Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Halusinasi
Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses diterimanya rangsang
sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh penginderaan atau
sensasi: proses penerimaan rangsang (Stuart, 2007).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana
pasien mempersiapkan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indra tanda ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan
yang dialami suatu proses melalui panca indra tanpa stimulus eksteren
(Prabowo, 2014).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal
(dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan
tanpa objek atau rangsangan yang nyatu. Sebagai contoh klien mengatakan
mendengar suara tetapi tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati dan
Hartono, 2012).
Halusunasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien
mengalami perubahan sensori persepsi merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, dan penghiduaan (Dadang,
2001).

B. Penyebab Halusinasi
1. Faktor predisposisi
a) Factor perkembangan : klien terganggu misalnya rendahnya control
dan kehangatan keluarga sehingga menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan kegiatan sendiri secara kecil.
b) Factor sosialkultural : kl,ien merasa tidak diterima dilingkungan
sekitar, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
c) Factor biokimia : klien berpengaruh terhadap terjadinya gangguan
jiwa.
d) Factor psikologi : tipe kepribadian, mudah terjerumus dalam
penggunaan zat adaptif.
e) Factor genetic dan pola asuh : bahwa anak sehat di asuh oleh
seserang yang menderita skrizofrenia sehingga anak yang di asuh
cenderung pada scrizofrenia.
2. Factor prespitasi
a) Biologis : gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak.
b) Lingkungan : adanya stressor pada lingkungan sekitar.
c) Koping : mempengaruhi respon individu dalam menghadapi stress.
d) Prilaku : respon halusinasi klien dapat curiga, gelisah dan
binggung.
(Struat & Laraia, 2007)

C. Jenis Halusinasi
1. Halusinasi pendengaran : dimana klien mendengar suara suara
terutama suara orang. Biasanya klien mendengar suara orang dan apa
yang dipikirkan.
2. Halusinasi penglihatan : dalam bentuk beragam seperti bentuk
pancaran cahaya, gambar kartun atau panorama. Biasanya bias
menyenangkan dan menakutkan.
3. Halusinasi penghidu : klien ditandai adanya bau busuk, amis, dan bau
yang menjijikan
4. Halusinasi peraba : klien ditandai dengan rasa salah atau tidak enak
tanpa stimulus terlihat.
5. Halusinasi pengecap : merubah sesuatu yang busuk, amis, dan
menjijikan
6. Halusinasi sintesik : klien merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri.
7. Halusinasi visual : klien merasakan timbul perasaan sesuatu di dalam
tubuhnya.

(Town send, 2004)

D. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Pikiran logis Pikiran kadang kelainan pikiran
Persepsi akurat menyimpang ilusi Halusinasi
Emosi konsisten Reaksi emosional Ketidakmampuan
Prilaku sesuai Prilaku tidak lazim Emosi
Hubungan social mengalami menarik diri
Ketidak teraturan
(Struart, 2007)

E. Fase Halusinasi
1. Comporting ( halusinasi menyenangkan,cemas ringan)
Klien yang berhalusinasi mengalami emosi yang itense seperti
cemas, kesepian, merasa bersalah, dan takut dan mencoba untuk
berfokus pada pikiran yang menyenang kan untuk menghilangkan
kecemasan.seseorang mengenal bahwa pikiran pengalaman sensori
berada dalam kesadaran control jika kecemasan tersebut bisa dikelola.
Perilaku yang dapat diobservasi:
a. Tersenyum lebar, menyeringai tetapi tanpak tidak tepat
b. Menggerakan bibir tanpa membuat suara
c. Pergerkan mata yang tepat
d. Respon verbal yang lambat seperti asyik
e. Diam dan tanpak asik
2. Comdeming ( halusinasi menjijikan, cemas sedang )
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Klien yang
berhalusinasi yang mulai merasa kehilangan control dan mungkin
berusaha menjauh diri, sertra merasa malu karna adanya pengalaman
sensori tersebut dan menarik dari diri orang lain.
Perilaku yang dapat diobservasi:
a. Ditandai dengan peningkatan kerja syisem syraf autonomic yang
menunjukan kecemasan missal nya terdapat peningkatan nadi,
pernafasan dan tekanan darah.
b. Rentangperhatian menjadi sempit
c. Asyik dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan
kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realias
3. Controlling ( pengalaman sensori berkuasa, cemas berat )
Klien yang berhalusinasi menyerah untuk mencoba melawan
pengalama halusinasinya. Isi halusinasi bisa menjadi menarik/
memikat. Seseorang mungkin mengalami kesepian jika pengalaman
sensori berakhir:
a. Arahan yang disertai halusinasi tidak hanya dijadikan obyek saja
oleh klien tetapi mun gkin diikuti/dituruti
b. Klien mengalami kesulitan berhubungan dengan orang lain
c. Rentang perhatian hanya dalam beberapa detik atau menit
d. Tanpak tanda kecemasan berat seperti berkeringtat,teremor, tidak
mampu mengikuti perintah.
4. Conquering ( melebur dalam pengaruh halusinasi, panic )
Pengalaman sensori bisa mengancam jika klien tidak mengikuti
perintah dari halusinasi.halusinasi mungkin berakhir dalam waktu
empat jam atau sehari bila tidak ada itrvensi traupetik.
Perilaku yang dapat di observasi:
a. Perilaku klien tanpak seperti dihantui tremor dan panic
b. Potensi kuat untuk bunuh diri dan membunuh orang lain
c. Aktifitas fisik yang menggambarkan klien menunjukan isi dari
halusinasi misalnya kelien melakukan kekerasan, igatasi, menariik
diri atau katatonia.
d. Klien tidak dapat berespon pada lebih dari satu orang
(Videback, 2008)
F. Tanda dan Gejala Halusinasi
1. Bicara, senyum, dan ketawa sendiri.
2. Mengerakan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat.
3. Menarik diri dari orang lain dan berusaha menghindari diri dari orang
lain.
4. Tidak bias membedakan antara nyata dan tidak nyata.
5. Perhatian dengan lingkungan yang kurang.
6. Curiga, bermusuhan, dan takut.
7. Sulit berhubungan dengan orang lain.
8. Ekspresi wajah tegang.
9. Tidak mampu mengikuti perintah.
10. Tampak tremor dan berkeringat.
(Maramis, 2005)

G. Mekanisme Koping
1. Regresi : menjadi malas beraktifitas sehari hari.
2. Proyeksi : menjelaskan suatu persepsi
3. Menarik diri : sulit untuk mempercayai orang lain dan asyik dengan
stimulus internal.
(Maramis, 2005)

H. Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan (akibat)


Gangguan sensori persepsi : Halusinasi (masalah utama)

Isolasi Sosial (penyebab)

Harga Diri Rendah (pencetus)


Pohon masalah gangguan persepsi sensori : halusinasi (Keliat, 2006)

I. Penatalaksanaan Halusinasi
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik Untuk mengurangi tingkat
kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi,
sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual
dan usahakan agar terjadi knntak mata, kalau 5ias pasien di sentuh atau
di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional.
Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah
dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya
pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan.
Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang
perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas,
misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan
permainan
2. Melaksanakan program terapi dokter Sering kali pasien menolak obat
yang di berikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang di
terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif.
Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya,
serta reaksi obat yang di berikan.
3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang
ada. Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat
menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya
halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan
data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain
yang dekat dengan pasien.
4. Memberi aktivitas pada pasien Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk
melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain atau
melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan
pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain.
Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang
sesuai.
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data
pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses
keperawatan, misalnya dari percakapan dengan pasien di ketahui bila
sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi
bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas.
Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan
menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada.
Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan
petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di
berikan tidak bertentangan.
(Schiffman et al, 2004 dalam Stuart, 2007)

J. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Data yang perlu dikaji
a) Gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran
1) Data Subjektif :
- Klien mengatakan mendengar suara-suara atau kegaduhan.
- Klien mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
- Klien mendengar suara yang menyuruh melakukan sesuatu
berbahaya.
2) Data Objektif
- Klien berbicara dan tertawa sendiri.
- Klien marah-marah tanpa sebab.
- Klien mengarahkan telinganya kearah tertentu.
- Klien menutup telinga.
2. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
a) Masalah Keperawatan :
Gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran
3. Rencana Tindakan Keperawatan
- Tindakan Keperawatan untuk Pasien
a. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi :
1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal

b. Tindakan Keperawatan
1) Membantu pasien mengenali halusinasi.
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi Saudara
dapat melakukannya dengan cara berdiskusi dengan pasien
tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu
terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi
yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien
saat halusinasi muncul.
2) Melatih pasien mengontrol halusinasi.
Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol
halusinasi Saudara dapat melatih pasien empat cara yang
sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi.Keempat
cara tersebut meliputi:
a) Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan
diri terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi
yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak
terhadap halusinasi yang muncul atau tidak
mempedulikan halusinasinya. Kalau ini dapat dilakukan,
pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak
mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi
tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien tidak
akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam
halusinasinya.
Tahapan tindakan meliputi:
- Menjelaskan cara menghardik halusinasi
- Memperagakan cara menghardik
- Meminta pasien memperagakan ulang
- Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku
pasien
b) Bercakap-cakap dengan orang lain
Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Ketika pasien
bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi;
fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke
percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut.
Sehingga salah satu cara yang efektif untuk mengontrol
halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang
lain.
c) Melakukan aktivitas yang terjadwal
Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi
adalah dengan menyibukkan diri dengan aktivitas yang
teratur. Dengan beraktivitas secara terjadwal, pasien
tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang
seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien
yang mengalami halusinasi bisa dibantu untuk mengatasi
halusinasinya dengan cara beraktivitas secara teratur dari
bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam
seminggu. Tahapan intervensinya sebagai berikut:
- Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk
mengatasi halusinasi.
- Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh
pasien
- Melatih pasien melakukan aktivitas
- Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai
dengan aktivitas yang telah dilatih. Upayakan
pasien mempunyai aktivitas dari bangun pagi
sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu.
- Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan;
memberikan penguatan terhadap perilaku pasien
yang positif.
d) Menggunakan obat secara teratur
Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga
harus dilatih untuk menggunakan obat secara teratur
sesuai dengan program. Pasien gangguan jiwa yang
dirawat di rumah seringkali mengalami putus obat
sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila
kekambuhan terjadi maka untuk mencapai kondisi
seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu
dilatih menggunakan obat sesuai program dan
berkelanjutan. Berikut ini tindakan keperawatan agar
pasien patuh menggunakan obat:
- Jelaskan guna obat
- Jelaskan akibat bila putus obat
- Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
- Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5
benar (benar obat, benar pasien, benar cara, benar
waktu, benar dosis)

K. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan
cara-cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol
halusinasi dengan cara pertama: menghardik halusinasi
- Fase Orientasi:
”Assalamualaikum R. Saya perawat yang akan merawat R. Nama
Saya XX, senang dipanggil X. Nama R siapa? Senang dipanggil
apa”
” Bagaimana perasaan R hari ini? Apa keluhan R saat ini”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara
yang selama ini R dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana
kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 30
menit”
- Fase Kerja:
”Apakah R mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang
dikatakan suara itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan
yang paling sering R dengar suara? Berapa kali sehari R alami?
Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu
sendiri?”
” Apa yang R rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang R lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan
cara itu suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar
cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?
” R , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.
Pertama, dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan
yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan
teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan
menghardik”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul,
langsung R bilang, pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau
dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu
tak terdengar lagi. Coba R peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba
lagi! Ya bagus R sudah bisa”
- FaseTerminasi:
”Bagaimana perasaan R setelah peragaan latihan tadi?” Kalau
suara-suara itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut !
bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja
latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik
halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana
kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan
suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa R?Bagaimana
kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana
tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa. Assalamu’alaikum”

2. SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara


bercakap-cakap dengan orang lain
- Fase Orientasi:
“Assalammu’alaikum R. Bagaimana perasaan R hari ini? Apakah
suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang
telah kita latih?Berkurangkan suara-suaranya Bagus ! Sesuai janji
kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan
selama 20 menit. Mau di mana? Di sini saja?
- Fase Kerja:
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain
adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau R
mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari teman untuk
diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan R. Contohnya
begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol
dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya Kakak R
katakan: Kak, ayo ngobrol dengan R. R sedang dengar suara-
suara. Begitu R. Coba R lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya,
begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya R!”
- Fase Terminasi:
“Bagaimana perasaan R setelah latihan ini? Jadi sudah ada
berapa cara yang R pelajari untuk mencegah suara-suara itu?
Bagus, cobalah kedua cara ini kalau R mengalami halusinasi lagi.
Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian R.
Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan
secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi
saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang
ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 10.00? Mau di mana/ Di sini lagi? Sampai
besok ya. Assalamualaikum”

3. SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara


melaksanakan aktivitas terjadwal
- Fase Orientasi:
“Assalamu’alaikum R. Bagaimana perasaan R hari ini? Apakah
suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara
yang telah kita latih ? Bagaimana hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji
kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah
halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita
bicara? Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara?
Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.”
- Fase Kerja:
“Apa saja yang biasa R lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya,
terus jam berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya
sampai malam). Wah banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih
dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus sekali R bisa
lakukan. Kegiatan ini dapat R lakukan untuk mencegah suara
tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari
pagi sampai malam ada kegiatan.
- Fase Terminasi:
“Bagaimana perasaan R setelah kita bercakap-cakap cara yang
ketiga untuk mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan
3 cara yang telah kita latih untuk mencegah suara-suara. Bagus
sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian R. Coba
lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang
lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas
dari pagi sampai malam) Bagaimana kalau menjelang makan siang
nanti, kita membahas cara minum obat yang baik serta guna obat.
Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi?Di ruang
makan ya! Sampai jumpa. Wassalammualaikum.

4. SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur


- Fase Orientasi:
“Assalammualaikum R. Bagaimana perasaan R hari ini? Apakah
suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara
yang telah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya sudah
dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini
kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang R minum. Kita
akan diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Di
sini saja ya R?”
- Fase Kerja:
“R adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah
suara-suara berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya
suara-suara yang R dengar dan mengganggu selama ini tidak
muncul lagi. Berapa macam obat yang R minum ? (Perawat
menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali
sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk
menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam
nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang
merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk
pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak
boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab
kalau putus obat, R akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke
keadaan semula. Kalau obat habis R bisa minta ke dokter untuk
mendapatkan obat lagi. R juga harus teliti saat menggunakan obat-
obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya R harus memastikan
bahwa itu obat yang benar-benar punya R. Jangan keliru dengan
obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat
diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum
sesudah makan dan tepat jamnya. R juga harus perhatikan berapa
jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per
hari”
- Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan R setelah kita bercakap-cakap tentang obat?
Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara?
Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar). Mari kita masukkan
jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan R. Jangan lupa pada
waktunya minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di
rumah. Nah makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk
melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan.
Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.
Wassalammu’alaikum.

Anda mungkin juga menyukai