PENDAHULUAN
1
total kasus, virus Epstein Barr untuk virus 1%, Influenza dan Parainfluenza sekitar
4%.4
I.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan dan menerapkan pendekatan kedokteran keluarga
terhadap pasien dan keluarga pasien.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik keluarga
b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
pasien dan keluarga pasien.
c. Mendapatkan pemecahan masalah dari masalah kesehatan pasien dan
keluarga.
I.3 Manfaat
1. Manfaat untuk keluarga
Memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya bahwa keluarga
juga memiliki pernanan yang cukup penting dalam kesembuhan pasien
faringitis.
2. Manfaat untuk dokter muda
Menambah pengetahuan penulis tentang kedokteran keluarga, serta
penatalaksanaan kasus Tonsilofaringitis dengan pendekatan kedokteran
keluarga.
3. Tenaga kesehatan
Sebagai masukan kepada tenaga kesehatan agar setiap memberikan
penatalaksanaan kepada pasien Tonsilofaringitis dilakukan secara
holistik dan komprehensif serta mempertimbangkan aspek keluarga
dalam proses kesembuhan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
praktek kedokteran keluarga adalah pengguna jasa pelayanan kesehatan yang
datang atau dirujuk untuk memperoleh pertolongan medis maupun non medis
yang berkaitan dengan masalah kesehatan yang dihadapinya. Pasien ada yang
mempunyai keluhan kesehatan, ada pula yang tidak mempunyai keluhan
kesehatan.1
Definisi Dokter Keluarga menurut Olesen F, Dickinson J dan Hjortdahl
P. dalam jurnal General Practice – “Time for A New Definition”, BMJ;
320:354– 7. 2000, Dokter Keluarga adalah1:
4
Prinsip-prinsip Kedokteran Keluarga, adalah pelayanan yang
komprehensif, kontinyu, koordinatif(kolaboratif), mengutamakan
pencegahan, menimbang keluarga dan komunitasnya
5
berkesinambungan, yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara efektif
efisien, proaktif dan terus menerus demi kesehatan pasien.1
6
sinambung dalam beberapa tahap kehidupan pasien. Dengan demikian layanannya
tidak terbatas pada satu episode penyakit.
II.1.2.6. Koordinasi
Dalam upaya mengatasi masalah pasiennya, dokter keluarga perlu
berkonsultasi dengan disiplin lain, merujuk ke spesialis atau rumah sakit dan
memberi informasi sejelas-jelasnya kepada pasien. Karena itu, dokter keluarga
bertindak sebagai koordinator yang mengurui segala hal yang berkaitan dengan
kesehatan pasien.
II.1.2.7. Kolaborasi
Bila pasien membutuhkan pelayanan yang berada di luar kompetensi, dokter
keluarga bekerja sama dan mendelegasikan pengelolaan pasiennya pada pihak lain
yang memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan medis pasien Dalam hal ini ia
perlu berpartisipasi aktif sebagai anggota tim yang terdiri dari berbagai disiplin.
7
II.1.2.9. Community Oriented
Dokter keluarga mengatasi masalah pasien haruslah tetap memperhatikan
dampak kondisi pasien terhadap komunitas dan sebaliknya.
II.2 Tonsilitis
II.2.1 Definisi
Tonsillitis sendiri adalah inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan
oleh infeki virus atau bakteri. Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh
melalui hidung atau mulut, tonsil berfungsi sebagai filter atau penyaring
menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut dengan sel-sel darah putih.5,6
II.2.2 Epidemiologi
Tonsilitis akut dapat terjadi pada usia berapapun tetapi paling sering pada
anak usia di bawah 9 tahun. Pada bayi di bawah usia 3 tahun dengan tonsilitis
akut, 15% dari kasus yang ditemukan disebabkan oleh bakteri streptokokus,
sisanya itu biasanya virus. Pada anak-anak yang lebih tua, sampai dengan 50%
dari kasus disebabkan streptococus pyogenes. Tonsilitis akut juga dapat terjadi
pada laki-laki dan perempuan dengan jumlah insiden yang sama rata.7,8
II.2.4 Etiologi
Tonsillitis akut ini lebih disebabkan oleh kuman grup A Streptokokus beta
hemolitikus, pneumokokus, Streptokokus viridian dan Streptokokus piogenes.
Virus terkadang juga menjadi penyebab penyakit ini (Epstein Barr).5
8
II.2.5 Patofisiologi
Penularan penyakit ini terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi
lapisan epitel, kemudian bila kuman ini terkikis maka jaringan limfoid superficial
bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit
polimorfonuklea.6
II.2.6 Diagnosis
Penderita tonsilitis akut awalnya mengeluh rasa kering di tenggorok.
Kemudian berubah menjadi rasa nyeri di tenggorok dan rasa nyeri saat menelan.
Makin lama rasa nyeri ini semakin bertambah nyeri sehingga anak menjadi tidak
mau makan. Nyeri hebat ini dapat menyebar sebagai referred pain ke sendi-sendi
dan telinga. Nyeri pada telinga (otalgia) tersebut tersebar melalui nervus
glossofaringeus (IX).5
Keluhan lainnya berupa demam yang suhunya dapat sangat tinggi sampai
menimbulkan kejang pada bayi dan anak-anak. Rasa nyeri kepala, badan lesu dan
nafsu makan berkurang sering menyertai pasien tonsilitis akut. Suara pasien
terdengar seperti orang yang mulutnya penuh terisi makanan panas. Keadaan ini
disebut plummy voice/hot potato voice. Mulut berbau busuk (foetor ex ore) dan
ludah menumpuk dalam kavum oris akibat nyeri telan yang hebat (ptialismus).5,6
9
Pemeriksaan tonsilitis akut ditemukan tonsil yang udem, hiperemis dan
terdapat detritus yang memenuhi permukaan tonsil baik berbentuk folikel, lakuna,
atau pseudomembran. Ismus fausium tampak menyempit. Palatum mole, arkus
anterior dan arkus posterior juga tampak udem dan hiperemis. Kelenjar
submandibula yang terletak di belakang angulus mandibula terlihat membesar dan
ada nyeri tekan.5,6
Pemeriksaan bakteri yaitu sebuah kultur bakteri jarang diambil dari apus
tenggorok karena biasanya membutuhkan 2-3 hari untuk mendapatkan hasil yang
definitif, dimana waktu pengobatan sudah harus dimulai. Sebaiknya dilakukan
sebuah rapid immunoassay, yang dapat mengidentifikasi organisme penyebab
seperti Streptococcus grup A hanya dalam waktu 10 menit.11
II.2.8 Penatalaksanaan
Tonsilitis akut pada dasarnya termasuk penyakit yang dapat sembuh
sendiri (self-limiting disease) terutama pada pasien dengan daya tahan tubuh yang
baik. Pasien dianjurkan istirahat dan makan makanan yang lunak. Berikan
pengobatan simtomatik berupa analgetik, antipiretik, dan obat kumur yang
mengandung desinfektan. Berikan antibiotik spektrum luas misalnya sulfonamid.
II.2.9 Komplikasi
Meskipun jarang, tonsilitis akut dapat menimbulkan komplikasi lokal yaitu
abses peritonsil, abses parafaring dan pada anak sering menimbulkan otitis media
akut. Komplikasi lain yang bersifat sistemik dapat timbul terutama oleh kuman
Streptokokus beta hemolitikus berupa sepsis dan infeksinya dapat tersebar ke
organ lain seperti bronkus (bronkitis), ginjal (nefritis akut & glomerulonefritis
akut), jantung (miokarditis & endokarditis), sendi (artritis) dan vaskuler (plebitis).
10
II.3 Faringitis
II.3.1 Definisi
Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus atau
bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat dan
hiperemis, demam, pembesaran kelenjar getah bening leher dan malaise.
Faringitis akut dan tonsillitis akut sering ditemukan bersamasama dan dapat
menyerang semua umur. Penyakit ini ditular melalui kontak dari sekret hidung
dan ludah (droplet infections).5,6
Terapinya adalah istirahat dan minum yang cukup. Kumur dengan air
hangat. Analgetika jika perlu dan tablet isap. Antivirus metisoprinol
(Isoprenosine) diberikan pada infeksi herpes simpleks dengan dosis 60-100
mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari pada orang dewasa dan pada anak
<5 tahun diberikan 50 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari.5
11
II.3.3 Faringitis bakterial
Penatalaksanaan :
Kandida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring. Keluhan nyeri
tenggorok dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring
dan mukosa faring lainnya hiperemis. Pembiakan jamur ini dilakukan dalam agar
Saburoud dextrose. Terapi dengan Nystatin 100.000-400.000 2 kali/hari dan
analgetika.5
12
II.4 Remaja
II.4.1 Definisi
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas
lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock,
1992). Pada masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena
tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak
termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Masa
remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi
wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.10
Pada anak perempuan, masa remaja dimulai 1-2 tahun lebih cepat dari
anak laki-laki yaitu sekitar usia 11-12 tahun, sedangkan pada anak laki-laki terjadi
sekitar 13-14 tahun. Namun, beberapa tahun terakhir ini, oleh karena adanya
pengaruh gizi yang baik serta informasi pornografi yang dilihat anak, maka usia
remaja menjadi semakin muda. Anak perempuan banyak yang sudah mulai baligh
pada usia 9 tahun.11
13
cepat (pacu tumbuh), dan perubahan komposisi tubuh serta perubahan sistem
sirkulasi dan sistem respirasi yang berhubungan dengan kekuatan dan stamina
tubuh.12
14
Tulang wajah mulai memanjang dan membesar sehingga
tidak terlihat seperti anak kecil lagi
Pantat berkembang lebih besar
Indung telur mulai membesar
Vagina mulai mengeluarkan cairan
15
Gambar 1. Perubahan fisik pada anak laki-laki selama pubertas.12
16
tulang pada lempeng epifisis. Pada akhir pubertas lempeng epifisis akan
menutup dan pertumbuhan tinggi badan akan berhenti.12
17
dan muka pada anak laki-laki, serta terjadinya peningkatan produksi minyak
tubuh, meningkatnya aktivitas kelenjar keringat dan timbulnya jerawat.12
Rambut aksila akan tumbuh setelah rambut pubis mencapai P4, sedangkan
kumis dan janggut baru tumbuh belakangan. Rambut aksila bukan merupakan
pertanda pubertas yang baik oleh karena variasi yang sangat besar. Perubahan
suara terjadi karena bertambah panjangnya pita suara akibat pertumbuhan laring
dan pengaruh testosterone terhadap pita suara. Perubahan suara terjadi bersamaan
dengan pertumbuhan penis, umumnya pada pertengahan pubertas. Mimpi basah
atau wet dream terjadi sekitar usia 13-17 tahun, bersamaan dengan puncak
pertumbuhan tinggi badan.12
Pada anak perempuan awal pubertas ditandai oleh timbulnya breast
budding atau tunas payudara pada usia kira-kira 10 tahun, kemudian secara
bertahap payudara berkembang menjadi payudara dewasa pada usia 13-14 tahun.
Rambut pubis mulai tumbuh pada usia 11-12 tahun dan mencapai pertumbuhan
lengkap pada usia 14 tahun. Menarke terjadi dua tahun setelah awitan pubertas,
menarke terjadi pada fase akhir perkembangan pubertas yaitu sekitar 12,5 tahun.
Setelah menstruasi, tinggi badan anak hanya akan bertambah sedikit kemudian
pertambahan tinggi badan akan berhenti. Massa lemak pada perempuan
meningkat pada tahap akhir pubertas, mencapai hampir dua kali lipat massa lemak
sebelum pubertas. Dari survei antropometri di 7 daerah di Indonesia didapatkan
bahwa usai menarke anak Indonesia bervariasi dari 12,5 tahun sampai dengan
13,6 tahun.12
18
saat ereksi, ukuran dan bentuk penis bervariasi namun umumnya
bila penis ereksi ukurannya hampir sama.
c. Preputium adalah lekukan kulit yang melindungi glans penis.
Yang sangat penting adalah mempertahankan daerah ini agar tetap
bersih maka setiap hari harus ditarik ke belakang dan glans penis
dicuci. Preputium kadang diambil secara operatif hal ini disebut
sirkumsisi/sunat.
d. Sperma dibentuk terus menerus selama hidup. Bentuknya sangat
kecil dan hanya bisa dilihat melalui mikroskop. Cairan yang putih
dan kental yang diproduksi oleh vesikula seminalis dan kelenjar
prostat bercampur dengan sperma membentuk cairan yang disebut
semen.
e. Epididimis dan saluran uretra serta vas deferens merupakan pipa
saluran untuk jalannya semen. Pada saat puncak rangsang seksual
terjadi orgasme atau ejakulasi yaitu semen dipancarkan keluar dari
ujung penis yang ereksi.
19
Tabel 3. Stadium Pubertas pada Remaja Laki-laki
Stadium Umur Keterangan
1 10-11 tahun Ukuran penis, testis dan skrotum masih
sama dengan anak-anak
2 12-13 tahun Skrotum dan testis membesar, terdapat
perubahan permukaan kulit skrotum
yang menjadi berwarna lebih gelap.
3 13-14 tahun Penis tumbuh menjadi panjang dan
testis semakin besar, sejalan dengan
semakin panjangnya penis, kepala penis
menjadi lebih besar dan berwarna
semakin gelap. Rambut pubis menjadi
lebih banyak dan di sekitar penis lebih
tebal. Kadang-kadang mulai timbul
kumis.
4 14-15 tahun Penis terus semakin panjang,
pembesaran testis terus berlanjut.
Rambut pubis lebih mendekati keriting
dewasa serta tebal dan kasar. Rambut
tumbuh di muka dan ketiak serta suara
menjadi lebih dalam.
5 16 tahun Pada saat ini remaja mencapai tinggi
dewasa, demikian juga dengan ukuran
penis dan testis. Rambut mulai tumbuh
di badan dan makin lama semakin
banyak di samping juga rambut pubis
dan lengan bawah. Perubahan hormone
juga menyebabkan perubahan tingkah
laku anak dan pembesaran payudara
untuk sementara. Adanya perubahan ini
tidak perlu dicemaskan ini akan hilang
20
sendiri setelah dua tahun. Anak laki-laki
akan sering terjadi ereksi tidak
terkendali dan lebih sering mengalami
mimpi basah.
21
Gambar 4. Tahapan pubertas pada anak laki-laki menurut Tanner.12
22
(bibir dalam) merupakan lipatan kulit yang menjaga jalan masuk
ke vagina.
e. Klitoris, berada di atas uretra dan dilindungi lipatan labium
minora. Biasanya kecil sebesar kacang polong bentuknya
menyerupai penis terisi dengan darah dan saat ada rangsangan
seksual.
f. Serviks (leher rahim) merupakan daerah bagian bawah rahim yang
berhubungan dengan bagian atas vagina. Serviks memproduksi
cairan berlendir. Hal ini berguna untuk membantu sperma
mencapai uterus dan tuba falopii yang kemudian membuahi ovum.
Proses untuk mempersiapkan uterus tersebut memakan waktu
kira-kira 1 bulan, inilah yang disebut denga siklus menstruasi
walaupun rata-rata bervariasi pada setiap perempuan. Periode ini
juga sangat tidak teratur pada 2-3 tahun pertama mulai menstruasi.
Terdapat perkembangan khusus pada remaja perempuan yaitu:11
a. Konsepsi
Sekitar 14 hari sebelum periode menstruasi yang akan dating satu
ovum dilepas dari ovarium. Konsepsi terjadi saat sekitar ovulasi
namun dipengaruhi oleh keadaan stress, sakit, rangasng seksual
atau perubahan dari keadaan rutin sebelumnya. Untuk terjadinya
konsepsi, diperlukan sperma yang bertemu dengan ovum dalam
tuba falopii dan kemudian hasil konsepsi tersebut berkembang
terus menjadi bayi.
b. Menstruasi
Pada masa awal remaja perempuan mengalami menstruasi
mungkin siklusnya belum teratur dapat terjadi 2 kali dalam
sebulan atau beberapa bulan tidak menstruasi lagi. Apabila siklus
menstruasi sudah pasti maka dapat diramalkan akan berjalan terus
secara teratur sampai sekitar usia 50 tahun.
Beberapa perempuan merasakan kram atau sakit saat
menstruasi ini disebut dysmenorhae. Untuk mengurangi rasa sakit
dapat dilakukan dengan olahraga atau yoga juga dapat diatasi
23
dengan menempatkan botol berisi air panas di perut, apabila
masih belum berkurang maka dapat dipakai obat-obatan.
c. Cairan vagina
Pada saat pubertas dinding vagina menebal dan vagina
memproduksi sedikit cairan. Hal ini dapat dibedakan dengan
sekresi saat siklus menstruasi misalnya pada saat ovulasi cairan
lebih jernih, encer dan tidak lengket seperti putih telur, hal ini
normal dan sehat.
24
II.4.4.3 Perkembangan Otak Lanjutan
Perubahan fisik yang cepat dan terjadi secara berkelanjutan pada remaja
menyebabkan pada remaja sadar dan lebih sensitif terhadap bentuk tubuhnya dan
mencoba membandingkan dengan teman-teman sebaya. Jika perubahan tidak
berlangsung secara lancar makan berpengaruh terhadap perkembangan psikis dan
25
emosi anak, bahkan terkadang timbul ansietas, terutama pada anak perempuan
bila tidak dipersiapkan untuk menghadapinya. Yang tampak akibat perubahan
fisik ini:
26
Membangun kedekatan emosional dan komunikasi yang baik
dengan anak
Memberikan pengetahuan agama dan akhlak sejak dini, sehingga
anak sudah memiliki pondasi aqidah dan akhlak yang baik sejak
dini serta pola asuh yang baik dan tepat sejak usia dini.
1. Perkembangan Psikososial
Perubahan psikososial pada remaja dibagi dalam tiga tahap yaitu remaja
awal (early adolescent), pertengahan (middle adolescent), dan akhir (late
adolescent). Periode pertama disebut remaja awal atau early adolescent,
terjadi pada usia 12-14 tahun. Pada masa remaja awal anak-anak terpapar
pada perubahan tubuh yang cepat, adanya akselerasi pertumbuhan, dan
perubahan komposisi tubuh disertai awal pertumbuhan seks sekunder.12
27
berusaha membentuk kelompok, bertingkah laku sama, berpenampilan
sama, mempunyai bahasa dan kode atau isyarat yang sama.12
Periode selanjutnya adalah middle adolescent terjadi antara usia
15-17 tahun, yang ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan
sebagai berikut:12
Mengeluh orangtua terlalu ikut campur dalam kehidupannya,
Sangat memperhatikan penampilan,
Berusaha untuk mendapatkan teman baru,
Tidak atau kurang menghargai pendapat orangtua,
Sering sedih/moody,
Mulai menulis buku harian,
Sangat memperhatikan kelompok main secara selektif dan
kompetitif, dan
Mulai mengalami periode sedih karena ingin lepas dari orang tua.
Pada periode middle adolescent mulai tertarik akan intelektualitas dan
karir. Secara seksual sangat memperhatikan penampilan, mulai
mempunyai dan sering berganti-ganti pacar. Sangat perhatian terhadap
lawan jenis. Sudah mulai mempunyai konsep role model dan mulai
konsisten terhadap cita-cita.12
Periode late adolescent dimulai pada usia 18 tahun ditandai oleh
tercapainya maturitas fisik secara sempurna. Perubahan psikososial yang
ditemui antara lain:12
Identitas diri menjadi lebih kuat,
Mampu memikirkan ide,
Mampu mengekspresikan perasaan dengan kata-kata,
Lebih menghargai orang lain,
Lebih konsisten terhadap minatnya,
Bangga dengan hasil yang dicapai,
Selera humor lebih berkembang, dan
Emosi lebih stabil.
28
Pada fase remaja akhir lebih memperhatikan masa depan, termasuk peran
yang diinginkan nantinya. Mulai serius dalam berhubungan dengan lawan
jenis, dan mulai dapat menerima tradisi dan kebiasaan lingkungan.12
2. Perkembangan Emosional
Beberapa ciri perkembangan emosional pada masa remaja adalah: 10
Memiliki kapasitas untuk mengembangkan hubungan jangka panjang,
sehat, dan berbalasan. Kemampuan ini akan diperoleh jika individu
memiliki dasar yang telah diperoleh dari perkembangan sebelumnya,
yaitu trust, pengalaman positif di masa lalu, dan pemahaman akan
cinta.
Memahami perasaan sendiri dan memiliki kemampuan untuk
menganalisis mengapa mereka merasakan perasaan dengan cara
tertentu.
Mulai mengurangi nilai tentang penampilan dan lebih menekankan
pada nilai kepribadian.
Setelah memasuki masa remaja, individu memiliki kemampuan untuk
mengelola emosinya. Ia telah mengembangkan kosa kata yang banyak
sehingga dapat mendiskusikan, dan kemudian mempengaruhi keadaan
emosional dirinya maupun orang lain. Faktor lain yang berperan
secara signifikan dalam pengaturan emosi yang dilakukan remaja
adalah meningkatnya sensitivitas remaha terhadap evaluasi yang
diberikan orang lain terhadap mereka, suatu sensitivitas yag dapat
memunculkan kesadaran diri.
Gender berperan secara signifikan dalam penampilan emosi remaja.
Laki-laki kurang menunjukkan emosi takut selama distress
dibandingkan dengan perempuan. Hal ini didukung oleh keyakinan
pada laki-laki bahwa mereka akan kurang dimengerti dna
dikecilkan/diremehkan oleh orang lain bila menunjukkan emosi
agresif dan mudah diserang (vulnerable).
29
3. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial dan emosional berkaitan sangat erat. Baik
pengaturan emosi (berada dalam kendali emos) maupun ekspresi emosi
(komunikasi efektif tentang emosi) diperlukan bagi keberhasilan
hubungan interpersonal. Selanjutnya, kemajuan perkembangan kognitif
meningkatkan kualitas hubungan interpersonal karena membuat remaja
mampu memahami dengan lebih baik keinginna, kebutuhan, perasaan,
dan motivasi orang lain. Karena itulah, tidak mengherankan, dengan
makin kompleksnya pikiran, emosi, dan identitas pada masa remaja,
hubungan sosialnya pun makin kompleks.10
Pada masa ini, remaja menunjukkan beberapa ciri:10
Keterlibatan dalam hubungan social pada masa remaja lebih
mendalam dan secara emosional lebih intim dibandingkan dengan
pada masa kanak-kanak.
Jaringan sosial sangat luas, meliputi jumlah orang yang semakin
banyak dan jenis hubungan yang berbeda (misalnya dalam hubungan
dengan teman sekolah untuk menyelesaikan tugas kelompok,
berinteraksi dengan pimpinan dalam cara yang penuh penghormatan).
Menurut Erikson, dalam perkembangan psikososial, remaja harus
menyelesaikan krisis yang terjadi pada masa remaja. Istilah krisis
digunakan oleh Erikson untuk menggambarkan suatu rangkaian
konflik internal yang berkaitan dengan tahap perkembangan; cara
seseorang mengatasi krisis akan menentukan identitas pribadinya
maupun perkembangannya di masa datang.
30
BAB III
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD
Suku : Jawa
Telp / No HP :-
31
III.2 ANAMNESIS HOLISTIK (Autoanamnesis)
1. Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala yang hilang timbul
sejak seminggu yang lalu.
2. Keluhan Tambahan
Pegal-pegal pada tengkuk sejak 3 hari yang lalu.
32
5. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan ayah dan ibu pasien memiliki riwayat darah
tinggi dan sudah meninggal 20 tahun yang lalukarena kecelakaan
motor.Ibu pasien meninggal 16 tahun yang lalu karena penyakit jantung.
b. Riwayat pekerjaan
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga
c. Riwayat perkawinan
Pasien menikah satu kali pada usia 23 tahundan masih bersama
dengan suaminya hingga saat ini.
d. Riwayat sosial
Kegiatan sehari-hari pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Hubungan dengan tetangga sekitar baik dan keluarga baik.
e. Gaya hidup
Pasien tidak mengkonsumsi alkohol.Pasien juga mengkonsumsi
kopi.Sebelum di diagnosis Hipertensi pasien tidak pernah mengontrol
makanannya sehingga sering mengkonsumsi makanan tinggi garam
dan tinggi kolesterol.Pasien juga tidak pernah berolahraga.
7. Anamnesis sistemik
a. Sistem integumentum : Tidak ada keluhan
b. Sistem muskuloskeletal : Tidak ada keluhan
c. Sistem gastrointestinal : Tidak ada keluhan
d. Sistem urogenital : Tidak ada keluhan
e. Sistem neurologi : Tidak ada keluhan
f. Sistem kardiovaskular : Pasien memiliki tekanan darah
tinggi
g. Sistem respirologi : Tidak ada keluhan
33
III.2.2 ASPEK PERSONAL
34
III.2.3 PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : Composmentis
Berat badan : 59 Kg
Tanda-tanda vital
Nadi : 88 x/menit
Pernapasan : 18 x/menit
Pemeriksaan Kepala
Pemeriksaan Mata
35
Pemeriksaan Hidung : Sekret (-), septum deviasi (-), edema konka
(-/-).
Pemeriksaan Leher
Pemeriksaan Dada
Anterior Posterior
Jantung :
36
Auskultasi: S1,S2 regular, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan Abdomen
Kekuatan 5 5 5 5
Klonus - - - -
Reflek patologis - - - -
Reflek fisiologis + + + +
Edema - - - -
Tidak ada
37
III.2.6 PENATALAKSANAAN
a. Lokasi
Dusun Padan, Desa Keji, Kec. Muntilan, Magelang – Jawa Tengah
b. Kondisi rumah
Rumah pasien terletak di permukiman penduduk yang tidak terlalu
padat dan termasuk permukiman perumahan biasa di pedesaan.
c. Luas bangunan
8m x 10 m = 80m2
d. Lantai rumah
Pada ruang tamu dan kamar mandi lantai mengunggunakan semen
tetapi di kamar tidur dan dapur masih beralaskan tanah.
e. Jendela rumah
Terdapat di ruang tamu, dan 2 kamar tidur. Setiap harinyajendela
kamar di buka.
f. Pencahayaan
Cukup baik terdapat jendela di ruang tamu dan kamar tidur
38
WC yang bersebelahan dengan sumur terbuka, dan dapur kotor yang
menyatu dengan ruang keluarga dan ruang makan.
h. Sanitasi dasar
Limbah rumah tangga di alirkan ke selokan di halaman belakang
rumah, pasien biasa membakar sampah di belakang reumah
i. Halaman
Pasien memiliki halaman rumah yang cukup luas
j. Kesan kebersihan
Kebersihan kurang baik
k. Denah rumah
39
Tabel 8. Indikator Rumah Sehat
40
SPAL a. Saluran tertutup 3 ˅
b. Saluran terbuka 2
c. Tanpa saluran 1
Saluran got a. Mengalir lancer 3 ˅
b. Mengalir lambat 2
c. Tergenang 1
d. Tidak ada got 1
Pengelolaan sampah a. Diangkut petugas 3
b. Ditimbun 2
c. Dibuat kompos 3
d. Dibakar 2 ˅
e. Dibuang ke kali 1
f. Dibuang sembaragan 1
g. Lainnya 1
Polusi udara a. Tidak ada 3 ˅
b. Ada gangguan 1
Bahan bakar masak a. Listrik, gas 3 ˅
b. Minyak tanah 2
c. Kayu bakar 1
d. Arang/ batu bara 1 ˅
Total skor 33
41
III.4 PENGAMATAN KELUARGA
III.4.1 DEMOGRAFI
Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam 1 rumah dalam 1 tahun terakhir:
m:1991
Gambar 4.Genogram (Sumber Tn. P dan Ny.R, dibuat tanggal 13 Oktober 2017
pkl. 13.00)
42
KETERANGAN:
= Laki - laki
Keterangan :
: = hubungan dekat
43
III.6 IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA (APGAR)
Hampir
Hampir
tidak Kadang-kadang
Komponen Indikator selalu
pernah (1)
(2)
(0)
Saya puas bahwa saya
dapat kembali pada
keluarga (teman-teman)
Adaptation
saya, untuk membantu √
saya pada waktu saya
mendapat kesusahan
Saya puas dengan cara
keluarga (teman-teman)
saya, untuk
Partnership membicarakan sesuatu
dengan saya dan √
mengungkapkan
masalah dengan saya
Saya puas bahwa
keluarga (teman-teman)
saya, menerima dan √
Growth
mendukung keinginan
saya untuk melakukan
aktifitas atau arah baru
Saya puas dengan cara
keluarga (teman-teman)
Affection saya, mengekpresikan
afek dan berespon √
terhadap emosi-emosi
44
saya seperti marah
sedih atau mencintai
Saya puas dengan cara
keluarga (teman-teman)
Resolve saya, dan saya
√
menyediakan waktu
bersama-sama
Skor total 8
Klasifikasi :
45
menjalankan ibadah seperti Tidak ada
solat dan mengaji.
Tidak ada
Pasien melahirkan
1977 27 tahun anak pertama
Pasien melahirkan
1979 38 tahun anak ke dua
46
Pasien mengalami
1989 39 tahun Pasien melahirkan stress emosional
anak ke tiga ringan, khawatir akan
kehamilan dan usia
melahirkannya yang
sudah tidak muda lagi
Pasien mengalami
Anak kedua
stress psikososial
45 tahun meninggal karena
akibat meninggalnya
1995 lemah jantung pada
anak kedua
usia 7 tahun
Pasien mengalami
Suami pasien
stress psikososial
mengalami stroke
60 Tahun akibat suami
2010 didiagnosis stroke dan
sulit untuk bekerja
47
III.9FAMILY LIFE CYCLE
Pada keluarga termasuk ke dalam bentuk keluarga inti
(nuclearfamily).Sedangkan untuk siklus hidup keluarga termasuk dalam tahap
families in later lifeyaitu keluarga dengan anak pertama keluar rumah atau dalam
arti anak telah memiliki kehidupan baru dengan pasangannya (menikah).
rumah sendiri)
11 Tidak merokok
BAB
48
14 Membeli/menyimpan /menjual minum-minuman keras
seminggu sekali?
49
III.11. Konsep HLBloom
Genetik
Lingkungan
Pelayana Kesehatan
Derajat kesehatan
Beban ekonomi
Jarak rumah ke Ny. R
yang dirasa berat
puskesmas tidak
Penderita Minimnya
terlalu jauh
Hipertensi pengetahuan
Jumlah dokter di
tentang hipertensi
wilayah kerja
puskesmas cukup
Perilaku
- Harapan :
Pasien memiliki harapan untuk dapat sembuh dan keluhan tidak
bertambah memburuk.
50
- Kekhawatiran :
Pasien khawatir akantekanan darahnya yang kerap kali naik turun
dan bertambah buruk
51
berolahraga, dan memberitahu agar pasien rutin kontrol ke
Puskesmas dan meminum obat.
52
III.13 Skala Depresi Geriatri
NILAI RESPON
No. Keadaan yang dialami selama seminggu
YA TIDAK
Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada
6. 0 1
anda?
SKOR 4
53
Interpretasi
1) Normal :0-4
3) Depresi sedang : 9 - 11
4) Depresi berat : 12 – 15
Pasien
5 = Membutuhkan bantuan 10
10 = Mandiri
5 = Mandiri 5
54
3 Perawatan Diri 0 = Membutuhkan bantuan untuk
perawatan diri
5 = Mandiri wajah/rambut/gigi/ 5
Bercukur
5 = Membutuhkan setengah
Bantuan 10
enema/ pencahar)
5 = Kadang-Kadang 5
10 = Kontinensia
5 = Kadang-Kadang 5
10 = Kontinensia
10 = Mandiri
55
(verbal atau fisik)
15 = Mandiri
menggunakan tongkat/berpegangan 10
10 = Mandiri
Total Skor 90
Interpretasi hasil :
>20 : Mandiri
56
III.15 MANAJEMEN KOMPREHENSIF
1. Promotif
Edukasi mengenai penyakit Hipertensi stage II kepada pasien dan
keluarganya, mulai dari definisi, penyebab, pencegahan, pengobatan sampai
diet sehat untuk orang dengan Hipertensi dan juga anjuran untuk kontrol
tekanan darah rutin.
2. Preventif
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah memberitahukan pasien
mengenai diet sehat rendah garam, melakukan aktifitas dan berolah raga,
beristirahat dengan cukup dan mengurangi stress.
3. Kuratif
Pelayanan pengobatan yang dilakukan pasien ke puskesmas merupakan
upaya pasien untuk mengobati Hipertensi pada pasien dan pasien
mengonsumsi obat-obatan dari Puskesmas.Pada pasien ini, terapi obat oral
yang diberikan adalah Amlodipine 10 mg tablet 1 kali sehari dan
hidrochlorotiazid 25 mg tablet 1 kali sehari.
4. Rehabilitatif
Belum perlu dilakukan.
b. Fungsi Keluarga
Pasien tinggal bersama suaminya. Kedua anaknya sudah menikah
dan tinggal di rumah masing-masing. Hubungan antara pasien dengan
anggota keluarga baik. Anggota keluarga selalu memberikan motivasi
57
kepada pasien untuk berperilaku hidup sehat. Jika ada masalah yang
berhubungan dengan keluarga diselesaikan secara musyawarah antara
pasien dan anak-anaknya.Setiap hari terdapat waktu luang yang digunakan
untuk berkumpul untuk makan bersama, menonton TV, dan saling
bercerita. Acara kumpul keluarga dilakukan setiap hari saat waktu makan
siang dan kumpul keluarga besar pasien saat hari raya besar.
c. Fungsi Pendidikan
Pasien menempuh pendidikan SD. Pasien sangat merencanakan
secara detail pendidikan untuk kedua anaknya, maka dari itu kedua anak
pasien menempuh pendidikan di jenjang SMP dan SMA/STM (tidak putus
sekolah).
f. Fungsi Religius
Pasien dan suami rutin melakukan ibadah di rumah dan kadang -
kadang di masjid.Tidak ada ruangan khusus untuk ibadah di rumah,
beribadah biasa dilakukan di kamar masing-masing.Terkadang pasien juga
58
mengikuti kegiatan pengajian, sehingga pasien dan keluarga mempunyai
keyakinan yang tinggi, tidak mudah menyerah, dan mempunyai motivasi
yang tinggi untuk sembuh dari penyakitnya.
b. Faktor Non-Perilaku
Terdapat fasilitas pelayanan kesehatan yang sering didatangi oleh
pasien yaitu puskesmas yang berjarak kurang lebih 500 meter dapat
ditempuh dengan angkutan umum dari jalan besar maupun jalan kaki dari
rumah.Pembiayaan pengobatan pasien menggunakan jaminan kesehatan
nasional.
59
III.19 Identifikasi Lingkungan Rumah
- Gambaran Lingkungan
Rumah pasien terletak di pemukiman penduduk yang tidak
terlalu padat dan termasuk pemukiman perumahan biasa di pedesaan,
dengan ukuran luas 80 m2. Secara umum rumah terdiri atas 1 ruang
tamu, 1kamar tidur, dapur, 1 kamar mandi dengan WC. Atap rumah dari
genteng tanpalangit-langit, dinding dari batubata yang belum diplester,
beberapa bagian rumah berlantai semen dan beberapa ruangan masih
berlantaikan tanah.
Sumber air minum, cuci, dan masak dari air sumur.Jumlah kamar
mandi ada 1 dengan ukuran 2x2 m2, dengan bentuk jamban leher angsa.
Jarak septik tank dengan sumber air minum <10 m2. Limbah rumah
tangga dialirkan ke septic tank, serta tempat sampah di luar rumah.
Puseksmas
Muntilan 1
ii
Rumah
Pasien
60
III.20 Diagnosis Fungsi-Fungsi Keluarga
1. Fungsi Biologis
Pasien menderita Hipertensi stage II yang terdiagnosis sejak 4 tahun
yang lalu.
2. Fungsi Psikologis
Dari hasil pemeriksaan dengan menggunakan Geriatric Depression
Scale, tidak ditemukan keadaan depresi.Pasien tidak mengalami
gangguan dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
6. Faktor perilaku
a. Pasien belum menjaga pola makan dengan diet rendah garam.
b. Pasien tidak rutin kontrol memeriksakan diri ke puskesmas.
c. Pasien tidak rutin meminum obat.
d. Pasien jarang berolahraga.
7. Faktor Nonperilaku
Sarana pelayanan kesehatan dari rumah pasien terjangkau.
61
III.21 Risiko, Permasalahan, dan Rencana Pembinaan Kesehatan Keluarga
62
III.22 Pembinaan dan Hasil Kegiatan
Keluarga Hasil
Tanggal Kegiatan yang dilakukan
yang terlibat kegiatan
1. Tingkat pemahaman
Pemahaman terhadap edukasi dan penyuluhan yang dilakukan baik.
2. Faktor pendukung
(1) Keluarga mampu memahami penjelasan yang diberikan dengan
baik.
(2) Kesadaran keluarga pasien untuk mendukung kesembuhan
pasien sangat baik, sehingga keluarga sangat kooperatif untuk
mengubah perilaku yang tidak baik bagi kesehatan
(3) Makan dengan menu bervariasi dan gizi seimbang.
(4) Keluarga mau memeriksakan diri di puskesmas
63
3. Faktor penyulit:tidak rutin minum obat, kontrol ke puskesmasdan
jarang berolahraga.
4. Indikator keberhasilan
(1) Pengetahuan tentang Hipertensi meningkat sehingga dapat
membantu kesembuhan pasien.
(2) Kesadaran untuk rutin kontrol ke puskesmas dan minum obat.
(3) Kesadaran melakukan aktivitas fisik dan olahraga.
(4) Kesadaran untuk mengontrol pola makan menjadi diet rendah
garam.
(5) Kesadaran untuk dapat mengontrol stress dan emosional.
(6) Keluhan berkurang dan tekanan darah berangsur normal.
64
BAB IV
ANALISIS KASUS
65
IV.2 ANALISIS HOME VISIT
Pada hasil kunjungan rumah kali ini,pasien tinggal bersama dengan
suaminya di dalam rumah.Sehari-hari suami pasien bekerja sebagai petani dan
dirinya sebagai ibu rumah tangga.
Dari hasil penilaian Family Assesment tools, pasien tinggal bersama
dengan suaminya dalam satu rumah dengan bentuk nuclear family serta siklus
keluarga families in later life. Anak-anaknya tinggal tidak jauh dari tempat yang
ia tempati. Di dalam perangkat genogram, didapati riwayat hipertensi dan dengan
keluhan serupa dari orangtua pasien. Hubungan pasien dengan keluarga cukup
baik. Fungsi keluarga pasien dinilai dengan perangkat APGAR dan keluarga
pasien termasuk dalam kategori keluarga sehat.
2. Comprehensive Care
Pasien ini telah mendapatkan aspek promotif berupa edukasi
tentang pemgetahuan mengenai hipertensi, gejala klinis hipertensi,
komplikasi hipertensi, rutin minum obat dan kontrol ke puskesmas
Upaya preventif dilakukan dengan menghidari faktor risiko yang dapat
memperburuk keluhan pasien. Upaya kuratif telah dilakukan dengan
pemberian obat yang sesuai. Upaya rehabilitatif dan paliatif belum
dilakukan.
66
3. Personal Care
Pasien telah diberikan kesempatan untuk bertanya, mendapat
informasi tentang penyakit yang dialaminya, serta dapat menyalurkan
ide, perasaan, harapan, dan masalah psikososial yang dihadapi.
4. Continuing Care
Pasien belum pernah mendapatkan kunjungan rumah untuk
mengontrol perkembangan penyakit dan kesehatan pasien terkait
faktor risiko kebiasaan dan perilaku yang dapat memperburuk maupun
memperingan penyakitnya. Namun pasien yang aktif sendiri dalam
memeriksakan ke posyandu lansia tiap bulannya.
67
8. Patient advocacy
Pada pasien telah dijelaskan hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan, penjelasan tentang penyakitnya sesuai kebutuhan pasien.
68
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
V.2 Saran
69
DAFTAR PUSTAKA
2.
4. Regoli, M., Chiappini, E., Bonsignori, F., Galli, L., & de Martino, M. (2011).
5. Soepardi AE, et al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &
6. Adams GL, Boies LR, Higler PA. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6.
7. Bull PD. Lectures Note on Disease of the Ear, Nose, and Throat. Ninth
8. Bhargava KB, Bhargava SK, Shah TM. A Short Textbook of ENT for Students
249-250, 252.
10. Sarwono, S.W. 2010. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
11. Hurlock, E.B. 1990. Psikologi Perkembangan, Suatu Rentang Kehidupan (terj
70
12. Batubara, Jose RL. 2010. Adolescent Development (Perkembangan Remaja).
Sari Pediatri Vol. 12, No.1. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM,
Jakarta.
13. Strauch B. 2017. The primal teen. New York: Doubleday. Dalam: Ruffin N.
14. Center for Disease Control. 2005. Youth risk behaviour survey. Dalam:
http://www.ext.vt.edu
16. Ge X, Conger R, Elder G. 2001. Pubertal transition, stressful life events, and
71
LAMPIRAN
Gambar Keterangan
Foto Bersama
setelah Kunjungan
Keluarga
Foto Bersama
setelah Kunjungan
Keluarga
Penampakan
kamar pasien
72
Penampakan ruang
keluarga pasien
Penampakan riang
dapur pasien
73