Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kesehatan adalah hak asasi manusia yang menjadi unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, yang termasuk dalam
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat
menjadi sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Aspek perilaku
merupakan hal yang paling penting agar terwujud status kesehatan masyarakat yang
semakin meningkat. Agar terwujud kesehatan yang meningkat maka seluruh
anggota masyarakat, individu, keluaraga, lingkungan sekolah, lingkungan kerja dan
sebagainya harus hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku sehat, mampu
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata serta memiliki
derajat kesehatan yang tinggi (Kemenkes, RI 2011).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2014), setiap tahun sekitar 2,2 juta
orang di negara-negara berkembang meninggal dunia akibat berbagai penyakit yang
disebabkan oleh tingkat sanitasi dan hygiene yang buruk. Dalam rangka
mewujudkan paradigma sehat yang berkaitan dengan promosi kesehatan di
Indonesia, Menteri Kesehatan Republik Indonesia membuat Pedoman Pembinaan
Perilaku Hidup Bersih Sehat yang tertuang dalam peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor :2269/MENKES/PER/XI/2011 yang mengatur upaya
peningkatan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) di seluruh Indonesia yang
mengacu kepada pola managemen PHBS. Upaya tersebut dilakukan untuk
memberdayakan masyarakat dalam memelihara, meningkatkan, melindungi
kesehatannya sehingga mereka sadar, mau, mampu secara mandiri dalam
meningkatkan status kesehatannya baik dalam keluarga maupun lingkungan sekitar.
Menurut Eka S dkk (2017) Perilaku hidup bersih dan sehat adalah perilaku yang
dipraktikkan atas kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan

1
seseorang, keluarga, sekolompok serta masyarakat dapat menolong dirinya sendiri
di kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan. Komponen Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di rumah Tangga.

Program PHBS ini adalah program nasional yang dibuat oleh pemerintah untuk
seluruh wilayah di Indonesia. Program PHBS tidak membuat perbedaan indikator
penilaian untuk wilayah atau kawasan tertentu seperti wilayah pantai, desa, atau
kota. Sasaran PHBS tidak hanya sebatas tentang hygiene, namun lebih
komprehensif dan luas mencakup perubahan lingkungan fisik, biologi, sosial
budaya masyarakat sehingga tercipta lingkungan yang berwawasan kesehatan dan
perilaku hidup bersih dan sehat. Program PHBS dibagi dalam lima tatanan yaitu
tatanan rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan dan tatanan tempat-
tempat umum (Maryunani Anik 2013).

Menurut Kemenkes (2011) setiap tatanan mempunyai indikator sendiri. Pada


kenyataannya, kesadaran masyarakat untuk berperilaku sehat masih belum seperti
yang diharapkan, walaupun beberapa kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk berperilaku yang sehat telah dilaksanakan dalam
kegiatan PHBS terdapat beberapa tatanan, tiga tatanan yang menjadi utama sasaran
PHBS adalah tatanan rumah tangga, tatanan institusi dan tatanan TTU (Tempat-
tempat Umum). PHBS pada tatanan rumah tangga mempunyai daya ungkit yang
paling besar terhadap perubahan perilaku masyarakat secara umum.

Keluarga merupakan unit terkecil dari suatu bangsa. Di dalam keluarga terjadi
interaksi dan komunikasi antara anggota keluarga yang menjadi awal penting dari
suatu proses pendidikan. Ditanamkannya PHBS sejak dini dalam keluarga dapat
menciptakan keluarga yang sehat. Keluarga yang sehat akan membentuk
masyarakat, desa dan kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi dan bangsa yang
sehat. Bangsa yang sehat memiliki derajat kesehatan yang tinggi,sehingga
meningkatkan produktivitas bangsa tersebut (Depkes RI, 2010).

2
Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari tidak sehat menjadi
perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Karenanya
kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah
tangga serta diperjuangkan oleh semua pihak. Rumah tangga ber-PHBS berarti
mampu menjaga, meningkatkan dan melindungi kesehatan setiap anggota rumah
tangga dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif
untuk hidup sehat. Penerapan PHBS dirumah tangga merupakan tanggung jawab
setiap anggota rumah tangga, pemerintah beserta jajaran terkait untuk memfasilitasi
kegiatan PHBS agar dapat berjalan secara efektif (Maryunani, Anik. 2013).

Upaya peningkatan perilaku sehat di rumah tangga masih belum menunjukan hasil
yang optimal, dapat dilihat dari hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS 2013)
menunjukan bahwa di Indonesia hanya 24,9% yang tergolong rumah sehat.
Terdapat 34 provinsi di Indonesia dengan persentase rumah sehat, dimana DKI
Jakarta merupakan salah satu provinsi dengan persentase rumah sehat 33,6%.
Proporsi rumah tangga yang memenuhi kriteria perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) baik menurut provinsi, menyatakan bahwa proporsi nasional rumah tangga
dengan PHBS baik adalah 32,3%, dengan proporsi tertinggi pada DKI Jakarta
(56,8%) dan terendah pada Papua (16,4%). Hal ini dibuktikan melalui berbagai
kejadian penyakit menular seperti kejadian demam berdarah dan diare yang
tinggi,oleh karena itu diharapkan perawat atau tenaga kesehatan lainnya berupaya
untuk memberikan informasi dengan cara melakukan edukasi, untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga tentang PHBS (RISKESDAS, 2013).

Menurut Kemenkes RI 2011, ada 10 indikator PHBS tatanan rumah tangga yaitu
persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, memberikan ASI ekslusif,
menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan
air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik nyamuk
dirumah seminggu sekali, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas
fisik setiap hari dan tidak merokok didalam rumah. Penolong persalinan oleh tenaga
kesehatan yang berkompeten merupakan salah satu indikator dari PHBS, tenaga

3
kesehatan yang berkompeten sebagai penolong persalinan adalah dokter spesialis
kebidanan dan kandungan. Secara keseluruhan presentase penolong persalinan
paling tinggi sebesar 87,1% ditolong oleh dokter atau bidan.

Hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS 2013) menyatakan bahwa DKI Jakarta
memiliki beberapa indikator yang belum sesuai harapan. Persentase bayi menyusui
secara ekslusif sampai 6 bulan hanya 15,3%. Bayi/balita yang dilakukan
pemantauan pertumbuhan atau penimbangan empat kali atau lebih enam bulan
terakhir sekitas 53,7%. Lalu perilaku hygiene meliputi kebiasaan mencuci tangan
dengan air bersih dan sabun sebesar 39,2% dan penggunaan jamban sehat sekitar
98,9%. Kebiasaan makan buah dan sayur setiap hari sekitar 93%, melakukan
aktivitas fisik dengan aktif sekitar 55,8% dan tidak aktif 44,2%. Lalu perilaku
merokok di dalam rumah sekitar 23,2%.

Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta pada Tahun 2015 jumlah
kepala keluarga sebanyak 247.411 jiwa, yang mempunyai cakupan dari beberapa
indikator yaitu persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak (94%),
memberi bayi ASI Eksklusif sebanyak (25%), menimbang balita setiap bulan
sebanyak (53%), menggunakan air bersih sebanyak (85%), mencuci tangan dengan
air bersih sebanyak (93%), menggunakan jamban sehat sebanyak (85%),
memberantas jentik di rumah sekali seminggu sebanyak (94%), makan buah dan
sayur setiap hari sebanyak (95%), melakukan aktivitas fisik setiap hari sebanyak
(96%), tidak merokok di dalam rumah sebanyak (58%).

Ada beberapa wilayah di Jakarta yang belum memenuhi kriteria PHBS yang baik,
terutama di wilayah bantaran sungai salah satunya adalah Manggarai. Peneliti telah
melakukan studi pendahuluan pada tanggal 5 Mei 2017 di wilayah RT 08/01
Kelurahan Manggarai yang memiliki jumlah 117 kepala keluarga. Dari hasil
kuesioner yang dilakukan peneliti diperoleh data sebagai berikut : 18 dari 20 kepala
keluarga mengatakan belum mengetahui tentang perilaku hidup bersih dan sehat,

4
hal ini karena kurangnya informasi berupa penyuluhan tentang pentingnya perilaku
hidup bersih dan sehat di tatanan rumah tangga dan tingkat pendidikan yang rendah
wilayah tersebut. Informasi yang belum diketahui kepala keluarga tentang indikator
PHBS, mencakup dari beberapa indikator perilaku hidup bersih dan sehat
didapatkan data yaitu: persalinan oleh tenaga kesehatan sebanyak 16 orang,
memberi Asi Eksklusif sebanyak 15 orang, menimbang bayi/balita setiap bulan
sebanyak 6 orang, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebanyak 4 orang,
menggunakan air bersih sebanyak 15 orang, mengunakan jamban sehat sebanyak
13 orang, memberantas jentik dirumah sebanyak 20, makan sayur dan buah setiap
hari sebanyak 7 orang, melakukan aktifitas fisik setiap hari sebanyak 9 orang, tidak
merokok di dalam rumah sebanyak 3 orang.

Selain itu peneliti juga melakukan observasi awal di lingkungan RT 08/01


didapatkan bahwa lingkungan tampak kotor, kumuh, sampah berserakan di mana-
mana, MCK masih menyatu dengan yang lain, dan masih banyak yang merokok di
dalam rumah. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik mengambil judul “Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Hidup Dan Sehat Pada Keluarga Di
Sekitar Bantaran Kali Wilayah RT 08/01 Kelurahan Manggarai Kecamatan Tebet”.

1.2 Rumusan Masalah


Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti bahwa masih banyak kepala
keluarga yang belum mengetahui tentang perilaku hidup bersih dan sehat, hal ini
karena kurangnya informasi berupa penyuluhan tentang pentingnya perilaku hidup
bersih dan sehat di tatanan rumah tangga. Ditambah dengan hasil observasi di
lingkungan RT 08/01 didapatkan bahwa lingkungan masih tampak kotor, kumuh,
sampah berserakan di mana-mana, MCK masih menyatu dengan yang lain, dan
masih banyak yang merokok di dalam rumah. Oleh karena itu, peneliti merumuskan
apa saja Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Hidup Dan Sehat Pada
Keluarga Di Sekitar Bantaran Kali Wilayah RT 08/01 Kelurahan Manggarai
Kecamatan Tebet Jakarta Selatan”.

5
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui apa saja faktor- faktor yang berhubungan dengan perilaku hidup bersih
dan sehat pada keluarga di sekitar bantaran kali wilayah RT 08/01 Kelurahan
Manggarai Kecamatan Tebet Jakarta Selatan”

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Mendapatkan gambaran distribusi frekuensi faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku hidup dan sehat (PHBS) pada keluarga ( tingkat pengetahuan,
motivasi, sikap, sarana prasarana)
b. Mengindentifikasi perilaku PHBS berdasarkan indikator dari PHBS pada
keluarga di sekitar bantaran kali wilayah RT 08/01 Kelurahan Manggarai
Kecamatan Tebet.
c. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang perilaku hidup
bersih sehat pada keluarga di sekitar bantaran kali wilayah RT 08/01 Kelurahan
Manggarai Kecamatan Tebet.
d. Mengetahui hubungan motivasi keluarga tentang perilaku hidup bersih sehat
pada keluarga di sekitar bantaran kali wilayah RT 08/01 Kelurahan Manggarai
Kecamatan Tebet.
e. Mengetahui hubungan sikap keluarga tentang perilaku hidup bersih sehat pada
keluarga di sekitar bantaran kali wilayah RT 08/01 Kelurahan Manggarai
Kecamatan Tebet.
f. Mengetahui hubungan sarana prasarana tentang perilaku hidup bersih sehat
pada keluarga di sekitar bantaran kali wilayah RT 08/01 Kelurahan Manggarai
Kecamatan Tebet.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada keluarga.

6
1.4.2 Ilmu Keperawatan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan, serta
menjadi landasan dalam pengembangan ilmu keperawatan komunitas dan keluarga
khususnya dibidang kesehatan lingkungan.

1.4.3 Bagi Keluarga/ Masyarakat


Memberi informasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat kepada keluarga,
sehingga dapat menerapkan didalam kehidupan sehari-hari khususnya yang tinggal
di bantaran kali wilayah RT 08/01 Kelurahan Manggarai Kecamatan Tebet.

1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan


Hasil penelitian ini di harapkan sebagai evaluasi pembelajaran untuk penelitian
selanjutnya dan juga sebagai bahan tambahan dalam proses belajar dan menambah
wawasan bagi instansi pendidikan.

1.5 Ruang Lingkup


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apa saja faktor- faktor yang berhubungan
dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Data yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan data primer karena menggunakan lembar kuesioner pada keluarga yang
tinggal di sekitar bantaran kali wilayah RT 08/06 Kelurahan Manggarai Kecamatan
Tebet. Rancangan penelitian ini mengunakan metode korelasi menggunakan
pendekatan cross sectional kuantitatif non eksperimen.

7
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Perilaku


Menurut Notoatmodjo (2012) Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas makhluk
hidup yang bersangkutan. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia itu
sendiri adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia yang dapat diamati secara
langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Skinner (1938) seorang ahli
psikologi, merumuskan bahwa perilaku respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus dari luar. Oleh karena itu perilaku terjadi melalui adanya proses stimulus
terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon.

2.1.1 Bentuk-Bentuk Perilaku


Menurut Notoatmodjo (2010) Perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Perilaku Tertutup (Covert Behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tertutup (convert). Respons


atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi
pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus
tersebut. Oleh karena itu covert behavior atau unobservable behavior, misalnya
seorang pemuda tahu dampak dari rokok. Bentuk perilaku tertutup lainnya adalah
sikap, yakni penilaian terhadap objek.

b. Perilaku Terbuka (Overt Behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Respon stimulus tersebut dalam bentuk tindakan atau praktik (practice) yang
dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain misalnya seorang ibu
memeriksa kehamilannya ke puskesmas secara teratur.

8
2.1.2 Perilaku Kesehatan
Perilaku Kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus
atau objek yang berkaitan dengan sakit, penyakit, system pelayanan kesehatan,
makanan dan minuman serta lingkungan.

2.1.3 Karakteristik Perilaku Kesehatan


2.1.3.1 Perilaku Pemeliharaan Kesehatan ( Health Maintenance)
Merupakan perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh
sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan terdiri dari tiga aspek yaitu :

1. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta


pemulihan kesehatan bila mana telah sembuh dari penyakit.
2. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat, maka
orang yang sehat itu pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan
ang seoptimal mungkin.
3. Perilaku gizi makanan dan minuman dapat memelihara serta meningkatkan
kesehatan sesorang tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi
penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan
penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan
minuman tersebut.

2.1.3.2 Perilaku Pencarian Dan Penggunaan System (Healthy Seeking


Behaviour)
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita
penyakit dan atau kecelakaan, tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati
sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri.

2.1.3.3 Perilaku Kesehatan Lingkungan


Perilaku ini merupakan cara seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun social budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang
mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri,

9
keluarga, atau masyarakatnya. Misalnya bagaimana mengelola pembuangan tinja,
air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah, dan sebagainya.

Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan
ini.

1. Perilaku Hidup Sehat (Healthy Life Style)

Perilaku hidup sehat merupakan perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya


atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya
atau pola/gaya hidup sehat (healthy life style).

Perilaku ini mencakup antara lain :

a. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang disini


dalam arti kualitas (mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh), dan kuantitas
dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang
dan juga tidak lebih). Secara kualitas mungkin diindonesia dikenal dengan
ungkapan 4 sehat 5 sempurna.
b. Olahraga teratur, juga mencakup kualitas (gerakan), dan kuantitas dalam arti
frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olahraga atau aktivitas fisik selain
olahraga. Dengan sendirinya kedua aspek ini akan tergantung dari usia , dan
status kesehatanyang bersangkutan.
c. Tidak merokok, merokok adalah salah satu kebiasaan jelek yang
mengakibatkan berbagai macam penyakit . ironisnya kebiasaan merokok ini
khususnya diindonesia, seolah sudah membudaya , hamper 50% penduduk
Indonesia usia dewasa merokok. Bahkan dari hasil penelitian, sekita 15%
remaja kita telah merokok, inilah tantangan pendidikan kesehatan kita.
d. Tidak minum minuman keras dan narkoba, kebiasaan minum minuan keras da
mengkonsumsi narkoba narkotik dan bahan-bahan berbahaya lainnya, juga
cenderung meningkat sekitar 1% penduduk Indonesia dewasa diperkirakan
sudah mempunyai kebiasaan minum minuman keras ini .
e. Istirahat yang cukup, dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan
untuk penyesuaian denganingkungan modern, mengharuskan orang untuk

10
bekerja keras dan berlebihan, sehingga waktu beristirahat berkurang hal ini
juga dapat membahayakan kesehatan.
f. Mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada siapa saja dan akibatnya
bermacam-macam bagi kesehatan, lebih-lebih sebagai akibat dari tuntutan
hidup yang keras seperti diuraikan diatas. Kecenderungan stress akan
meningkat pada setiap orang, stress tidak dapat kita hindari, yang penting
dijaga agar stress tidak menyebabkan gangguan kesehatan, kita harus dapat
mengendalikan atau mengelola stress dengan kegiatan-kegiatan yang positif.
g. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan misalnya : tidak
berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan
lingkungan , dan sebagainya, dan seterusnya.
2. Perilaku sakit (illness behaviour)

Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit,
persepsinya terhadap sakit,pengetahuan tentang : penyebab dan gejala penyakit,
pengobatan penyakit dan sebagainya.

3. Perilaku peran sakit (the sick role behaviour)

Dari segi sosiologi, orang sakit (mempunyai peran yang mencakup hak-hak
orang sakit (right) dan kewajiban sebagaiorang sakit (obligation). Hak dan
kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain
(terutama keluarganya). Yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit
(the sick role). Perilaku ini meliputi :

a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.


b. Mengenal/mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan /penyembuhan
oenyakit yang layak.
c. Mengetahui hak (misalnya : hak memperoleh perawatan, memperoleh
perawatan kesehatan, dan sebagainya) dan kewajiban orang sakit
(memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada
dokter/petugas kesehatan, tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain
dan sebagainya.

11
2.1.4 Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku
Menurut Teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2012) perilaku
dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantarannya :

a. Faktor- faktor predisposisi (predisposing factors) yang meliputi


pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai- nilai.
b. Faktor- faktor pendukung (enabling factors) yang meliputi lingkungan fisik,
ketersediaan atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
kesehatan, misalnya puskesmas, obat- obatan, alat kontrasepsi, jamban dan
sebagainya.
c. Faktor- faktor pendorong (reinforcing factors) meliputi sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari
perilaku masyarakat.

2.2 Pengertian Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)


Perilaku hidup bersih sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dilakukan atas
kesadaran sehingga anggota keluarga atau masyarakat dapat menolong dirinya
sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan
dimasyarakat. (Pusat Promkes Depkes RI, 2008). Perilaku Hidup Bersih dan sehat
(PHBS) merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikan atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat
menolong diri sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatannya (Maryunani Anik. 2013).

2.3 Pengertian Tatanan


Tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup bekerja, bermain,
berinteraksi,dan lain-lain. Dalam hal ini ada 5 tatanan PHBS yaitu Rumah tangga,
sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan dan tempat umum. Dalam penelitian ini
dititik beratkan pada tatanan rumah tangga karena rumah tangga adalah unit
terkecil di masyarakat yang di dalamnya terdiri dari Bapak, Ibu, Anak serta anggota
keluarga lainnya yang hidup untuk bekerja, bermain, berinteraksi dan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari. Tujuannya adalah upaya memberdayakan dan

12
peningkatan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat di tatanan rumah
tangga. (Depkes RI, 2011).

Manusia hidup di berbagai tatanan, yaitu di berbagai tempat atau system sosial
dimana ia melakukan kegiatan sehari-harinya. Di setiap tatanan, faktor-faktor
individu, lingkungan fisik dan lingkungan sosial berinteraksi dan menimbulkan
dampak pada kesehatan. Oleh karena itu dapat pula dikatakan bahwa satu tatanan
adalah suatu tempat dimana manusia secara aktif memanipulasi lingkungan,
sehingga menciptakan dan sekaligus juga mengatasi masalah-masalahnya di bidang
kesehatan. (Depkes RI, 2011).

Telah disepakati ada lima tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan institusi
pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum dan tatanan fasilitas
kesehatan. Akan tetapi, untuk melihat keberhasilan pembinaan PHBS, praktik
PHBS yang diukur adalah yang dijumpai di tatanan rumah tangga. Sudah ditetapkan
10 indikator untuk menetapkan apakah sebuah rumah tangga sudah mempraktikkan
PHBS. Kesepuluh indikator tersebut merupakan sebagian dari semua perilaku yang
harus dipraktikkan di rumah tangga dan dipilih karena dianggap mewakili atau
dapat mencerminkan keseluruh perilaku (Depkes RI, 2011).

2.4 Pengertian Rumah Tangga


Rumah Tangga adalah suatu wahana yang terdiri dari bapak, ibu, dan anak serta
anggota keluarga lainnya dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari. Keluarga
adalah unit terkecil dimasyarakat. Oleh karena itu pemberdayaaan dimulai dari
rumah tangga, anggota rumah tangga perlu diberdayakan untuk melaksanakan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) karena rumah tangga yang sehat
merupakan aset pembangunan. (Lamawati, 2011).

2.5 Pengertian PHBS Di Rumah Tangga


PHBS dirumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga
agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta

13
berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS pada tatanan rumah
tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau
dan mampu melakukan PHBS untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya,
mencegah risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit
serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. (Depkes RI, 2011).

2.6 Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


2.6.1 Manfaat Bagi Rumah Tangga
a. Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.
b. Anak tumbuh sehat dan cerdas.
c. Pengeluaran biaya rumah tangga yang tadinya untuk berobat dapat ditujukan
untuk memenuhi pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan
keluarga.

2.6.2 Manfaat bagi masyarakat


a. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.
b. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah
kesehatan.
c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
d. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber
Masyarakat (UKBM) seperti posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan
jamban, ambulans desa dan lain-lain (Depkes RI, 2011).

2.7 Tujuan PHBS Di Rumah Tangga


a. Meningkatkan hidup bersih dan sehat di rumah tangga/keluarga lewat
peningkatan, pengetahuan, sikap dan praktik serta kemandirian keluarga
dalam mengatasi masalah kesehatan (Depkes RI, 2011).
b. Meningkatkan perilaku anggota keluarga di rumah tangga terhadap
program kesehatan ibu dan anak, kesehatan lingkungan, dan gaya hidup
(Depkes RI, 2008).

14
c. Untuk meningkatkan dukungan dan peran aktif petugas kesehatan,
petugas lintas sektor, media massa, organisasi masyarakat, LSM, tokoh
masyarakat, tim penggerak PKK dan dunia usaha pembinaan PHBS di
rumah tangga.
d. Meningkatkan kemampuan keluarga untuk melaksanakan PHBS
berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat (Maryunani Anik,
2013).

2.8 Sasaran PHBS Di Rumah Tangga

Sasaran Primer Sasaran Sekunder Sasaran Tersier

Anggota rumah Kepala keluarga, Ketua RT/RW,


tangga yang orang tua/mertua. Kepala Desa
mempunyai Kader, tokoh
masalah. Misalnya masyarakat, tokoh
ibu hamil agama, LSM, petugas
kesehatan

Tabel 2.1 Sasaran PHBS di Rumah Tangga


Sumber : (Puspromkes Depkes RI, 2008)

15
2.9 Sepuluh (10) Indikator PHBS Di Tatanan Rumah Tangga
Menurut Kemenkes (2011) Indikator adalah suatu petunjuk yang membatasi fokus
perhatian suatu penilaian. Ada sepuluh (10) indikator yang dipakai sebagai ukuran
untuk menilai PHBS rumah tangga, yaitu diantaranya :

Gambar 2.1 PHBS Pada Tatanan Rumah Tangga

(Sumber : Kemenkes, 2011)

2.9.1 Persalinan Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan

Persalinan ditolong oleh anggota kesehatan merupakan pertolongan pertama


pada persalinan balita termuda dirumah tangga dilakukan oleh tenaga kesehatan
(dokter, bidan, dan perawat). Setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga
kesehatan, karena tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam
membantu persalinan, sehingga keselamatan ibu dan bayi lebih terjamin, apabila
terdapat kelainan dapat diketahui dan segera ditolong atau dirujuk ke puskesmas
atau rumah sakit, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan
peralatan yang aman, bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan
bahaya kesehatan lainnya. Penyebab utama kematian ibu adalah anemia, 3
terlambat, dan pertolongan persalinan bukan oleh tenaga kesehatan (Maryunani,
Anik. 2013).

16
2.9.2 Memberi Asi Eksklusif

Menurut WHO (2014) Pemberian ASI eksklusif dianjurkan sampai usia 6 bulan,
dengan terus menyusui bersama dengan makanan pelengkap yang sesuai sampai
usia dua tahun atau lebih. Menyusui adalah cara normal untuk memberi nutrisi
pada bayi muda bagi pertumbuhan dan perkembangan sehat. Hampir semua ibu
dapat menyusui, asalkan mereka memiliki informasi yang akurat, dan dukungan
keluarga mereka, sistem perawatan kesehatan dan masyarakat luas. Manfaat
pemberian ASI pada bayi : ASI mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk
pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kecerdasan, mengandung zat
kekebalan, melindungi bayi dari alergi, aman dan terjamin keberihan, karena
langsung disusukan kepada bayi dalam keadaan segar, tidak akan pernah basi
karena mempunyai suhu yang tepat dan dapat diberikan kapan saja dan dimana
saja, dan membantu memperbaiki reflex menghisap, menelan dan pernafasan
bayi. Menurut Lindsey Rennick Salone.,dkk. (2013) keuntungan kesehatan yang
terkait dengan menyusui termasuk yang lebih rendah Risiko otitis media akut,
gastroenteritis dan diare, pernapasan bagian bawah yang parah Infeksi, asma,
sindrom kematian bayi mendadak, obesitas dan lainnya Penyakit dan kondisi
masa kanak-kanak Bukti juga menunjukkan bahwa menyusui Anak-anak dapat
mengembangkan oklusi yang lebih baik pada gigi primer. Hasil review sistematis
di mana peneliti memeriksa hubungan tersebut Antara menyusui dan karies anak
usia dini tidak meyakinkan.

2.9.3 Menimbang Balita Setiap Bulan

Menimbang balita setiap bulan adalah menimbang atau balita setiap bulan dan
mencatat berat badan dan tinggi bayi dalam kartu menuju sehat (KMS). Tujuan
bayi perlu ditimbang setiap bulan karena memantau pertumbuhannya setiap
bulan, mengetahui apakah balita tumbuh sehat, untuk mengetahui dan mencegah
gangguan pertumbuhan balita, untuk mengetahui balita yang sakit (demam /
batuk / diare).

17
2.9.4 Menggunakan Air Bersih

Menggunakan air bersih merupakan menggunakan air untuk kebutuhan dasar


yang digunakan sehari- hari untuk minum,memasak, mandi, berkumur,
membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian. Sejumlah besar
penyakit dapat dicegah melalui akses terhadap persediaan air yang aman, layanan
sanitasi yang memadai dan praktik kebersihan yang lebih baik. Penyakit diare
saja berjumlah 3,6% dari total beban penyakit DALY global dan bertanggung
jawab atas kematian 1,5 juta orang setiap tahun (WHO 2012). Syarat air bersih :
air tidak berwarna (bening/jernih), tidak keruh bebas dari pasir debu lumpur
kotoran dan sebagainya. Manfaat menggunakan air bersih agar terhindar dari
gangguan penyakit seperti diare, kolera, disentri, thypus, keracingan, penyakit
mata, penyakit kulit atau keracunan dan setiap anggota keluarga terpelihara
kebersihan dirinya.

2.9.5 Mencuci Tangan Dengan Air Bersih Dan Sabun

Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman bakteri penyebab penyakit,
oleh karena itu dianjurkan mencuci tangan menggunakan sabun karena sabun
dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman karena tanpa sabun kotoran
dan kuman masih tertinggal di tangan dan sabun dapat membersihkan kotoran
dan membunuh kuman, karena tanpa sabun kotoran dan kuman masi tertinggal
di tangan. Menurut Kien Gianto.,dkk. (2016) ditemukan di 44% tangan dikurangi
menjadi 23% setelah mencuci tangan dengan air sendiri dan sampai 8% setelah
mencuci tangan dengan air dan sabun. Cuci tangan dengan sabun sebelum
persiapan makan telah terbukti mengurangi risiko penyakit bawaan makanan
meski mencuci tangan dengan sabun dan air yang sederhana dan metode yang
efisien untuk mengurangi risiko penyakit menular seperti diare sebesar 50%.

18
2.9.6 Menggunakan Jamban Sehat

Syarat jamban sehat diantaranya : tidak mencemari sumber air minum dengan
lubang penampungan minimal 10 meter, tidak berbau, tidak mencemari tanah
sekitar, dilengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan dan ventilasi cukup,
lantai kedap air luas dan memadai, tersedia air sabun dan alat pembersih, serta
kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus. Menurut Duncan Mara.,dkk
(2010) penyakit diare adalah dampak utama penyebab dari sanitasi yang buruk
secara global, menyebabkan sekitar 1,6-2,5 juta kematian setiap tahun, banyak di
antara anak-anak di bawah 5 tahun yang tinggal di negara berkembang pada
tahun 2012, misalnya diare adalah penyebab utama kematian antara anak di
bawah 5 tahun di Sahara Afrika, dan menghasilkan 19% dari semua kematian di
kelompok usia ini.

2.9.7 Memberantas Jentik Di Rumah Seminggu Sekali

Dilakukan dengan melakukan pemeriksaan jentik berkala (PJB) ditempat


perkembang biakan nyamuk misalnya tempat penampungan air yang ada didalam
rumah seperti bak mandi, vas bunga, tatakan kulkas, dan diluar rumah seperti
alas pot kembang, ketiak daun, lubang pohon, pagar bamboo. Hal yang perlu
dilakukan agar rumah bebas jentik nyamuk: melakukan pemberantasan sarang
nyamuk (PSN) dengan cara 3M plus: menguras, menutup, mengubur, plus
menghindari gigitan nyamuk. 3 M Plus yaitu tiga cara plus yang dilakukan pada
saat PSN : menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak
mandi, tatakan kulkas, tatakan pot dan tempat makan hewan peliharaan, menutup
rapat-rapat tempat penampungan air seperti lubang bak mandi, lekukan-lekukan
yang dapat menampung air hujan. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang
bekas yang dapat menampung air seperti ban bekas, kaleng-kaleng bekas,
plastik-plasitik, botol bekas, kantong plastik dll. Plus menghindari gigitan
nyamuk dengan cara : menggunakan kelambu ketika tidur, memakai obat yang
dapat mencegah gigitan nyamuk misalnya obat nyamuk bakar, semprot, oles,
usap ke kulit, mengindari kebiasaan menggantung pakaian didalam kamar,

19
mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai, memperbaiki saluran
air yang rusak, menaburkan larvasida ( bubuk pembunuh jentik) ditempat yang
sulit untuk dikuras misalnya ditalang air, memelihara ikan pemakan jentik
didalam kolam mandi misalnya ikan cupang/ikan nila, dan menanam tumbuhan
penghusir nyamuk misalnya Zodia, Lavender, Rosemerry.

2.9.8 Makan buah dan sayur setiap hari

Diharapkan setiap anggota keluarga mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2


porsi sayur atau sebaliknya setiap hari. Pentingnya makan buah dan sayur karena
Makan sayur dan buah setiap hari sangat penting karena mengandung vitamin
dan mineral yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, mengandung
serat yang tinggi, dan menjaga daya tahan tubuh dari penyakit.

2.9.9 Melakukan Aktivitas Fisik Setiap Hari

Melakukan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga


yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan
mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar setiap hari. Menurut
Kenneth, E. P., Amanda, E. P., & Steven, N. Blair. (2011) Manfaat kesehatan
akibat fisik Aktivitas telah berkembang menunjukkan bahwa aktivitas fisik
mengurangi risiko kematian dini, penyakit jantung koroner, stroke,tekanan
darah tinggi, diabetes tipe 2, payudara dan kanker usus besar, kenaikan berat
badan yang berlebihan, merugikan Jatuh, depresi, dan kehilangan fungsi
kognitif, dan bukti ilmiah cukup kuat menunjukkan bahwa aktivitas fisik tetap
dipertahankan kemampuan fungsional pada orang dewasa yang lebih tua,
membantu mempertahankan penurunan berat badan, meningkatkan kualitas
tidur, dan mengurangi risiko patah tulang pinggul dan osteoporosis.

2.9.10 Tidak Merokok di Rumah

Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok di dalam rumah, karena dari satu
batang rokok yang dihisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya
diantaranya yang paling berbahaya adalah nikotin, tar, dan carbon monoksida

20
(CO). Menurut Rebecca E. Schane.,dkk. (2011) risiko penting secara klinis
terkait dengan merokok ringan (pasif) dan sebentar-sebentar. Meski ada
Perbedaan komposisi secondhand dan mainstream asap rokok, dengan dosis yang
diterima perokok pasif Jauh lebih rendah daripada perokok aktif, kesehatan
Risiko yang terkait dengan perokok pasif sangat penting dan didokumentasikan
dengan baik. Perokok pasif memiliki efek pada banyak orang Mediator biologis
penyakit kardiovaskular yang hamper sama besarnya dengan yang berhubungan
dengan merokok aktif, termasuk perubahan aktivasi trombosit dan disfungsi sel
endotel, faktor yang diakui sebagai kunci mediator kardiovaskular perokok pasif
menyebabkan penyakit kardiovaskular, kanker paru-paru, kanker leher, paru-
paru obstruktif penyakit (penyakit paru obstruktif kronik, asma), penyakit
pembuluh darah, infeksi saluran pernapasan bagian bawah, dan kanker payudara
pada wanita muda.

2.10 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Hidup Bersih Dan


Sehat
2.10.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang
terhadap objek yang dimilikinya (mata, hidung telinga, dan sebagainya). Dengan
sendirinya pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut
sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap suatu objek.
Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan
mata. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat
yang berbeda-beda. Oleh karena itu pengetahuan mempengaruhi perilaku
seseorang.

Penelitian Budiman, (2012) tentang perilaku hidup bersih dan sehat tatanan rumah
tangga di Kelurahan Utama Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi, menunjukkan
adanya hubungan antara pengetahuan keluarga dengan perilaku hidup bersih dan
sehat (p value<0,05).

21
2.10.2 Motivasi
Motivasi berasal dari bahasa latin yang berarti to move, secara umum mengacu pada
adanya kekuatan dorongan yang menggerakan kita untuk berperilaku tertentu. Oleh
karena itu dalam mempelajari motivasi kita akan berhubungan dengan hasrat,
keinginan, dorongan dan tujuan. Memotivasi perilaku sehat didefinisikan sebagai
interaksi antara pelaku dan lingkungan sehingga dapat meningkatkan, menurunkan
dan mempertahankan perilaku.
2.10.3 Sikap
Sikap merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu,
yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan(senang-tidak
senang, setuju-tidak setuju dan sebagainya). Newcomb seorang ahli psikologi social
menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau ketersediaan untuk bertindak
dan bukan merupakan pelaksanaan, dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan
tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
(tindakan)atau reaksi tertutup.

Tumiwa (2015) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan
perilaku hidup bersih dan sehat tatanan rumah tangga di Kecamatan Remboken,
artinya sikap dapat mempengaruhi perilaku untuk melakukakan hidup bersih dan
sehat (pvalue = 0.001).

2.10.4 Sarana Prasarana


Sedangkan menurut Sagne dan Brigs dalam Utomo T Dwi (2013) Sarana
merupakan segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai makna dan
tujuan. Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya suatu proses sarana prasarana. Dan dapat diartikan bahwa sarana
prasarana merupakan sumber daya pendukung yang terdiri dari segala bentuk jenis
bangunan/tanpa bangunan beserta dengan perlengkapannya dan memenuhi
persyaratan untuk pelaksanaan kegiatan tertentu.

22
2.11 Model Teori Keperawatan Adaptasi Sister Callista Roy (1976)
Roy memandang individu adalah makhluk bio-psiko-sosial yang harus dilihat
sebagai suatu kesatuan utuh yang secara terus menerus berinteraksi dengan
lingkungan, berespon terhadap lingkungan dan beradaptasi dengan lingkungan.
Keperawatan dilihat sebagai kegiatan atau tindakan yang ditujukan pada upaya
menghilangkan stimuli dan memacu kemampuan adaptasi dari individu. Model
keperawatan yang dikembangkannya dikenal sebagai “adaptation model”.
(Alligood, Martha. Raile. 2017).

Alligood, Martha. Raile. (2017). Sister Callista Roy mengembangkan model


adaptasi keperawatan pada tahun 1964. Model adaptasi Roy adalah sistem model
yang esensial dalam keperawatan. Konsep Roy menegaskan bahwa individu adalah
makhluk biopsikososial sebagai suatu kesatuan yang memiliki mekanisme koping
untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Individu selalu berinteraksi
secara konstan dan selalu beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Roy
mendefinisikan lingkungan sebagai semua yang ada disekeliling kita dan
berpengaruh dengan perkembangan manusia. Sehat adalah suatu keadaan atau
proses dalam menjaga integritas diri. Menurutnya peran perawat adalah membantu
klien beradaptasi dengan perubahan yang ada. Derajat adaptasi dibentuk oleh
dorongan tiga jenis stimulus yaitu :
a. Focal stimuli : Individu segera menghadap
b. Konsektual stimuli : semua kehadiran stimuli yang menyumbangkan efek
Dari focal stimuli.
c. Residual stimuli : faktor lingkungan mengakibatkan tercemarnya keadaan.

2.11.1 Empat Elemen Utama Dari Teori Roy


a. Manusia sebagai penerima asuhan keperawatan
Manusia adalah fokus
utama yang perlu diperhatikan karena manusialah yang menjadi penerima
asuhan keperawatan, baik itu individu, keluarga, kelompok maupun
masyarakat, yang dipandang sebagai “Holistic Adaptif System”. Yang mana

23
“Holistic Adaptif System “ ini adalah perpaduan antara konsep sistem dan
konsep adaptasi.
b. Konsep lingkungan
Stimulus yang berasal dari individu dan sekitar individu merupakan elemen
dari lingkungan, menurut Roy. Lingkungan menurut Roy adalah“Semua
kondisi, keadaan dan pengaruh-pengaruh disekitar individu yang dapat
mempengaruhi suatu perkembangan dan perilaku individu dan kelompok”.
c. Konsep sehat
Roy mendefinisikan sehat adalah “A State and a process of being and
becoming an integrated and whole person”. Integritas individu dapat
ditunjukkan dengan kemampuan untuk mempertahankan diri, tumbuh,
reproduksi dan “mastery”
d. Keperawatan.
Tujuan keperawatan menurut Roy adalah meningkatkan respon adaptif
individu dan menurunkan respon inefektif individu, dalam kondisi sakit
maupun sehat. Selain meningkatkan kesehatan di semua proses kehidupan,
keperawatan juga bertujuan untuk mengantarkan individu meninggal dengan
damai.Untuk mencapai tujuan tersebut, perawat harus dapat mengatur
stimulus fokal, kontekstual dan residual yang ada pada individu, dengan lebih
menitikberatkan pada stimulus fokal, yang merupakan stimulus tertinggi.

24
2.12 Kerangka Teori

Faktor Predisposisi: Faktor Pendukung :


Faktor Pendorong :
 Pengetahuan  Fasilitas atau
 Sikap Sarana- sarana  Sikap dan perilaku
 Kepercayaan Kesehatan petugas kesehatan
 Nilai- Nilai (puskesmas, obat-
 Keyakinan obatan, alat
 Pekerjaan kontrasepsi,dll)
 Lingkungan
 Pendidikan

Perilaku

Gambar 2.2 Kerangka Teori

(Sumber : Notoatmodjo, 2012)

25
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL,

DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep


Kerangka konsep merupakan suatu uaraian dan visualisasi konsep-konsep serata
variabel-variabel yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2012). Kerangka konsep ini
dibuat sebagai dasar dalam melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada keluaraga di sekitar
bantaran kali wilayah RT 08/01 Kelurahan Manggarai Kecamatan Tebet. Pada
skema kerangka konsep di bawah menjelaskan bahwa peneliti ingin meneliti
tentang variabel independen (pengetahuan, motivasi, sikap, dan sarana prasarana)
dengan variabel dependen (perilaku hidup bersih dan sehat)

Variabel Bebas
(Independen) Variabel Terikat (Dependen)
1. Pengetahuan Perilaku hidup bersih dan
2. Motivasi sehat (PHBS) pada keluarga
3. Sikap
4. Ketersediaan
Sarana Prasarana

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

26
3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan uraian tentang batasan variabel yang dimaksud atau
tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan serta pengambilan
instrument, cara ukur, hasil ukur dan skala ukur yang digunakan. (Notoatmodjo, 2012).

No Variabel Definisi Operasional Alat Cara Hasil Ukur Skala


Ukur Ukur Ukur

Variabel
Independen

1 Pengetahuan Pengetahuan/pemahaman Kuesioner Pengisian 0:Kurang,jika responden menjawab Ordinal


keluarga tentang PHBS, kuesioner
definisi PHBS, manfaat < 55% benar.
PHBS, indikator PHBS.
1:Cukup,jika responden menjawab

56 - 75% benar.

2:Baik,jika responden menjawab

> 75% benar

2 Motivasi Dorongan kepala Kuesioner Pengisian 0:Kurang,jika responen menjawab Ordinal


keluarga/ibu rumah kuesioner
tangga untuk < 55% benar.
mempengaruhi anggota
keluarganya dalam 1:Cukup,jika responden menjawab
melaksanakan PHBS. 56 - 75% benar.

2:Baik,jika responden menjawab

> 75% benar

3 Sikap Respon/tanggapan Kuesioner Pengisian 0:Sikap Negatif, jika responden Ordinal


keluarga tentang PHBS kuesioner menjawab <60%

1:Sikap Positf, jika responden


menjawab >60%

27
4 Sarana Ketersediaan sarana Kuesioner Pengisian 0:Tidak tersedia, jika responden Ordinal
Prasarana prasarana dalam kuesioner menjawab <60%
penerapan PHBS yang
sudah ada/ digunakan di 1:Tersedia, jika responden
keluarga menjawab >60%

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Hasil Ukur Skala


Ukur Ukur

Dependen

Variabel

1. Perilaku 10 indikator PHBS pada Kuesioner Pengisian 0: Kurang, jika skor <40 Ordinal
hidup bersih keluarga yang sudah Kuesioner
dan sehat dilakukan (Kemenkes, 1: Baik, jika skor >40
pada 2011)
keluarga

Tabel 3.2 Definisi Operasional

28
3.3 Hipotesis
1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku hidup bersih sehat
pada keluarga di sekitar bantaran kali wilayah RT 08/01 Kelurahan Manggarai
Kecamatan Tebet Jakarta Selatan”
2. Ada hubungan antara motivasi dengan perilaku hidup bersih sehat pada
keluarga di sekitar bantaran kali wilayah RT 08/01 Kelurahan Manggarai
Kecamatan Tebet Jakarta Selatan”
3. Ada hubungan antara sikap dengan perilaku hidup bersih sehat pada keluarga
di sekitar bantaran kali wilayah RT 08/01 Kelurahan Manggarai Kecamatan
Tebet Jakarta Selatan”
4. Ada hubungan antara sarana pra sarana dengan perilaku hidup bersih sehat pada
keluarga di sekitar bantaran kali wilayah RT 08/01 Kelurahan Manggarai
Kecamatan Tebet Jakarta Selatan”

29
BAB IV

METODE PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan membahas tentang rancangan penelitian, populsi dan sampel,
tempat dan waktu penelitian, etika penelitian, alat pengumpulan data penelitian,
prosedur pengumpulan data, dan rencana analisa data.

4.1 Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian adalah hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh
peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan. Rancangan
penelitian pada peneliti ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode
korelasi yaitu untuk mengkaji hubungan atau variabel. Tujuan dari penenlitian ini
untuk mengetahui apa saja faktor- faktor yang berhubungan dengan perilaku hidup
bersih sehat pada keluarga disekitar bantaran kali di wilayah RT 08/06 Kelurahan
matraman kecamatan Tebet, maka berdasarkan tujuan penelitian tersebut desain
penelitian yang digunakan adalah cross sectional dimana pengukuran observasi
variabel independen dan variabel dependen berlangsung diwaktu yang sama.
(Nursalam, 2011).

4.2 Populasi dan Sampel


4.2.1 Populasi
Menurut Nursalam (2011) populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia;
klien) yang memenuhi kriteria yang telah di tetapkan. Populasi pada penelitian ini
kepala keluarga di wilayah bantaran kali RT 08/06 Kelurahan Manggarai Kecamatan
Tebet. Berdasarkan data pada tanggal 5 Mei 2017 didapatkan populasi sebanyak 117
kepala keluarga.

30
4.2.2 Sampel
Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek
penelitian melalui sampling (Nursalam,2016). Sampel dari penelitian ini diambil dari
populasi kepala keluarga di wilayah RT 08/06 Kelurahan Matraman Kecamatan Tebet.
Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini, pengambilan
sampel secara acak sederhana (Simple Random Sampling) yaitu dengan cara mengundi
anggota populasi dengan tabel bilangan atau angka sesuai dengan jumlah sampel.
Kemudian pemilihan sampel dilakukan berdasarkan. Besar sampel dihitung
menggunakan rumus Slovin sebagai berikut :
𝑁
𝑛 = 1+𝑁𝑒 2

Keterangan :
n = Ukuran/ Besarnya sampel
N = Ukuran/ Besarnya Populasi
e = Kelonggaran ketelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat
ditolerir (10%)

Dengan demikian maka perhitungan besarnya sampel adalah sebagai berikut :

𝑁
𝑛 = 1+𝑁𝑒 2
117
𝑛= 117 (0,1) 2 +1
117
𝑛 = 1+ (117(0,01)+1
117
𝑛 = 2,17 = 53,9 = 54 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

31
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus yang ada dengan jumlah
populasi 117 kepala keluarga, maka sampel minimal yang digunakan adalah 54
responden. Jumlah sampel ditambah 10% dengan tujuan untuk mengatasi responden
yang mengalami drop out (Dharma, 2011).

Agar karakteristik penelitian ini tidak menyimpang dari populasi, maka pengambilan
sampel menggunakan kriteria inklusi maupun kriteria eksklusi (Notoatmodjo, 2012).
Kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi dalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012). Kriteria inklusi pada
penelitian ini adalah :
1) Kepala Keluarga di wilayah RT 08/01
2) Kepala Keluarga bersedia menjadi responden
3) Kepala Keluarga yang bisa membaca dan menulis
4) Ibu Rumah Tangga di wilayah RT 08/01
5) Ibu Rumah Tangga yang bersedia menjadi responden
6) Ibu Rumah Tangga yang bisa membaca dan menulis.

b. Kriteria Eksklusi
Kriteria Eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai
sampel (Notoatmodjo, 2012). Kriteria Eksklusi pada penelitian ini adalah ;
1) Kepala Keluarga yang tidak bersedia menjadi responden
2) Kepala Keluarga yang tidak ada di wilayah RT 08/01
3) Ibu Rumah Tangga yang tidak bersedia menjadi responden
4) Ibu Rumah Tangga yang tidak ada di wilayah RT 08/01

32
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Kepala Keluarga/Ibu Rumah Tangga di wilayah Bantaran
Kali RT 08/06 Kelurahan Matraman Kecamatan Tebet. Tempat ini dipilih karena
sesuai dengan masalah yang terjadi di lapangan dan jumlahnya cukup banyak.
Penelitian ini akan dilakukan dari bulan Juli- Agustus 2017.

4.4 Etika Penelitian


Menurut Nursalam (2008), tujuan penelitian harus etik, dalam arti hak responden dan
yang lainnya harus dilindungi. Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu
mendapatkan rekomendasi dari institusinya atas pihak lain dengan mengajukan
permohonan izin kepada institusi atau lembaga tempat penelitian. Setelah mendapatkan
persetujuan barulah mengadakan penelitian dengan memperhatikan masalah etika
penelitian yang meliputi:

4.4.1 Respect For Human Dignity (Menghormati Harkat Dan Martabat


Manusia)
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk mendapatkan
informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian tersebut. Disamping itu,
peneliti juga memberikan kebebasan kepada subjek untuk memberikan informasi
atau tidak memberikan informasi (berpartisipasi). Sebagai ungkapan, peneliti
menghormati harkat dan martabat subjek penelitian, peneliti seyogianya
mempersiapkan formulir persetujuan subjek (inform consent) yang mencakup
penjelasan manfaat penelitian; penjelasan kemungkinan risiko dan
ketidaknyamanan yang ditimbulkan; penjelasan manfaat yang didapat; persetujuan
subjek dapat mengundurkan diri sebagai objek kapan saja; jaminan anonimitas dan
kerahasiaan terhadap indentitas dan informasi yang diberikan oleh responden
(Polit & Beck, 2004 dalam Dharma, 2011).

33
4.4.2 Respect For Privacy And Confidentiality (Menghormati Privasi Dan
Kerahasiaan Subjek Penelitian)
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu temasuk privasi dan kebebasan
individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak untuk tidak
memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh sebab itu, peneliti
tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan identitas
subjek. Peneliti seyogianya cukup menggunakan coding sebagai pengganti
identitas responden (Polit & Beck, 2004 dalam Dharma, 2011).

4.4.3 Respect For Justice And Inclusiveness (Menghormati Keadilan Dan


Keterbukaan)
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,
keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan penelitian perlu
dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan menjelaskan
prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua subjek penelitian
memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama tanpa membedakan jender,
agama, etnis dan sebagainya (Polit & Beck, 2004 dalam Dharma, 2011).

4.4.4 Balancing Harms And Benefits (Memperhitungkan Manfaat Dan Kerugian


Yang Ditimbulkan.
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin bagi
masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian khususnya. Peneliti hendaknya
meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek (Polit & Beck, 2004 dalam
Dharma, 2011).

4.5 Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data yaitu dengan membagikan
kuesioner kepada responden. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri tanpa
bantuan pihak manapun. Sebelum membagikan angket peneliti peneliti
memperkenalkan diri terlebih dahulu, kemudian peneliti memberitahu maksud dan

34
tujuan pengumpulan data, serat memberi informed consent untuk meminta persetujuan
dan dijadikan responden penelitian.

Teknik pengumpulan data dengan mengisi kuesioner dengan beberapa pilihan jawaban
yang harus dijawab oleh responden dengan lengkap dan jujur sesuai yang dilakukan
responden. Selama pengisian kuesioner responden didampingi peneliti, sehingga
apabila ada butir pertanyaan yang responden tidak paham responden bias menanyakan
kepada peneliti.

4.6 Alat pengumpulan Data Penelitian


Peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner dan cara pengumpulan
datanya dengan wawancara dan mengisi lembar kuesioner. Kuesioner dalam penelitian
ini terdiri dari jumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh informasi yang
berupa fakta-fakta yang berhubungan dengan PHBS.
1. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan terdiri dari Pengetahuan keluarga tentang PHBS, definisi
PHBS, manfaat PHBS, indikator PHBS terdiri dari 12 soal. Jika persentase
kurang jika responden menjawab <55%, cukup jika responden menjawab 56-
75%, baik jika responden menjawab >75%.
2. Motivasi
Motivasi merupakan dorongan keluarga untuk berbah menjadi lebih sehat sesuai
dengan indikator PHBS terdiri dari 11 pertanyaan. Jika persentase kurang bila
responden menjawab pertanyaan <55%, cukup jika responden menjawab 56-
75% dan baik jika responden menjawab >75%.
3. Sikap
Penilaian keluarga tentang PHBS terdiri dari 11 pertanyaan. Jika persentase
negative responden menjawab <60% dan positive jika responden menjawab
>60%.

35
4. Sarana Prasarana
Ketersediaan sarana prasarana dalam penerapan PHBS terdiri dari 10
pertanyaan. Jika tidak tersedia bila responden menjawab <60% dan tersedia bila
responden menjawab >60%
5. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
10 indikator PHBS yang sudag dilakukan keluarga terdiri dari 20 pertanyaan.
Kurang jika skor <40 dan baik jika skor >40
4.7 Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti mendapatkan izin untuk melakukan
penelitian pada ini Kepala Keluarga di Wilayah Bantaran Kali RT 08/06 Kelurahan
Manggarai Kecamatan Tebet. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan
membagikan kuesioner kepada responden. Adapun tahapan yang dilakukan oleh
peneliti yaitu:
a. Peneliti mengajukan surat permohonan izin ke bagian Akademis Prodi S1
Keperawatan Universitas MH. Thamrin Jakarta setelah proposal penelitian
mendapatkan persetujuan dan telah disahkan oleh dosen pembimbing
b. Peneliti menyerahkan surat pengantar dari Prodi S1 Keperawatan Universitas MH.
Thamrin Jakarta ke kantor Walikota Jakarta Selatan untuk membuat surat
pengantar PTSP untuk Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan
c. Peneliti menyerahkan surat pengantar dari Prodi S1 Keperawatan Universitas MH
Thamrin Jakarta ke Kepala Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Jakarta Selatan
d. Peneliti menyerahkan surat pengantar dari Prodi S1 Keperawatan Universitas Mh
Thamrin Ke Kepala Suku Dinas Kesehatan sebagai rujukan Ke Puskesmas
Kecamatan Tebet
e. Peneliti menyerahkan surat pengantar dari Prodi S1 Keperawatan Universitas Mh
Thamrin kepada Kepala Kelurahan Manggarai

36
f. Peneliti menyerahkan surat pengantar dari Prodi S1 Keperawatan Universitas Mh
Thamrin kepada Ketua RT setempat untuk melakukan pendekatan dengan Kepala
Keluarga/ Ibu Rumah Tangga tentang PHBS
g. Peneliti mempersilahkan responden untuk menandatangi lembar persetujuan
(informed consent) apabila bersedia menjadi responden dalam penelitian ini
h. Peneliti memberikan penjelasan seputar penelitian yang dilakukan dan cara
pengisian kuesioner. Responden diberi kesempatan untuk bertanya jika ada
pertanyaan yang kurang jelas
i. Peneliti mengajukan pertanyaan sesuai dengan kuesioner penelitian kepada
responden yang dipilih sebagai sampel penelitian setelah responden mengerti
tentang cara pengisian kuesioner
j. Peneliti mengumpulkan kuesioner yang telah terisi sesuai jawaban responden
k. Selanjutnya peneliti mengakhiri pertemuan dengan responden dan memberikan
ucapan terima kasih kepada responden atas kerjasamanya sebagai partisipan
penelitian.

4.8 Pengolahan Data


Menurut Notoat.modjo (2012) untuk mendapatkan informasi yang baik dan akurat dari
hasil analisa data, maka perlu dilakukan 4 tahap pengolahan data, yaitu:
a. Editing
Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan dan perbaikan isi
dari kuesioner, hasil wawancara, atau pengamatan lingkungan yang telah
disebar ke lapangan. Kuesioner, hasil wawancara, atau pengamatan lingkungan
yang telah disebar di lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih
dahulu, meliputi: patikan semua pertanyaan sudah terisi dengan lengkap,
pastikan jawaban atau tulisan dari masing-masing pertanyaan cukup jelas atau
terbaca, jawaban dan pertanyaan relevan, dan jawaban pertanyaan konsisten
dengan jawaban satu dengan yng lainnya.

37
b. Coding
Coding atau pemberian kode adalah kegiatan merubah data berbentuk kalimat
atau huruf menjadi data berupa angka atau bilangan. Coding dilakukan setelah
kuesioner telah dilakukan pengeditan, pengkodean dilakukan sesuai dengan
definisi operasional. Kegiatan ini sangat berguna dalam memasukkan data.
c. Processing
Proses memasukkan data yang telah dalam data base komputer dengan
menggunakan program SPSS (Statistical Program For Social Science).
d. Cleaning
Melakukan pengecekan ulang untuk mengetahui kesalahan, kekurangan, dan
lainnya.

4.9 Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen


Dalam penyusunan instrumen harusdiperhatikan beberapa hal yang sangat penting,
yaitu validitas, realiabilitas, da ketepatan fakta/ kejadiaan nyata yang dikumpulkan dari
alat dan cara pengumpulan data maupun berbagai macam kesalahan yang biasa terjadi
pada pengukuran oleh peneliti. Validitas (kesahihan) menyatakan apa yang harus
diukur oleh peneliti. Sedangkan reliabilitas (keandalan) merupakan adanya suatu
kesamaan hasil apabila pengukuran dilakukan kepada orang yang berbeda dan tempat
yang berbeda.

4.9.1 Uji Validitas


Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang telah disusun oleh
peneliti mampu mengukur apa yang harus diukur. Uji validitas digunakan untuk
menguji seberapa cermat suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya. Prinsip
dari validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang memiliki arti prinsip keandalan
alat ukur dalam mengumpulkan data. Terdapat dua hal yang penting yang harus
dipenuhi dalam menentukan validitas pengukuran, yaitu:
1. Relevan isi instrumen

38
Isi dari instrumen harus disesuaikan dengan tujuan khusus dari penelitian agar dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur. Isi tersebut biasanya dapat dijabarkan dalam
definisi operasional.
2. Relevan sasaran subjek dan cara pengukuran
Instrumen yang telah disusun harus dapat memberi gmbaran terhadap perbedaan subjek
penelitian. Pada prinsip ini peneliti harus bisa menentukn kepada siapa peneliti harus
bertanya. Penelitian ini dilakukan uji validitas instrument (kuesioner) dengan
menggunakan “pearson product moment”.
Keputusan uji:
 Bila r hitung > r tabel maka Ho ditolak artinya variabel valid
 Bila r hitung < r tabel maka Ho gagal ditolak artinya variabel tidakvalid
(Hastono, 2007).

4.9.2 Uji Reliabilitas


Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran ataupengamatan apabila fakta hidup
diukur atau dimati berkali-kali dalam waktu yang berlainan. Alat dan cara ukur sama-
sama memiliki peranan yang penting dalam waktu yang bersamaan. Perlu diketahui
pula bahwa reliabel belum tentu akurat (Nursalam, 2016). Instrumen dikatakn reliabel
apabila cronbach alpha > 0,60.
Ketentuan Nilai Reliabilitas:
 0,00 s.d 0,20 : kurang reliabel
 > 0,20 s.d 0,40 : agak reliabel
 > 0,40 s.d 0,60 : cukup reliabel
 > 0,60 s.d 0,80 : reliabel
 > 0,80 s.d 1,0 : sangat reliabel

39
4.10 Rencana Analisa Data
4.10.1 Analisis Univariat
Analisis univariat ini menggunakan perangkat software Statistical Product and Service
Solution (SPSS) bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik
variabel dan selanjutnya menghasilkan distribusi frekuensi. Dalam penelitian ini,
peneliti ingin mengetahui distribusi frekuensi dan variabel dependen yaitu perilaku
hidup bersih dan sehat.
No Variabel Skala Uji Statistik
1 Pengetahuan Ordinal Distribusi Frekuensi
Persentase
2 Motivasi Ordinal Distribusi Frekuensi
Persentase
3 Sikap Ordinal Distribusi Frekuensi
Persentase
4 Sarana Prasarana Ordinal Distribusi Frekuensi
Persentase

Tabel 4.1 Analisis Univariat

4.10.2 Analisa Bivariat


Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel (independen
dan dependen). Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan variabel dependen (terikat)
sedangkan pengetahuan, motivasi, sikap dan sarana prasarana merupakan variabel
independen (bebas). Untuk membuktikan ada tidaknya hubungan yang bermakna
antara dua variabel tersebut maka dilakukan dengan uji statistik Chi Square. Dengan
menggunakan perangkat software Statistical Product and Service Solution (SPSS).
Menurut Hastono (2006) Uji statistic yang digunakan dalam penelitian ini adalah Chi
Square, karena variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen) pada
penelitian ini merupakan kategorik, dengan batas kemaknaan alfa 0,05 dengan uji ini
dapat diketahui kemaknaan hubungan antara variabel independen dan dependen.

40
Keptusan Uji :
1. Bila nilai P value < 0,05 Ho di tolak, berarti data sampel mendukung adanya
perbedaan yang bermakna (signifikan).
2. Bila nilai P value > 0.05 Ho gagal ditolak, berarti data sampel tidak cukup untuk
mendukung adanya perbedaan yang bermakna (signifikan).
Selain keputusan uji, dapat juga dinilai dengan melihat odds ratio (OR) untuk
mengetahui derajat keeratan hubungan dengan variabel.
1. Bila OR = 1 berarti tidak ada hubungan faktor resiko dengan kejadian
2. Bila OR < 1 berarti hubungan faktor resiko dengan hasil jadi adalah efek
perlindungan (efek proteksi)
3. Bila OR > 1 berarti hubungan faktor resiko dengan hasil jadi adalah efek
penyebab.

Variabel Independen Variabel Dependen Uji Statistik


Pengetahuan Perilaku Hidup Bersih Chi Square
Dan Sehat Pada Keluarga
Motivasi Perilaku Hidup Bersih Chi Square
Dan Sehat Pada Keluarga
Sikap Perilaku Hidup Bersih Chi Square
Dan Sehat Pada Keluarga
Sarana Prasarana Perilaku Hidup Bersih Chi Square
Dan Sehat Pada Keluarga

Tabel 4.2 Analisis Bivariat

41

Anda mungkin juga menyukai