalah tingkat kemampuan yang
mengharapkan siswa mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang
diketahuinya. Sementara Mulyasa (2005 : 78) menyatakan bahwa pemahaman adalah
kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Selanjutnya Ernawati
(2003:8) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pemahaman adalah kemampuan
menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang

2 | Seminar Nasional FKIP Universitas Sriwijaya


disajikan dalam bentuk lain yang dapat dipahami, mampu memberikan interpretasi dan
mampu mengklasifikasikannya.
Menurut Virlianti (2002:6) mengemukakan bahwa pemahaman adalah konsepsi
yang bisa dicerna atau dipahami oleh peserta didik sehingga mereka mengerti apa yang
dimaksudkan, mampu menemukan cara untuk mengungkapkan konsepsi tersebut, serta
dapat mengeksplorasi kemungkinan yang terkait.
Berdasarkan pengertian pemahaman diatas, penulis menyimpulkan pemahaman
adalah suatu cara yang sistematis dalam memahami dan mengemukakan tentang sesuatu
yang diperolehnya.
Setiap materi pembelajaran matematika berisi sejumlah konsep yang harus
disukai siswa. Pengertian konsep Menurut Ruseffendi (1998:157) adalah suatu ide
abstrak yang memungkinkan kita untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan objek
atau kejadian itu merupakan contoh dan bukan contoh dari ide tersebut.

B. Pemahaman Konsep Matematika

Pemahaman konsep sangat penting, karena dengan penguasaan konsep akan


memudahkan siswa dalam mempelajari matematika. Pada setiap pembelajaran
diusahakan lebih ditekankan pada penguasaan konsep agar siswa memiliki bekal dasar
yang baik untuk mencapai kemampuan dasar yang lain seperti penalaran, komunikasi,
koneksi dan pemecahan masalah.
Penguasan konsep merupakan tingkatan hasil belajar siswa sehingga dapat
mendefinisikan atau menjelaskan sebagian atau mendefinisikan bahan pelajaran dengan
menggunakan kalimat sendiri. Dengan kemampuan siswa menjelaskan atau
mendefinisikan, maka siswa tersebut telah memahami konsep atau prinsip dari suatu
pelajaran meskipun penjelasan yang diberikan mempunyai susunan kalimat yang tidak
sama dengan konsep yang diberikan tetapi maksudnya sama.
Menurut Sanjaya (2009) mengatakan apa yang di maksud pemahaman konsep
adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, dimana
siswa tidak sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi
mampu mengungkapan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan

3 | Seminar Nasional FKIP Universitas Sriwijaya


interprestasi data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur
kognitif yang dimilikinya.
Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan definisi pemahaman
konsep adalah Kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengemukakan kembali ilmu
yang diperolehnya baik dalam bentuk ucapan maupun tulisan kepada orang sehingga
orang lain tersebut benar-benar mengerti apa yang disampaikan.
Mengingat pentingnya pemahaman konsep tersebut, Menurut Hiebert dan
Carpenter (dalam Dafril: 2011). Pengajaran yang menekankan kepada pemahaman
mempunyai sedikitnya lima keuntungan, yaitu:
1. Pemahaman memberikan generative artinya bila seorang telah memahami suatu
konsep, maka pengetahuan itu akan mengakibatkan pemahaman yang lain karena
adanya jalinan antar pengetahuan yang dimiliki siswa sehingga setiap
pengetahuan baru melaui keterkaitan dengan pengetahuan yang sudah ada
sebelumnya.
2. Pemahaman memacu ingatan artinya suatu pengetahuan yang telah dipahami
dengan baik akan diatur dan dihubungkan secara efektif dengan pengetahuan-
pengetahuan yang lain melalui pengorganisasian skema atau pengetahuan secara
lebih efisien di dalam struktur kognitif berfikir sehingga pengetahuan itu lebih
mudah diingat.
3. Pemahaman mengurangi banyaknya hal yang harus diingat artinya jalinan yang
terbentuk antara pengetahuan yang satu dengan yang lain dalam struktur kognitif
siswa yang mempelajarinya dengan penuh pemahaman merupakan jalinan yang
sangat baik.
4. Pemahaman meningkatkan transfer belajar artinya pemahaman suatu konsep
matematika akan diperoleh siswa yang aktif menemukan keserupaan dari
berbagai konsep tersebut. Hal ini akan membantu siswa untuk menganalisis
apakah suatu konsep tertentu dapat diterapkan untuk suatu kondisi tertentu.
5. Pemahaman mempengaruhi keyakinan siswa artinya siswa yang memahami
matematika dengan baik akan mempunyai keyakinan yang positif yang
selanjutnya akan membantu perkembangan pengetahuan matematikanya.

4 | Seminar Nasional FKIP Universitas Sriwijaya


C. Indikator Pemahaman Konsep

Menurut Sanjaya (2009) indikator yang termuat dalam pemahaman konsep


diantaranya :
1. Mampu menerangka secara verbal mengenai apa yang telah dicapainya
2. Mampu menyajikan situasi matematika kedalam berbagai cara serta mengetahui
perbedaan,
3. Mampu mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya
persyaratan yang membentuk konsep tersebut,
4. Mampu menerapkan hubungan antara konsep dan prosedur,
5. Mampu memberikan contoh dan contoh kontra dari konsep yang dipelajari,
6. Mampu menerapkan konsep secara algoritma,
7. Mampu mengembangkan konsep yang telah dipelajari.

Pendapat diatas sejalan dengan Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor


506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2001 tentang rapor pernah diuraikan bahwa
indikator siswa memahami konsep matematika adalah mampu :
1. Menyatakan ulang sebuah konsep,
2. Mengklasifikasi objek menurut tertentu sesuai dengan konsepnya,
3. Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep,
4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis,
5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep,
6. Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu,
7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.

Mengetahui kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika maka perlu


diadakan penilaian terhadap pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika.
Tentang penilaian perkembangan anak didik dicantumkan indikator dari kemampuan
pemahaman konsep sebagai hasil belajar matematika Tim PPPG Matematika 2005:86
(dalam Dafril, 2011) Indikator tersebut adalah :
1) Kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep adalah kemampuan siswa untuk
mengungkapkan kembali apa yang telah dikomunikasikan kepadanya;

5 | Seminar Nasional FKIP Universitas Sriwijaya


Contoh: pada saat siswa belajar maka siswa mampu menyatakan ulang maksud
dari pelajaran itu.
2) Kemampuan mengklafikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan
konsep adalah kemampuan siswa mengelompokkan suatu objek menurut
jenisnya berdasarkan sifat-sifat yang terdapat dalam materi.
Contoh: siswa belajar suatu materi dimana siswa dapat mengelompokkan suatu
objek dari materi tersebut sesuai sifat-sifat yang ada pada konsep.
3) Kemampuan member contoh dan bukan contoh adalah kemampuan siswa untuk
dapat membedakan contoh dan bukan contoh dari suatu materi.
Contoh: siswa dapat mengerti contoh yang benar dari suatu materi dan dapat
mengerti yang mana contoh yang tidak benar
4) Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika
adalah kemampuan siswa memaparkan konsep secara berurutan yang bersifat
matematis.
Contoh: pada saat siswa belajar di kelas, siswa mampu
mempresentasikan/memaparkan suatu materi secara berurutan.
5) Kemampuan mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep
adalah kemampuan siswa mengkaji mana syarat perlu dan mana syarat cukup
yang terkait dalam suatu konsep materi.
Contoh: siswa dapat memahami suatu materi dengan melihat syarat-syarat yang
harus diperlukan/mutlak dan yang tidak diperlukan harus dihilangkan.
6) Kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu adalah
kemampuan siswa menyelesaikan soal dengan tepat sesuai dengan prosedur.
Contoh: dalam belajar siswa harus mampu menyelesaikan soal dengan tepat
sesuai dengan langkah-langkah yang benar.
7) Kemampuan mengklafikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah
adalah kemampuan siswa menggunakan konsep serta prosedur dalam
menyelesaikan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Contoh: dalam belajar siswa mampu menggunakan suatu konsep untuk
memecahkan masalah.

6 | Seminar Nasional FKIP Universitas Sriwijaya


D. Pembelajaran Matematika Untuk Kemampuan Pemahaman Konsep

Pelajaran Matematika sering merupakan momok bagi para siswa. Banyak siswa
dari tingkat dasar sampai tingkat tinggi yang membenci mata pelajaran ini. Kesulitan
yang harus dihadapi dengan berbagai penggunaan logika dan rumus dalam
menyelesaikan soal merupakan kendala dan permasalahan besar. Namun ada teori
belajar matematika yang sebenarnya mudah untuk dilakukan. Menurut Suherman (2001)
Dengan menerapkan teori ini, matematika bukanlah menjadi mata pelajaran yang harus
dihindari. Teori tesebut yaitu:

a. Memahami konsep dan bukan menghapal rumus, maksudnya teori belajar


matematika pertama yang harus diingat adalah bahwa belajar matematika berarti
memahami konsep untuk setiap soal yang dihadirkan. Walau di dalam matematika
ada rumus yang harus dihapal, namun inti dari pelajaran matematika adalah
pemahaman. Seberapa hebat anda dalam menghafal berbagai rumus matematika,
tidak akan bermanfaat jika konsep dasarnya tidak dipahami. Pemahaman konsep
menjadi modal utama dalam menguasai pelajaran matematika. Itulah teori belajar
matematika yang paling utama yang harus dikuasai terlebih dahulu.
b. Belajar dari contoh soal, maksudnya memahami konsep bisa dilakukan dengan
cara membaca berbagai uraian pelajaran matematika. Namun teori saja tidak akan
dapat membuat pemahaman secara lengkap. Diperlukan juga praktik yang artinya
Anda harus belajar dari berbagai soal. Teori belajar matematika kedua yang juga
sangat mudah dilakukan adalah belajar dari contoh soal. Uraian teori yang anda
peroleh harus anda terapkan di dalam berbagai contoh soal. Dengan melihat
bagaimana teori dalam menyelesaikan berbagai soal, anda akan lebih mampu lagi
memahami konsep secara menyeluruh. Soal-soal inilah yang merupakan refleksi
dari bahan pelajaran sebenarnya.
Berdasarkan pendapat diatas bahwa pemahaman konsep matematika
sangatlah penting dikuasai oleh siswa, sehinga siswa tidak lagi hanya menghapal
rumus tetapi dia benar-benar memahami konsep matematika kemudian pemahaman
konsep juga bisa mudah dipahami dengan belajar dari contoh-contoh soal
matematika itu sendiri.

7 | Seminar Nasional FKIP Universitas Sriwijaya


Agar lebih memahami penjelasan pemahaman konsep dalam
pembelajaran matematika, dibawah ini akan di contoh soal pemahaman konsep
berdasarkan indikatornya.

1. Menyatakan ulang sebuah konsep


Contoh soalnya adalah siswa mampu mendefinisikan ulang perkalian dua.
2x1 =2
2x2=2+2 =4
2x3=2+2+2 =6
…….dst
Mendefinisikan perkalian disini maksudnya siswa setelah belajar perkalian ia
mampu menyatakan ulang perkalian dua tersebut.

2. Mengklasifikasi objek sesuai dengan konsepnya.


Maksudnya siswa mampu mengkelompokkan sifat-sifat tertentu suatu objek
menurut jenisnya dan sifat-sifat.
Dalam menyelesaikan Sistem persamaan Linier dimana siswa dapat
mengelompokkan suatu objek dari soal sesuai dengan sifat-sifatnya, sehingga siswa
dapat menyelesaikan sistem persamaan linier tersebut menggunakan berbagai
metode. Seperti metode grafik, eleminasi, substitusi dan gabungan antara eliminasi
& substitusi.
Contoh :
Ibu membeli duah buah potong kain untuk pakaian yang berwarnah hijau dan
kuning. Dari kedua potongan kain tersebut masing-masing berukuran 12 meter yang
berwarna hijau dan 24 meter berwarna kuning. Tentukan :
a. Banyak stel pakaian yang dibuat, jika untuk seorang laki-laki saja
membutuhkan 3 meter kain hijau dan 4 meter kain kuning.
b. Banyak stel pakaian yang dapat dibuat, jika untuk seorang perempuan saja
membutuhkan 4 meter kain hijau dan 6 meter kain kuning.

Untuk menyelesaikan soal seperti ini siswa harus mampu mengelompokkan


menurut jenis dan sifat-sifatnya.

8 | Seminar Nasional FKIP Universitas Sriwijaya


Penyelesaian :
Dik :
Hijau (m) Kuning (m)
Laki –laki (x) 3 4
Perempuan (y) 4 6
Total kain 12 24

Disini telah terjadi pengelompokkan dan akhirnya siswa mampu membentuk model
matematika : 3x + 4y = 12 dan 4x + 6y= 24.
Sehingga siswa dapat menyelesaikan system persamaan linier tersebut
menggunakan salah satu metode yang disebutkan diatas.

3. Kemampuan mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep
maksudnya siswa mampu menganalisa suatu soal mana syarat perlu dan mana syarat
cukup yang terkait dalam suatu konsep materi.
Contoh: siswa dapat memahami suatu materi dengan melihat syarat-syarat yang
harus diperlukan/mutlak dan yang tidak diperlukan harus dihilangkan pada
Persamaan kuadrat yang akar-akar Real, kembar dan imajenir hanya menggunakan
Diskriminan tanpa harus mencari nilai akar-akar Persamaan kuadrat tersebut.
ax2 + bx + c = 0
Dengan Diskriminan (D)
D = b2 – 4ac, Jika :
D>0 : akar-akar Persamaan Kuadratnya beda dan real.
D=0 : akar-akar Persamaan Kuadratnya kembar/sama
D<0 : akar-akarnya imajenir
Biasanya siswa langsung mencari akar-akar persamaan kuadratnya menggunakan
pemfaktoran / melengkapkan kuadrat sempurna / menggunakan rumus.
Contoh :
Tentukan jenis akar Persamaan Kuadrat x2 + x - 6 = 0
Jawab :
D = b2 – 4ac
D = 1 – 4.1.(-6) = 1 + 25 = 26.

9 | Seminar Nasional FKIP Universitas Sriwijaya


Karena D > 0, maka jenis akar real dan berbeda.
Pada saat tertentu biasanya siswa langsung menggunakan pemfaktoran/melengkapi
kuadrat sempurna/rumus untuk menentukan jenis akar persamaan kuadrat.
Kemudian siswa baru menyimpulkan bahwa jenis akar persamaan kuadratnya.

4. Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep, maksudnya siswa dapat
membedakan mana contoh yang benar dari suatu materi dan contoh yang tidak
benar dari suatu konsep materi yang telah dipelajari.
Pada pokok bahasan logika, siswa mampu membedakan suatu kalimat yang
termasuk pernyataan dan bukan pernyataan
Contoh :
a. Semua mahkluk hidup memerlukan oksigen untuk bernapas.
b. Ular digolongkan sebagai hewan mamalia.
Jawaban: kedua kalimat diatas sebagai pernyataan, karena suatu kalimat
digolongkan suatu pernyataan jika kalimat tersebut bisa kita jawab benar atau salah.
Jika benar maka pernyataan tersebut pernyataan yang benar, dan sebaliknya jika
salah maka pernyataan tersebut pernyataan yang salah. Jadi kalimat a pernyataan
yang bernilai benar dan kalimat b pernyataan yang bernilai salah.

5. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis


Maksudnya siswa mampu merepresentasikan soal dalam berbagai bentuk
representasi matematis, seperti dalam grafik, tabel, dan piktogram sehingga orang
lain mampu memahami maksud dari soal tersebut.
Contoh
Dalam suatu kelurahan A diperoleh data pekerjaan warganya, antara lain Pedagang
sebanyak 5 orang, wiraswasta sebanyak 10 orang, Pegawai Negeri Sipil sebanyak
42 orang dan Polri/TNI sebanyak 8 orang.
Dari data tersebut dapat direpresentasikan dalam bentuk diagram/grafik :
a. Diagram batang
b. Diagram Garis
c. Diagram Lingkaran
d. Tabel

10 | Seminar Nasional FKIP Universitas Sriwijaya


e. Piktogram
Data diatas direpresentasikan dalam :
1. Bentuk Tabel :
Tabel Pekerjaan Penduduk di Kelurahan A
No Pekerjaan Frekuensi (orang)
1 Pedagang 5
2 Wiraswasta 10
3 PNS 42
4 TNI/Polri 8
Total Penduduk 65

2. Bentuk diagram batang :

Pekerjan Penduduk Di Kelurahan A


50

40

30
Jumlah
20

10

0
Pedagang Wiraswasta PNS TNI/Polri

11 | Seminar Nasional FKIP Universitas Sriwijaya


DAFTAR PUSTAKA

Dasari, D. 2002. Pengembangan Pembelajaran Matematika Berdasarkan Kurikulum


Berbasis Kompetensi. Proceeding Seminar Nasional 5 Agustus 2002, hal 69-
75.
Depdiknas. 2006a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standar Kompetensi SMP dan
MTs. Jakarta: Depdiknas.
________. 2006b. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 tentang
Standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas
Ernawati. 2003. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa
SMU Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Skripsi Jurusan Pendidikan
Matematika FPMIPA UPI (tidak dipublikasikan).
Dafril, A. 2011. Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Peningkatan Pemahaman
Matematika Siswa. Palembang : Prosiding PGRI. hal 795-796

Herman, Tatang. 2006. Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan


Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa SMP. Disertasi Doktor
Program Pascasarjana UPI (tidak dipublikasikan).
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda Karya
Purwanto, M.N. 1994. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Ruseffendi, E.T.. 2006. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA.
Bandung: Tarsito.
Rohana. 2011. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Pemahaman
Konsep Mahasiswa FKIP Universitas PGRI. Palembang : Prosiding PGRI
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Slavin, Robert E. Educational Psychology: Theory and Practice (Development During
Childhood and Adolescence). Allyn and Bacon Paramount Publishing,
Massachusetts, 1994.

12 | Seminar Nasional FKIP Universitas Sriwijaya


Suherman, Herman. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung :
JICA. Universitas Pendidikan Indonesia
Virlianti, Y. 2002. Analisis Pemahaman Konsep Siswa dalam Memecahkan Masalah
kontekstual pada Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Realistik.
Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UPI (tidak dipublikasikan).
Zulkardi. 2003. Pendidikan Matematika di Indonesia : Beberapa Permasalahan dan
Upaya Penyelesaiannya. Palembang: Unsri.

13 | Seminar Nasional FKIP Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai