Anda di halaman 1dari 10

JURNAL ILMU KEPERAWATAN

Volume 1, No. 1, Mei 2013

SUSUNAN REDAKSI DAFTAR ISI


JURNAL ILMU KEPERAWATAN
Daftar Isi ...................................................................................1

Pelindung ASPEK KEPERAWATAN PADA INKONTINENSIA URIN


DR.Dr. Kusworini, M.Kes, Sp.PK Dina Dewi Sartika Lestari Ismail .....................................................3

Pemimpin Redaksi DAMPAK HOME BASED EXERCISE TRAINING TERHADAP KAPASITAS


Ns. Setyoadi, M.Kep, Sp.KepKom FUNGSIONAL PASIEN GAGAL JANTUNG DI RSUD NGUDI WALUYO
WLINGI
Tony Suharsono , Krisna Yetti , Lestari Sukmarini ............................12
1 2 2
Wakil Pemimpin RedaksI
Yulian Wiji Utami, S.Kp, M.Kes EFEK EKSTRAK DAUN PEGAGAN (Centella asiatica) DALAM
MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA TERKONTAMINASI PADA
Sekretaris Redaksi TIKUS PUTIH (Rattus novergicus) GALUR WISTAR Sholihatul
Ns. Mifetika Lukitasari, S.Kep
Amaliya , Bambang Soemantri , Yulian Wiji Utami ..........................19
1 2 1

Bendahara Redaksi PENGARUH BUAH MAHKOTA DEWA TERHADAP KADAR


Ns. Niko Dima Kristianingrum, S.Kep KOLESTEROL TOTAL PLASMA PADA TIKUS STRAIN WISTAR
Septi Dewi Rachmawati ..............................................................26
Anggota Redaksi
Ns. Tony Suharsono, M.Kep SENAM DAPAT MENINGKATKAN KESEIMBANGAN TUBUH LANSIA DI
Ns. Kumboyono, M.Kep, Sp.Kom YAYASAN GERONTOLOGI KECAMATAN WAJAK KABUPATEN
Titin Andri Wihastuti, S.Kp, M.Kes MALANG Setyoadi, Yulian Wiji Utami, Sheylla Septina M...................35
Ns. Dina Dewi Sartika Lestari Ismail, M.Kep
Ns. Laily Yuliatun, M.Kep PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP INTENSITAS
Ns. Dian Susmarini, M.N DISMENOREA PRIMER PADA MAHASISWI PSIK-A 2006-2007 FKUB
Ns. Heny Dwi Windarwati, M.Kep, Sp.KepJ MALANG
Laily Yuliatun , Siti Chandra W.B , Kesuma Pertiwi ..........................41
1 2 1
Ns. Retno Lestari, M.Nurs
Ns. Septi Dewi Rahmawati, M.Ng
EFEK LUMATAN DAUN PEPAYA (Carica Papaya L.) TERHADAP
Ns. Fransiska Imavike, M.Nurs
PROSES PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT II DANGKAL PADA
Ns. Heri Kristianto, M.Kep, Sp.KMB
TIKUS PUTIH (Rattus Novergicus) GALUR WISTAR
Kuswantoro Rusca Putra, S.Kp, M.Kep 1 1
Willy Rachmad Wira Utama , Yulian Wiji Utami , Triyudani
Mardaning Raras .....................................................................46
2
Administrasi
Yuyun Nurdiana, A.Md EFEKTIFITAS AUDIOVISUAL SEBAGAI MEDIA PENYULUHAN
KESEHATAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP
Alamat Redaksi : IBU DALAM TATALAKSANA BALITA DENGAN DIARE DI DUA RUMAH
Gedung Biomedik Lantai 2 SAKIT KOTA MALANG
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Rinik Eko Kapti , Yeni Rustina , Widyatuti ......................................53
1 2 2
Jalan Veteran Malang 65145
Telepon (0341) 551611, 569117, 567192 EFEKTIVITAS ANTARA PENGGUNAAN EEA (EXPLICIT EKSTERNAL
pesawat 126; AIDS) DENGAN IIA (IMPLICIT INTERNAL AIDS) SEBAGAI MNEMONIC
Fax (62) (0341) 564755 STRATEGY DALAM MENINGKATKAN MEMORI PADA LANSIA
Khumidatun Niswah , Ketut Sudiana , Harmayetty ..........................61
Email : jik@ub.ac.id 1 2 3

Website : www. jik.ub.ac.id


HUBUNGAN KEJADIAN DEPRESI DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI
PANTI WERDHA TRESNO MUKTI TUREN MALANG
Renny Nova, Titin Andri Wihastuti, Retno Lestari .............................71

www.jik.ub.ac.id
1
DAMPAK HOME BASED EXERCISE TRAINING TERHADAP
KAPASITAS FUNGSIONAL PASIEN GAGAL JANTUNG
DI RSUD NGUDI WALUYO WLINGI

Tony Suharsono1, Krisna Yetti2, Lestari Sukmarini2


1
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
2
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

ABSTRAK
Penurunan toleransi latihan dan sesak nafas merupakan manifestasi klinis utama gagal jantung.
Kondisi ini menyebabkan pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari yang berakibat pada
penurunan kapasitas fungsional. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dampak HBET
terhadap kapasitas fungsional pasien gagal jantung. Desain penelitian ini adalah quasi experiment, pre-
post with control group. Teknik sampling yang digunakan purposive sampling, didapatkan 23 responden
yang terbagi menjadi 11 responden kelompok kontrol dan 12 responden kelompok intervensi.
Pengumpulan data kapasitas fungsional dilakukan dengan 6MWT. Hasil pengukuran didapatkan
perbedaan yang signifikan kapasitas fungsional sebelum dan setelah perlakuan pada kedua kelompok.
Hasil analisis kapasitas fungsional setelah perlakuan antara kelompok kontrol dan intervensi tidak
didapatkan perbedaan yang signifikan, walaupun kelompok intervensi mempunyai mean kapasitas
fungsional yang lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, HBET dapat digunakan sebagai
modalitas keperawatan bagi pasien gagal jantung. HBET hendaknya dijadikan bagian integral dari
manajemen gagal jantung setelah keluar dari rumah sakit.
Kata kunci : Home Based Exercise Training (HBET), Kapasitas Fungsional, Gagal Jantung

ABSTRACT
A reduced exercise tolerance and shortness of breathing are the main clinical manifestations in patient
with heart failure. These conditions cause patient’s inability to do their daily activities and lead to reduce
functional capacity. The aim of this study was to identify the impact of the home based exercise training
to functional capacity of heart failure patient. It used quasy experimental study design pre-post with
control group, recruited 23 respondents with purposive sampling technique. They were divided into two
groups, 11 respondents as control group and 12 respondents as experimental group. Functional capacity
was obtain through observation of six minute walk test. The result showed that there was a significant
difference of functional capacity before and after intervention. Statistically, the result of functional
capacity data analysis after intervention showed that there wasn’t significant difference, although the
experimental group has a higher mean data of functional capacity. Based on this study, HBET could be
used as nursing modality for patient with heart failure. HBET should be integrated with heart failure
management after discharging from hospital.
Keywords : Home Based Exercise Training (HBET), Functional Capacity, Heart Failure

Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol: 1, No.1, Mei 2013; Korespondensi: Tony Suharsono, Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya; Jl. Veteran Malang. Telp: 0341-
569117 pswt 126 Email: suharsono_t@yahoo.com

Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 1, No. 1, Mei 2013


12
meningkatkan toleransi latihan, kualitas hidup,
PENDAHULUAN
dan mungkin dapat juga memberikan efek
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung
yang memuaskan bagi kesembuhan pasien
untuk memompa darah secara adekuat untuk
(McKelvie et al, 1995). Latihan fisik dapat
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh akan
menurunkan angka dirawat kembali, biaya
nutrisi dan oksigen (Leslie, 2004., Polikandrioti,
perawatan, dan membantu meningkatkan
2008). Insiden gagal jantung mengalami
kualitas hidup pasien secara keseluruhan (Rich
peningkatan secara konsisten, walaupun
et al, 1995).
terjadi kemajuan teknologi dalam diagnosis
dan penatalaksanaan gagal jantung. Di Amerika Meskipun hasil penelitian menyatakan latihan
Serikat 5,7 juta orang menderita gagal jantung, fisik aman dan bermanfaat bagi pasien gagal
670.000 kasus baru didiagnosa setiap tahun. jantung, tetapi tingkat partisipasi dan
Penyakit ini sering menyebabkan ketidak- pelaksanaannya masih rendah. Tujuh puluh
berdayaan dan mempunyai prognosis yang sampai delapan puluh prosen pasien penyakit
buruk (Tsao & Gibson, 2004). arteri koroner tidak berpartisipasi dalam
program rehabilitasi jantung (Reid et al 2006).
Manifestasi klinis gagal jantung yang sering
Kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa hal
terjadi adalah penurunan toleransi latihan dan
diantaranya: biaya, kemampuan akses layanan
sesak nafas (Black & Hawk, 2009., Schub &
oleh masyarakat, dan format latihan yang
Caple, 2010). Kedua kondisi ini menyebabkan
ditawarkan (Corvera-Tindel, Doering, Gomez,
ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-
Dracup, 2004).
hari, mengganggu atau membatasi pekerjaan
atau aktivitas yang disukai. Akibatnya pasien Home Based Exercise Training (HBET) dapat
kehilangan kemampuan fungsionalnya. menjadi salah satu pilihan latihan fisik dan
alternatif solusi rendahnya partisipasi pasien
Kapasitas fungsional adalah kemampuan
mengikuti latihan fisik. HBET merupakan
seseorang untuk melakukan aktivitas yang
latihan fisik terprogram yang dapat dijalankan
biasa dilakukan dalam hidup (Wenger, 1989).
oleh pasien secara mandiri di rumah. Menurut
Pada pasien gagal jantung, kapasitas
Coats (1990) yang meneliti tentang efek 8
fungsional sangat berkaitan erat dengan
minggu HBET didapatkan peningkatan 17%
kualitas hidup pasien. Dampak gagal jantung
konsumsi oksigen maksimal, peningkatan 18%
terhadap kualitas hidup berawal dari
durasi latihan dan peningkatan kualitas hidup.
keterbatasan fisik, penurunan kapasitas untuk
Metode ini menawarkan beberapa keuntungan
melakukan aktivitas sehari-hari, dan
dibandingkan latihan fisik yang dilakukan
ketidakmampuan bekerja akibat dari gejala
terpusat di rumah sakit diantaranya
penyakit.
memberikan kesempatan pada pasien
Kapasitas fungsional dapat ditingkatkan, salah mempunyai waktu lebih banyak untuk keluarga
satunya dengan melakukan latihan fisik. dan menurunkan biaya.
Latihan ini meliputi: tipe, intensitas, durasi, dan
Di Indonesia latihan fisik dilakukan secara
frekuensi tertentu sesuai dengan kondisi
terpusat di rumah sakit. Data resmi tentang
pasien. Latihan fisik dengan aerobik selama 20-
cakupan dan partisipasi program ini pada
30 menit, 3 kali per minggu dengan intensitas
pasien gagal jantung di Indonesia belum
40-60% dari heart rate reserve, aman dilakukan
didapatkan. Sampai saat ini penulis belum
pada pasien gagal jantung stabil (Myers, 2008.,
mendapatkan laporan adanya program latihan
Nicholson, 2007). Latihan fisik pada pasien
fisik dan pedoman latihan fisik yang terpusat di
gagal jantung dapat meminimalkan gejala,

www.jik.ub.ac.id
13
rumah sakit maupun HBET bagi pasien gagal Kedua kelompok responden dalam penelitian
jantung di rumah sakit tersebut. Perawat juga (kelompok kontrol n= 11 orang; kelompok
belum memberikan pendidikan kesehatan yang intervensi n= 12 orang) mempunyai
memadai karena tidak tersedianya protokol karakteristik yang setara (tabel 1). Sebelum
latihan fisik di rumah sakit tersebut. perlakukan rerata kapasitas fungsional dengan
6MWT kelompok kontrol 259.9 (62.8) dan
Tujuan dari penelitian ini adalah meng-
kelompok intervensi 285.3 (38.3) meter. Lebih
identifikasi dampak Home Based Exercise
lanjut hasil uji menyatakan tidak terdapat
Training (HBET) terhadap kapasitas fungsional
perbedaan rerata kapasitas fungsional dan
pasien gagal jantung di RS Ngudi Waluyo
kualitas hidup sebelum perlakuan (tabel 2)
Wlingi.
Setelah mendapatkan perlakuan dengan HBET
METODE selama 4 minggu kapasitas fungsional
Penelitian ini menggunakan desain quasi kelompok kontrol dan kelompok intervensi
eksperimen, dengan menggunakan pre-post mengalami peningkatan, yaitu 290.2(70.9) dan
with control group. Populasi dalam penelitian 315.8(41.5). Hasil uji statistik juga menunjukkan
ini adalah semua pasien gagal jantung stabil adanya perbedaan yang bermakna antara
yang diindikasikan segera pulang atau rawat kapasitas fungsi sebelum dan setelah
jalan di Ruang Dahlia I dan Dahlia II RSUD perlakuan dengan HBET pada kelompok
Ngudi Waluyo Wlingi. Teknik sampling yang kontrol maupun kelompok intervensi.
digunakan adalah teknik non probability
sampling yaitu consecutive sampling. Intervensi Hasil uji statistik perbandingan kapasitas
yang dilakukan berupa Home Based Exercise fungsional setelah perlakukan antara
kelompok kontrol dan intervensi menunjukkan
Training berupa jalan kaki selama 30 menit, 3
kali dalam seminggu selama 4 minggu dengan p value 0.311 (α=0.05), ini berarti tidak terdapat
intensitas 40-60% heart rate reserve. perbedaan yang bermakna kapasitas
Pengumpulan data Kapasitas fungsional fungsional antara kelompok kontrol dan
dilakukan dengan Six Minute Walk Test (6MWT). kelompok intervensi setelah perlakuan,
walaupun kelompok intervensi mempunyai
HASIL PENELITIAN rerata kapasitas fungsional yang lebih baik.
Responden yang berpartisipasi dalam
penelitian sebanyak 28 orang yang dibagi Tabel 1. Karakteristik responden kelompok
menjadi kelompok kontrol (n=24) dan kontrol dan intervensi – nilai
kelompok intervensi (n=24). Responden merupakan mean (SD)
Variabel Kontrol Intervensi
dilakukan tes awal dengan 6MWT dan MLHFQ,
(n=11) (n=12)
setelah mendapatkan perlakuan selama 4
Usia 58.45 (3.77) 60 (2.55)
minggu dilakukan pengukuran ulang dengan
IMT 22.20 (2.04) 22.02 (2.69)
alat ukur yang sama. Responden kelompok
Penyebab HF
kontrol 1 orang meninggal dunia dan 2 orang HT (n) 2 2
drop uot karena tidak mengkonsumsi obat IC (n) 1 2
secara teratur sehingga tekanan darahnya naik. HT&IC (n) 8 8
Responden kelompok intervensi 2 orang drop
Keterangan:
out karena melakukan HBET kurang dari
IMT : index masa tubuh;
ketentuan. HT : hipertensi;
IC : iskhemia cardiomiopathi;
HT&IC : hipertensi & iskhemia cardiomiopathi

Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 1, No. 1, Mei 2013


14
Tabel 2. Kapasitas fungsional responden gagal bergejala (Nicholson, 2007., European Society
jantung sebelum dan setelah dilakukan of Cardiology, 2008.
perlakuan dengan HBET. – nilai
merupakan mean (SD) Responden mendapatkan edukasi tentang
Kontrol Perlakuan perubahan gaya hidup yang meliputi diit
Variabel rendah garam, pembatasan cairan 1-1.5 liter/24
Pre Post Pre Post
KF 259.9 290.2 285.3 315.8 jam, diit rendah kolesterol, menghentikan
(62.8) (70.9)* (38.3 (41.5)* konsumsi alkohol dan rokok, edukasi untuk
) tetap melakukan aktivitas fisik setelah di rumah.
Perubahan gaya hidup ini sangat menunjang
Keterangan:
*p<0.05 antara pre dan post. keberhasilan terapi medikasi yang telah
KF: kapasitas fungsional dijalankan. Kepatuhan responden menjadi
kunci keberhasilan perubahan gaya hidup.
PEMBAHASAN Ketidakpatuhan responden dalam terapi gagal
Peningkatan kapasitas fungsional terjadi jantung merupakan hal yang sering terjadi,
karena membaiknya fungsi pompa otot karena diperkirakan 40-60 tidak patuh terhadap
banyak faktor, diantaranya terapi medis, pengobatan dan 43-93 % tidak patuh terhadap
edukasi perubahan gaya hidup dan aktivitas perubahan gaya hidup (Schub & Cabrera, 2010).
fisik berupa pekerjaan sehari-hari di rumah. Rendahnya kepatuhan ini mengakibatkan
Responden mendapat terapi standart yang tingginya angka dirawat ulang pada pasien
berupa medikasi dengan golongan ACE gagal jantung.
Inhibitor, Blokade terapeutik terhadap RAAS Responden melakukan aktivitas rutin harian di
memicu terjadinya vasodilatasi dan diuresis rumah sesuai dengan kemampuannya.
yang menghasilkan penurunan tekanan darah Aktivitas yang rutin ini dapat dianggap sebagai
dan menurunan kerja jantung. Kondisi ini bentuk latihan fisik yang diwujudkan dalam
secara signifikan mengurangi mortalitas dan bentuk aktivitas sehari-hari. Sebagian besar
mordibitas pasien gagal jantung. Beta bloker, aktivitas yang dilakukannya berupa kegiatan
inotropik, dan diuretik merupakan kombinasi jalan kaki, membersihkan rumput dan
dengan ACE Inhibitor untuk terapi gagal bersepeda menuju tempat kerja merupakan
jantung (Schub & Caple, 2010). bentuk dari latihan aerobik dan pembebanan.
Hasil studi yang mempelajari tentang Metode ini terbukti efektif untuk tetap
penggunaan enalapril pada gagal jantung menjaga bahkan meningkatkan kemampuan
mendapatkan hasil adanya perbaikan fungsional. Ini didukung oleh Myers yang
mortalitas, meningkatkan kapasitas fungsional, menyatakan bahwa tipe latihan fisik yang
memperbaiki toleransi latihan, menurunkan sesuai bagi pasien gagal jantung adalah aerobik
ukuran jantung, dan penggunaan obat yang yang bersifat dinamis dan latihan tahanan
lebih sedikit (Nicholson, 2007). Hasil ringan (Myers, 2008).
randomized control trials yang melibatkan Latihan fisik pada gagal jantung sedang
sekitar 15.000 pasien dengan berbagai derajad menjadi topik yang sering didiskusikan untuk
pasien gagal jantung menunjukkan pola yang menjadi bagian dari terapi standar pasien gagal
konsisten bahwa ACE inhibitor menguntungkan jantung. Perubahan fisiologis, psikologis dan
untuk gagal jantung. ACE inhibitor secara muskuloskeletal akibat latihan fisik dilaporkan
signifikan menguntungkan bila digunakan pada dapat meningkatkan kapasitas fungsional.
pasien gagal jantung yang bergejala dan tidak Latihan fisik pada gagal jantung memfasilitasi

www.jik.ub.ac.id
15
adaptasi fisiologis otot-otot yang dilatih untuk semua periode waktu. Program latihan yang
meningkatkan pengambilan oksigen, terintegrasi yang dimulai saat pasien stabil dan
menurunkan oxidative stress, meningkatkan masih dirawat di rumah sakit, dilanjutkan
enzime aerobic dan meningkatkan jumlah dengan latihan fisik terfokus di rumah sakit
serabut otot tipe I (McKelvie, 2008). Latihan setelah pasien pulang dan dilanjutkan secara
fisik juga dapat meningkatkan volume mandiri dengan HBET.
cytocrome oxidase-positive mitokondria,
Latihan fisik yang dilakukan dalam penelitian ini
mitokondria baik yang dapat memproduksi
adalah aerobic berupa jalan kaki, dengan durasi
adenisone triphosphat. Selama latihan fisik
30 menit selama 1 bulan, frekuensi 3 kali dalam
berlangsung endotel pembuluh darah juga
1 minggu, intensitas 40-60 % heart rate reserve.
melepaskan vasodilating factor, seperti nitrit
Formula ini menurut beberapa jurnal ilmiah
oxide. Perbaikan aliran darah ini berkontribusi
dapat memberikan efek positif dan aman bagi
terhadap penurunan tahanan pembuluh darah
pasien gagal jantung. Dalam penelitian ini tes
perifer, peningkatan ejeksi fraksi, dan
untuk mengukur kemampuan awal pasien
perbaikan stroke volume. Latihan juga dapat
dilakukan dengan 6MWT, dengan parameter
memperbaiki pembuluh darah perifer yang
pencapaian menggunakan nadi pasien.
berakibat meningkatkan aliran darah koroner
Berdasarkan rata-rata usia denyut nadi target
(McKelvie, 2008., Hwang, Redfern, & Alison,
adalah 106-118x/menit, sedangkan rata-rata
2008).
denyut nadi responden setelah pre test adalah
Latihan fisik dapat meminimalkan gejala, 104x permenit, skala fatigue 12 dan dispneu 13
meningkatkan toleransi latihan, kualitas hidup, (skala borg 6-20). Ini berarti bahwa responden
dan memberikan efek yang memuaskan bagi hampir mencapai kondisi ideal beban yang
kesembuhan pasien (McKelvie, 2008). Latihan diharapkan oleh peneliti.
fisik yang dilakukan di rumah juga terbukti
Durasi latihan fisik selama 30 menit dengan
dapat meningkatkan kapasitas latihan, self
periode waktu 1 bulan merupakan waktu yang
efficacy, dan menurunkan angka dirawat ulang.
sangat singkat untuk proses adaptasi fisiologis
HBET diketahui secara positif meningkatkan
terhadap latihan fisik pada gagal jantung.
kapasitas fisik, menurunkan berat badan,
Waktu ideal yang disarankan untuk dapat
memperbaiki kontrol syaraf otonom, fungsi
memberikan efek yang optimal adalah 3-6
endotel pembuluh darah, dan peningkatan
bulan. Frekuensi latihan 3 kali dalam 1 minggu
kapasitas oksidasi otot skelet (Hwang, Redfern,
merupakan kondisi minimal yang mampu
& Alison, 2008).
memberikan efek positif terhadap fungsi
Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap jantung (Myers J. (2008., Mandic, Riess &
ketidakadekuatan latihan fisik adalah Haykowsky, 2006). Trend yang berkembang
peresepan latihan fisik, penyesuaian peresepan saat ini adalah sesering mungkin (tiap hari)
fisik dan latihan yang terintegrasi. Peresepan sesuai dengan kemampuan pasien. Selain itu
latihan fisik pada pasien gagal jantung yang diperlukan penyesuaian yang bersifat individual
adekuat harusnya mencakup komponen dan kontinyu untuk memastikan bahwa pasien
frekuensi, intensitas, durasi dan mode latihan berada dalam rentang target yang diharapkan.
fisik. Penyesuaian peresepan latihan fisik dan
Latihan fisik yang diberikan oleh peneliti ini
bersifat individu sangat diperlukan untuk
tidak menjadi bagian integral dari rehabilitasi
mendapatkan hasil latihan fisik yang optimal,
gagal jantung dari rumah sakit sehingga
karena tidak ada formula atau program terbaik
persiapan untuk latihan fisik di rumah tidak
untuk semua pasien atau seseorang pada

Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 1, No. 1, Mei 2013


16
dilakukan oleh pihak rumah sakit. Responden Corvera-Tindel T, Doering LV, Gomez T, Dracup
tidak dilatih untuk melakukan aktivitas sejak K. (2004). Predictors of noncompliance to
dini, bahkan cenderung disarankan untuk exercise training in heart failure. J
banyak beristirahat. Responden tidak Cardiovasc Nurs. 19:269–77.
mendapatkan informasi mengenai latihan fisik
European Society of Cardiology. (2008).
yang harus diikuti untuk mempertahankan atau
Compedium of Abridged ESC Guidelines:
meningkatkan kapasitas fungsionalnya akibat
Cardiovascular Medicine. Lippincott
tidak tersedianya fasilitas dan sumber daya
Williams and Wilkins.
manusia.
Hwang R, Redfern J, Alison J. (2008). A
Menurut beberapa hasil penelitian ilmiah yang narrative review on home based exercise
tidak dapat melaporkan adanya perbedaan training for patient with chronic heart
kapasitas fungsional setelah home based failure. Phisical Therapy Review. 13: 227-234.
exercise training, hal ini terjadi karena beberapa
faktor yang berkontribusi diantaranya Jolly K, Tayor RS, Lip GY, Greenfield SM, Davies
intensitas latihan, durasi latihan dan perbedaan MK, Davis RC et al. (2007). Home-based
usia (Hwang, Redfern, exercise rehabilitation in addition to
& Alison, 2008).
Protokol latihan fisik yang bervariasi, ukuran specialist heart failure nurse care: design,
sampel kecil, dan latar belakang penyebab rationale and recruitment to the
Birmingham Rehabilitation Uptake
gagal jantung heterogen, follow up yang
minimal dapat berkontribusi menyebabkan Maximisation study for patients with
efek home based exercise training tidak congestive heart failure (BRUM-CHF): a
randomised controlled trial. Biomedical
optimal19. (Jolly et al, 2007).
Central Cardiovascular Disorders. 7:1–9.
KESIMPULAN Leslie D. (2004). Cardiovascular Nursing Secret.
Latihan fisik pada pasien gagal jantung stabil St Louis, Missouri : Mosby Inc.
merupakan suatu prosedur yang aman dan
Mandic S, Riess K, Haykowsky MJ. (2006).
bermanfaat. Latihan fisik ini terbukti dapat
Exercise training for individuals with
meningkatkan kapasitas fungsional pasien
coronary artery disease or heart failure.
gagal jantung. Latihan fisik ini hendaknya
Physiotherapy Canada.58:21-29.
menjadi bagian integral program rehabilitasi
pasien gagal jantung setelah pulang dari rumah McKelvie RS, McCartney N, Teo KK, Humen D,
sakit sehingga hasilnya lebih baik dan dapat Montague T, Yusuf S. (1995). Effects of
diwujudkan menjadi aktifitas kesukaan pasien exercise training in patients with
sehingga menurunkan angka ketidakpatuhan. congestive heart failure: A critical Review.
J Am Coll Cardiol. 25:789–796.
DAFTAR PUSTAKA
McKelvie RS. (2008). Exercise training in
Black MJ & Hawk JH. (2009). Medical Surgical patient with heart failure: Clinical outcome,
Nursing, Clinical Management for Positive safety, and indication. Heart Fail Rev. 13: 3-
Outcomes 8th Ed Vol 2. Elsevier Pte Ltd. 11.
Singapore.
Myers J. (2008). Principles of exercise
Coats AJ, Adamopoulos S, Meyer TE, Conway J, prescription for patient with chronic heart
Sleight P. (1990). Effects of physical failure. Heart Fail Rev. 13: 61-68.
training in chronic heart failure. Lancet.
335:63–68.

www.jik.ub.ac.id
17
Nicholson C. (2007). Heart Failure, A Clinical congestive heart failure. New England
Nursing Handbook. John Wiley & Sons. Ltd. Journal of Medicine. 333(18): 1190-1195.
Polikandrioti M. (2008). Health failure and Schub E & Caple C. (2010). Heart failure:
health related quality of life. Health Science Systolic disfunction. Cinahl Information
Journal. 2(3): 119-120. System.
Reid R, Morrin L, Pipe A, Dafoe W, Higginson L, Schub T & Cabrera G. (2010). Heart failure :
Wielgosz A et al. (2006). Determinants of Enhancing self management. Cinahl
physical activity after hospitalization for Information System.
coronary artery disease: the tracking
Tsao L & Gibson CM. (2004). Heart failure: An
exercise after cardiachospitalization
epidemic of the 21st century. Crit Pathw
(TEACH) study. European Journal of
Cardiol. 3(4): 194-204.
Cardiovascular Prevention & Rehabilitation.
13: 529–37. Wenger NK. (1989). Quality of life: Can it and
should it be assessed in patient with heart
Rich MW, Beckbam V, Wittenberg C, Leven CL,
failure?. Cardiology.76: 391-398.
Freedland KE, Carney RM. (1995). A
multidiscipiinary intervention to prevent
the readmission of elderly patients with

Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 1, No. 1, Mei 2013


18

Anda mungkin juga menyukai