Anda di halaman 1dari 15

Praktikum III Kimia Analisis Instrumen

Penentuan Kadar Besi pada Bayam Merah


dengan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS)

OLEH:

NI MADE ERNA PURNAMA DEWI NIM. 1113031029


NI MADE DWI PURWATI NIM. 1113031036
LUH GEDE EKA PRATIWI NIM. 1113031039
HANIFAH JAWAS NIM. 1113031047

SEMESTER VI/KELAS C

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2014
I. Judul Percobaan
Analisis Kandungan Besi Pada Sampel Bayam Merah dengan Atomic Absorption
Spectroscopy (AAS)
II. Tujuan Percobaan
Menentukan kadar besi pada sampel bayam merah dengan Atomic Absorption Spectroscopy
(AAS)
III. Dasar Teori
Tanaman bayam (Amaranthus spp) merupakan tanaman yang biasa ditanam untuk
dikonsumsi daunnya sebagai sayuran. Salah satu jenis bayam adalah bayam merah (Celosia
argentea), merupakan salah satu sayuran dengan kandungan zat besi tinggi. Selain itu dalam
daun bayam merah juga terdapat protein, mineral, kalsium dan vitamin yang dibutuhkan
oleh tubuh manusia Yusni bandini, et.al, 2001(dalam Suwitra, 2013). Fe (zat besi)
merupakan mineral penting yang berperan dalam metabolisme tubuh. Fe berfungsi sebagai
pembentuk hemoglobin, katalisator perubahan betakaroten menjadi vitamin A, sintesis purin
dan kolagen, produksi antibodi, dan detoksifikasi obat-obatan dalam hati, Hadisoeganda,
1996 (dalam kuswardhani, 2013).
Salah satu metode penelitian untuk analisa kuantitatif ion besi adalah
spektrofotometri serapan atom (SSA). Spektrofotometer serapan atom sangat cocok
digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur logam pada konsentrasi rendah. Selain itu
analisis dengan SSA juga mempunyai kepekaan yang tinggi, disamping pelaksanaannya yang
sederhana gangguannya juga sedikit.
Preparasi suatu sampel sangat menentukan keberhasilan analisis dalam
spektrofotometri serapan atom. Preparasi sampel dilakukan melalui pengabuan, yaitu
destruksi kering atau destruksi basah. Keuntungan preparasi sampel dengan metode destruksi
kering adalah teknik pengerjaannya yang sederhana dan persentase kesalahan kontaminasi
akibat penambahan reagen lebih sedikit. Sedangkan kekurangan dari metode destruksi kering
ini adalah dapat mengakibatkan hilangnya unsur-unsur tertentu karena terjadi kontaminasi
antara cuplikan dengan dinding wadah yang terkadang bersifat sebagai penyerap. Preparasi
sampel dengan metode destruksi basah dilakukan pada suhu rendah dan dengan penambahan
campuran asam kuat untuk mendestruksi senyawa organik dan bahan lain dalam sampel.
Metode destruksi basah lebih sering dilakukan untuk analisis sampel yang mudah menguap.
Keuntungan dengan metode analisis ini adalah waktu dan proses pengerjaannya lebih cepat,
kehilangan mineral akibat penguapan dapat dihindari. Hanya saja dengan metode destruksi
basah ini kemungkinan kesalahan lebih besar akibat penggunaan reagen yang lebih banyak
dan dalam pengerjaannya membutuhkan perhatian yang ekstra dari analis karena dalam
pelaksanaannya reaksi yang terjadi berlangsung kuat dan dapat membuat residu keluar, maka
selama pemanasan harus lebih berhati-hati, Abdul Rohman, 2007(dalam Kuswardhani,
2013).

Prinsip analisis dengan SSA adalah interaksi antara energi radiasi dengan atom unsur
yang dianalisis. AAS banyak digunakan untuk analisis unsur. Atom suatu unsur akan
menyerap energi dan terjadi eksitasi atom ke tingkat energi yang lebih tinggi. Keadaan ini
tidak stabil dan akan kembali ke tingkat dasar dengan melepaskan sebagian atau seluruh
tenaga eksitasinya dalam bentuk radiasi. Larutan sampel diaspirasikan ke suatu nyala dan
unsur-unsur di dalam sampel diubah menjadi uap atom sehingga nyala rnengandung atom
unsur-unsur yang dianalisis. Beberapa diantara atom akan tereksitasi secara termal oleh
ayala, tetapi kebanyakan atom tetap tinggal sebagai atom netral dalam keadaan dasar (ground
state). Atom-atom ground state ini kemudian menyerap radiasi yang diberikan oleh sumber
radiasi yang terbuat dari unsur-unsur yang bersangkutan. Panjang gelombang yang dihasilkan
oleh sumber radiasi adalah sama dengan panjang gelombang yang diabsorpsi oleh atom
dalam nyala. Absorpsi ini mengikuti hukum Lambert-Beer. yakni absorbansi berbanding
lurus dengan panjang yala yang dilalui sinar dan konsentrasi uap atom dalam nyala. Kedua
variabel ini sulit untuk ditentukan tetapi panjang nyala dapat dibuat konstan sehingga
absorbansi hanya berbanding langsung dengan konsentrasi analit dalam larutan sampel.
Teknik-teknik analisisnya sama seperti pada spektrofotometri UV-Vis yaitu standar tunggal,
kurva kalibrasi dan kurva adisi standar.

IV. Alat dan Bahan


Alat Jumlah
Pipet volumetrik 5 mL 1 buah
Pipet volumetrik 10 mL 1 buah
Gelas ukur 25 mL 1 buah
Gelas kimia 100 mL 2 buah
Labu ukur 100 mL 2 buah Bahan Jumlah
Labu ukur 50 mL 1 buah Aquades Secukupnya
Pipet tetes 1 buah Serbuk Fe(NO)3 0,07749 gr
Neraca analitik 1 buah Serbuk bayam merah 0,5 gr
Spatula 1 buah HNO3 5 mL
Kaca Arloji 1 buah HCl 15 mL
Batang pengaduk 1 buah
Teflon 1 buah
Atomic Absorption 1 set
Spectroscopy (AAS)

V. Prosedur Kerja dan Hasil Pengamatan


No Prosedur Kerja Hasil Pengamatan
a. Destruksi Sampel
1. Bayam merah dikeringkan dan Bayam merah kering ditumbuk menghasilkan
ditumbuk halus dengan serbuk bayam merah yang berwarna coklat.
lumpang dan alu.

Bayam merah Serbuk bayam


kering merah
2. 0,5 gr serbuk bayam ditimbang 0,5 gr serbuk bayam berwarna coklat
dan dilarutkan dengan ditimbang
aquaregia dengan perbandingan
volume 1:3 0,5 gr serbuk
bayam merah

Volume HNO3 yang digunakan 5 mL dan


volume HCl yang digunakan 15 mL.
Serbuk bayam merah yang ditambahkan
dengan aquaregia menghasilkan larutan yang
berwarna hitam dengan adanyan serat-serat
yang tidak larut.

Serbuk
bayam
merah +
aquaregia

3. Didiamkan selama 2 hari Larutan didiamkan selama 2 hari


sebelum diuji dengan instrumen
AAS
b. Pembuatan Larutan
1. Standar Fe(NO)3 merupakan serbuk berwarna
Larutan standar Fe 100 ppm kekuningan. Ditimbang 0,07749 gr serbuk
dibuat dengan menggunakan Fe(NO)3 dan dilarutkan dengan aquades
serbuk Fe(NO)2 hingga volumenya 100 mL. Larutan Fe(NO)3
100 ppm merupakan larutan kuning tak
berwarna

2. Sebanyak 1 ml larutan standar


baku Fe(III) 100 ppm dipipet
dan dimasukkan ke dalam labu
ukur 50 mL kemudian.
Encerkan larutan pada labu
ukur sampai tanda batas dengan
menggunakan akuades. Larutan standar
Dengan cara yang sama, dibuat 0, 2, 4, 6, 8 dan
10 ppm
larutan besi (II) 0, 2, 6, 8 dan
10 ppm.
c. Pengenceran Sampel
1. Setelah 2 hari, sampel disaring Setelah disaring, didapatkan filtrat yang
dan diencerkan dengan aquades berwarna kuning tak berwarna dan residu
sampai labu tanda batas 50 mL berwarna kuning.
Penyaringan
larutan sampel

-Setelah diencerkan didapatkan larutan


berwarna kuning yang lebih pudar dari
sebelumnya.

Larutan
sampel yang
telah
diencerkan

d. Pengujian dengan AAS


1. Dilakukan pengujian terhadap
.
larutan standar 0, 2, 4, 6, 8, 10 Instrumen
ppm terlebih dahulu dengan AAS
instrument AAS

Hasil pengujian (terlampir)


2. Kemudian dilakukan pengujian Hasil pengujian (terlampir)
terhadap larutan sampel bayam
merah.
3. Dibuat kurva kalibrasi Kurva (terlampir)

VI. Analisis Data


1. Pembuatan Larutan Induk Fe(NO3)3 100 ppm
100 𝑚𝑔
100 ppm Fe2+ =
1𝐿
100 𝑚𝑔
= 1000 𝑚𝐿
10 𝑚𝑔
= 100 𝑚𝐿 = 10 mg dalam 100 mL

10 mg = 1 x 10-2 gr
𝑀𝑟 𝐹𝑒(𝑁𝑂3 )3 .5𝐻2 𝑂
massa Fe(NO)3 yang harus ditimbang = 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐹𝑒
𝑀𝑟 𝐹𝑒
433,95
= x 1 x 10-2 gr
56

= 0,07749 gr

2. Pembuatan larutan standar 0, 2, 4, 6, 8, 10 ppm


0 ppm 8 ppm
V1 . M1 = V2 . M 2 V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 100 ppm = 25 mL . 0 ppm V1 . 100 ppm = 25 mL . 8 ppm
V1 = 0 mL V1 = 2 mL
2ppm 10 ppm
V1 . M1 = V2 . M 2 V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 100 ppm = 25 mL . 2 ppm V1 . 100 ppm = 25 mL . 10 ppm
V1 = 0,5 mL V1 = 2,5 mL
4ppm
V1 . M1 = V2 . M 2
V1 . 100 ppm = 25 mL . 4 ppm
V1 = 1 mL
6ppm
V1 . M1 = V2 . M 2
V1 . 100 ppm = 25 mL . 6 ppm

V1 = 1,5 mL

3. Pembuatan kurva kalibrasi


Dari pengukuran standar Fe, didapatkan data sebagai berikut.
No Konsentrasi (ppm) Absorbansi
1. 0 0,0067
2. 2 0,0286
3. 4 0,0124
4. 6 0,0281
5. 8 0,0765
6. 10 0,0390
Dari data yang didapatkan, dapat dibuat kurva kalibrasi sebagai berikut.

0.045
0.04
0.035
0.03
Absorbansi

0.025
0.02
y = 0.0034x + 0.0045
0.015 R² = 0.9266
0.01
0.005
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Konsentrasi (ppm)

Gambar 1. Kurva kalibrasi

4. Perhitungan konsentrasi besi pada sampel

Dari kurva kalibrasi


Dari kurva kalibrasi diketahui y = 0,003x + 0,004.
Dari hasil pengukuran, didapatkan absorbansi sampel = 0,0224.
0,0224 = 0,003x + 0,004
0,0224 −0,004
x = 0,003

x = 6,1333 ppm
VII. Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan penentuan kandungan besi yang terdapat pada bayam
merah. Bayam merah yang akan diuji didestruksi dengan metode basah. Pengukuran kandungan
besi dilakukan dengan menggunakan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS).
Larutan sampel disiapkan dengan mendestruksi bayam merah menggunakan metode
destruksi basah. Bayam merah awalnya dikeringkan untuk menghilangkan kandungan airnya.
Bayam merah kering kemudian ditumbuk halus dan didestruksi dengan menggunakan aquaregia
untuk selanjutnya didiamkan selama 2 hari. Aqua regia yaitu campuran asam klorida pekat dan
asam nitrat pekat dengan perbandingan volume 3:1. Reaksi yang terjadi saat 3 volume HCl pekat
dicampur dengan 1 volume HNO3 pekat adalah sebagai berikut.
3 HCl(aq) + HNO3(aq)  Cl2(g) + NOCl(g) + 2H2O(l)
Gas klor (Cl2) dan gas nitrosil klorida (NOCl) inilah yang mengubah besi menjadi senyawa besi
klorida dan selanjutnya diubah menjadi kompleks anion yang stabil yang selanjutnya bereaksi
lebih lanjut dengan Cl-.
Setelah didestruksi larutan yang didapatkan disaring sehingga dihasilkan larutan jernih
berwarna kekuningan. Diperolehnya larutan jernih pada larutan destruksi ini menandakan bahwa
sampel telah terdestruksi secara sempurna. Hal ini menunjukkan bahwa semua konstituen yang
ada telah larut sempurna atau perombakan senyawa-senyawa organik telah berjalan dengan baik.
Pada percobaan ini digunakan larutan Fe(NO3)3 sebagai standar. Seri larutan standar yang
digunakan adalah dengan konsentrasi 0, 2, 4, 6, 8, dan 10 ppm. Untuk memudahkan
penimbangan massa zat yang digunakan, maka sebelumnya dibuat larutan Fe(NO3)3 100 ppm
sebanyak 100 mL. Larutan Fe(NO3)3100 ppm ini kemudian diencerkan menggunakan aquades
untuk menghasilkan seri larutan yang sesuai untuk pengukuran sampel besi.
Seri larutan standar yang telah dibuat kemudian diukur dengan AAS. Pengukuran
dilakukan pada panjang gelombang 248,3 nm. Dari hasil pengukuran didapatkan data sebagai
berikut.
No Konsentrasi (ppm) Absorbansi
1. 0 0,0067
2. 2 0,0286
3. 4 0,0124
4. 6 0,0281
5. 8 0,0765
6. 10 0,0390
Dari kurva kalibrasi dapat diketahui bahwa, persamaan garis yang menyatakan hubungan antara
konsentrasi dan absorbansi yaitu y = 0,003x + 0,004 dengan R² = 0,926.
Kelayakan suatu kurva kalibrasi diuji dengan uji kelinieran kurva. Uji ini diperoleh
dengan penentuan koefisien korelasi (R) yang merupakan ukuran kesempurnaan hubungan antara
konsentrasi larutan standar dengan absorbansi larutan. Nilai R menyatakan bahwa terdapat
korelasi yang linier antara konsentrasi dan absorbansi, dan hampir semua titik terletak pada 1
garis lurus dengan gradien yang positif. Nilai R2 yang baik terletak pada kisaran 0,9 ≤ R2 ≤ 1.
Nilai R2 kurva kalibrasi larutan sampel + standar pada penelitian ini adalah 0,986, sehingga
berdasarkan nilai korelasi tersebut maka kurva kalibrasi ini layak digunakan karena berada dalam
kisaran 0,9 ≤ R2 ≤ 1.
Setelah kurva kalibrasi didapatkan, selanjutnya dilakukan pengukuran larutan sampel
dengan AAS, dimana pengukuran dilakukan sebanyak dua kali (duplo). Dari hasil pengukuran
didapatkan kosentrasi besi dalam sampel bayam merah adalah sebesar 5,5982 ppm dengan
absorbansi sebesar 0,0224.
Dari kurva kalibrasi dapat diketahui bahwa, persamaan garis yang menyatakan hubungan
antara konsentrasi dan absorbansi yaitu y = 0,003x + 0,004. Dalam hal ini y adalah absorbansi, x
adalah konsentrasi. Nilai 0,003 menyatakan kemiringan kurva (m), sedangkan nilai 0,004
menunjukkan intersep yaitu titik potong antara kurva dengan sumbu y. Dengan mengetahui
persamaan regresi linier yang didapatkan dari kurva kalibrasi dan absorbansi sampel maka
konsentrasi besi pada sampel bayam merah didapatkan sebesar 6,1333 ppm. Hasil ini hampir
mendekati hasil yang didapatkan dari AAS yaitu sebesar 5,5982 ppm. Hasil ini berarti dalam
sampel bayam merah 0,5 gr terdapat 6,1333 ppm atau 6,1333 mg dalam 1 L larutan.
6,1333 mg/L = 6,1333 mg/kg
= 6,1333 mg/1000gr
= 3,07 x 10-3 mg/0,5 gr
Jadi, kadar besi di dalam 0,5 gr sampel bayam adalah 3,07 x 10-3 mg.

VIII. Simpulan
Kadar besi dalam 0,5 gr sampel bayam merah yang ditentukan dengan Atomic Absorption
Spectroscopy (AAS) adalah sebesar 3,07 x 10-3 mg.
Daftar Pustaka

Kuswardhani, Dian Sukma. 2013. Fortifikasi Fe Organik Dari Bayam (Amaranthus Tricolor L)
Dalam Pembuatan Cookies Untuk Wanita Menstruasi. Bogor Jawa Barat: Departemen
Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Suwitra, I Komang. 2013. Pemanfaatan Bayam Merah (Blitum Rubrum) Untuk Meningkatkan
Kadar Zat Besi Dan Serat Pada Mie Kering.Malang: Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan
Kemenkes Malang
Kristianingrum, Susila.2012. Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya.
Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY
Muderawan, I Wayan.2010. Kimia Analisis Instrumen.Singaraja:Undiksha Press
Underwood. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai