Anda di halaman 1dari 73

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Kedokteran keluarga adalah suatu pokok ilmu (body of knowledge) yang
dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu kedokteran (terutama ilmu penyakit
dalam, kesehatan anak, kebidanan dan kandungan, bedah, kesehatan jiwa) dan
diperkaya oleh ilmu perilaku dan ilmu biologi sehingga membentuk suatu
kesatuan yang terpadu untuk mempersiapkan setiap dokter menjalakan peranan
yang unik dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran (tatalaksana
pasien/klien) yang disebut sebagai pelayanan dokter keluarga.1
Dokter keluarga berperan sebagai ujung tombak pelayanan kedokteran
primer Indonesia, diharapkan dapat bercakap-cakap dalam ‘bahasa pasien’nya,
dalam suasana kekeluargaan, dan senantiasa siap melayani kebutuhan pasiennya
baik dalam keadaan sehat maupun dalam keadaan sakit. Pelayanan yang
disediakan dokter keluarga bersifat holistik, komprehensif, dan
berkesinambungan.1
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa. Masa remaja dimulai pada saat anak perempuan mengalami
menstruasi yang pertama atau menarce, sedangkan pada laki-laki yaitu pada saat
keluarnya cairan semen. Waktu terjadi proses kematangan seksual pada laki-laki
dan perempuan berbeda, hal ini dipengaruhi oleh asupan zat gizi pada saat anak-
anak. Remaja adalah mereka yang berusia 10-20 tahun, dan ditandai dengan
perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologi dan aspek
fungsional.3
Faringitis akut didefinisikan sebagai infeksi baik faring maupun tonsil. Ini
adalah penyakit yang sangat umum di kalangan anak-anak dan remaja. Meskipun
virus menyebabkan episode faringitis paling akut, kelompok A Streptococcus
(GABHS) menyebabkan 37% kasus faringitis akut pada anak-anak di atas 5 tahun.
Penyebab bakteri lain dari faringitis adalah Streptococcus Group C (5%) dari total
kasus, C. pneumoniae (1%), M. pneumoniae (1%) dan spesies anaerobik (1%).
Antara virus Rhinovirus, Coronavirus dan Adenovirus menyumbang 30% dari

1
total kasus, virus Epstein Barr untuk virus 1%, Influenza dan Parainfluenza sekitar
4%.4

I.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan dan menerapkan pendekatan kedokteran keluarga
terhadap pasien dan keluarga pasien.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik keluarga
b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
pasien dan keluarga pasien.
c. Mendapatkan pemecahan masalah dari masalah kesehatan pasien dan
keluarga.

I.3 Manfaat
1. Manfaat untuk keluarga
Memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya bahwa keluarga
juga memiliki pernanan yang cukup penting dalam kesembuhan pasien
faringitis.
2. Manfaat untuk dokter muda
Menambah pengetahuan penulis tentang kedokteran keluarga, serta
penatalaksanaan kasus Tonsilofaringitis dengan pendekatan kedokteran
keluarga.
3. Tenaga kesehatan
Sebagai masukan kepada tenaga kesehatan agar setiap memberikan
penatalaksanaan kepada pasien Tonsilofaringitis dilakukan secara
holistik dan komprehensif serta mempertimbangkan aspek keluarga
dalam proses kesembuhan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kedokteran Keluarga


II.1.1 Pengertian Kedokteran Keluarga
Sesuai dengan UU No 40 tahun 2004 bahwa dalam arah kebijakan nasional,
pengembangan dokter keluarga sebagai layanan strata pertama terintegrasi
langsung dengan penataan sub sistem pembiayaan kesehatan yakni sebagai
pemberi layanan pada jaminan kesehatan.1
Pelaksana pelayanan dokter keluarga kita kenal dengan dokter keluarga
(Family doctor, family physician). Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
mendefinisikan dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada
keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit
tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif,
tapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya.1

Kedokteran keluarga adalah suatu pokok ilmu (body of knowledge) yang


dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu kedokteran (terutama ilmu penyakit
dalam, kesehatan anak, kebidanan dan kandungan, bedah, kesehatan jiwa) dan
diperkaya oleh ilmu perilaku dan ilmu biologi sehingga membentuk suatu
kesatuan yang terpadu untuk mempersiapkan setiap dokter menjalakan peranan
yang unik dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran (tatalaksana
pasien/klien) yang disebut sebagai pelayanan dokter keluarga.
Dokter keluarga adalah dokter yang menjalanakan upaya dalam bidang
kedokteran maupun kesehatan, memiliki pengetahuan serta keterampilan melalui
pendidikan khusus di bidang kedokteran keluarga dan mempunyai wewenang
untuk menjalankan praktik dokter keluarga.
Dokter keluarga berperan sebagai ujung tombak pelayanan kedokterasn
primer Indonesia, diharapkan mereka dapat bercakap-cakap dalam ‘bahasa
pasien’nya, dalam suasana kekeluargaan, dan senantiasa siap melayani kebutuhan
pasiennya baik dalam keadaan sehat maupun dalam keadaan sakit. Pasien dalam

3
praktek kedokteran keluarga adalah pengguna jasa pelayanan kesehatan yang
datang atau dirujuk untuk memperoleh pertolongan medis maupun non medis
yang berkaitan dengan masalah kesehatan yang dihadapinya. Pasien ada yang
mempunyai keluhan kesehatan, ada pula yang tidak mempunyai keluhan
kesehatan.1
Definisi Dokter Keluarga menurut Olesen F, Dickinson J dan Hjortdahl
P. dalam jurnal General Practice – “Time for A New Definition”, BMJ;
320:354– 7. 2000, Dokter Keluarga adalah1:

 Dokter yang dididik secara khusus untuk bertugas di lini terdepan


sistem pelayanan kesehatan; bertugas mengambil langkah awal
penyelesaian semua masalah yang mungkin dimiliki pasien.
 Melayani individu dalam masyarakat, tanpa memandang jenis
penyakitnya ataupun karakter personal dan sosialnya, dan
memanfaatkan semua sumber daya yang tersedia dalam system
pelayanan kesehatan untuk semaksimal mungkin kepentingan pasien.
 Berwenang secara mandiri melakukan tindak medis mulai dari
pencegahan, diagnosis, pengobatan, perawatan dan asuhan paliatif,
menggunakan dan memadukan ilmu-ilmu biomedis, psikologi medis
dan sosiologi medis. Secara singkat dapat didefinisikan sebagai Dokter
yang berprofesi khusus sebagai Dokter Praktik Umum yang
menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Tingkat Primer dengan
menerapkan prinsip-prinsip Kedokteran keluarga.
 Berprofesi khusus, karena dididik secara khusus untuk mencapai
standar kompetensi tertentu
 Dokter Praktik Umum, yaitu Dokter yang dalam praktiknya
menampung semua masalah yang dimiliki pasien tanpa memandang
jenis kelamin, status sosial, jenis penyakit, golongan usia, ataupun
sistem organ.
 Pelayanan kesehatan tingkat primerUjung tombak pelayanan
kesehatan tempat kontak pertama dengan pasien untuk selanjutnya
menyelesaikan semua masalah sedini dan sedapat mungkin atau
mengkoordinasikan tindak lanjut yang diperlukan pasien.

4
 Prinsip-prinsip Kedokteran Keluarga, adalah pelayanan yang
komprehensif, kontinyu, koordinatif(kolaboratif), mengutamakan
pencegahan, menimbang keluarga dan komunitasnya

II.1.2 Prinsip Pelayanan Dokter Keluarga


Pelayanan dokter keluarga sebagai UKP strata pertama merupakan
pelayanan yang menggacu pada kepentingan status kesehatan yang setinggi-
tingginya dari pengguna jasa dengan konteks keluarga. Untuk itu dokter keluarga
dituntut untuk memenuhi beberapa prinsip pelayanan ebaga landasan berpikir dan
bertindak. Prinsip-prinsip pelayanan atau pendekatan kedokteran keluarga
bertujuan untuk memberikan atau mewujudkan:1
a. Pelayanan yang holistik dan komprehensif
b. Pelayanan yang bersinambung
c. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
d. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
e. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari
keluarganya
f. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan
lingkungan tempat tinggalnya
g. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum
h. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu
i. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertangungjawabkan

Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat holistik, komprehensif,


dan berkesinambungan. Holistik berarti menyeluruh, yaitu peduli bahwa pasien
adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, sosial dan
spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya. Sedangkan
pelayanan komprehensif adalah pelayanan yang memasukkan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus
(preventive & spesific protection), pemulihan kesehatan (curative), pencegahan
kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation)
dengan memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko legal etika
kedokteran. Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan

5
berkesinambungan, yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara efektif
efisien, proaktif dan terus menerus demi kesehatan pasien.1

II.1.2.1 Dokter Kontak Pertama (First Contact)


Dokter keluarga adalah pemberi layanan kesehatan (provider) yang pertama
kali ditemui pasien/klien dalam menyelesaikan masalah kesehatannya. Pada
kenyataannya 90% masalah kesehatan yang umum terdapat di masyaarakat dapat
ditangai di tingkat pelayanan strata pertama, oleh karena itu dengan dokter
keluarga sebagai kontak pertama, rujukan strata kedua dan ketiga hanya dlakukan
pada pasien yang benar-benar membutuhkan. Dengan demikian Penyelenggaraan
pelayanan menjadi lebih cost effective.

II.1.2.2 Layanan Bersifat Pribadi (Personal Care)


Dokter Keluarga memberikan ayanan yang bersifat pribadi dengan
mempertimbangkan pasien/klien sebagai bagian dari keluarga. Adanya hubungan
baik dengan pasien dan seluruh keluarga memberi peluang kepada seorang dokter
keluarga untuk memahami maslah pasien secara lebih luas. Dengan demikian,
keputusan medisnya dibuat tidak hanya dari aspek medis tetapi juga dengan
mempertimbangkan aspek sosia, budaya, dan ekonomi pasien dan keluarga.

II.1.2.3 Pelayanan Paripurna (Comprehensive)


Dokter keluarga memberikan pelayanan menyeluruh yang memadukan
promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan, dan rehabilitasi dengan
aspek fisik, psikologis, dan sosial-budaya sesuai dengan kebutuhan
pasien/klien.Namun, dalam memberikan layanannya dokter keluarga berangkat
dari paradigma sehat dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif.

II.1.2.4. Pelayanan Bersinambung (Continous Care)


Pelayanan dokter keluarga berpusat pada orangnya (patient-centered) bukan
pada penyakitnya (diseases-centered). Prinsip ini melandasi hubungan jangka
panjang antara dokter keluarga dan pasiennya dengan layanan kesehatan yang

6
sinambung dalam beberapa tahap kehidupan pasien. Dengan demikian layanannya
tidak terbatas pada satu episode penyakit.

II.1.2.5 Mengutamakan Pencegahan (Prevention First)


Karena berangkat dari paradigma sehat, maka upaya pencegahan oleh dokter
keluarga dilaksanakan sedini mungkin sehingga yang sehat dipertahankan sehat
dan yang sakit dipertahankan sehat dan yang sakit dicegah agar tidak menjadi
lebih parah dan segera kembali produktif. Prinsip ini antara lain dilaksanakan
melalui penilaian fakor risiko program imunisasi, konseling, dan monitoring
kesehatan pasien/klien.

II.1.2.6. Koordinasi
Dalam upaya mengatasi masalah pasiennya, dokter keluarga perlu
berkonsultasi dengan disiplin lain, merujuk ke spesialis atau rumah sakit dan
memberi informasi sejelas-jelasnya kepada pasien. Karena itu, dokter keluarga
bertindak sebagai koordinator yang mengurui segala hal yang berkaitan dengan
kesehatan pasien.

II.1.2.7. Kolaborasi
Bila pasien membutuhkan pelayanan yang berada di luar kompetensi, dokter
keluarga bekerja sama dan mendelegasikan pengelolaan pasiennya pada pihak lain
yang memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan medis pasien Dalam hal ini ia
perlu berpartisipasi aktif sebagai anggota tim yang terdiri dari berbagai disiplin.

II.1.2.8 Family Oriented


Dalam mengatasi masalah pasiennya, dokter keluarga mempertimbangkan
konteks keluarga, dampak kondisi pasien terhadap keluarga dan sebaliknya tanpa
mengesampingkan pengaruh lingkungan sosial dan budaya tempat pasien tinggal
dan bekerja.

7
II.1.2.9. Community Oriented
Dokter keluarga mengatasi masalah pasien haruslah tetap memperhatikan
dampak kondisi pasien terhadap komunitas dan sebaliknya.

II.2 Tonsilitis
II.2.1 Definisi
Tonsillitis sendiri adalah inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan
oleh infeki virus atau bakteri. Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh
melalui hidung atau mulut, tonsil berfungsi sebagai filter atau penyaring
menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut dengan sel-sel darah putih.5,6

II.2.2 Epidemiologi
Tonsilitis akut dapat terjadi pada usia berapapun tetapi paling sering pada
anak usia di bawah 9 tahun. Pada bayi di bawah usia 3 tahun dengan tonsilitis
akut, 15% dari kasus yang ditemukan disebabkan oleh bakteri streptokokus,
sisanya itu biasanya virus. Pada anak-anak yang lebih tua, sampai dengan 50%
dari kasus disebabkan streptococus pyogenes. Tonsilitis akut juga dapat terjadi
pada laki-laki dan perempuan dengan jumlah insiden yang sama rata.7,8

II.2.3 Tonsilitis Akut


Tonsilitis akut adalah radang akut pada tonsil akibat infeksi kuman.5
Tonsillitis ini seringkali terjadi mendadak pada anak-anak dengan peningkatan
suhu 1-4 derajat celcius.Tonsilitis akut paling sering terjadi pada anak-anak,
terutama berusia 5 tahun dan 10 tahun. Penyebarannya melalui droplet infection,
yaitu alat makan dan makanan.6

II.2.4 Etiologi
Tonsillitis akut ini lebih disebabkan oleh kuman grup A Streptokokus beta
hemolitikus, pneumokokus, Streptokokus viridian dan Streptokokus piogenes.
Virus terkadang juga menjadi penyebab penyakit ini (Epstein Barr).5

8
II.2.5 Patofisiologi
Penularan penyakit ini terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi
lapisan epitel, kemudian bila kuman ini terkikis maka jaringan limfoid superficial
bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit
polimorfonuklea.6

Saat folikel mengalami peradangan, tonsil akan membengkak dan


membentuk eksudat yang akan mengalir dalam saluran (kanal) lalu keluar dan
mengisi kripta yang terlihat sebagai kotoran putih atau bercak kuning. Kotoran ini
disebut detritus. Detritus sendiri terdiri atas kumpulan leukosit polimorfonuklear,
bakteri yang mati dan epitel tonsil yang terlepas. Tonsilitis akut dengan detritus
yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Tonsilitis akut dengan detritus yang
menyatu lalu membentuk kanal-kanal disebut tonsilitis lakunaris.6

Detritus dapat melebar dan membentuk membran semu (pseudomembran)


yang menutupi tonsil. Adanya pseudomembran ini menjadi alasan utama tonsilitis
akut didiagnosa banding dengan angina Plaut Vincent, angina agranulositosis,
tonsilitis difteri.6

II.2.6 Diagnosis
Penderita tonsilitis akut awalnya mengeluh rasa kering di tenggorok.
Kemudian berubah menjadi rasa nyeri di tenggorok dan rasa nyeri saat menelan.
Makin lama rasa nyeri ini semakin bertambah nyeri sehingga anak menjadi tidak
mau makan. Nyeri hebat ini dapat menyebar sebagai referred pain ke sendi-sendi
dan telinga. Nyeri pada telinga (otalgia) tersebut tersebar melalui nervus
glossofaringeus (IX).5

Keluhan lainnya berupa demam yang suhunya dapat sangat tinggi sampai
menimbulkan kejang pada bayi dan anak-anak. Rasa nyeri kepala, badan lesu dan
nafsu makan berkurang sering menyertai pasien tonsilitis akut. Suara pasien
terdengar seperti orang yang mulutnya penuh terisi makanan panas. Keadaan ini
disebut plummy voice/hot potato voice. Mulut berbau busuk (foetor ex ore) dan
ludah menumpuk dalam kavum oris akibat nyeri telan yang hebat (ptialismus).5,6

9
Pemeriksaan tonsilitis akut ditemukan tonsil yang udem, hiperemis dan
terdapat detritus yang memenuhi permukaan tonsil baik berbentuk folikel, lakuna,
atau pseudomembran. Ismus fausium tampak menyempit. Palatum mole, arkus
anterior dan arkus posterior juga tampak udem dan hiperemis. Kelenjar
submandibula yang terletak di belakang angulus mandibula terlihat membesar dan
ada nyeri tekan.5,6

II.2.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan bakteri yaitu sebuah kultur bakteri jarang diambil dari apus
tenggorok karena biasanya membutuhkan 2-3 hari untuk mendapatkan hasil yang
definitif, dimana waktu pengobatan sudah harus dimulai. Sebaiknya dilakukan
sebuah rapid immunoassay, yang dapat mengidentifikasi organisme penyebab
seperti Streptococcus grup A hanya dalam waktu 10 menit.11

II.2.8 Penatalaksanaan
Tonsilitis akut pada dasarnya termasuk penyakit yang dapat sembuh
sendiri (self-limiting disease) terutama pada pasien dengan daya tahan tubuh yang
baik. Pasien dianjurkan istirahat dan makan makanan yang lunak. Berikan
pengobatan simtomatik berupa analgetik, antipiretik, dan obat kumur yang
mengandung desinfektan. Berikan antibiotik spektrum luas misalnya sulfonamid.

II.2.9 Komplikasi
Meskipun jarang, tonsilitis akut dapat menimbulkan komplikasi lokal yaitu
abses peritonsil, abses parafaring dan pada anak sering menimbulkan otitis media
akut. Komplikasi lain yang bersifat sistemik dapat timbul terutama oleh kuman
Streptokokus beta hemolitikus berupa sepsis dan infeksinya dapat tersebar ke
organ lain seperti bronkus (bronkitis), ginjal (nefritis akut & glomerulonefritis
akut), jantung (miokarditis & endokarditis), sendi (artritis) dan vaskuler (plebitis).

Akibat hipertofi tonsil menybabkan sulit bernafas melalui mulut, tidur


mendengkur/ngorok, gangguan tidur karena terjadi sleep apnea atau obstructive
sleep apnea syndrome (OSAS).5

10
II.3 Faringitis
II.3.1 Definisi
Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus atau
bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat dan
hiperemis, demam, pembesaran kelenjar getah bening leher dan malaise.
Faringitis akut dan tonsillitis akut sering ditemukan bersamasama dan dapat
menyerang semua umur. Penyakit ini ditular melalui kontak dari sekret hidung
dan ludah (droplet infections).5,6

II.3.2 Faringitis Viral


Rinovirus menimbulkan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian akan
menimbulkan faringitis. Gejala dan tanda faringitis viral adalah demam disertai
rinorea, mual, nyeri tenggorokan, sulit menelan.5

Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis. Virus influenza,


coxsachievirus dan cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat. Coxachievirus
dapat menimbulkan lesi vesicular di orofaring dan lesi kulit berupa mauclopapular
rash. Adenovirus selain menimbulkan gejala faringitis, juga menimbulkan gejala
konjungtivitis terutama pada anak. Epstein Barr Virus (EBV) menyebabkan
faringitis yang disertai produksi eksudat pada faring yang banyak. Terdapat
pembesaran kelenjar limfa di seluruh tubuh terutama retroservikal dan
hepatosplenomegali. Faringitis yang disebabkan HIV-1 menimbulkan keluhan
nyeri tenggorok, nyeri menelan, mual, dan demam. Pada pemeriksaan tampak
faring hiperemis, terdapat eksudat, limfadenopati akut di leher dan pasien tampak
lemah.5

Terapinya adalah istirahat dan minum yang cukup. Kumur dengan air
hangat. Analgetika jika perlu dan tablet isap. Antivirus metisoprinol
(Isoprenosine) diberikan pada infeksi herpes simpleks dengan dosis 60-100
mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari pada orang dewasa dan pada anak
<5 tahun diberikan 50 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari.5

11
II.3.3 Faringitis bakterial

Infeksi grup A Streptokokus 𝛽 hemolitikus merupakan penyebab faringitis


akut pada orang dewasa (15%) dan pada anak (30%).9 Gejala dan tandanya adalah
nyeri kepala yang hebat, muntah kadang-kadang disertai demam dengan suhu
yang tinggi, jarang disertai batuk.5

Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis


dan terdapat eksudat di permukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak
petechiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfa leher anterior membesar,
kenyal, dan nyeri pada penekanan.5

Penatalaksanaan :

a. Antibiotik. Diberikan terutama bila diduga penyebab faringitis akut ini


grup A Streptokokus 𝛽 hemolitikus. Penicillin G Banzatin 50.000
U/kgBB, IM dosis tunggal, atau amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3
kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3 x 500 mg selama 6-10 hariatau
eritromisin 4 x 500 mg/hari
b. Kortikosteroid: deksametason 8-16 mg, IM, 1 kali. Pada anak 0.08-0.3
mg/kgBB, IM, 1 kali.
c. Analgetika
d. Kumur dengan air hangat atau antiseptic.

II.3.4 Faringitis Fungal

Kandida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring. Keluhan nyeri
tenggorok dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring
dan mukosa faring lainnya hiperemis. Pembiakan jamur ini dilakukan dalam agar
Saburoud dextrose. Terapi dengan Nystatin 100.000-400.000 2 kali/hari dan
analgetika.5

12
II.4 Remaja
II.4.1 Definisi
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas
lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock,
1992). Pada masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena
tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak
termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Masa
remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi
wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.10

II.4.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja


Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan fisiologis yang bersifat
progresif dan kontinyu dan berlangsung dalam periode tertentu. Perubahan ini
berkisar hanya pada aspek-aspek fisik individu. Masa remaja merupakan masa
peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada saat seorang anak
memasuki masa remaja terjadilah peningkatan hormon seksual. Adanya
peningkatan hormon seksual ini mengakibatkan perubahan yang besar pada tubuh
bahkan pada emosi remaja.11

Pada anak perempuan, masa remaja dimulai 1-2 tahun lebih cepat dari
anak laki-laki yaitu sekitar usia 11-12 tahun, sedangkan pada anak laki-laki terjadi
sekitar 13-14 tahun. Namun, beberapa tahun terakhir ini, oleh karena adanya
pengaruh gizi yang baik serta informasi pornografi yang dilihat anak, maka usia
remaja menjadi semakin muda. Anak perempuan banyak yang sudah mulai baligh
pada usia 9 tahun.11

II.4.3 Pertumbuhan Fisik Remaja

Pertumbuhan fisik adalah perubahan-perubahan fisik yang terjadi dan


merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Terdapat perubahan khusus
yang terjadi pada masa remaja (pubertas), yaitu pertumbuhan tinggi badan yang

13
cepat (pacu tumbuh), dan perubahan komposisi tubuh serta perubahan sistem
sirkulasi dan sistem respirasi yang berhubungan dengan kekuatan dan stamina
tubuh.12

Yang spesifik terjadi dalam pertumbuhan fisik baik pada perempuan


ataupun laki-laki saat remaja adalah kecepatan tumbuhnya.12

1. Perubahan fisik pada remaja laki-laki


 Tubuh bertambah berat dan tinggi
 Tumbuh rambut-rambut halus di daerah pubis, kaki, tangan,
dada, ketiak dan wajah
 Keringat bertambah banyak
 Kulit dan rambut mulai berminyak yang kadang
menimbulkan masalah jerawat.
 Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang
 Tangan dan kaki bertambah besar
 Tulang wajah mulai memanjang dan membesar sehingga
tidak terlihat seperti anak kecil lagi
 Pundak dan dada bertambah besar dan bidang
 Tumbuh jakun
 Suara berubah menjadi berat
 Penis dan buah zakar membesar
 Mimpi basah
2. Perubahan fisik pada remaja perempuan
 Tubuh bertambah berat dan tinggi
 Tumbuh rambut-rambut halus di daerah pubis dan ketiak
 Payudara membesar
 Pinggul melebar
 Kulit dan rambut mulai berminyak
 Keringat bertambah banyak
 Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang

14
 Tulang wajah mulai memanjang dan membesar sehingga
tidak terlihat seperti anak kecil lagi
 Pantat berkembang lebih besar
 Indung telur mulai membesar
 Vagina mulai mengeluarkan cairan

Tabel 1. Perubahan Fisik Remaja.10


Laki-laki Perempuan
Otot dada, bahu, dan lengan Pinggul melebar
melebar
Kening menonjol, rahang dan -
dagu melebar
Perubahan suara -
Pertumbuhan penis Pertumbuhan rahim dan
vagina
Pertumbuhan kumis dan Payudara membesar
cambang
Ejakulasi awal/mimpi basah Menstruasi awal
Pertumbuhan rambut kelamin, Pertumbuhan rambut
ketiak, dada dll kelamin dan ketiak
Pertumbuhan lemak dan Pertumbuhan lemak dan
keringat (jerawat) keringat (jerawat)
Pertumbuhan berat badan dan Pertumbuhan berat badan
tinggi badan dan tinggi badan

Perubahan fisik yang terjadi pada periode pubertas berlangsung


dengan sangat cepat dalam sekuens yang teratur dan berkelanjutan (Gambar 1
dan 2).12

15
Gambar 1. Perubahan fisik pada anak laki-laki selama pubertas.12

Gambar 2. Perubahan fisik pada anak perempuan selama pubertas.12

1. Pertumbuhan tinggi badan


Tinggi badan anak laki-laki bertambah kira-kira 10 cm per tahun,
sedangkan pada perempuan kurang lebih 9 cm per tahun. Secara
keseluruhan pertambahan tinggi badan sekitar 25 cm pada anak
perempuan dan 28 cm pada anak laki-laki. Pertambahan tinggi badan
terjadi dua tahun lebih awal pada anak perempuan dibandingkan anak
laki-laki. Puncak pertumbuhan tinggi badan (peak height velocity) pada
anak perempuan terjadi sekitar usia 12 tahun, sedangkan pada anak laki-
laki pada usia 14 tahun. Pada anak perempuan, pertumbuhan akan
berakhir pada usia 16 tahun sedangkan pada anak laki-laki pada usia 18
tahun. Setelah usia tersebut, pada umumnya pertambahan tinggi badan
hampir selesai. Hormon steroid seks juga berpengaruh terhadap maturase

16
tulang pada lempeng epifisis. Pada akhir pubertas lempeng epifisis akan
menutup dan pertumbuhan tinggi badan akan berhenti.12

2. Perubahan komposisi tubuh


Pertambahan berat badan terutama terjadi karena perubahan
komposisi tubuh, pada anak laki-laki terjadi akibat meningkatnya massa
otot, sedangkan pada anak perempuan terjadi karena meningkatnya massa
lemak. Perubahan komposisi tubuh terjadi karena pengaruh hormon
steroid seks. Perubahan komposisi lemak tubuh (metode Tenner) tertera
pada Tabel 2.12
Tabel 2. Perubahan komposisi lemak tubuh selama pubertas.12
Stadium Tanner Persentasi lemak tubuh
Perempuan
Tanner I 15,7
Tanner II 18,9
Tanner III 21,6
Tanner IV 26,7
Tanner V 26,7
Laki-laki
Tanner I 14,3
Tanner II 11,2
Tanner III 11,2
Tanner IV 11,2
Tanner V 11,2

II.4.4 Perkembangan Pada Remaja

II.4.4.1 Perkembangan Seks sekunder

Perkembangan seks sekunder diakibatkan oleh perubahan sistem hormonal


tubuh yang terjadi selama proses pubertas. Perubahan hormonal akan
menyebabkan terjadi pertumbuhan rambut pubis dan menarke pada anak
perempuan. Pertumbuhan penis, perubahan suara, pertumbuhan rambut di lengan

17
dan muka pada anak laki-laki, serta terjadinya peningkatan produksi minyak
tubuh, meningkatnya aktivitas kelenjar keringat dan timbulnya jerawat.12
Rambut aksila akan tumbuh setelah rambut pubis mencapai P4, sedangkan
kumis dan janggut baru tumbuh belakangan. Rambut aksila bukan merupakan
pertanda pubertas yang baik oleh karena variasi yang sangat besar. Perubahan
suara terjadi karena bertambah panjangnya pita suara akibat pertumbuhan laring
dan pengaruh testosterone terhadap pita suara. Perubahan suara terjadi bersamaan
dengan pertumbuhan penis, umumnya pada pertengahan pubertas. Mimpi basah
atau wet dream terjadi sekitar usia 13-17 tahun, bersamaan dengan puncak
pertumbuhan tinggi badan.12
Pada anak perempuan awal pubertas ditandai oleh timbulnya breast
budding atau tunas payudara pada usia kira-kira 10 tahun, kemudian secara
bertahap payudara berkembang menjadi payudara dewasa pada usia 13-14 tahun.
Rambut pubis mulai tumbuh pada usia 11-12 tahun dan mencapai pertumbuhan
lengkap pada usia 14 tahun. Menarke terjadi dua tahun setelah awitan pubertas,
menarke terjadi pada fase akhir perkembangan pubertas yaitu sekitar 12,5 tahun.
Setelah menstruasi, tinggi badan anak hanya akan bertambah sedikit kemudian
pertambahan tinggi badan akan berhenti. Massa lemak pada perempuan
meningkat pada tahap akhir pubertas, mencapai hampir dua kali lipat massa lemak
sebelum pubertas. Dari survei antropometri di 7 daerah di Indonesia didapatkan
bahwa usai menarke anak Indonesia bervariasi dari 12,5 tahun sampai dengan
13,6 tahun.12

II.4.4.2 Perkembangan organ reproduksi

1. Perkembangan organ reproduksi laki-laki


Organ reproduksi laki-laki terdiri dari:
a. Testis merupakan pabrik testosterone dan mensekresikannya ke
dalam pembuluh darah juga mengandung sel khusus yang
membentuk sperma. Pada laki-laki ukuran testis yang agak sedikit
berbeda antara kanan dan kiri masih dianggap normal.
b. Penis banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf. Dapat
berubah dari yang semula kecil dan lemas menjadi besar dan kaku

18
saat ereksi, ukuran dan bentuk penis bervariasi namun umumnya
bila penis ereksi ukurannya hampir sama.
c. Preputium adalah lekukan kulit yang melindungi glans penis.
Yang sangat penting adalah mempertahankan daerah ini agar tetap
bersih maka setiap hari harus ditarik ke belakang dan glans penis
dicuci. Preputium kadang diambil secara operatif hal ini disebut
sirkumsisi/sunat.
d. Sperma dibentuk terus menerus selama hidup. Bentuknya sangat
kecil dan hanya bisa dilihat melalui mikroskop. Cairan yang putih
dan kental yang diproduksi oleh vesikula seminalis dan kelenjar
prostat bercampur dengan sperma membentuk cairan yang disebut
semen.
e. Epididimis dan saluran uretra serta vas deferens merupakan pipa
saluran untuk jalannya semen. Pada saat puncak rangsang seksual
terjadi orgasme atau ejakulasi yaitu semen dipancarkan keluar dari
ujung penis yang ereksi.

Pada anak laki-laki awal pubertas ditandai dengan


meningkatnya volume testis, ukuran testis menjadi lebih dari 3 mL,
pengukuran testis dilakukan dengan memakai alat orkidometer Prader.
Pembesaran testis pada umumnya terjadi pada usia 9 tahun, kemudian
diikuti oleh pembesaran penis. Pembesaran penis terjadi bersamaan
dengan pacu tumbuh. Ukuran penis dewasa dicapai pada usia 16-17
tahun.12

19
Tabel 3. Stadium Pubertas pada Remaja Laki-laki
Stadium Umur Keterangan
1 10-11 tahun Ukuran penis, testis dan skrotum masih
sama dengan anak-anak
2 12-13 tahun Skrotum dan testis membesar, terdapat
perubahan permukaan kulit skrotum
yang menjadi berwarna lebih gelap.
3 13-14 tahun Penis tumbuh menjadi panjang dan
testis semakin besar, sejalan dengan
semakin panjangnya penis, kepala penis
menjadi lebih besar dan berwarna
semakin gelap. Rambut pubis menjadi
lebih banyak dan di sekitar penis lebih
tebal. Kadang-kadang mulai timbul
kumis.
4 14-15 tahun Penis terus semakin panjang,
pembesaran testis terus berlanjut.
Rambut pubis lebih mendekati keriting
dewasa serta tebal dan kasar. Rambut
tumbuh di muka dan ketiak serta suara
menjadi lebih dalam.
5 16 tahun Pada saat ini remaja mencapai tinggi
dewasa, demikian juga dengan ukuran
penis dan testis. Rambut mulai tumbuh
di badan dan makin lama semakin
banyak di samping juga rambut pubis
dan lengan bawah. Perubahan hormone
juga menyebabkan perubahan tingkah
laku anak dan pembesaran payudara
untuk sementara. Adanya perubahan ini
tidak perlu dicemaskan ini akan hilang

20
sendiri setelah dua tahun. Anak laki-laki
akan sering terjadi ereksi tidak
terkendali dan lebih sering mengalami
mimpi basah.

Tabel 4. Tahap perkembangan pubertas anak pada laki-laki menurut


Tanner.12

Selama pubertas, rangsang seksual mudah sekali terjadi.


Ejakulasi dapat terjadi juga saat tidur. Hal ini disebut juga ejakulasi
malam hari (mimpi basah), yang terjadi secara alamiah dan
merupakan jalan untuk memperbarui semen di dalam tubuh.11
Perkembangan pertumbuhan organ-organ reproduksi pada
remaja akan mempengaruhi kegiatan faal reproduksi yang salah
satunya adalah meningkatnya rangsang-rangsang seksual dari dalam
diri remaja. Hal ini juga dipengaruhi hal-hal dari luar seperti majalah,
film, atau hal-hal lain yang berbau porno. Pada laki-laki salah satu
daerah sensitive adalah alat kelaminnya sendiri.11

Dengan merangsang alat kelaminnya sendiri terjadi ereksi dan berakhir


dengan ejakulasi. Dengan demikian sperma yang tertumpuk akan dilepaskan
secara paksa. Biasanya untuk mengalihkan perhatian remaja dari maslah tersebut,
remaja disarankan untuk melakukan keaktifan lain untuk menyalurkan energinya
misalnya dengan kegiatan hobi atau olahraga.11

21
Gambar 4. Tahapan pubertas pada anak laki-laki menurut Tanner.12

2. Perkembangan organ reproduksi perempuan

Tanda pubertas pada perempuan adalah terjadinya percepatan


pertumbuhan tinggi, buah dada berkembang, tumbuh rambut pada area
pubis dan lengan bawah. Organ reproduksi pada perempuan teridiri dari: 11

a. Vagina merupakan saluran yang sangat elastis panjangnya sekitar


8-10 cm dan berakhir pada rahim. Vagina dilalui oleh darah
menstruasi dan dilewati bayi saat melahirkan. Tempat ini juga
untuk berhubungan kelamin.
b. Uterus (rahim) bentuknya seperti buah pear, berongga dan berotot.
Sebelum hamil beratnya 60gram tetapi mampu membesar seberat
1000gram dan berisi bayi sepanjang 50 cm. Tuba falopii
merupakan dua saluran kanan dan kiri rahim sepanjang 10 cm
terbentang mulai dari atas uterus sampai ke ovarium.
c. Ovarium merupakan dua kelenjar yang memproduksi hormone
seks perempuan. Walaupun ukuran hanya sebesar amandel, tiap
ovarium mengandung 150.000-200.000 ovum (sel telur) setiap
bulan mulai pubertas ovarium biasanya hanya melepas satu ovum.
d. Labium mayora (bibir luar) merupakan bibir yang tebal dan besar
merupakan pintu masuk ke vagina dan uretra. Labium minora

22
(bibir dalam) merupakan lipatan kulit yang menjaga jalan masuk
ke vagina.
e. Klitoris, berada di atas uretra dan dilindungi lipatan labium
minora. Biasanya kecil sebesar kacang polong bentuknya
menyerupai penis terisi dengan darah dan saat ada rangsangan
seksual.
f. Serviks (leher rahim) merupakan daerah bagian bawah rahim yang
berhubungan dengan bagian atas vagina. Serviks memproduksi
cairan berlendir. Hal ini berguna untuk membantu sperma
mencapai uterus dan tuba falopii yang kemudian membuahi ovum.
Proses untuk mempersiapkan uterus tersebut memakan waktu
kira-kira 1 bulan, inilah yang disebut denga siklus menstruasi
walaupun rata-rata bervariasi pada setiap perempuan. Periode ini
juga sangat tidak teratur pada 2-3 tahun pertama mulai menstruasi.
Terdapat perkembangan khusus pada remaja perempuan yaitu:11
a. Konsepsi
Sekitar 14 hari sebelum periode menstruasi yang akan dating satu
ovum dilepas dari ovarium. Konsepsi terjadi saat sekitar ovulasi
namun dipengaruhi oleh keadaan stress, sakit, rangasng seksual
atau perubahan dari keadaan rutin sebelumnya. Untuk terjadinya
konsepsi, diperlukan sperma yang bertemu dengan ovum dalam
tuba falopii dan kemudian hasil konsepsi tersebut berkembang
terus menjadi bayi.
b. Menstruasi
Pada masa awal remaja perempuan mengalami menstruasi
mungkin siklusnya belum teratur dapat terjadi 2 kali dalam
sebulan atau beberapa bulan tidak menstruasi lagi. Apabila siklus
menstruasi sudah pasti maka dapat diramalkan akan berjalan terus
secara teratur sampai sekitar usia 50 tahun.
Beberapa perempuan merasakan kram atau sakit saat
menstruasi ini disebut dysmenorhae. Untuk mengurangi rasa sakit
dapat dilakukan dengan olahraga atau yoga juga dapat diatasi

23
dengan menempatkan botol berisi air panas di perut, apabila
masih belum berkurang maka dapat dipakai obat-obatan.
c. Cairan vagina
Pada saat pubertas dinding vagina menebal dan vagina
memproduksi sedikit cairan. Hal ini dapat dibedakan dengan
sekresi saat siklus menstruasi misalnya pada saat ovulasi cairan
lebih jernih, encer dan tidak lengket seperti putih telur, hal ini
normal dan sehat.

Tabel 1. Tahap perkembangan pubertas anak pada perempuan menurut


Tanner.12

Gambar 3. Tahapan pubertas pada anak perempuan menurut Tanner.12

24
II.4.4.3 Perkembangan Otak Lanjutan

Penelitian menunjukkan masih terjadi perkembangan koneksi saraf-saraf


yang berhubungan dengan emosi dan kemampuan mental sampai masa akhir
remaja. Perkembangan kognitif remaja berupa: 13
 Perkembangan ketrampilan penalaran lanjutan (advanced reasoning
skills), kemampuan berpikir mengenai berbagai opsi dan
kemungkinan, proses berpikir yang lebih logis dan kemampuan
berpikir secara hipotetik, menyangkut bertanya dan menjawab
pertanyaan “bagaimana kalau…?”
 Perkembangan kemampuan berpikir abstrak, contohnya seperti
kejujuran dan kepercayaan.
 Perkembangan kemampuan berpikir mengenai pendapat dalam proses
dikenal seagai meta-cognition yang memungkinkan seorang individu
berpikir mengenai bagaimana perasaannya, apa yang dipikirkan,
bagaimana agar dapat diterima oleh individu lain.
Remaja memperlihatkan tingkat kesadaran diri yang bertamba. Remaja
cenderung menunjukkan “it can’t happen to me syndrome”, akibatnya remaja
mengambil risiko bahaya yang tidak perlu seperti minum dan mengemudi, atau
merokok. Remaja cenderung menunjukkan justice orientation, peka adanya
inkonsisten antara ucapan dan perbuatan orang dewasa. Dalam kondisi ini yang
harus dilakukan orang tua adalah diskusikan bersama mengenai aturan perilaku
dan akibatnya agar remaja lebih berperan aktif dalam menentukan sikapnya dan
berikan kesempatan untuk para remaja untuk ikut dalam mengontrol perilaku yang
berisiko, pelayanan komunitas.13

II.4.5 Perkembangan Jiwa Remaja

Perubahan fisik yang cepat dan terjadi secara berkelanjutan pada remaja
menyebabkan pada remaja sadar dan lebih sensitif terhadap bentuk tubuhnya dan
mencoba membandingkan dengan teman-teman sebaya. Jika perubahan tidak
berlangsung secara lancar makan berpengaruh terhadap perkembangan psikis dan

25
emosi anak, bahkan terkadang timbul ansietas, terutama pada anak perempuan
bila tidak dipersiapkan untuk menghadapinya. Yang tampak akibat perubahan
fisik ini:

 Remaja sering tidur lebih lama, penelitian menunjukkan remaja


membutuhkan tidur lebih lama, rata-rata sekitar 9 1/2 jam pada
malam hari untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhannya yang
begitu cepat.13
 Remaja perempuan sangat sensitif terhadap berat badannya.
Keprihatinan ini timbul akibat kenaikan berat badan yang cepat, 62%
14
remaja dilaporkan berusaha mengurangi berat badannya. Dan 1-
3% remaja perempuan terobsesi dengan berat badannya dan
menimbulkan gangguan makan berat seperti anoreksia nervosa atau
bulimia.15
 Kecepatan perkembangan fisik antar remaja dikelompoknya tidak
sama, dapat lebih cepat (early-maturers) atau lebih lambat (late-
maturers). Maturasi dini pada remaja laki-laki membuatnya lebih
popular dan memegang posisi memimpin di kelompoknya,
sedangkan pada remaja perempuan cenderung menjadi depresi,
gangguan makan dan ansietas.16
Sebaliknya pada orang tua keadaan ini dapat menimbulkan konflik bila
proses anak menjadi dewasa ini tidak dipahami dengan baik.7 Yang harus
dilakukan orang tua terhadap perkembangan fisik remaja:
 Tidak mengkritik atau membandingkan antar remaja
 Anjurkan remaja untuk mendapatkan cukup tidur, mencoba
untuk mengerti bila remaja tidur sampai siang hari di akhir pekan
 Anjurkan dan beri contoh kebiasaan makan sehat
 Anjurkan dan beri contoh latihan fisik, dengan latihan fisik akan
membakar kelebihan kalori dan menguatkan otot-otot serta
membantu remaja menjadi lebih nyaman dengan perubahan
tubuhnya.
 Memberikan pendidikan reproduksi remaja yang benar

26
 Membangun kedekatan emosional dan komunikasi yang baik
dengan anak
 Memberikan pengetahuan agama dan akhlak sejak dini, sehingga
anak sudah memiliki pondasi aqidah dan akhlak yang baik sejak
dini serta pola asuh yang baik dan tepat sejak usia dini.
1. Perkembangan Psikososial
Perubahan psikososial pada remaja dibagi dalam tiga tahap yaitu remaja
awal (early adolescent), pertengahan (middle adolescent), dan akhir (late
adolescent). Periode pertama disebut remaja awal atau early adolescent,
terjadi pada usia 12-14 tahun. Pada masa remaja awal anak-anak terpapar
pada perubahan tubuh yang cepat, adanya akselerasi pertumbuhan, dan
perubahan komposisi tubuh disertai awal pertumbuhan seks sekunder.12

Karakteristik periode remaja awal ditandai oleh terjadinya perubahan-


perubahan psikologis seperti: 12
 Krisis identitas,
 Jiwa yang labil,
 Meningkatnya kemampuan verbal untuk ekspresi diri,
 Pentingnya teman dekat/sahabat,
 Berkurangnya rasa hormat terhadap orangtua, kadang-kadang
berlaku kasar, Menunjukkan kesalahan orangtua,
 Mencari orang lain yang disayangi selain orangtua,
 Kecenderungan untuk berlaku kekanak-kanakan, dan
 Terdapatnya pengaruh teman sebaya (peer group) terhadap hobi
dan cara berpakaian.
Pada fase remaja awal mereka hanya tertarik pada keadaan sekarang,
bukan masa depan, sedangkan secara seksual mulai timbul rasa malu,
ketertarikan terhadap lawan jenis tetapi masih bermain berkelompok dan
mulai bereksperimen dengan tubuh seperti masturbasi. Selanjutnya pada
periode remaja awal, anak juga mulai melakukan eksperimen dengan
rokok, alkohol, atau narkoba. Peran peer group sangat dominan, mereka

27
berusaha membentuk kelompok, bertingkah laku sama, berpenampilan
sama, mempunyai bahasa dan kode atau isyarat yang sama.12
Periode selanjutnya adalah middle adolescent terjadi antara usia
15-17 tahun, yang ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan
sebagai berikut:12
 Mengeluh orangtua terlalu ikut campur dalam kehidupannya,
 Sangat memperhatikan penampilan,
 Berusaha untuk mendapatkan teman baru,
 Tidak atau kurang menghargai pendapat orangtua,
 Sering sedih/moody,
 Mulai menulis buku harian,
 Sangat memperhatikan kelompok main secara selektif dan
kompetitif, dan
 Mulai mengalami periode sedih karena ingin lepas dari orang tua.
Pada periode middle adolescent mulai tertarik akan intelektualitas dan
karir. Secara seksual sangat memperhatikan penampilan, mulai
mempunyai dan sering berganti-ganti pacar. Sangat perhatian terhadap
lawan jenis. Sudah mulai mempunyai konsep role model dan mulai
konsisten terhadap cita-cita.12
Periode late adolescent dimulai pada usia 18 tahun ditandai oleh
tercapainya maturitas fisik secara sempurna. Perubahan psikososial yang
ditemui antara lain:12
 Identitas diri menjadi lebih kuat,
 Mampu memikirkan ide,
 Mampu mengekspresikan perasaan dengan kata-kata,
 Lebih menghargai orang lain,
 Lebih konsisten terhadap minatnya,
 Bangga dengan hasil yang dicapai,
 Selera humor lebih berkembang, dan
 Emosi lebih stabil.

28
Pada fase remaja akhir lebih memperhatikan masa depan, termasuk peran
yang diinginkan nantinya. Mulai serius dalam berhubungan dengan lawan
jenis, dan mulai dapat menerima tradisi dan kebiasaan lingkungan.12
2. Perkembangan Emosional
Beberapa ciri perkembangan emosional pada masa remaja adalah: 10
 Memiliki kapasitas untuk mengembangkan hubungan jangka panjang,
sehat, dan berbalasan. Kemampuan ini akan diperoleh jika individu
memiliki dasar yang telah diperoleh dari perkembangan sebelumnya,
yaitu trust, pengalaman positif di masa lalu, dan pemahaman akan
cinta.
 Memahami perasaan sendiri dan memiliki kemampuan untuk
menganalisis mengapa mereka merasakan perasaan dengan cara
tertentu.
 Mulai mengurangi nilai tentang penampilan dan lebih menekankan
pada nilai kepribadian.
 Setelah memasuki masa remaja, individu memiliki kemampuan untuk
mengelola emosinya. Ia telah mengembangkan kosa kata yang banyak
sehingga dapat mendiskusikan, dan kemudian mempengaruhi keadaan
emosional dirinya maupun orang lain. Faktor lain yang berperan
secara signifikan dalam pengaturan emosi yang dilakukan remaja
adalah meningkatnya sensitivitas remaha terhadap evaluasi yang
diberikan orang lain terhadap mereka, suatu sensitivitas yag dapat
memunculkan kesadaran diri.
 Gender berperan secara signifikan dalam penampilan emosi remaja.
Laki-laki kurang menunjukkan emosi takut selama distress
dibandingkan dengan perempuan. Hal ini didukung oleh keyakinan
pada laki-laki bahwa mereka akan kurang dimengerti dna
dikecilkan/diremehkan oleh orang lain bila menunjukkan emosi
agresif dan mudah diserang (vulnerable).

29
3. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial dan emosional berkaitan sangat erat. Baik
pengaturan emosi (berada dalam kendali emos) maupun ekspresi emosi
(komunikasi efektif tentang emosi) diperlukan bagi keberhasilan
hubungan interpersonal. Selanjutnya, kemajuan perkembangan kognitif
meningkatkan kualitas hubungan interpersonal karena membuat remaja
mampu memahami dengan lebih baik keinginna, kebutuhan, perasaan,
dan motivasi orang lain. Karena itulah, tidak mengherankan, dengan
makin kompleksnya pikiran, emosi, dan identitas pada masa remaja,
hubungan sosialnya pun makin kompleks.10
Pada masa ini, remaja menunjukkan beberapa ciri:10
 Keterlibatan dalam hubungan social pada masa remaja lebih
mendalam dan secara emosional lebih intim dibandingkan dengan
pada masa kanak-kanak.
 Jaringan sosial sangat luas, meliputi jumlah orang yang semakin
banyak dan jenis hubungan yang berbeda (misalnya dalam hubungan
dengan teman sekolah untuk menyelesaikan tugas kelompok,
berinteraksi dengan pimpinan dalam cara yang penuh penghormatan).
 Menurut Erikson, dalam perkembangan psikososial, remaja harus
menyelesaikan krisis yang terjadi pada masa remaja. Istilah krisis
digunakan oleh Erikson untuk menggambarkan suatu rangkaian
konflik internal yang berkaitan dengan tahap perkembangan; cara
seseorang mengatasi krisis akan menentukan identitas pribadinya
maupun perkembangannya di masa datang.

30
BAB III

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH

III.1 IDENTITAS PASIEN

Nama pasien : Ny.R

Usia pasien : 61 Tahun

Alamat pasien : DusunPadan, Desa Keji, Kec.

Muntilan, Magelang – Jawa Tengah

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : SD

Suku : Jawa

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status pernikahan : Menikah

Kunjungan ke Puskesmas : 12 Oktober 2017

Kunjungan rumah : 13 Oktober 2017

Telp / No HP :-

Nama orang terdekat : Ny. Aminah

Orang yang tinggal serumah :

Jumlah anak : Laki-laki : 1 Perempuan : 1

Jumlah cucu : Laki-laki : 0 Perempuan : 0

Jumlah Menantu : Laki-laki : 0 Perempuan : 0

Assesmen dibuat tanggal : 13 Oktober 2017

31
III.2 ANAMNESIS HOLISTIK (Autoanamnesis)

III.2.1 ASPEK KLINIS

1. Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala yang hilang timbul
sejak seminggu yang lalu.

2. Keluhan Tambahan
Pegal-pegal pada tengkuk sejak 3 hari yang lalu.

3. Riwayat penyakit sekarang


Pasien datang ke Puskesmas Muntilan I pada tanggal 12 Oktober
2017dengan keluhan yang dirasakan saat ini adalah nyeri kepala hilang
timbul sejak seminggu yang lalu.Nyeri kepala yang dirasakan seperti
terikat dengan intensitas sedang. Pasien juga merasa nyeri pada tengkuk
sejak 3 hari yang lalu.

Pada tahun 2013,Ny. Rdi diagnosaoleh dokter bahwa pasien


memiliki penyakit Hipertensi dengan hasil pemeriksaan tekanan darah
160/100.Pasien tidak pernah kontrol untuk berobat dan tidak rutin minum
obat. Pasien lupa nama obat penurun tekanan darahnya.

4. Riwayat penyakit dahulu


Pada tahun 2013, Ny. R diketahui oleh dokter bahwa pasien
memiliki penyakit Hipertensi dengan hasil pemeriksaan tekanan darah
160/100. Keluhan yang dialami saat itu adalah sakit kepala yang hilang
timbuldan sulit tidur. Kemudian sejak saat itu pasien diberi obat untuk
penurun tekanan darah untuk 1 minggu, setelah itu tekanan darah
berangsur membaik dan pasien tidak rutin untuk kontrol kembali.

32
5. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan ayah dan ibu pasien memiliki riwayat darah
tinggi dan sudah meninggal 20 tahun yang lalukarena kecelakaan
motor.Ibu pasien meninggal 16 tahun yang lalu karena penyakit jantung.

6. Riwayat personal sosial


a. Riwayat pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah SD

b. Riwayat pekerjaan
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga

c. Riwayat perkawinan
Pasien menikah satu kali pada usia 23 tahundan masih bersama
dengan suaminya hingga saat ini.

d. Riwayat sosial
Kegiatan sehari-hari pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Hubungan dengan tetangga sekitar baik dan keluarga baik.

e. Gaya hidup
Pasien tidak mengkonsumsi alkohol.Pasien juga mengkonsumsi
kopi.Sebelum di diagnosis Hipertensi pasien tidak pernah mengontrol
makanannya sehingga sering mengkonsumsi makanan tinggi garam
dan tinggi kolesterol.Pasien juga tidak pernah berolahraga.

7. Anamnesis sistemik
a. Sistem integumentum : Tidak ada keluhan
b. Sistem muskuloskeletal : Tidak ada keluhan
c. Sistem gastrointestinal : Tidak ada keluhan
d. Sistem urogenital : Tidak ada keluhan
e. Sistem neurologi : Tidak ada keluhan
f. Sistem kardiovaskular : Pasien memiliki tekanan darah
tinggi
g. Sistem respirologi : Tidak ada keluhan

33
III.2.2 ASPEK PERSONAL

Illness merupakan keadaan sakit yang dirasakan oleh manusia yang


didapat dari penyakit tersebut (bersifat subjektif).Illness terdiri dari beberapa
komponen yaitu pemahaman terhadap penyakit.Efek penyakit yang dirasakan
pasien terhadap fungsi hidupnya (pergaulan, pekerjaan), perasaan, dan
harapan.

Komponen illness pada pasien yang terdiri dari aspek :

Tabel 5.Aspek Personal

No. Komponen Pasien

1 Perasaan Pasien merasa khawatir dengan penyakit


yang di deritanya

2 Ide/Pemikiran Pasien mempunyai pemikiran untuk


merubah gaya hidup dan meminum obat
secara rutin sesuai anjuran dokter.

3 Harapan Pasien menginginkan agar keluhannya


berkurang bahkan sembuh.

4 Efek terhadap fungsi social Pasien tidak memiliki keterbatasan dalam


menjalani kegiatan sehari-hari, hanya saja
tubuh nya terasa tidak sekuat dahulu.

34
III.2.3 PEMERIKSAAN FISIK

Kesan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Composmentis

Berat badan : 59 Kg

Tinggi badan : 154 Cm

Indeks massa tubuh : 24.87kg/m2

Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 160/100 mmHg

Nadi : 88 x/menit

Suhu badan : 36,4oC

Pernapasan : 18 x/menit

Pemeriksaan Kulit : tidak ada kelainan

Pemeriksaan Kepala

Bentuk kepala : normocephal

Rambut : distribusi merata, warna hitam beruban.

Pemeriksaan Mata

Palpebra : tidak edema

Konjungtiva : tidak anemis

Sklera : tidak ikterik

Pupil : isokor kanan dan kiri, refleks cahaya langsung


(+/+), refleks cahaya tidak langsung (+/+)

Pemeriksaan Telinga : Dalam batas normal

35
Pemeriksaan Hidung : Sekret (-), septum deviasi (-), edema konka

(-/-).

Pemeriksaan Leher

Kelenjar tiroid : teraba mengikuti pergerakan saat menelan

Kelenjar limfonodi : tidak teraba

JVP : tidak meningkat

Pemeriksaan Dada

Tabel 6. Pemeriksaan Pulmo

Anterior Posterior

Inspeksi Simetris saat statis dan Simetrissaat statis dan dinamis,


dinamis, datar, tidak ada datar, tidak ada pergerakan
pergerakan nafas nafas yang tertinggal
yangtertinggal
Palpasi Vokal fremitus (+/+) Vokal fremitus (+/+)

Perkusi Sonor seluruh lapang paru Sonor seluruh lapang paru

Auskultasi Vesikuler (+/+), Vesikuler (+/+),

wheezing (-/-), ronkhi (-/-) wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Jantung :

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis teraba 3 cm lateral ICS V LMC sinistra

Perkusi : Batas kanan : ICS IV LPS dextra

Batas kiri : 3 cm lateral dari ICS


V LMC sinistraPinggang jantung : ICS III LPS sinistra

36
Auskultasi: S1,S2 regular, murmur (-), gallop (-)

Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : Datar, pergerakan simetris, tidak ada venektasi

Palpasi : Supel, hepar/lien tidak teraba, tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen

Auskultasi: Bising usus (+) normal

Tabel 7.Pemeriksaan Ekstremitas

Ekstremitas Atas Ekstremitas Bawah

Kanan Kiri Kanan Kiri

Kekuatan 5 5 5 5

Tonus Normal Normal normal normal

Klonus - - - -

Reflek patologis - - - -

Reflek fisiologis + + + +

Edema - - - -

III.2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak ada

III.2.5 DIAGNOSIS KERJA

Hipertensi stage II tidak terkontrol

37
III.2.6 PENATALAKSANAAN

 Amlodipine 10 mg 1x1 tab PO


 Hidroklorotiazid 25mg 1x1 PO

III.3 KUNJUNGAN RUMAH

III.3.1 Kondisi pasien

Pada saat kunjungan rumah, kondisi pasien terlihat baik.Pasien sedang


melakukan aktivitas seperti biasa dirumahnya.

III.3.2 Keadaan rumah

a. Lokasi
Dusun Padan, Desa Keji, Kec. Muntilan, Magelang – Jawa Tengah
b. Kondisi rumah
Rumah pasien terletak di permukiman penduduk yang tidak terlalu
padat dan termasuk permukiman perumahan biasa di pedesaan.
c. Luas bangunan
8m x 10 m = 80m2
d. Lantai rumah
Pada ruang tamu dan kamar mandi lantai mengunggunakan semen
tetapi di kamar tidur dan dapur masih beralaskan tanah.

e. Jendela rumah
Terdapat di ruang tamu, dan 2 kamar tidur. Setiap harinyajendela
kamar di buka.

f. Pencahayaan
Cukup baik terdapat jendela di ruang tamu dan kamar tidur

g. Kebersihan dan tata letak ruang


Kebersihan kurang baik. Rumah terdiri dari 1 ruang tamu yang
menyatu dengan ruang keluarga, 1kamar tidur, 1kamar mandi dengan

38
WC yang bersebelahan dengan sumur terbuka, dan dapur kotor yang
menyatu dengan ruang keluarga dan ruang makan.

h. Sanitasi dasar
Limbah rumah tangga di alirkan ke selokan di halaman belakang
rumah, pasien biasa membakar sampah di belakang reumah

i. Halaman
Pasien memiliki halaman rumah yang cukup luas

j. Kesan kebersihan
Kebersihan kurang baik

k. Denah rumah

Gambar 3. Denah dalam rumah

39
Tabel 8. Indikator Rumah Sehat

Indikator Variabel Skor Skor rumah


pasien
(tanda )
Lokasi a. Tidak rawan banjir 3 ˅
b. Rawan banjir 1
Kepadatan rumah a. Tidak padat (>8m2/ orang) 3 ˅
b. Padat (<8m2/ orang) 1
Lantai a. Semen, ubin, keramik, kayu 3 ˅
b. Tanah 1
Pencahayaan a. Cukup 3
b. Tidak cukup 1 ˅
Ventilasi a. Ada 3
b. Tidak ada 1 ˅
Air bersih a. Air kemasan 3
b. Ledeng/ PAM 3
c. Mata air terlindung 2
d. Sumur pompa tangan 2
e. Sumur terlindung 2
f. Sumur tidak terlindung 1 ˅
g. Mata air tidak terlindung 1
h. Lain-lain 1
Pembuangan kotoran a. Leher angsa 3 ˅
Kakus b. Plengsengan 2
c. Cemplung/ cubuk 2
d. Kolam ikan/ sungai/ kebun 1
e. Tidak ada 1
Septic tank a. Jarak > 10 meter 3
b. Lainnya 1 ˅
Kepemilikan WC a. Sendiri 3 ˅
b. Bersama 2
c. Tidak ada 1

40
SPAL a. Saluran tertutup 3 ˅
b. Saluran terbuka 2
c. Tanpa saluran 1
Saluran got a. Mengalir lancer 3 ˅
b. Mengalir lambat 2
c. Tergenang 1
d. Tidak ada got 1
Pengelolaan sampah a. Diangkut petugas 3
b. Ditimbun 2
c. Dibuat kompos 3
d. Dibakar 2 ˅
e. Dibuang ke kali 1
f. Dibuang sembaragan 1
g. Lainnya 1
Polusi udara a. Tidak ada 3 ˅
b. Ada gangguan 1
Bahan bakar masak a. Listrik, gas 3 ˅
b. Minyak tanah 2
c. Kayu bakar 1
d. Arang/ batu bara 1 ˅
Total skor 33

Penetapan skor kategori rumah sehat:

a. Baik : Skor 35-42 (>83%)


b. Sedang : Skor 29-34 (69-83%)
c. Kurang : Skor <29 (<69%)
Pada rumah pasien termasuk ke dalam kategori rumah dalam kondisi
sedang.

41
III.4 PENGAMATAN KELUARGA
III.4.1 DEMOGRAFI
Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam 1 rumah dalam 1 tahun terakhir:

Tabel 9. Daftar Anggota Keluarga Serumah


Kedud
ukan JK Umur Status
Agam Suk Pendidika
Nama dalam (L/P (Tahun Marita Pekerjaan
a u n
Keluar ) ) l
ga
Kepala Tidak
1 Pahroji L 77 Islam Jawa Menikah SLTP
Keluarga Bekerja
Ibu Rumah
2 Rohyati Isteri P 67 Islam Jawa Menikah SD
Tangga
Keterangan:
1. Pekerjaan disebutkan rinci jenis pekerjaan/ jenis aktivitas berkaitan dengan
kedokteran okupasi untuk menilai faktor risiko gangguan kesehatan/ penyakit
akibat kerja.
2. Pendidikan disebutkan jenjang pendidikan terakhir

m:1991

Gambar 4.Genogram (Sumber Tn. P dan Ny.R, dibuat tanggal 13 Oktober 2017
pkl. 13.00)

42
KETERANGAN:

Gambar 6. Genogram Keluarga Ny.N, dibuat tanggal 27 Maret


=2017,
Perempuan = Menikah
narasumber: Ny.N (Pasien), Ny.C (anak pasien).

= Laki - laki

= Keluarga yang meninggal


HT
= Pasien (menderita hipertensi)

III.5 Family Map

=Tinggal satu rumah

Gambar 5. Family Map

Keterangan :
: = hubungan dekat

43
III.6 IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA (APGAR)

Tabel 10. Komponen APGAR

Hampir
Hampir
tidak Kadang-kadang
Komponen Indikator selalu
pernah (1)
(2)
(0)
Saya puas bahwa saya
dapat kembali pada
keluarga (teman-teman)
Adaptation
saya, untuk membantu √
saya pada waktu saya
mendapat kesusahan
Saya puas dengan cara
keluarga (teman-teman)
saya, untuk
Partnership membicarakan sesuatu
dengan saya dan √
mengungkapkan
masalah dengan saya
Saya puas bahwa
keluarga (teman-teman)
saya, menerima dan √
Growth
mendukung keinginan
saya untuk melakukan
aktifitas atau arah baru
Saya puas dengan cara
keluarga (teman-teman)
Affection saya, mengekpresikan
afek dan berespon √
terhadap emosi-emosi

44
saya seperti marah
sedih atau mencintai
Saya puas dengan cara
keluarga (teman-teman)
Resolve saya, dan saya

menyediakan waktu
bersama-sama
Skor total 8

Klasifikasi :

Skor 8-10 : fungsi keluarga sehat


Skor 4-7 : fungsi keluarga kurang sehat
Skor 0-3 : fungsi keluarga sakit
Kesimpulan:Skor total 8, fungsi keluarga sehat

III.7 SUMBER DAYA KELUARGA (FAMILY SCREEM)

Tabel 11.Family Screem

Komponen Sumber daya Patologis

Social Pasien dan keluarga pasien,


memiliki waktu berkumpul
Tidak ada
bersama. Interaksi antar
anggota keluarga cukup baik.

Cultural Pasien terkadang mengikuti


kegiatan di lingkungan tempat
Tidak ada
tinggalnya seperti berkumpul
mengikuti arisan antar
tetangga.

Religious Pasien dan keluarga semua


beragama Islam dan selalu

45
menjalankan ibadah seperti Tidak ada
solat dan mengaji.

Economy Pasien mencukupi kebutuhan Pasien dan suami sudah tidak


sehari-harinya darianak ke 2 bekerja dan hanya
nya yang bekerja sebagai mengandalkan penghasilan
pegawai swasta. anak yang terkadang dirasa
kurang cukup

Education Pendidikan terakhir pasien Pendidikan pasien yang rendah


adalah SD.

Medical Jarak rumah dan tempat


pelayanan kesehatan
(Posyandu, Bidan Desa dan
Puskesmas) cukup dekat. Pasien
memiliki jaminan kesehatan KIS.

Tidak ada

III.8PERJALANAN HIDUP KELUARGA (FAMILY LIFE LINE)


Tabel 12.Family Life Line

Tahun Usia Peristiwa Severity of Illness

1976 26 tahun Pasien menikah


dengan suaminya

Pasien melahirkan
1977 27 tahun anak pertama

Pasien melahirkan
1979 38 tahun anak ke dua

46
Pasien mengalami
1989 39 tahun Pasien melahirkan stress emosional
anak ke tiga ringan, khawatir akan
kehamilan dan usia
melahirkannya yang
sudah tidak muda lagi

43 tahun Pasien mengalami


1993 Pasien didiagnosis stress emosional
menderita hipertensi ringan, khawatir
tentang penyakitnya

Pasien mengalami
Anak kedua
stress psikososial
45 tahun meninggal karena
akibat meninggalnya
1995 lemah jantung pada
anak kedua
usia 7 tahun

Pasien mengalami
Suami pasien
stress psikososial
mengalami stroke
60 Tahun akibat suami
2010 didiagnosis stroke dan
sulit untuk bekerja

47
III.9FAMILY LIFE CYCLE
Pada keluarga termasuk ke dalam bentuk keluarga inti
(nuclearfamily).Sedangkan untuk siklus hidup keluarga termasuk dalam tahap
families in later lifeyaitu keluarga dengan anak pertama keluar rumah atau dalam
arti anak telah memiliki kehidupan baru dengan pasangannya (menikah).

III.10 PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT


Tabel 11. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
No Indikator PHBS Ya Tidak

1. Persalinan di keluarga anda di tolong oleh tenaga kesehatan  

terampil yang dilakukan di fasilitas kesehatan (bukan di 

rumah sendiri) 

2 Pemeriksaan kehamilan minimal selama 4 kali selama hamil  

3 Pemberian ASI eksklusif saja pada bayi sampai usia 6bulan  

4 Balita ditimbang secara rutin (minimal 8 kali setahun)  

5 Keluarga biasa makan dengan gizi seimbang 

6 Menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari  

7 Keluarga biasa BAB di jamban sehat  

8 Membuang sampah pada tempatnya sehari-hari  

9 Menggunakan lantai rumah kedap air (bukan tanah)  

10 Apakah keluarga anda biasa melakukan aktifitas fisik 

Minimal 30 menit perhari 

11 Tidak merokok  

12 Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan sesudah  

BAB 

13 Menggosok gigi minimal 2 kali sehari 

48
14 Membeli/menyimpan /menjual minum-minuman keras 

(bir, alcohol, arak, anggur)/narkoba?  

15 Anggota JPK/Dana Sehat/Asuransi 

Kesehatan/JAMKESMAS (peserta JKN/BPJS)? 

16 Melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

seminggu sekali?

Skor :13 – 16 : Keluarga berperilaku hidup bersih dan sehat


9 – 12 : Keluarga kurang berperilaku hidup bersih dan sehat
<9 : Keluarga tidak berperilaku hidup bersih dan sehat

Kesimpulan : Dari 16 indikator, yang dapat dijawab ya 10 pertanyaan yang


berarti keluarga pasien termasuk Keluargakurang berperilaku hidup bersih dan
sehat.

49
III.11. Konsep HLBloom

Genetik

Ayah dan Ibu dengan riwiayat


hipertensi

Lingkungan
Pelayana Kesehatan
Derajat kesehatan
 Beban ekonomi
 Jarak rumah ke Ny. R
yang dirasa berat
puskesmas tidak
Penderita  Minimnya
terlalu jauh
Hipertensi pengetahuan
 Jumlah dokter di
tentang hipertensi
wilayah kerja
puskesmas cukup

Perilaku

 Setiap hari hanya aktivitas ringan dirumah


 Tidak berolah raga
 Makanan sehari-hari mengkonsumsi garam dengan
jumlah yang belum dibatasi
 Tidak meminum obat hipertensi secara teratur dan
tidak pernah control kembali ke dokter

III.12 DIAGNOSIS HOLISTIK


(1)Aspek Personal
- Alasan kedatangan :
Pasien datang berobat ke puskesmas karena merasa nyeri kepaladan
rasa pegal di leher bagian belakang hinggal pundak

- Harapan :
Pasien memiliki harapan untuk dapat sembuh dan keluhan tidak
bertambah memburuk.

50
- Kekhawatiran :
Pasien khawatir akantekanan darahnya yang kerap kali naik turun
dan bertambah buruk

(2) Aspek Klinis


Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang disimpulkan sebagai berikut :

- Diagnosis kerja :Hipertensi grade II tidak terkontrol

(3) Aspek Internal


- Genetik :
Terdapat faktor genetik dalam keluhan yang dialami pasien yaitu
ayah dan ibu pasien dengan hipertensi.
- Pola makan :
Pasien sudah berusaha mengubah pola kebiasaannya dengan
mengurangi mengkonsumsi makanan yang terlalu asin dan tidak
minum kopi
- Kebiasaan :
Saat ini pasien hanya beraktivitas sebagai ibu rumah tangga dan
terkadang berkumpul denga para tetangga apabila pekerjaan
rumahnya sudah selesai.
- Spiritual :
Pasien percaya bahwa penyakit yang dideritanya adalah factor usia
ketentuan Tuhan YME, pasien juga berdoa agar selalu diberikan
kesehatan.

(4) Aspek Eksternal


Faktor pendukung kesehatan pasien yang berasal dari keluarga ialah
adanya dukungan dari suami dan anak-anaknya dalam
mengupayakan agar pasien mengkonsumsi pola makan gizi
seimbang, menghindari makanan tinggi garam, rutin untuk

51
berolahraga, dan memberitahu agar pasien rutin kontrol ke
Puskesmas dan meminum obat.

(5) Derajat Fungsional


Menurut skala pasien termasuk derajat 1 dimana pasien dapat secara
mandiri melakukan perawatan diri dan melakukan seluruh aktivitasnya
tanpa dibatasi oleh masalah.

Dimana derajat fungsional terdiri dari 5 derajat, yaitu :

- Derajat 1 : Tidak ada kesulitan, dimana pasien dapat hidup


mandiri
- Derajat 2 : Pasien mengalami sedikit kesulitan
- Derajat 3 : Ada beberapa kesulitan, perawatan diri masih bisa
dilakukan, hanya dapat melakukan kerja ringan
- Derajat 4 : Banyak kesulitan. Tak dapat melakukan aktivitas
kerja, tergantung pada keluarga
- Derajat 5 : Tidak dapat melakukan kegiatan

52
III.13 Skala Depresi Geriatri

SKALA DEPRESI GERIATRI

(Geriatric Depression Scale 15-Item / GDS-15)

NILAI RESPON
No. Keadaan yang dialami selama seminggu
YA TIDAK

1. Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda ? 1 0

2. Apakah anda telah banyak meninggalkan kegiatan dan hobi anda ? 0 1

3. Apakah anda merasa kehidupan anda kosong ? 0 1

4. Apakah anda sering merasa bosan ? 0 1

5. Apakah anda masih memiliki semangat hidup ? 1 0

Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada
6. 0 1
anda?

7. Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidupanda ? 1 0

8. Apakah anda sering merasa tidak berdaya ? 0 1

Apakah anda lebuh suka tinggal di rumah, daripada pergi keluar


9. 0 1
untuk mengerjakan sesuatu yang baru ?

Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya


10. 0 1
ingat anda dibandingkan orang lain ?

11. Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang menyenangkan ? 1 0

12. Apakah anda merasa tidak berharga ? 0 1

13. Apakah anda merasa penuh semangat ? 0 1

14. Apakah anda merasa keadaan anda tidak ada harapan ? 0 1

Apakah anda merasa bahwa orang lain lebih baik keadaannya


15. 0 1
daripada anda ?

SKOR 4

53
Interpretasi

1) Normal :0-4

2) Depresi ringan :5-8

3) Depresi sedang : 9 - 11

4) Depresi berat : 12 – 15

III.14 Penilaian ADL

Penilaian Activity Of Daily Living (ADL)

Indeks Barthel merupakan suatu instrument pengkajian yang berfungsi


mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas
serta dapat juga digunakan sebagai kriteria dalam menilai kemampuan
fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan keseimbangan
menggunakan 10 indikator, yaitu :

2. Instrumen Indeks Barthel N

Bagian kuesioner ini diisi oleh peneliti Inisial Pasien

No. Aktivitas Kategori Skor

Pasien

1 Makan 0 = Tidak mampu makan sendiri

5 = Membutuhkan bantuan 10

10 = Mandiri

2 Mandi 0 = Tidak mampu mandi sendiri

5 = Mandiri 5

54
3 Perawatan Diri 0 = Membutuhkan bantuan untuk

perawatan diri

5 = Mandiri wajah/rambut/gigi/ 5

Bercukur

4 Berpakaian 0 = Tidak mampu berpakaian sendiri

5 = Membutuhkan setengah

Bantuan 10

10 = Mandiri (mampu mengancing

sampai merapikan pakaian)

5 Bowel (BAB) 0 = inkontinensia (membutuhkan

enema/ pencahar)

5 = Kadang-Kadang 5

10 = Kontinensia

6 Berkemih 0 = Inkontinensia (menggunakan katater)

5 = Kadang-Kadang 5

10 = Kontinensia

7 Penggunaan toilet 0 = Tidak mampu

5 = Membutuhkan setengah bantuan,

tetapi dapat mengerjakan sendiri 10

10 = Mandiri

8 Berpindah (tempat 0 = Tidak mampu, tidak ada

tidur ke kursi dan Keseimbangan

Sebaliknya 5 = Membutuhkan banyak bantuan

(satu atau dua orang), duduk 15

10 = Membutuhkan sedikit bantuan

55
(verbal atau fisik)

15 = Mandiri

9 Pergerakan (dalam 0 = Tidak mampu mobilisasi, atau< 5 meter

batas yang 5 = Mandiri menggunakan kursi roda

ditentukan) > 5 meter

10 = Berjalan dengan bantuan satu 15

orang (verbal atau fisik) > 5 meter

15 = Mandiri (tetapi masih menggunakan

tongkat untuk berjalan) > 5 meter

10 Naik dan turun 0 = Tidak mampu

Tangga 5 = Membutuhkan bantuan (verbal, fisik,

menggunakan tongkat/berpegangan 10

10 = Mandiri

Total Skor 90

Interpretasi hasil :

>20 : Mandiri

12-19 : Ketergantungan Ringan

9-11 : Ketergantungan Sedang

5-8 : Ketergantungan Berat

0-4 : Ketergantungan Total

56
III.15 MANAJEMEN KOMPREHENSIF

1. Promotif
Edukasi mengenai penyakit Hipertensi stage II kepada pasien dan
keluarganya, mulai dari definisi, penyebab, pencegahan, pengobatan sampai
diet sehat untuk orang dengan Hipertensi dan juga anjuran untuk kontrol
tekanan darah rutin.
2. Preventif
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah memberitahukan pasien
mengenai diet sehat rendah garam, melakukan aktifitas dan berolah raga,
beristirahat dengan cukup dan mengurangi stress.
3. Kuratif
Pelayanan pengobatan yang dilakukan pasien ke puskesmas merupakan
upaya pasien untuk mengobati Hipertensi pada pasien dan pasien
mengonsumsi obat-obatan dari Puskesmas.Pada pasien ini, terapi obat oral
yang diberikan adalah Amlodipine 10 mg tablet 1 kali sehari dan
hidrochlorotiazid 25 mg tablet 1 kali sehari.

4. Rehabilitatif
Belum perlu dilakukan.

III.16 Identifikasi Fungsi-Fungsi Keluarga

a. Fungsi Biologis dan Reproduksi


Dari hasil wawancara didapatkan informasi bahwa saat ini terdapat
riwayat hipertensi pada ayah pasien, tetapi pada keluarga ini (anak pasien)
tidak terdapat riwayat hipertensi. Selama 2 bulan terakhir anggota keluarga
dan pasien tidak mengalami penyakit menular seperti diare, cacar air,
campak, influenza dan TB.

b. Fungsi Keluarga
Pasien tinggal bersama suaminya. Kedua anaknya sudah menikah
dan tinggal di rumah masing-masing. Hubungan antara pasien dengan
anggota keluarga baik. Anggota keluarga selalu memberikan motivasi

57
kepada pasien untuk berperilaku hidup sehat. Jika ada masalah yang
berhubungan dengan keluarga diselesaikan secara musyawarah antara
pasien dan anak-anaknya.Setiap hari terdapat waktu luang yang digunakan
untuk berkumpul untuk makan bersama, menonton TV, dan saling
bercerita. Acara kumpul keluarga dilakukan setiap hari saat waktu makan
siang dan kumpul keluarga besar pasien saat hari raya besar.

c. Fungsi Pendidikan
Pasien menempuh pendidikan SD. Pasien sangat merencanakan
secara detail pendidikan untuk kedua anaknya, maka dari itu kedua anak
pasien menempuh pendidikan di jenjang SMP dan SMA/STM (tidak putus
sekolah).

d. Fungsi Sosial dan Budaya


Pasien tinggal di kawasan pedesaan dan kedudukan keluarga di
tengah lingkungan sosial adalah warga biasa. Pasien seorang ibu rumah
tangga. Aktivitas sehari-hari pasien tidak terganggu, tetapi karena faktor
usianya pasien menjadi lebih cepat lelah.Pergaulan umumnya berasal dari
kalangan menengah kebawah.Tidak ada kepercayaan terhadap mitos atau
hal-hal lain yang berhubungan dengan kesehatan.

e. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan


Sumber penghasilan dalam keluarga berasal dari anaknya.Dari
uang yang diberikan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan
primer,sekunder, dan tersier keluarga. Pengaturan penggunaan dana untuk
pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan oleh pasien. Dari uang yang
diberikan tersebut masih ada yang dapat ditabung, sehingga pasien
memiliki dana simpanan yang dapat digunakan sewaktu-waktu untuk
perawatan lebih lanjut dari penyakit pasien.

f. Fungsi Religius
Pasien dan suami rutin melakukan ibadah di rumah dan kadang -
kadang di masjid.Tidak ada ruangan khusus untuk ibadah di rumah,
beribadah biasa dilakukan di kamar masing-masing.Terkadang pasien juga

58
mengikuti kegiatan pengajian, sehingga pasien dan keluarga mempunyai
keyakinan yang tinggi, tidak mudah menyerah, dan mempunyai motivasi
yang tinggi untuk sembuh dari penyakitnya.

III.17 Pola Konsumsi Makan Pasien dan Keluarga


Frekuensi makan pasien dan keluarga 3 kali sehari.Makanan diolah
sendiri oleh pasien dengan makanan yang bervariasi setiap hari. Variasi
makanan yang dikonsumsi keluarga antara lain nasi, lauk (tahu, tempe,
ayam, telur, ikan), sayur – sayuran serta buah. Sejak didiagnosis menderita
penyakit Hipertensi, pasien sudah jarang mengkonsumsi daging dan
jeroan, mengurangi konsumsi kopi, teh, dan makan makanan tinggi garam.

III.18 Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan


a. Faktor Perilaku Keluarga
Dalam beraktivitas sehari-hari dimana usia pasien 61 tahun pasien
masih dapat melakukan aktivitasnya dirumah. Setiap hari pasien
mengkonsumsi makanan yang diolah sendiri sebanyak 3 kali sehari, pasien
sudah mulai mengurangi konsumsi makanan yang mengandung banyak
garam.Jika keluar rumah lebih sering menggunakan angkutan pribadi.
Suami pasien mengkonsumsi makanan yang dimasak dirumah.
Dirumah tidak terdapat orang yang merokok.
Jika ada anggota keluarga yang sakit, pasien dan keluarga langsung
berobat ke praktek bidan desa, dan untuk pengobatan Hipertensi nya
pasien berobat ke puskesmas.

b. Faktor Non-Perilaku
Terdapat fasilitas pelayanan kesehatan yang sering didatangi oleh
pasien yaitu puskesmas yang berjarak kurang lebih 500 meter dapat
ditempuh dengan angkutan umum dari jalan besar maupun jalan kaki dari
rumah.Pembiayaan pengobatan pasien menggunakan jaminan kesehatan
nasional.

59
III.19 Identifikasi Lingkungan Rumah

- Gambaran Lingkungan
Rumah pasien terletak di pemukiman penduduk yang tidak
terlalu padat dan termasuk pemukiman perumahan biasa di pedesaan,
dengan ukuran luas 80 m2. Secara umum rumah terdiri atas 1 ruang
tamu, 1kamar tidur, dapur, 1 kamar mandi dengan WC. Atap rumah dari
genteng tanpalangit-langit, dinding dari batubata yang belum diplester,
beberapa bagian rumah berlantai semen dan beberapa ruangan masih
berlantaikan tanah.

Sumber air minum, cuci, dan masak dari air sumur.Jumlah kamar
mandi ada 1 dengan ukuran 2x2 m2, dengan bentuk jamban leher angsa.
Jarak septik tank dengan sumber air minum <10 m2. Limbah rumah
tangga dialirkan ke septic tank, serta tempat sampah di luar rumah.

Puseksmas
Muntilan 1

ii

Rumah
Pasien

Gambar 6. Peta Rumah dari Pelayanan Kesehatan

60
III.20 Diagnosis Fungsi-Fungsi Keluarga

1. Fungsi Biologis
Pasien menderita Hipertensi stage II yang terdiagnosis sejak 4 tahun
yang lalu.

2. Fungsi Psikologis
Dari hasil pemeriksaan dengan menggunakan Geriatric Depression
Scale, tidak ditemukan keadaan depresi.Pasien tidak mengalami
gangguan dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

3. Fungsi sosial dan budaya


Pasien kadang mengikuti kegiatan di lingkungan sekitartempat
tinggalnya, seperti berkumpul arisan antar tetangga.

4. Fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan


Sumber keuangan pasien berasal dari anaknya, pasien merasa
kebutuhan sehari-hari tercukupi.Saat ini pasien memiliki jaminan
kesehatan yaitu KIS.

5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi


Pasien dan keluarganya mengerti mengenai masalah kesehatan yang
sedang dialami pasien, keluarga pasien pun selalu mendukung pasien
untuk merubah perilaku hidupnya kearah yang lebih baik.

6. Faktor perilaku
a. Pasien belum menjaga pola makan dengan diet rendah garam.
b. Pasien tidak rutin kontrol memeriksakan diri ke puskesmas.
c. Pasien tidak rutin meminum obat.
d. Pasien jarang berolahraga.

7. Faktor Nonperilaku
Sarana pelayanan kesehatan dari rumah pasien terjangkau.

61
III.21 Risiko, Permasalahan, dan Rencana Pembinaan Kesehatan Keluarga

Tabel 12. Masalah Kesehatan dan Rencana Pembinaan

Risiko dan Masalah


No. Rencana Pembinaan Sasaran
Kesehatan

1. Tekanan darah pasien yang Edukasi dan konseling Pasien


belum stabil tentang penyakit Hipertensi, dan
pengobatan untuk pasien keluarga
Hipertensi

2. Tidak rutin meminum Pembinaan kepada pasien


obat akan pentingnya meminum
obat yang rutin pada penderita
hipertensi dan memberitahu
komplikasi apa saja yang
dapat terjadi

3. Jarang berolahraga Pembinaan kepada pasien


agar melakukan olahraga
ringan seperti berjalan 1 mil
selama 30 menit dilakukan 3
kali dalam seminggu

4. Belum terbiasa Edukasi mengenai perilaku


menggunakan makanan hidup sehat diantaranya
rendah garam dan kopi adalah menjaga pola makan,
dan menghindari stress

5. Stress psikososial pasien


karena menderita hipertensi

62
III.22 Pembinaan dan Hasil Kegiatan

Tabel 13. Pembinaan dan Hasil Kegiatan

Keluarga Hasil
Tanggal Kegiatan yang dilakukan
yang terlibat kegiatan

14 Oktober 2017 Edukasi dan konseling tentang Pasien dan Pengetahuan


penyakit Hipertensi, pola diet keluarga tentang
rendah garam yang benar, Hipertensi
pengobatan untuk pasien meningkat,
Hipertensi, komplikasi lain pasien
yang bisa timbul. memahami
komplikasi
lain yang
bisa timbul
akibat
Hipertensi.

III.23 Kesimpulan Pembinaan Keluarga

1. Tingkat pemahaman
Pemahaman terhadap edukasi dan penyuluhan yang dilakukan baik.

2. Faktor pendukung
(1) Keluarga mampu memahami penjelasan yang diberikan dengan
baik.
(2) Kesadaran keluarga pasien untuk mendukung kesembuhan
pasien sangat baik, sehingga keluarga sangat kooperatif untuk
mengubah perilaku yang tidak baik bagi kesehatan
(3) Makan dengan menu bervariasi dan gizi seimbang.
(4) Keluarga mau memeriksakan diri di puskesmas

63
3. Faktor penyulit:tidak rutin minum obat, kontrol ke puskesmasdan
jarang berolahraga.
4. Indikator keberhasilan
(1) Pengetahuan tentang Hipertensi meningkat sehingga dapat
membantu kesembuhan pasien.
(2) Kesadaran untuk rutin kontrol ke puskesmas dan minum obat.
(3) Kesadaran melakukan aktivitas fisik dan olahraga.
(4) Kesadaran untuk mengontrol pola makan menjadi diet rendah
garam.
(5) Kesadaran untuk dapat mengontrol stress dan emosional.
(6) Keluhan berkurang dan tekanan darah berangsur normal.

64
BAB IV
ANALISIS KASUS

IV.1 ANALISIS KLINIS


Pasien datang ke Puskesmas Muntilan I pada tanggal 12 Oktober
2017dengan keluhan yang dirasakan saat ini adalah nyeri kepala hilang
timbul sejak seminggu yang lalu.Nyeri kepala yang dirasakan seperti
terikat dengan intensitas sedang. Pasien juga merasa nyeri pada tengkuk
sejak 3 hari yang lalu.

Pada tahun 2013,Ny. Rdi diagnosaoleh dokter bahwa pasien


memiliki penyakit Hipertensi dengan hasil pemeriksaan tekanan darah
160/100.Pasien tidak pernah kontrol untuk berobat dan tidak rutin minum
obat. Pasien lupa nama obat penurun tekanan darahnya.

Pasien mengatakan ayah dan ibu pasien memiliki Pada


pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 160/100 mmHg. Status
generalis dalam batas normal. Untuk pemeriksaan penunjang tidak
dilakukan.

Terdapat beberapa hal yang mendukung timbulnya keluhan pasien


menurut teori HL.Bloom, yaitu kesehatan manusia dipengaruhi oleh
beberapa unsur yang berkaitan. Pada kasus pasien kali ini hal yang
berpengaruh pada kesehatan pasien dipengaruhi oleh perilaku pasien yang
masih belum membatasi penggunaan garam pada setiap pengolahan
makanan, pasien tidak pernah mengkonsumsi antihipertensinya dengan
teratur, tidak pernah control kembali ke dokter dan tidak pernah
melakukan aktivitas berolahraga walau dalam kadar ringan.

65
IV.2 ANALISIS HOME VISIT
Pada hasil kunjungan rumah kali ini,pasien tinggal bersama dengan
suaminya di dalam rumah.Sehari-hari suami pasien bekerja sebagai petani dan
dirinya sebagai ibu rumah tangga.
Dari hasil penilaian Family Assesment tools, pasien tinggal bersama
dengan suaminya dalam satu rumah dengan bentuk nuclear family serta siklus
keluarga families in later life. Anak-anaknya tinggal tidak jauh dari tempat yang
ia tempati. Di dalam perangkat genogram, didapati riwayat hipertensi dan dengan
keluhan serupa dari orangtua pasien. Hubungan pasien dengan keluarga cukup
baik. Fungsi keluarga pasien dinilai dengan perangkat APGAR dan keluarga
pasien termasuk dalam kategori keluarga sehat.

IV.3 PRINSIP KEDOKTERAN KELUARGA


1. Holistic Care
Pada pasien ini telah dilakukan anamnesis disease (berkaitan
dengan klinis pasien) dan anamnesis illness (berkaitan dengan
perasaan pasien terhadap penyakitnya), serta tela dilakukan anamnesis
psikososial dan tergali permasalahan klinis dan psikisnya yang saling
berkaitan.

2. Comprehensive Care
Pasien ini telah mendapatkan aspek promotif berupa edukasi
tentang pemgetahuan mengenai hipertensi, gejala klinis hipertensi,
komplikasi hipertensi, rutin minum obat dan kontrol ke puskesmas
Upaya preventif dilakukan dengan menghidari faktor risiko yang dapat
memperburuk keluhan pasien. Upaya kuratif telah dilakukan dengan
pemberian obat yang sesuai. Upaya rehabilitatif dan paliatif belum
dilakukan.

66
3. Personal Care
Pasien telah diberikan kesempatan untuk bertanya, mendapat
informasi tentang penyakit yang dialaminya, serta dapat menyalurkan
ide, perasaan, harapan, dan masalah psikososial yang dihadapi.

4. Continuing Care
Pasien belum pernah mendapatkan kunjungan rumah untuk
mengontrol perkembangan penyakit dan kesehatan pasien terkait
faktor risiko kebiasaan dan perilaku yang dapat memperburuk maupun
memperingan penyakitnya. Namun pasien yang aktif sendiri dalam
memeriksakan ke posyandu lansia tiap bulannya.

5. Patient centered, family focused, and community oriented


Pasien telah melibatkan keluarga satu rumah kepada suaminya
yang berada di dalam rumah dan anak-anaknya yang tinggal dekat
dengannya tentang penyakit yang diderita pasien.

6. Emphasis of preventive medicine


Pencegahan supaya tidak terjadi komplikasi dengan obat telah
didapatkan dari puskesmas, namun pasien tidak rutin meminum obat
karena faktor perilaku pasien. Faktor pencetus di lingkungan sekitar
agak sulit untuk dihindari karena pasien masih mengkonsumsi garam
pada pengolahan makanan tanpa ada batasannya, belum meminum
obat antihipertensi serta control secara rutin.

7. Collaborative and coordinative care


Dalam penanganan pasien yang terlibat adalah dokter dan bidan.
Namun sebaiknya bagian dari promosi kesehatan dapat turut serta
untuk meninjau tempat tinggal pasien karena kaitannya tidak hanya
satu pasien ini saja namun pasien yang lain juga memiliki standar
rumah dan perilaku yang sama dengan pasien ini yang kurang sehat.

67
8. Patient advocacy
Pada pasien telah dijelaskan hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan, penjelasan tentang penyakitnya sesuai kebutuhan pasien.

68
BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil kesimpulan yang di dapat dari data dan


kunjungan rumah pada Ny.R di Dusun Padan, Desa Keji, Kec. Muntilan,
Magelang – Jawa Tengah di dapatkan sebagai berikut :

- Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan Ny.R yaitu terdiri


dari empat hal yaitu factor genetik, perilaku, lingkungan, dan
pelayanan kesehatan. Adapun faktor yang paling berpengaruh adalah
perilaku, dimana pasien tidak rutin control ke puskesmas, tidak rutin
untuk minum obat penurun tekanan darah dan pasien jarang
berolahraga.
- Keluarga memiliki peranan penting dalam proses kesembuhan
penyakit pasien yaitu Hipertensi Grade II pada Ny. R terutama dalam
hal pengawasan minum obat. Peran keluarga untuk meningkatkan
derajat kesehatan dengan peningkatan pengetahuan tentang Hipertensi
Grade II

V.2 Saran

1. Kepada keluarga untuk selalu melakukan pengawasan minum obat


2. Kepada pasien untuk melakukan control rutin tekanan darah setiap
bulan ke puskesmas terdekat, olahraga ringan secara rutin dan
mengatur pola makan yaitu diet rendah garam
3. Kepada tenaga kesehatan untuk juga melakukan pendekatan
kedokteran keluarga dalam menangani kasus Hipertensi Grade II

69
DAFTAR PUSTAKA

1. Anies. 2015. Kedokteran Keluarga dan Pelayanan Kedokteran yang Berprinsip

Pencegahan. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

2.

3. Nurhaedar Jafar, 2005. Pertumbuhan Remaja. Dalam Referat program studi

Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin. Makasar.

4. Regoli, M., Chiappini, E., Bonsignori, F., Galli, L., & de Martino, M. (2011).

Update on the management of acute pharyngitis in children. Italian Journal of

Pediatrics, 37, 10. http://doi.org/10.1186/1824-7288-37-10

5. Soepardi AE, et al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &

Leher. Edisi 7. FKUI : Jakarta. 2012. Hal. 196-198,199-203.

6. Adams GL, Boies LR, Higler PA. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6.

EGC : Jakarta; 1997. Hal. 320-322, 330, 339-340, 342.

7. Bull PD. Lectures Note on Disease of the Ear, Nose, and Throat. Ninth

Edition. Blackwell Science : Sheffield. 2002. P. 111-113, 116-117.

8. Bhargava KB, Bhargava SK, Shah TM. A Short Textbook of ENT for Students

and Practitioners. Seventh Edition. Usha : Mumbai; 2005.P. 226, 243-244,

249-250, 252.

9. Netter FH, et al. Atlas of Human Anatomy. Fifth Edition. P.57

10. Sarwono, S.W. 2010. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

11. Hurlock, E.B. 1990. Psikologi Perkembangan, Suatu Rentang Kehidupan (terj

emahan: Istiwidayanti dan Soedjarwo). Edisi 5. Jakarta: Erlangga.

70
12. Batubara, Jose RL. 2010. Adolescent Development (Perkembangan Remaja).

Sari Pediatri Vol. 12, No.1. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM,

Jakarta.

13. Strauch B. 2017. The primal teen. New York: Doubleday. Dalam: Ruffin N.

Adolescent growth and development. Didapat dari: http://www.ext.vt.edu

14. Center for Disease Control. 2005. Youth risk behaviour survey. Dalam:

Ruffin N. Adolescent growth and development. Didapat dari:

http://www.ext.vt.edu

15. Alonso A, Rodriguez M, Alonso J, Carretero G, Martin M. 2005. Eating

disorders: Prevalence and risk profile among secondary students. Social

Psychiatry Psychiatric Epidemiolog, 40:980-7.

16. Ge X, Conger R, Elder G. 2001. Pubertal transition, stressful life events, and

the emergence of gender differences in adolescent depressive symptoms.

Developmental Psychology, 37:404-17.

71
LAMPIRAN

Gambar Keterangan

Foto Bersama
setelah Kunjungan
Keluarga

Foto Bersama
setelah Kunjungan
Keluarga

Penampakan
kamar pasien

72
Penampakan ruang
keluarga pasien

Penampakan riang
dapur pasien

73

Anda mungkin juga menyukai