Proposal Revisi Bab 1-4
Proposal Revisi Bab 1-4
PENDAHULUAN
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2014), setiap tahun sekitar 2,2 juta
orang di negara-negara berkembang meninggal dunia akibat berbagai penyakit yang
disebabkan oleh tingkat sanitasi dan hygiene yang buruk. Dalam rangka
mewujudkan paradigma sehat yang berkaitan dengan promosi kesehatan di
Indonesia, Menteri Kesehatan Republik Indonesia membuat Pedoman Pembinaan
Perilaku Hidup Bersih Sehat yang tertuang dalam peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor :2269/MENKES/PER/XI/2011 yang mengatur upaya
peningkatan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) di seluruh Indonesia yang
mengacu kepada pola managemen PHBS. Upaya tersebut dilakukan untuk
memberdayakan masyarakat dalam memelihara, meningkatkan, melindungi
kesehatannya sehingga mereka sadar, mau, mampu secara mandiri dalam
meningkatkan status kesehatannya baik dalam keluarga maupun lingkungan sekitar.
Menurut Eka S dkk (2017) Perilaku hidup bersih dan sehat adalah perilaku yang
dipraktikkan atas kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan
1
seseorang, keluarga, sekolompok serta masyarakat dapat menolong dirinya sendiri
di kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan. Komponen Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di rumah Tangga.
Program PHBS ini adalah program nasional yang dibuat oleh pemerintah untuk
seluruh wilayah di Indonesia. Program PHBS tidak membuat perbedaan indikator
penilaian untuk wilayah atau kawasan tertentu seperti wilayah pantai, desa, atau
kota. Sasaran PHBS tidak hanya sebatas tentang hygiene, namun lebih
komprehensif dan luas mencakup perubahan lingkungan fisik, biologi, sosial
budaya masyarakat sehingga tercipta lingkungan yang berwawasan kesehatan dan
perilaku hidup bersih dan sehat. Program PHBS dibagi dalam lima tatanan yaitu
tatanan rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan dan tatanan tempat-
tempat umum (Maryunani Anik 2013).
Keluarga merupakan unit terkecil dari suatu bangsa. Di dalam keluarga terjadi
interaksi dan komunikasi antara anggota keluarga yang menjadi awal penting dari
suatu proses pendidikan. Ditanamkannya PHBS sejak dini dalam keluarga dapat
menciptakan keluarga yang sehat. Keluarga yang sehat akan membentuk
masyarakat, desa dan kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi dan bangsa yang
sehat. Bangsa yang sehat memiliki derajat kesehatan yang tinggi,sehingga
meningkatkan produktivitas bangsa tersebut (Depkes RI, 2010).
2
Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari tidak sehat menjadi
perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Karenanya
kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah
tangga serta diperjuangkan oleh semua pihak. Rumah tangga ber-PHBS berarti
mampu menjaga, meningkatkan dan melindungi kesehatan setiap anggota rumah
tangga dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif
untuk hidup sehat. Penerapan PHBS dirumah tangga merupakan tanggung jawab
setiap anggota rumah tangga, pemerintah beserta jajaran terkait untuk memfasilitasi
kegiatan PHBS agar dapat berjalan secara efektif (Maryunani, Anik. 2013).
Upaya peningkatan perilaku sehat di rumah tangga masih belum menunjukan hasil
yang optimal, dapat dilihat dari hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS 2013)
menunjukan bahwa di Indonesia hanya 24,9% yang tergolong rumah sehat.
Terdapat 34 provinsi di Indonesia dengan persentase rumah sehat, dimana DKI
Jakarta merupakan salah satu provinsi dengan persentase rumah sehat 33,6%.
Proporsi rumah tangga yang memenuhi kriteria perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) baik menurut provinsi, menyatakan bahwa proporsi nasional rumah tangga
dengan PHBS baik adalah 32,3%, dengan proporsi tertinggi pada DKI Jakarta
(56,8%) dan terendah pada Papua (16,4%). Hal ini dibuktikan melalui berbagai
kejadian penyakit menular seperti kejadian demam berdarah dan diare yang
tinggi,oleh karena itu diharapkan perawat atau tenaga kesehatan lainnya berupaya
untuk memberikan informasi dengan cara melakukan edukasi, untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga tentang PHBS (RISKESDAS, 2013).
Menurut Kemenkes RI 2011, ada 10 indikator PHBS tatanan rumah tangga yaitu
persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, memberikan ASI ekslusif,
menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan
air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik nyamuk
dirumah seminggu sekali, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas
fisik setiap hari dan tidak merokok didalam rumah. Penolong persalinan oleh tenaga
kesehatan yang berkompeten merupakan salah satu indikator dari PHBS, tenaga
3
kesehatan yang berkompeten sebagai penolong persalinan adalah dokter spesialis
kebidanan dan kandungan. Secara keseluruhan presentase penolong persalinan
paling tinggi sebesar 87,1% ditolong oleh dokter atau bidan.
Hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS 2013) menyatakan bahwa DKI Jakarta
memiliki beberapa indikator yang belum sesuai harapan. Persentase bayi menyusui
secara ekslusif sampai 6 bulan hanya 15,3%. Bayi/balita yang dilakukan
pemantauan pertumbuhan atau penimbangan empat kali atau lebih enam bulan
terakhir sekitas 53,7%. Lalu perilaku hygiene meliputi kebiasaan mencuci tangan
dengan air bersih dan sabun sebesar 39,2% dan penggunaan jamban sehat sekitar
98,9%. Kebiasaan makan buah dan sayur setiap hari sekitar 93%, melakukan
aktivitas fisik dengan aktif sekitar 55,8% dan tidak aktif 44,2%. Lalu perilaku
merokok di dalam rumah sekitar 23,2%.
Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta pada Tahun 2015 jumlah
kepala keluarga sebanyak 247.411 jiwa, yang mempunyai cakupan dari beberapa
indikator yaitu persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak (94%),
memberi bayi ASI Eksklusif sebanyak (25%), menimbang balita setiap bulan
sebanyak (53%), menggunakan air bersih sebanyak (85%), mencuci tangan dengan
air bersih sebanyak (93%), menggunakan jamban sehat sebanyak (85%),
memberantas jentik di rumah sekali seminggu sebanyak (94%), makan buah dan
sayur setiap hari sebanyak (95%), melakukan aktivitas fisik setiap hari sebanyak
(96%), tidak merokok di dalam rumah sebanyak (58%).
Ada beberapa wilayah di Jakarta yang belum memenuhi kriteria PHBS yang baik,
terutama di wilayah bantaran sungai salah satunya adalah Manggarai. Peneliti telah
melakukan studi pendahuluan pada tanggal 5 Mei 2017 di wilayah RT 08/01
Kelurahan Manggarai yang memiliki jumlah 117 kepala keluarga. Dari hasil
kuesioner yang dilakukan peneliti diperoleh data sebagai berikut : 18 dari 20 kepala
keluarga mengatakan belum mengetahui tentang perilaku hidup bersih dan sehat,
4
hal ini karena kurangnya informasi berupa penyuluhan tentang pentingnya perilaku
hidup bersih dan sehat di tatanan rumah tangga dan tingkat pendidikan yang rendah
wilayah tersebut. Informasi yang belum diketahui kepala keluarga tentang indikator
PHBS, mencakup dari beberapa indikator perilaku hidup bersih dan sehat
didapatkan data yaitu: persalinan oleh tenaga kesehatan sebanyak 16 orang,
memberi Asi Eksklusif sebanyak 15 orang, menimbang bayi/balita setiap bulan
sebanyak 6 orang, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebanyak 4 orang,
menggunakan air bersih sebanyak 15 orang, mengunakan jamban sehat sebanyak
13 orang, memberantas jentik dirumah sebanyak 20, makan sayur dan buah setiap
hari sebanyak 7 orang, melakukan aktifitas fisik setiap hari sebanyak 9 orang, tidak
merokok di dalam rumah sebanyak 3 orang.
5
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui apa saja faktor- faktor yang berhubungan dengan perilaku hidup bersih
dan sehat pada keluarga di sekitar bantaran kali wilayah RT 08/01 Kelurahan
Manggarai Kecamatan Tebet Jakarta Selatan”
6
1.4.2 Ilmu Keperawatan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan, serta
menjadi landasan dalam pengembangan ilmu keperawatan komunitas dan keluarga
khususnya dibidang kesehatan lingkungan.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Respon stimulus tersebut dalam bentuk tindakan atau praktik (practice) yang
dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain misalnya seorang ibu
memeriksa kehamilannya ke puskesmas secara teratur.
8
2.1.2 Perilaku Kesehatan
Perilaku Kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus
atau objek yang berkaitan dengan sakit, penyakit, system pelayanan kesehatan,
makanan dan minuman serta lingkungan.
9
keluarga, atau masyarakatnya. Misalnya bagaimana mengelola pembuangan tinja,
air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah, dan sebagainya.
Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan
ini.
10
bekerja keras dan berlebihan, sehingga waktu beristirahat berkurang hal ini
juga dapat membahayakan kesehatan.
f. Mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada siapa saja dan akibatnya
bermacam-macam bagi kesehatan, lebih-lebih sebagai akibat dari tuntutan
hidup yang keras seperti diuraikan diatas. Kecenderungan stress akan
meningkat pada setiap orang, stress tidak dapat kita hindari, yang penting
dijaga agar stress tidak menyebabkan gangguan kesehatan, kita harus dapat
mengendalikan atau mengelola stress dengan kegiatan-kegiatan yang positif.
g. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan misalnya : tidak
berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan
lingkungan , dan sebagainya, dan seterusnya.
2. Perilaku sakit (illness behaviour)
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit,
persepsinya terhadap sakit,pengetahuan tentang : penyebab dan gejala penyakit,
pengobatan penyakit dan sebagainya.
Dari segi sosiologi, orang sakit (mempunyai peran yang mencakup hak-hak
orang sakit (right) dan kewajiban sebagaiorang sakit (obligation). Hak dan
kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain
(terutama keluarganya). Yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit
(the sick role). Perilaku ini meliputi :
11
2.1.4 Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku
Menurut Teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2012) perilaku
dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantarannya :
12
peningkatan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat di tatanan rumah
tangga. (Depkes RI, 2011).
Manusia hidup di berbagai tatanan, yaitu di berbagai tempat atau system sosial
dimana ia melakukan kegiatan sehari-harinya. Di setiap tatanan, faktor-faktor
individu, lingkungan fisik dan lingkungan sosial berinteraksi dan menimbulkan
dampak pada kesehatan. Oleh karena itu dapat pula dikatakan bahwa satu tatanan
adalah suatu tempat dimana manusia secara aktif memanipulasi lingkungan,
sehingga menciptakan dan sekaligus juga mengatasi masalah-masalahnya di bidang
kesehatan. (Depkes RI, 2011).
Telah disepakati ada lima tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan institusi
pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum dan tatanan fasilitas
kesehatan. Akan tetapi, untuk melihat keberhasilan pembinaan PHBS, praktik
PHBS yang diukur adalah yang dijumpai di tatanan rumah tangga. Sudah ditetapkan
10 indikator untuk menetapkan apakah sebuah rumah tangga sudah mempraktikkan
PHBS. Kesepuluh indikator tersebut merupakan sebagian dari semua perilaku yang
harus dipraktikkan di rumah tangga dan dipilih karena dianggap mewakili atau
dapat mencerminkan keseluruh perilaku (Depkes RI, 2011).
13
berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS pada tatanan rumah
tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau
dan mampu melakukan PHBS untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya,
mencegah risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit
serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. (Depkes RI, 2011).
14
c. Untuk meningkatkan dukungan dan peran aktif petugas kesehatan,
petugas lintas sektor, media massa, organisasi masyarakat, LSM, tokoh
masyarakat, tim penggerak PKK dan dunia usaha pembinaan PHBS di
rumah tangga.
d. Meningkatkan kemampuan keluarga untuk melaksanakan PHBS
berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat (Maryunani Anik,
2013).
15
2.9 Sepuluh (10) Indikator PHBS Di Tatanan Rumah Tangga
Menurut Kemenkes (2011) Indikator adalah suatu petunjuk yang membatasi fokus
perhatian suatu penilaian. Ada sepuluh (10) indikator yang dipakai sebagai ukuran
untuk menilai PHBS rumah tangga, yaitu diantaranya :
16
2.9.2 Memberi Asi Eksklusif
Menurut WHO (2014) Pemberian ASI eksklusif dianjurkan sampai usia 6 bulan,
dengan terus menyusui bersama dengan makanan pelengkap yang sesuai sampai
usia dua tahun atau lebih. Menyusui adalah cara normal untuk memberi nutrisi
pada bayi muda bagi pertumbuhan dan perkembangan sehat. Hampir semua ibu
dapat menyusui, asalkan mereka memiliki informasi yang akurat, dan dukungan
keluarga mereka, sistem perawatan kesehatan dan masyarakat luas. Manfaat
pemberian ASI pada bayi : ASI mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk
pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kecerdasan, mengandung zat
kekebalan, melindungi bayi dari alergi, aman dan terjamin keberihan, karena
langsung disusukan kepada bayi dalam keadaan segar, tidak akan pernah basi
karena mempunyai suhu yang tepat dan dapat diberikan kapan saja dan dimana
saja, dan membantu memperbaiki reflex menghisap, menelan dan pernafasan
bayi. Menurut Lindsey Rennick Salone.,dkk. (2013) keuntungan kesehatan yang
terkait dengan menyusui termasuk yang lebih rendah Risiko otitis media akut,
gastroenteritis dan diare, pernapasan bagian bawah yang parah Infeksi, asma,
sindrom kematian bayi mendadak, obesitas dan lainnya Penyakit dan kondisi
masa kanak-kanak Bukti juga menunjukkan bahwa menyusui Anak-anak dapat
mengembangkan oklusi yang lebih baik pada gigi primer. Hasil review sistematis
di mana peneliti memeriksa hubungan tersebut Antara menyusui dan karies anak
usia dini tidak meyakinkan.
Menimbang balita setiap bulan adalah menimbang atau balita setiap bulan dan
mencatat berat badan dan tinggi bayi dalam kartu menuju sehat (KMS). Tujuan
bayi perlu ditimbang setiap bulan karena memantau pertumbuhannya setiap
bulan, mengetahui apakah balita tumbuh sehat, untuk mengetahui dan mencegah
gangguan pertumbuhan balita, untuk mengetahui balita yang sakit (demam /
batuk / diare).
17
2.9.4 Menggunakan Air Bersih
Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman bakteri penyebab penyakit,
oleh karena itu dianjurkan mencuci tangan menggunakan sabun karena sabun
dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman karena tanpa sabun kotoran
dan kuman masih tertinggal di tangan dan sabun dapat membersihkan kotoran
dan membunuh kuman, karena tanpa sabun kotoran dan kuman masi tertinggal
di tangan. Menurut Kien Gianto.,dkk. (2016) ditemukan di 44% tangan dikurangi
menjadi 23% setelah mencuci tangan dengan air sendiri dan sampai 8% setelah
mencuci tangan dengan air dan sabun. Cuci tangan dengan sabun sebelum
persiapan makan telah terbukti mengurangi risiko penyakit bawaan makanan
meski mencuci tangan dengan sabun dan air yang sederhana dan metode yang
efisien untuk mengurangi risiko penyakit menular seperti diare sebesar 50%.
18
2.9.6 Menggunakan Jamban Sehat
Syarat jamban sehat diantaranya : tidak mencemari sumber air minum dengan
lubang penampungan minimal 10 meter, tidak berbau, tidak mencemari tanah
sekitar, dilengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan dan ventilasi cukup,
lantai kedap air luas dan memadai, tersedia air sabun dan alat pembersih, serta
kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus. Menurut Duncan Mara.,dkk
(2010) penyakit diare adalah dampak utama penyebab dari sanitasi yang buruk
secara global, menyebabkan sekitar 1,6-2,5 juta kematian setiap tahun, banyak di
antara anak-anak di bawah 5 tahun yang tinggal di negara berkembang pada
tahun 2012, misalnya diare adalah penyebab utama kematian antara anak di
bawah 5 tahun di Sahara Afrika, dan menghasilkan 19% dari semua kematian di
kelompok usia ini.
19
mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai, memperbaiki saluran
air yang rusak, menaburkan larvasida ( bubuk pembunuh jentik) ditempat yang
sulit untuk dikuras misalnya ditalang air, memelihara ikan pemakan jentik
didalam kolam mandi misalnya ikan cupang/ikan nila, dan menanam tumbuhan
penghusir nyamuk misalnya Zodia, Lavender, Rosemerry.
Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok di dalam rumah, karena dari satu
batang rokok yang dihisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya
diantaranya yang paling berbahaya adalah nikotin, tar, dan carbon monoksida
20
(CO). Menurut Rebecca E. Schane.,dkk. (2011) risiko penting secara klinis
terkait dengan merokok ringan (pasif) dan sebentar-sebentar. Meski ada
Perbedaan komposisi secondhand dan mainstream asap rokok, dengan dosis yang
diterima perokok pasif Jauh lebih rendah daripada perokok aktif, kesehatan
Risiko yang terkait dengan perokok pasif sangat penting dan didokumentasikan
dengan baik. Perokok pasif memiliki efek pada banyak orang Mediator biologis
penyakit kardiovaskular yang hamper sama besarnya dengan yang berhubungan
dengan merokok aktif, termasuk perubahan aktivasi trombosit dan disfungsi sel
endotel, faktor yang diakui sebagai kunci mediator kardiovaskular perokok pasif
menyebabkan penyakit kardiovaskular, kanker paru-paru, kanker leher, paru-
paru obstruktif penyakit (penyakit paru obstruktif kronik, asma), penyakit
pembuluh darah, infeksi saluran pernapasan bagian bawah, dan kanker payudara
pada wanita muda.
Penelitian Budiman, (2012) tentang perilaku hidup bersih dan sehat tatanan rumah
tangga di Kelurahan Utama Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi, menunjukkan
adanya hubungan antara pengetahuan keluarga dengan perilaku hidup bersih dan
sehat (p value<0,05).
21
2.10.2 Motivasi
Motivasi berasal dari bahasa latin yang berarti to move, secara umum mengacu pada
adanya kekuatan dorongan yang menggerakan kita untuk berperilaku tertentu. Oleh
karena itu dalam mempelajari motivasi kita akan berhubungan dengan hasrat,
keinginan, dorongan dan tujuan. Memotivasi perilaku sehat didefinisikan sebagai
interaksi antara pelaku dan lingkungan sehingga dapat meningkatkan, menurunkan
dan mempertahankan perilaku.
2.10.3 Sikap
Sikap merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu,
yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan(senang-tidak
senang, setuju-tidak setuju dan sebagainya). Newcomb seorang ahli psikologi social
menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau ketersediaan untuk bertindak
dan bukan merupakan pelaksanaan, dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan
tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
(tindakan)atau reaksi tertutup.
Tumiwa (2015) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan
perilaku hidup bersih dan sehat tatanan rumah tangga di Kecamatan Remboken,
artinya sikap dapat mempengaruhi perilaku untuk melakukakan hidup bersih dan
sehat (pvalue = 0.001).
22
2.11 Model Teori Keperawatan Adaptasi Sister Callista Roy (1976)
Roy memandang individu adalah makhluk bio-psiko-sosial yang harus dilihat
sebagai suatu kesatuan utuh yang secara terus menerus berinteraksi dengan
lingkungan, berespon terhadap lingkungan dan beradaptasi dengan lingkungan.
Keperawatan dilihat sebagai kegiatan atau tindakan yang ditujukan pada upaya
menghilangkan stimuli dan memacu kemampuan adaptasi dari individu. Model
keperawatan yang dikembangkannya dikenal sebagai “adaptation model”.
(Alligood, Martha. Raile. 2017).
23
“Holistic Adaptif System “ ini adalah perpaduan antara konsep sistem dan
konsep adaptasi.
b. Konsep lingkungan
Stimulus yang berasal dari individu dan sekitar individu merupakan elemen
dari lingkungan, menurut Roy. Lingkungan menurut Roy adalah“Semua
kondisi, keadaan dan pengaruh-pengaruh disekitar individu yang dapat
mempengaruhi suatu perkembangan dan perilaku individu dan kelompok”.
c. Konsep sehat
Roy mendefinisikan sehat adalah “A State and a process of being and
becoming an integrated and whole person”. Integritas individu dapat
ditunjukkan dengan kemampuan untuk mempertahankan diri, tumbuh,
reproduksi dan “mastery”
d. Keperawatan.
Tujuan keperawatan menurut Roy adalah meningkatkan respon adaptif
individu dan menurunkan respon inefektif individu, dalam kondisi sakit
maupun sehat. Selain meningkatkan kesehatan di semua proses kehidupan,
keperawatan juga bertujuan untuk mengantarkan individu meninggal dengan
damai.Untuk mencapai tujuan tersebut, perawat harus dapat mengatur
stimulus fokal, kontekstual dan residual yang ada pada individu, dengan lebih
menitikberatkan pada stimulus fokal, yang merupakan stimulus tertinggi.
24
2.12 Kerangka Teori
Perilaku
25
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL,
Variabel Bebas
(Independen) Variabel Terikat (Dependen)
1. Pengetahuan Perilaku hidup bersih dan
2. Motivasi sehat (PHBS) pada keluarga
3. Sikap
4. Ketersediaan
Sarana Prasarana
26
3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan uraian tentang batasan variabel yang dimaksud atau
tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan serta pengambilan
instrument, cara ukur, hasil ukur dan skala ukur yang digunakan. (Notoatmodjo, 2012).
Variabel
Independen
56 - 75% benar.
27
4 Sarana Ketersediaan sarana Kuesioner Pengisian 0:Tidak tersedia, jika responden Ordinal
Prasarana prasarana dalam kuesioner menjawab <60%
penerapan PHBS yang
sudah ada/ digunakan di 1:Tersedia, jika responden
keluarga menjawab >60%
Dependen
Variabel
1. Perilaku 10 indikator PHBS pada Kuesioner Pengisian 0: Kurang, jika skor <40 Ordinal
hidup bersih keluarga yang sudah Kuesioner
dan sehat dilakukan (Kemenkes, 1: Baik, jika skor >40
pada 2011)
keluarga
28
3.3 Hipotesis
1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku hidup bersih sehat
pada keluarga di sekitar bantaran kali wilayah RT 08/01 Kelurahan Manggarai
Kecamatan Tebet Jakarta Selatan”
2. Ada hubungan antara motivasi dengan perilaku hidup bersih sehat pada
keluarga di sekitar bantaran kali wilayah RT 08/01 Kelurahan Manggarai
Kecamatan Tebet Jakarta Selatan”
3. Ada hubungan antara sikap dengan perilaku hidup bersih sehat pada keluarga
di sekitar bantaran kali wilayah RT 08/01 Kelurahan Manggarai Kecamatan
Tebet Jakarta Selatan”
4. Ada hubungan antara sarana pra sarana dengan perilaku hidup bersih sehat pada
keluarga di sekitar bantaran kali wilayah RT 08/01 Kelurahan Manggarai
Kecamatan Tebet Jakarta Selatan”
29
BAB IV
METODE PENELITIAN
Pada bab ini peneliti akan membahas tentang rancangan penelitian, populsi dan sampel,
tempat dan waktu penelitian, etika penelitian, alat pengumpulan data penelitian,
prosedur pengumpulan data, dan rencana analisa data.
30
4.2.2 Sampel
Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek
penelitian melalui sampling (Nursalam,2016). Sampel dari penelitian ini diambil dari
populasi kepala keluarga di wilayah RT 08/06 Kelurahan Matraman Kecamatan Tebet.
Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini, pengambilan
sampel secara acak sederhana (Simple Random Sampling) yaitu dengan cara mengundi
anggota populasi dengan tabel bilangan atau angka sesuai dengan jumlah sampel.
Kemudian pemilihan sampel dilakukan berdasarkan. Besar sampel dihitung
menggunakan rumus Slovin sebagai berikut :
𝑁
𝑛 = 1+𝑁𝑒 2
Keterangan :
n = Ukuran/ Besarnya sampel
N = Ukuran/ Besarnya Populasi
e = Kelonggaran ketelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat
ditolerir (10%)
𝑁
𝑛 = 1+𝑁𝑒 2
117
𝑛= 117 (0,1) 2 +1
117
𝑛 = 1+ (117(0,01)+1
117
𝑛 = 2,17 = 53,9 = 54 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
31
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus yang ada dengan jumlah
populasi 117 kepala keluarga, maka sampel minimal yang digunakan adalah 54
responden. Jumlah sampel ditambah 10% dengan tujuan untuk mengatasi responden
yang mengalami drop out (Dharma, 2011).
Agar karakteristik penelitian ini tidak menyimpang dari populasi, maka pengambilan
sampel menggunakan kriteria inklusi maupun kriteria eksklusi (Notoatmodjo, 2012).
Kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi dalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012). Kriteria inklusi pada
penelitian ini adalah :
1) Kepala Keluarga di wilayah RT 08/01
2) Kepala Keluarga bersedia menjadi responden
3) Kepala Keluarga yang bisa membaca dan menulis
4) Ibu Rumah Tangga di wilayah RT 08/01
5) Ibu Rumah Tangga yang bersedia menjadi responden
6) Ibu Rumah Tangga yang bisa membaca dan menulis.
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria Eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai
sampel (Notoatmodjo, 2012). Kriteria Eksklusi pada penelitian ini adalah ;
1) Kepala Keluarga yang tidak bersedia menjadi responden
2) Kepala Keluarga yang tidak ada di wilayah RT 08/01
3) Ibu Rumah Tangga yang tidak bersedia menjadi responden
4) Ibu Rumah Tangga yang tidak ada di wilayah RT 08/01
32
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Kepala Keluarga/Ibu Rumah Tangga di wilayah Bantaran
Kali RT 08/06 Kelurahan Matraman Kecamatan Tebet. Tempat ini dipilih karena
sesuai dengan masalah yang terjadi di lapangan dan jumlahnya cukup banyak.
Penelitian ini akan dilakukan dari bulan Juli- Agustus 2017.
33
4.4.2 Respect For Privacy And Confidentiality (Menghormati Privasi Dan
Kerahasiaan Subjek Penelitian)
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu temasuk privasi dan kebebasan
individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak untuk tidak
memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh sebab itu, peneliti
tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan identitas
subjek. Peneliti seyogianya cukup menggunakan coding sebagai pengganti
identitas responden (Polit & Beck, 2004 dalam Dharma, 2011).
34
tujuan pengumpulan data, serat memberi informed consent untuk meminta persetujuan
dan dijadikan responden penelitian.
Teknik pengumpulan data dengan mengisi kuesioner dengan beberapa pilihan jawaban
yang harus dijawab oleh responden dengan lengkap dan jujur sesuai yang dilakukan
responden. Selama pengisian kuesioner responden didampingi peneliti, sehingga
apabila ada butir pertanyaan yang responden tidak paham responden bias menanyakan
kepada peneliti.
35
4. Sarana Prasarana
Ketersediaan sarana prasarana dalam penerapan PHBS terdiri dari 10
pertanyaan. Jika tidak tersedia bila responden menjawab <60% dan tersedia bila
responden menjawab >60%
5. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
10 indikator PHBS yang sudag dilakukan keluarga terdiri dari 20 pertanyaan.
Kurang jika skor <40 dan baik jika skor >40
4.7 Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti mendapatkan izin untuk melakukan
penelitian pada ini Kepala Keluarga di Wilayah Bantaran Kali RT 08/06 Kelurahan
Manggarai Kecamatan Tebet. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan
membagikan kuesioner kepada responden. Adapun tahapan yang dilakukan oleh
peneliti yaitu:
a. Peneliti mengajukan surat permohonan izin ke bagian Akademis Prodi S1
Keperawatan Universitas MH. Thamrin Jakarta setelah proposal penelitian
mendapatkan persetujuan dan telah disahkan oleh dosen pembimbing
b. Peneliti menyerahkan surat pengantar dari Prodi S1 Keperawatan Universitas MH.
Thamrin Jakarta ke kantor Walikota Jakarta Selatan untuk membuat surat
pengantar PTSP untuk Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan
c. Peneliti menyerahkan surat pengantar dari Prodi S1 Keperawatan Universitas MH
Thamrin Jakarta ke Kepala Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Jakarta Selatan
d. Peneliti menyerahkan surat pengantar dari Prodi S1 Keperawatan Universitas Mh
Thamrin Ke Kepala Suku Dinas Kesehatan sebagai rujukan Ke Puskesmas
Kecamatan Tebet
e. Peneliti menyerahkan surat pengantar dari Prodi S1 Keperawatan Universitas Mh
Thamrin kepada Kepala Kelurahan Manggarai
36
f. Peneliti menyerahkan surat pengantar dari Prodi S1 Keperawatan Universitas Mh
Thamrin kepada Ketua RT setempat untuk melakukan pendekatan dengan Kepala
Keluarga/ Ibu Rumah Tangga tentang PHBS
g. Peneliti mempersilahkan responden untuk menandatangi lembar persetujuan
(informed consent) apabila bersedia menjadi responden dalam penelitian ini
h. Peneliti memberikan penjelasan seputar penelitian yang dilakukan dan cara
pengisian kuesioner. Responden diberi kesempatan untuk bertanya jika ada
pertanyaan yang kurang jelas
i. Peneliti mengajukan pertanyaan sesuai dengan kuesioner penelitian kepada
responden yang dipilih sebagai sampel penelitian setelah responden mengerti
tentang cara pengisian kuesioner
j. Peneliti mengumpulkan kuesioner yang telah terisi sesuai jawaban responden
k. Selanjutnya peneliti mengakhiri pertemuan dengan responden dan memberikan
ucapan terima kasih kepada responden atas kerjasamanya sebagai partisipan
penelitian.
37
b. Coding
Coding atau pemberian kode adalah kegiatan merubah data berbentuk kalimat
atau huruf menjadi data berupa angka atau bilangan. Coding dilakukan setelah
kuesioner telah dilakukan pengeditan, pengkodean dilakukan sesuai dengan
definisi operasional. Kegiatan ini sangat berguna dalam memasukkan data.
c. Processing
Proses memasukkan data yang telah dalam data base komputer dengan
menggunakan program SPSS (Statistical Program For Social Science).
d. Cleaning
Melakukan pengecekan ulang untuk mengetahui kesalahan, kekurangan, dan
lainnya.
38
Isi dari instrumen harus disesuaikan dengan tujuan khusus dari penelitian agar dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur. Isi tersebut biasanya dapat dijabarkan dalam
definisi operasional.
2. Relevan sasaran subjek dan cara pengukuran
Instrumen yang telah disusun harus dapat memberi gmbaran terhadap perbedaan subjek
penelitian. Pada prinsip ini peneliti harus bisa menentukn kepada siapa peneliti harus
bertanya. Penelitian ini dilakukan uji validitas instrument (kuesioner) dengan
menggunakan “pearson product moment”.
Keputusan uji:
Bila r hitung > r tabel maka Ho ditolak artinya variabel valid
Bila r hitung < r tabel maka Ho gagal ditolak artinya variabel tidakvalid
(Hastono, 2007).
39
4.10 Rencana Analisa Data
4.10.1 Analisis Univariat
Analisis univariat ini menggunakan perangkat software Statistical Product and Service
Solution (SPSS) bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik
variabel dan selanjutnya menghasilkan distribusi frekuensi. Dalam penelitian ini,
peneliti ingin mengetahui distribusi frekuensi dan variabel dependen yaitu perilaku
hidup bersih dan sehat.
No Variabel Skala Uji Statistik
1 Pengetahuan Ordinal Distribusi Frekuensi
Persentase
2 Motivasi Ordinal Distribusi Frekuensi
Persentase
3 Sikap Ordinal Distribusi Frekuensi
Persentase
4 Sarana Prasarana Ordinal Distribusi Frekuensi
Persentase
40
Keptusan Uji :
1. Bila nilai P value < 0,05 Ho di tolak, berarti data sampel mendukung adanya
perbedaan yang bermakna (signifikan).
2. Bila nilai P value > 0.05 Ho gagal ditolak, berarti data sampel tidak cukup untuk
mendukung adanya perbedaan yang bermakna (signifikan).
Selain keputusan uji, dapat juga dinilai dengan melihat odds ratio (OR) untuk
mengetahui derajat keeratan hubungan dengan variabel.
1. Bila OR = 1 berarti tidak ada hubungan faktor resiko dengan kejadian
2. Bila OR < 1 berarti hubungan faktor resiko dengan hasil jadi adalah efek
perlindungan (efek proteksi)
3. Bila OR > 1 berarti hubungan faktor resiko dengan hasil jadi adalah efek
penyebab.
41