Anda di halaman 1dari 23

ANEURYSMAL BONE CYST

I. PENDAHULUAN

Aneurysmal Bone Cyst (ABC) bukanlah merupakan neoplasma sejati, tetapi

merupakan lesi yang menyerupai tumor, ekspansil dan erosive pada tulang yang

diduga dimulai dan terjadi oleh karena adanya fistula arteriovenous tulang, akibat

adanya tekanan hemodinamik maka akan terjadi reaksi tulang sekunder yang

membentuk aneurysmal bone cyst ini.9,11

Sekelompok tumor yang kaya akan giant cell memang sangat membingungkan.

Pada tahun 1950 Jaffe dan Lichtenstein perlahan-lahan melihat adanya perbedaan di

antara kelompok tersebut dan membagi kelompok tumor ini menjadi 2 bagian besar yaitu

giant cell tumor (GCT) dan varian dari giant cell tumor. Aneurysmal bone cyst (ABC)

termasuk salah satu varian GCT yang ditemukan oleh Jaffe dan Lichtenstein pada tahun

1950. Beberapa nama lain yang diberikan pada ABC yaitu; Aneurysmal GCT,

Subperiosteal GCT, Giant cell variant of the bone cyst.9,11

Gbr 1. Tampak lesi ekspansil


berseptasi pada distal tibia, cortex
17
terlihat tipis namun intak.

1
ABC dapat mengenai seluruh tulang pada tubuh. Predileksi yang tersering adalah

daerah metafisis tulang panjang, tulang vertebra dan tulang pipih. Tiga jenis tulang ini

80% ditemukan dari semua kasus ABC. 8,10

II. INSIDEN/EPIDEMIOLOGI

Kurang lebih 80% ABC terjadi pada penderita di bawah usia 20 tahun dimana

tulang masih sementara bertumbuh. Beberapa kepustakaan menyebutkan kira-kira pada

usia 10 – 30 tahun. Insidens tertinggi pada dekade kedua dan lebih banyak ditemukan

pada perempuan dibanding laki-laki dengan perbandingan 1,2 : 1. Dilaporkan bahwa

angka kejadian ABC ini kira-kira 1% dari biopsi tumor-tumor primer tulang.2,10,17

III. ANATOMI

Beberapa hal yang perlu diingat kembali dalam menganalisis kelainan tulang

pada foto roentgen, ialah :

STRUKTUR TULANG

Secara makropis terdiri dari :

1. Substantia compacta

2. Substantia spongiosa

Pada os.Longum (tulang yang pada kedua ujungnya membentuk persendian), mis :

susbstantia humerus compacta berada di bagian tengah dan semakin ujung tulang

menjadi semakin tipis. Pada ujung tulang terdapat substantia spongiosa, yang pada

pertumbuhan memanjang, tulang membentuk cavitas medularis. Lapisan superficialis

tulang disebut periosteum dan lapisan profunda disebut endosteum.

2
5
Gbr. 2. Anatomi Tulang

Komposisi tulang terdiri dari :

- 1/3 bagian bahan organik, terdiri dari sel tulang, jaringan ikat, saraf dan pembuluh

darah, yang memberi bentuk pada tulang.

- 2/3 bagian bahan inorganik, terdiri dari mineral seperti fosfat, karbonat, kalsium,

klorida, magnesium dan sodium (terutama kalsium fosfat) yang membuat tulang

menjadi keras. Pada usia anak, tulang masih bersifat elastis, tidak mudah fraktur

sempurna, melainkan berupa “green stick fracture”.

Bagian tengah os.longum disebut korpus, ujung tulang berbentuk konveks atau

konkaf, membesar, membentuk persendian dengan tulang lainnya.

3
Dari aspek pertumbuhan, bagian tengah disebut diafisis, ujung tulang disebut

epifisis dibentuk oleh kartilago, dan bagian diantara keduanya disebut metafisis yang

merupakan tempat pertumbuhan memanjang dari tulang (peralihan antara kartilago

osseum/tulang sejati).

Pertumbuhan tulang dipengaruhi oleh faktor :

- Ekstrinsik, yakni pengaruh lingkungan hidup

- Intrinsik yakni genetik

Pusat pembentukan tulang ada yang primer yaitu terjadi sebelum lahir, dan

sekunder terjadi sesudah lahir, yakni pada epifisis. Pada anak-anak sampai usia 7

tahun cavitas medularis berisi sumsum merah (red bone marrow), dan selanjutnya

mulai diganti dengan sumsum kuning (yellow bone marrow) sampai selesai pada usia

18 tahun. Sumsum tulang memproduksi darah.

Vaskularisasi tulag disuplai oleh arteri nutricia, dan arahnya menjauhi ”growing

end”.

Tulang terdiri dari tiga komponen yaitu korteks, spongiosa dan periost. Korteks

dan spongiosa dapat dilihat pada foto roentgen, tetapi periost tidak. Bila karena suatu

proses dalam tulang, misalnya radang atau neoplasma, periost mengalami iritasi atau

terangkat, maka periost akan membentuk tulang dibawahnya yang dikenal sebagai

reaksi periosteal.13

Distribusi anatomi ABC lebih luas dibanding GCT, yang terjadi pada umumnya

disekitar daerah lutut dan pergelangan tangan. Pada ABC dapat terjadi pada tulang

mana saja, tetapi yang tersering ( kira-kira 80% ) adalah di tulang panjang dan tulang

vertebra. Pada tulang panjang ABC tumbuh di metafisis sedangkan pada vertebra

4
ABC tumbuh di arcus neuralis termasuk processus transversus dan processus

spinosus. Distribusi ABC berdasarkan lokasi anatominya adalah sebagai berikut :

1. Tibia (17,5%) 7. Telapak kaki (6,3%)

2. Femur (15,9%) 8. Telapak tangan (4,7%)

3. Vertebra (11,6%) 9. Ulna (3,8%)

4. Pelvis (10,2%) 10. Radius (3,1%)

5. Humerus (9,1%) 11. Lain-lain (9,2%)8,12,21

6. Fibula (7,3%)

Gbr.3. Daerah Predileksi dari ABC18

IV. ETIOPATOGENESIS

5
Penyebab pasti dari tumor ini masih belum jelas. Namun ada beberapa teori

yang menyebutkan bahwa trauma berat dan fraktur dapat menginduksi terjadinya

fistula arteriovenous sehingga terjadi ABC. Adapula penelitian lain yang

menyimpulkan terjadinya ABC akibat efek destruksi lokal dan perubahan

hemodinamik dari proses neoplasma jinak maupun ganas yang merupakan lesi

prekursor sehingga terjadi arteriovenous atau vaskular anomali yang memicu

ABC.2,11,19

Menurut Szendroi M. Dkk pada penelitiannya tentang patogenesis ABC yang

mengatakan bahwa sesungguhnya tidak ada tanda-tanda arteriovenous shunt,

melainkan vena-vena yang dilatasi dan berkelok-kelok akibat adanya tahanan pada

aliran vena. Sehingga mereka berpendapat bahwa ABC berhubungan dengan

gangguan hemodinamika yang disebabkan oleh malformasi vena pada tulang.1

Fase dari patogenesis ABC :

1. Fase permulaan osteolitik (Osteolytic Initial Phase)

2. Fase pertumbuhan aktif (Active Growth Phase) yang ditandai oleh destruksi tulang

yang cepat, pembentukan septa-septa dan trabekula internal.

3. Fase matur (Mature Phase), pertumbuhan melambat, yang ditandai dengan

pembentukan peripheral bony shell, internal body septae dan trabeculae dan

memberikan gambaran klasik soap bubble appearance

4. Fase penyembuhan (Healing Phase) ditandai dengan kalsifikasi progresif dari kista.7

6
V. DIAGNOSIS

Gambaran Klinik

Gejala yang biasa timbul adalah nyeri, pembengkakan dan keterbatasan dalam

pergerakan. Kurang lebih 85% pasien datang dengan pembengkakan dan atau nyeri.

Nyeri yang dirasakan biasanya ringan. Apabila lesi ini mengenai tulang belakang,

maka keluhan utama adalah nyeri dan keterbatasan gerak, tapi apabila perjalanan

penyakit berlanjut akan timbul defisit neurologis bahkan sampai gejala yang serius

seperti paraplegia.9,11,16

Gambaran Radiologik

Pada foto polos :

Fase permulaan dari patogenesis ABC

Lesi osteolitik eksentris kadang di sentral, terletak di daerah metafisis tulang

panjang. Lesi ini tidak akan meluas ke epifisis selama belum ada penutupan

epifisis. Tetapi apabila sudah terjadi fusi epifisis, lesi dapat meluas ke epifisis

namun tidak pernah melewati permukaan artikular.

Tampak reaksi periosteal, karena lesi ini terjadi di subperiosteal sehingga

memberikan reaksi pada periosteum.

Fase pertumbuhan aktif

Lesi tampak menyerupai kista yang sangat menggembung (balloned cyst-like

lesion) karena lesi terdiri dari ruang-ruang berisi darah yang makin banyak disertai

osteolisis yang hebat dari tulang. Keadaan ini disertai trabekulasi/septa-septa

7
didalamnya. Akibat ekspansi lesi, cortex menjadi tipis bahkan kadang tidak terlihat

cortex yang masih intak.

Lesi berbatas tegas dengan tepi lateral yang densitasnya meningkat karena

pemadatan jaringan lunak dan susunan tulang subperiosteal yang terkompresi.

Jaringan intrameduler juga batasnya cukup tegas tetapi tanpa pemadatan tulang,

karena lesi cenderung bertumbuh ke arah lateral.

Fase matur/stabilisasi dan fase penyembuhan

Lesi tumbuh sangat lambat, sehingga periosteum mempunyai cukup waktu untuk

membentuk kerah (collar) periosteal new bone yang tampak sebagai daerah yang

sklerotik di daerah batas antara lesi dengan tulang sehat, demikian pula jaringan

intramedular dan tulang induk di sekeliling lesi juga membentuk new bone

sebagai respon penyembuhan.

Pada fase terakhir ini pertumbuhan akan sangat lambat bahkan berhenti sama

sekali. Sehingga lesi pada tulang akan terlihat sebagai lesi eksentris maupun

kosentris dengan tepi licin, bone collar, disertai trabekula-trabekula didalamnya

dan sklerosis pada tulang induk disekitarnya. Tidak ada lagi reaksi periosteal.

Gambaran seperti ini terlihat nyata karena fase pertumbuhan cepat dan destruksi

sudah berakhir.9,11,18,20

8
A. B.

Gbr.4.A.Lesi kistik ballooned dgn trabekula yg kasar &tepi


sklerotik pada metafisis radius. B.Lesi litik ekspansil pada
metatarsal 3.17,20

Pada vertebra : lesi biasanya terletak di bagian posterior ( arcus neuralis, procesus

transversus maupun processus spinosus), menghasilkan suatu massa yang sangat

menggembung dan ekspansil dengan cortex yang sangat tipis disertai hilangnya

pedikel.17

Gbr.5. ABC pada vertebra.Lesi litik disertai


18
hilangnya pedikel pada sisi kiri CV.T.12.

9
CT Scan :

ABC tampak sebagai lesi osteolitik dengan ossifikasi periosteal yang membentuk

daerah yang menyerupai kulit telur (egg-shell appearance) disertai fluid-fluid level di

dalamnya (karena kista-kista didalam lesi berisi darah dan cairan serous)17,21

Gbr.6. CT-Scan non kontras; lesi


litik ekspansil pada aspek posterior
17
CV.Thoracal.

MRI :

 Kista dengan intensitas signal yang berbeda-beda

 Batas tegas dengan kontur lobulated

 Kista disertai fluid-fluid level dengan septasi didalamnya17

Gbr.7. ABC pada distal tibia. A. MRI


T1- Coronal, lesi ekspansil heterogen
hipointens pada metafisis distal. B. MRI
T2- Axial , lesi ekspansil hiperintens
18
dengan fluid-fluid level didalamnya.
A. B.

10
Bone Scan :

Terlihat peningkatan uptake pada tepi lesi dengan gambaran normal atau

penurunan uptake pada sentral lesi yang memberikan gambaran “doughnut

sign”17

Gbr.8. Tampak peningkatan uptake pada


perifer lesi daerah metafisis femoralis dan
17
penurunan uptake pada sentral lesi.

Patologi Anatomi

Gambaran Makroskopik

ABC merupakan massa tumor yang kaya akan vaskular, dan bagian yang

mengalami ekspansil bentuknya seperti spons/sarang tawon berwarna merah gelap

sampai merah kecoklatan atau coklat dan memperlihatkan ruang-ruang yang

menyerupai kista yang berisi darah berwarna merah gelap. Kista ini bervariasi

ukurannya mulai dari 2 cm sampai 23 cm dan kadang-kadang berisi cairan serous.

Pada lesi dapat pula terlihat trabekula tulang atau kelompok jaringan fibrosa dan

daerah-daerah tulang atau fibrosa yang lebih padat.

11
Gbr. 9. Spesimen yang
memperlihatkan adanya
perdarahan dan lesi kistik
17
yang berseptasi.

Gambaran Mikroskopik

Pola ABC secara mikroskopik bervariasi, namun pada dasarnya lesi terbentuk

oleh ruang-ruang kistik besar maupun kecil berisi darah yang dibatasi oleh septa

yang terdiri dari jaringan ikat fibrosa, trabekula jaringan fibrosa dan osteoid, atau

jaringan granulasi yang berisi multinucleated giant cells. Pada beberapa ABC, ruang-

ruang yang berisi darah terlihat dibatasi oleh endothelium yang tidak begitu jelas.

Kadang-kadang pada stroma juga terdapat hemosiderin, darah yang ekstravasasi,

histiosit, dan berbagai sel-sel inflamasi. Di perifer , bisa terlihat susunan tulang

subperiosteal, jaringan lunak yang terkompresi termasuk otot, lemak dan jaringan

ikat. Akumulasi giant cells dalm jumlah yang besar dapat terlihat apabila terjadi

perdarahan dalam septa yang membatasi ruang-ruang kistik. Ruang-ruang vaskuler

yang saling berhubungan (beranastomosis) dan tampak berkembang baik yang

merupakan sumber perdarahan pada lesi.3,14

Gbr.10. Mikroskopik dari ABC


terdiri dari multinucleated giant
14
cells

12
VI. DIAGNOSIS BANDING

Perbedaan Aneurysmal Bone Cyst Giant Cell Tumor Chondromyxoid Fibroma Simple Bone Cyst

1. Insiden Usia 10-30 thn. P : Usia 20-55 thn. Usia 20 – 30 thn. L : Usia 10 – 0 thn. L:P2–3:

L = 1,2 :1 L:P=1:2 P 1,5-2 : 1 1

2. Gambaran Soft tissue swelling Nyeri khususnya pada Soft tissue welling disertai Soft tissue swelling, nyeri dan

klinik disertai nyeri ringan sendi nyeri adanya fraktur patologik

3. Lokasi Metafisis tulang panjang Epifisis tulang Metafisis pada ekstremitas Proksimal metafisis yang

dan vertebra panjang bawah meluas ke diafisis

13
4.Gambaran Lesi litik ekspansil berseptasi Lesi osteolitik eksentrik Lesi osteolitik, ekspansil, Lesi luscent solid, batas tegas

Radiologik pd metafisis tulang panjang, terletak di epifisis batas tegas pada metafisis pada daerah sentral dengan tepi

tepi sklerotik dengan batas (subartikular) hingga disertai destruksi dan tepi yang sklerotik tanpa fluid-fluid

lesi tegas, destruksi dan metafisis, batas tidak yang sklerotik, kalsifikasi level

penipisan cortex tulang tegas. +/-

disertai fluid-fluid

level”Soap Bubble

Appearance”

3,5,9,17,18,20,21

14
VII. PENATALAKSANAAN
Metode penatalaksanaan yang paling berhasil adalah curetage dan bone
grafting. Dengan metode ini diperkirakan rekurensi sekitar 20-30%. Reseksi en
bloc juga memberikan hasil yang cukup memuaskan.17
Terapi radiasi biasanya dianjurkan pada lesi yang berulang maupun pada
lesi yang sulit dicapai secara pembedahan terutama lesi di vertebra. Dosis
radiasi yang dianjurkan antara 2000 – 3000 cGy diberikan dalam 3 – 4 minggu.
Namun harus dipertimbangkan pula bahaya postradiasi yang biasanya terjadi
yaitu sarcoma tulang atau soft tissue. Radiasi merupakan kontraindikasi apabila
lesi ABC dapat dicapai secara pembedahan.8,12,17,20
VIII. PROGNOSA
Prognosa penyakit ABC ini umumnya baik. Rekurensi terjadi sekitar 10-
20% dari semua kasus ABC. Oleh karena lesi ini bersifat jinak tidak akan
bertransformasi menjadi ganas dan tidak menimbulkan metastasis.8,12,20

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Althof, PA : Aneurysmal Bone Cyst. Available at : http://www.theoctorsdoctor.com


2. Anand, MKN : Aneurysmal Bone Cyst. Available at : http://www.emedicine.com
3. Anonim. Aneurysmal Bone Cyst. Available at
http://www.eradiography.net/radpath/a/Aneurysmalbonecyst.htm
4. Anonim. Chondroblastoma. Available at : http://www.emedicine.com/RADIO/topic 164.htm
5. Anonim. Giant Cell Tumours. Available at : http://www.emedicine.com/radio/topic307.htm
6. Anonim. Mimics on Radiography of Giant Cell Tumor of Bone. Available at http://www.America
journal/roentgenology.com
7. Cotran RS, Kumar V : Skeletal System. Robbins Pathologic Basis of Disease. WB Saunders
Company. Philadelphia. 1989.p.1344-1345
8. Eastwood B. Aneurysmal Bone Cyst. Available at
http://www.emedicine.com//orthoped//topic463.htm
9. Edeiken J, Hodes PJ : Tumors and Tumorlike Conditions in Golden’s Diagnostic Radiology.
nd
Vol.2. 2 ed. The Williams & Wilkins Company. Baltimore. 1973.p.882-898, 931-936, 998-1006.
10. Ekayuda I : Tumor Tulang dan Lesi yang Menyerupai Tumor Tulang dalam Radiologi
Diagnostik. Ed. 4. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 1996. hal. 74-76.
11. Juhl, JH : Bone Tumors and Related Conditions in Paul and Juhl`s Essentials of Roentgen
th
Interpretation. 4 ed. Harper & Row Publisher. Hagerstown. 1987. P.204-206.
12. Kumar M : Aneurysmal Bone Cyst. Available at http://www.emedicine.com/radio/topic26.htm
13. Luhulima : Osteologi Program Pendidikan Dokter. Bagian Anatomi FKUH. Makassar. 2003.
14. Patel C : Aneurysmal Bone Cyst of The Spine in African Journal of Neurological Sciences.
Available at : http://www.fk.AJNS-African Journal of Neurological Sciences.htm.
15. Putz R, Pabst R : Alat Pergerakan Pasif, Perkembangan Tulang, Susunan Tulang, Osteologia
dalam Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Vol.2 ed.20 EGC.Jakarta. 1995.hal.7
16. Rasjad C : Tumor Muskuloskletal dalam Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi. Ed.2. Bintang
Lamumpatue. Makassar. 2003. hal. 310.
st
17. Stoller DW, Tirman PFJ, Bredella MA : Bone Tumors in Diagnostic Imaging Orthopaedics. 1
ed. Amirsys Inc. Utah. 2004.p. 8.30-69.
18. Sutton D : Tumours and Tumour Like Conditions of Bone in Textbook of Radiology and
th
Imaging. 7 ed. Churchill Livingstone. Philadelphia. 2003.p.1292-1297
19. Sylvia A : Tumor Sistem Muskuloskeletal dalam Fisiologi Proses-proses Penyakit. Anugerah P.
Ed.4. EGC. Jakarta. 2000. hal.1212-1213
rd
20. Teplick JG, Haskin ME : Diseases of Bone in Roentgenologic Diagnosis. 3 ed. WB Saunders
Company. Philadelphia. 1976.p.1376-1389
21. Weissleder R, Wittenberg J, Harisinghani MG, Chen JW : Musculoskeletal Imaging in Primer of
th
Diagnostic Imaging. 4 ed. Mosby Elsevier. Philadelphia. 2007.p.444-446.

16
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. M.
Umur : 18 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki

II. ANAMNESA
Keluhan Utama : Benjolan di leher
Anamnesa Terpimpin :
Benjolan di leher bagian belakang dirasakan sejak 2 bulan yang lalu, 3
minggu terakhir membesar dengan cepat. Terkadang rasa nyeri, demam tidak
ada, nafsu makan baik . BAB dan BAK biasa.

III. PEMERIKSAAN FISIK


KU : Sakit sedang/gizi baik/composmentis
Tanda2 Vital : T : 120/70 mmHg N : 96x/mnt P : 28x/mnt S : 36,7 0C
StatusGeneralis :
Mata : anemis -/-, ict -/-, Ref +/+
Thorax : Paru : Suara nafas vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen : H/L ttb, Ascites (-)
Ekstremitas : Superior dan inferior : Pergerakan dan kekuatan berkurang

Status Lokalis :
I : Tampak benjolan pada baian belakang leher
P : Teraba massa tumor, batas tidak jelas, terfixir dan konsistensi kenyal
P : Nyeri ketok ( - )

Status Neurologik :
 GCS : E4M6V5
 Motorik : <5 < 5 N N - -
P K T N N RF RP
< 5 <5 N N - -

17
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium :
a. Darah
Hb : 11,9 gr %
Leukosit : 8,9.103 /mm3
Eritrosit : 4,64.106 /mm3
PLT : 387 . 10 3 /mm3

b. Sitologi
- Pemeriksaan Makroskopik
Benjolan di leher belakang kiri + sebesar tinju anak. FNA 2x, aspirasi sedikit
seperti cairan serous.

- Pemeriksaan Mikroskopik
Hapusan dari aspirasi hanya terdiri dari sel-sel darah merah, tidak ada sel-sel
ganas

Diagnosa :
Mungkin suatu proses edema karena proses lain disekitarnya, tidak ditemukan
adanya sel-sel ganas pada aspirasi

18
V. PEMERIKSAAN RADIOLOGIK
Cervical AP/Lat :

- Tampak lesi litik dengan karakteristik ballooning pada pedikel kiri dan
processus spinosus corpus vertebra C6.
- Aspek posterior corpus vertebra C6 relatif normal.
- Ketebalan discus intervertebralis pada level di atas dan di bawah C6 tampak
normal.
- Corpus vertebra dan discus intervertebralis lainnya normal.

Kesan : Tumor arcus posterior corpus vertebra C6

19
CT-Scan Cervical non kontras dan kontras :

CT-Scan non kontras

CT-Scan dengan kontras

- Pada arcus posterior dan pedikel kiri corpus vertebra C6 tampak massa
kistik ekspansil berseptasi dengan cortex yang tipis dan relatif intak disertai
gambaran fluid-fluid level di dalam massa tersebut.
- Pasca pemberian kontras intravena terlihat penyangatan perifer pada septa
massa kistik tersebut.
- Canalis spinalis level tersebut tampak terdesak dari arah posterior.

Kesan : Sesuai gambaran Aneurysmal Bone Cyst

20
VII. TERAPI
- Operatif
- Terapi radiasi

VIII. DISKUSI
Aneurysmal bone cyst bukanlah merupakan neoplasma sejati, tetapi

merupakan lesi yang menyerupai tumor, ekspansil dan erosive pada tulang yang

diduga dimulai dan terjadi oleh karena adanya fistula arteriovenous tulang, akibat

adanya tekanan hemodinamik maka akan terjadi reaksi tulang sekunder yang

membentuk Aneurysmal bone cyst ini.

Penyebab pasti dari tumor ini masih belum jelas. Namun ada beberapa

teori yang menyebutkan bahwa trauma berat dan fraktur dapat menginduksi

terjadinya fistula arteriovenous sehingga terjadi ABC. Adapula penelitian lain

yang menyimpulkan terjadinya ABC akibat efek destruksi lokal dan perubahan

hemodinamik dari proses neoplasma jinak maupun ganas yang merupakan lesi

prekursor sehingga terjadi arteriovenous atau vaskular anomali yang memicu

ABC.

Modalitas radiologi yang paling baik untuk mendiagnosis ABC adalah

dengan imaging MRI karena dapat memperlihatkan lebih jelas lesi kistik

ekspansil yang berseptasi disertai fluid-fluid level didalamnya.

Tindakan atau terapi pada ABC dapat dilakukan dengan curetage dan bone

grafting) serta terapi radiasi sesuai lokasi dari tumor.

Pada pasien ini datang dengan keluhan utama benjolan pada daerah leher

bagian belakang disertai nyeri ringan yang berkembang cepat. Hasil

pemeriksaan sitologi FNA ditemukan adanya cairan serous dan sel-sel darah

21
merah tanpa adanya sel ganas, pemeriksaan neurologik ditemukan adanya

tetraparese akibat adanya lesi setinggi CV.C6 Pada foto polos cervical AP/Lat

ditemukan adanya tumor arcus posterior CV. C6, hasil CT-Scan cervical non

kontras dan kontras ditemukan adanya gambaran aneurismal bone cyst maka

dapat ditegakkan diagnosis dari pasien ini adalah aneurismal bone cyst.

Penanganan pada pasien ini adalah dilakukan dengan tindakan operatif

berupa curettage dan bone grafting serta terapi radiasi oleh karena lesi berada di

bagian posterior.

22
23

Anda mungkin juga menyukai