Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

“LIKEN SIMPLEK KRONIK”

Oleh:

DIANA KURNIAWATI

010.06.0054

Dibimbing Oleh:

dr. L. M Budiani, M. Biomed, SpKK

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

Liken simpleks kronikus (LSK) merupakan peradangan kulit kronis, gatal,


dan sirkumskrip yang ditandai dangan penebalan kulit dan kulit tampak lebih
menonjol (likenifikasi) akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang. Liken
simpleks kronikus disebut juga sebagai neurodermatitis sirkumskripta atau liken
vidal (Sularsito, 2015). Liken simpleks kronikus ini bukanlah suatu proses yang
primer, sebaliknya pasien merasakan gatal pada area kulit tertentu dan
menyebabkan adanya trauma mekanik akibat garukan sehingga timbul likenifikasi
(Hogan, et al., 2014).

Bentuk lesi dari liken simpleks kronikus pada awalnya berupa plak
eritematosa dan sedikit edematosa, yang lambat laun edema dan eritema akan
menghilang. Pada bagian tengah berskuama dan menebal, disekitarnya
hiperpigmentasi, dan batas tidak jelas (Sularsito, 2015). Lokasi lesi paling sering
adalah di daerah skapula, samping leher, ekstensor ekstremitas, pergelangan kaki,
dan daerah anogenital. Namun dapat ditemukan juga pada daerah lain terutama
daerah-daerah yang terjangkau oleh tangan (Goldsmith, et al., 2012).

Liken simpleks kronikus lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan


pria dengan perbandingan 2:1(Lotti, et al., 2008). Liken simpleks kronikus jarang
terjadi pada anak-anak. Puncak insidennya adalah pada umur antara 30 dan 50
tahun. Liken simpleks kronikus dapat ditemui pada semua ras. Namun, sejumlah
ahli mengklaim bahwa liken simpleks kronikus lebih sering pada orang Asia dan
orang Amerika-Afrika (Hogan, et al., 2014)

2
BAB II
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Amaq K
Usia : 74 tahun
Jenis kelamin : Laki−laki
Agama : Islam
Suku : Sasak
Alamat : Selong
Pekerjaan :-
Tanggal Pemeriksaan : Jumat, 11 Maret 2017

B. ANAMNESIS
 Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan gatal-gatal pada
wajah, tangan, dada dan kaki.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli klinik kulit dan kelamin RSUD Selong dengan
keluhan gatal di wajah, tangan, dada dan kaki sejak ± 5 bulan lalu. pasien
mengaku timbul keluhan gatal mula-mula di kulit kaki dan terasa gatal
hingga membuat pasien ingin menggaruknya. Awalnya muncul bercak
kemerahan yang menebal disertai rasa gatal sangat mengganggu. sekitar 1
bulan yang lalu, timbul bercak yang sama semakin banyak memenuhi
dahi, dada dan di kedua lengan. Keluhan disertai rasa panas dan perih
apabila digaruk. Bila keringatan dan pada malam hari terasa lebih gatal
dan sampai mengganggu tidur pasien. sekitar bulan yang lalu, pasien
berobat ke Puskesmas dan diberi salep ( pasien lupa nama salep nya apa)
namun pasien mengatakan tidak ada perubahan dan keluhan dirasakan
semakin gatal. Pasien mengatakan mempunyai penyakit jantung dan ginjal
sejak beberapa tahun yang lalu dan rajin control kepenyakit dalam.

3
 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit jantung dan ginjal sejak
beberapa tahun yang lalu. Pasien tidak mempunyai penyakit diabetes
mellitus ataupun hipertensi. Pasien juga tidak mempunyai alergi makanan
ataupun obat-obatan.
 Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat sakit seperti ini : disangkal
- Riwayat penyakit kulit : disangkal
- Riwayat sakit kelamin : disangkal
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
- Riwayat Asma : disangkal
- Alergi : disangkal
 Keadaan Sosial Ekonomi
Aq k sudah tidak bekerja sejak 5 tahun yang lalu, sehari-hari Aq K hanya
diam dirumah. Aq K Memiliki 3 orang anak yang sudah bekerja dan
kuliah. Pasien menggunakan Jamkesmas untuk biaya penggobatan.

C. PEMERIKSAAN
 Status Generalis
KU : Tampak Sehat
Kesadaran : Compos Mentis

Kepala : Normocephali, rambut hitam


Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Gigi : Gigi berlubang (-), sisa akar gigi (-), caries gigi (-)
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Telinga : Normal, tidak ada kelainan kulit
Hidung : Normal, deviasi (-), sekret (-)
Mulut : bibir tidak pucat, tidak ada kelainan kulit
Thoraks : tidak dilakukan, kulit status dematologikus
Abdomen : tidak dilakukan, kulit status dematologikus

4
Ekstremitas atas : akral hangat, (status dermatologikus)
Ekstremitas bawah : akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis,
terdapat kelainan pada (status dermatologikus)

 Status Dermatologis :
Ad region : Ad region antebrachii dextra et sinistra , dorsum manus
dextra et sinistra, thorax, ad region frontal.
Distribusi : Regional
Bentuk : likenifikasi
Batas : tegas
Ukuran : bervariasi
Effloresensi : plak hiperpigmentasi, multiple, berbatas tegas,skuama (+)

5
D. RIGKASAN :
Aq. K usia 74 tahun datang ke RSUD Selong sabtu, 11 Maret 2017
dengan keluhan gatal di wajah, tangan, dada dan kaki sejak ± 5 bulan lalu.
pasien mengaku timbul keluhan gatal mula-mula di kulit kaki dan terasa
gatal hingga membuat pasien ingin menggaruknya. Awalnya muncul
bercak kemerahan yang menebal disertai rasa gatal sangat mengganggu.
Sekitar 1 bulan yang lalu, timbul bercak yang sama semakin banyak
memenuhi dahi, dada dan di kedua lengan. Keluhan disertai rasa panas
dan perih apabila digaruk. Bila keringatan dan pada malam hari terasa
lebih gatal dan sampai mengganggu tidur pasien. Sekita 3 bulan yang lalu,
pasien berobat ke Puskesmas dan diberi salep ( pasien lupa nama salep nya
apa) namun pasien mengatakan tidak ada perubahan dan keluhan dirasakan
semakin gatal. Pasien mengatakan mempunyai penyakit jantung dan ginjal
sejak beberapa tahun yang lalu dan rajin control kepenyakit dalam.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit ringan
kesadaran Compos mentis. Pemeriksaan status dermatologis didapatkan
effloresensi makula hiperpigmentasi, multiple, berbatas tegas,skuama (+).

6
E. DIAGNOSIS BANDING :
 Liken Simpleks Kronis
 Tinea Corporis
 Dermatitis Numular

F. DIAGNOSIS :
Liken Simpleks Kronis

G. USULAN PEMERIKSAAN :
 Histopatologi

H. PENATALAKSANAAN
1. Umum
 Mencegah garukan dan gosokan. Menjaga kebersihan kulit, makan
makanan bergizi, minum obat teratur.
2. Khusus
 Sistemik : cetirizine 1x10 mg
 Topikal : desoksimetazone cr 2 dd ue

I. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanam : ad bonam
Quo ad cosmeticum : ad bonam

7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Liken simplek kronik adalah peradangan kulit kronis, disertai rasa gatal,
sirkumskrip, yang khas ditandai dengan kulit yang tebal dan likenifikasi.
Likenifikasi pada liken simpleks kronik terjadi akibat garukan atau gosokan yang
berulang-ulang, karena berbagai rangsangan pruritogenik. Keluhan dan gejala
dapat muncul dalam waktu hitungan minggu hingga bertahun-tahun.

Liken simpleks kronis ditemukan pada kulit di daerah yang mudah


terjangkau oleh tangan. Keinginan untukmenggaruk kadang muncul dari hal-hal
yang sepele seperti luka, gigitan serangga, kulit kering, pakaian, luka bakar, bintil-
bintil atau jerawat, atau dermatitis atopik.Pada awalnya merupakan hal yang
normal, karena adanya gatal sehingga terjadi garukan yang berulang.Beberapa
jenis kulit lebih rentan terhadap likenifikasi, seperti kulit yang cenderung kearah
eksematous (yaitu dermatitis atopik, diastesis atopik).

B. Epidemiologi
Liken simpleks kronis biasanya terjadi pada orang dewasa. Puncak insidennya
antara 30 sampai 50 tahun.Wanita lebih sering menderita dari pada pria dan
penyakit ini jarang dijumpai pada anak-anak.Penyakit ini sering muncul pada usia
dewasa, terutama usia 30 hingga 50 tahun.12% dari populasi orang dewasa
dengan keluhan kulit gatal menderita liken simplek kronik. Pasien dengan
koeksistensi dermatitis atopi cenderung memiliki onset umur yang lebih muda
(rata-rata 19 tahun) dibandingkan dengan pasien tanpa atopi (rata-rata 48
tahun).Tidak ada perbedaan insiden yang dilaporkan dalam hubungan dengan ras,
meskipun liken simpleks kronis lebih sering di Asia, Afrika-Amerika.

Secara umum frekuensi penyakit ini tidak diketahui.Tidak ada kematian yang
disebabkan liken simpleks kronis, tapi dapat menyebabkan morbiditas
langsung.Terdapat pasien yang melaporkan mengalami kurang tidur atau
gangguan tiduryang mempengaruhi fungsi motorik dan mental akibat dari rasa

8
gatal yang timbul pada saat istirahat. Liken simpleks kronis dapat disertai dengan
infeksi sekunder.

Liken simpleks kronis yang menyeluruh seringkali timbul selama musim


dingin pada pasien yang berusia lanjut dan mempunyai kulit yang kering dan
pruritik.Pada pasien dengandermatitis atopik maka onset dini timbul 19 tahun,
tetapi jika Prurigo nodularis tanpa dermatitis atopik, maka onset lambat 48 tahun.

C. Etiologi
Liken simpleks kronik diakibatkan oleh gesekan dan garukan yang
awalnya berasal dari gatal. Ada berbagai faktor yang mendorong terjadinya rasa
gatal pada liken simplek kronis, tetapi tidak semuanya dimengerti dengan benar.
Faktor penyebab dari liken simplek kronik dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Faktor Eksterna
a. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan seperti panas dan udara yang kering dapat berimplikasi
dalam menyebabkan iritasi yang dapat menginduksi gatal. Suhu yang
tinggi memudahakn pasien untuk berkeringat sehingga dapat mencetus
terjadinya gatal. Hal ini biasanya menyebabkan LSK anogenital. Menurut
penelitian Ising H, et al, anak yang terekspos terhadap hasil pembuangan
kendaraan bermotor dalam jangka waktu yang lama, dapat mengakibatkan
berbagai penyakit kulit, yang salah satunya adalah LSK.
b. Gigitan serangga
Gigitan serangga dapat menyebabkan reaksi radang dalam tubuh yang
mengakibatkan rasa gatal.

2. Faktor interna
a. Dermatitis Atopik

Asosiasi antara liken simplek kronik dan gangguan atopik telah banyak
dilaporkan. Sekitar 26% hingga 75% pasien dengan dermatitis atopik
terkena liken simplek kronik.

9
b. Faktor psikologis

Anxietas telah dilaporkan memiliki prevalensi yang tinggi mengakibatkan


LKS. Neurodermatitis adalah istilah lain dari LSK, yang menunjukan
peran dari anxietas atau obsesi sebagai bagian dari proses patologis dari
lesi yang berkembang. Dalam sebuah studi pasien didapatkan bahwa skor
depresi pada pasien dengan LSK adalah tinggi.Kemungkinan apakah
faktor emosional ini merupakan akibat sekunder terhadap penyakit
dermatologis awalnya, atau apakah apakah penyakit psikologis ini
merupakan sebab utama dari terubahnya persepsi gatal, masih belum jelas.
Telah dirumuskan bahwa neurotransmiter yang mempengaruhi perasaan,
seperti dopamin, serotonin, atau peptida opioid, memodulasikan persepsi
gatal melalui jalur spinal yang menurun. Gangguan obsesif kompulsif telah
dihubungkan dengan perilaku menarik pada gangguan ini.

c. Litium

Litium telah dihubungkan dengan liken simplek kronik pada satu kasus
yang dilaporkan. LSK terjadi akibat administrasi dari litium dengan bukti
dari observasi dimana LSK membaik setelah penghentian pengobatan dan
kambuh ketika pengobatan dimulai lagi.

d. Dermatitis Kontak

Sebuah studi sederhana mengenai hubungan antara LSK dengan


penggunaan gel rambut yang mengandung PPD
(paraphenylenediamine)memperlihatkan perbaikan dari gejala LSK setelah
penggunaan dari gel rambut. Hal ini membuktikan adanya peran dari
dermatitis kontak dan sensitisasi pada liken simpleks kronis.

D. Patofisiologi
Liken simpleks kronik ditemukan pada kulit daerah yang mudah diakses untuk
digaruk. Pruritus memprovokasi garukan dan gosokan yang menghasilkan lesi
klinis, tetapi patofisiologi yang mendasari tidak diketahui. Beberapa jenis kulit

10
lebih rentan terhadap likenifikasi seperti kulit dengan dermatitis atopik dan
diatesis atopik. Suatu hubungan antara kemungkinan keterlibatan jaringan saraf
pusat dan perifer dan keluarnya produk inflamasi akibat adanya persepsi gatal.
Ketegangan emosional pada penderita cenderung mungkin memainkan peran
kunci dalam mendorong sensasi pruritus sehingga mengarahkan untuk menggaruk
yang dapat menjadi refleks dan kebiasaan.

Interaksi di antara lesi primer, faktor psikis, dan intensitas pruritus


mempengaruhi tingkat dan keparahan dari liken simpleks kronis.Faktor psikologis
memegang peranan penting dalam pengembangan atau eksaserbasi liken simpleks
kronis. Pada suatu penelitian didapatkan pasien dengan liken simpleks kronis
memiliki tingkat depresi yang tinggi. Beberapa neurotransmitter mempengaruhi
suasana hati, seperti dopamine, serotonin atau peptide opioid yang mempengaruhi
persepsi melalui spinal pathway. Kecemasan atau obsesi juga berperan dalam
proses patologis dari lesi.

E. Manifestasi Klinis
Keluhan pada penderita adalah rasa gatal yang hebat.Rasa gatal dapat timbul
berkala, terus menerus, atau tak tentu. Parahnya gatal diperburuk dengan keringat,
panas, iritasi pakaian, dan dapat juga diperburuk oleh kondisi psikologis pasien.

Lesi yang muncul biasanya tunggal dan bermula sebagai plak eritema dengan
sedikit edema yang kemudian karena garukan yang berulang-ulang bagian tengah
lesi akan menebal, kering, dan berskuama serta pinggirnya hiperpigmentasi.
Likenifikasi dan ekskoriasidengan sekeliling yang hiperpigmentasi muncul seiring
dengan menebalnya kulit dan batas menjadi tidak tegas.

Gambaran klinis juga dipengaruhi oleh lokasi dan lamanya lesi. Lesi dapat
timbul dimana saja, namun tempat yang sering adalah di tengkuk, leher, pubis,
vulva, skrotum, peri-anal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral,
pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki. Skuama pada penyakit ini
dapat menyerupai skuama pada psoriasis. Variasi klinis dari liken simplek kronik
dapat berupa prurigo nodularis, akibat garukan atau korekan tangan penderita
yang berulang-ulang pada suatu tempat. Lesi berupa nodus berbentuk kubah,

11
permukaan mengalami erosi tertutup krusta dan skuama, yang lambat laun akan
menjadi keras dan berwarna lebih gelak. Lesi biasanya multiple, dan tempat
predileksi di ekstrimitas, dengan ukuran lesi beberapa millimeter hingga 2 cm.

Dari uraian tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa dalam pemeriksaan fisik
kita dapat menemukan:

- Plak eritematosa soliter atau multipel berbatas tegas dengan likenifikasi


dan skuama
- Perubahan pigmentasi, terutama hiperpigmentasi
- Penggarukan yang menyebabkan ekskoriasi
- Pertumbuhan tanduk keratin

Gambar 1: Plak dari liken simpleks kronis.

Gambar 2: Liken simpleks kronis.

Gambar 3: liken simpleks kronis

12
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium tidak ada tehadap yang spesifik untuk
liken simplek kronis. Tetapi, studi mengemukakan bahwa 25% pasien
dengan liken simpleks kronis positif terhadap patch test. Pada dermatitis
atopik dan mikosis fungiodes bisa terjadi likenifikasi generalisata, oleh
sebab itu merupakan indikasi dilakukannya patch test. Pada pasien dengan
pruritus generalisata yang kronik yang diduga disebabkan oleh gangguan
metabolik dan gangguan hematologi, maka pemeriksaan hitung darah
harus dilakukan, juga dilakukan tes fungsi ginjal dan hati, tiroid, tes
kemampuan pengikatan zat besi, dan foto dada. Kadar immunoglobulin E
dapat meningkat pada neurodermatitis yang atopik, tetapi normal pada
neurodermatitis nonatopik. Bisa juga dilakukan pemeriksaan potassium
hidroksida pada pasien liken simpleks genital untuk mengeliminasi tinea
cruris.

b. Pemeriksaan histopatologi
Pemeriksaan histopatologi untuk menegakkan diagnosis liken
simpleks kronis menunjukkan proliferasi dari sel schwann dimana dapat
membuat infiltrasi selular yang cukup besar, serta dapat ditemukan
hiperkeratosis dengan area yang parakeratosis, akantosis dengan
pemanjangan rete ridges yang irreguler, hipergranulosis, dan perluasan
dari papilo dermis. Spongiosis dapar ditemukan, tetapi vesikulasi tidak
ditemukan. Eksoriasi, dimana ditemukan garis ulserasi puctata karena
adanya jaringan nekrotik bagian superfisial papillary dermis.

Gambar 4: hiperkeratosis,hipergranulosis,
parakeratosis stratum korneum.

13
G. Penegakkan Diagnosis
Diagnosis liken simpleks kronis didasarkan dari gambaran klinis dan biasanya
tidak sulit. Namun perlu dipikirkan penyakit kulit lain yang memberikan gejala
pruritus, misalnya liken planus, liken amiloidosis, psoriasis, dan dermatitis atopik.

Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan


pemeriksaan penunjang.Pasien dengan neurodermatitis sirkumskripta mengeluh
merasa gatal pada satu daerah atau lebih. Sehingga timbul plak yang tebal karena
mengalami proses likenifikasi. Biasanya rasa gatal tersebut muncul pada tengkuk,
leher, ekstensor kaki, siku, lutut, pergelangan kaki.Eritema biasanya muncul pada
awal lesi. Rasa gatal muncul pada saat pasien sedang beristirahat dan hilang saat
melakukan aktivitas dan biasanya gatal timbul intermiten.

Pemeriksaan fisik menunjukkan plak yang eritematous, berbatas tegas, dan


terjadi likenifikasi. Terjadi perubahan pigmentasi, yaitu hiperpigmentasi.

Gambaran histopatologis liken simpleks kronis berupa ortokeratosis,


hipergranulasis, akantosis dengan rete ridges memanjang teratur. Sebukan sel
radang limfosit dan histiosit di sekitar pembuluh darah dermis bagian atas, prurigo
nodularis akantosis pada bagian tengah lebih tebal, menonjol lebih tinggi dari
permukaan, sel schwan berpoliferasi, dan terlihat hiperplasi neural.Kadang terlihat
krusta yang menutup sebagian epidermis.

H. Diagnosis Banding
1. Psoriasis
Psoriasis merupakan penyakit inflamasi yang kompleks, kronik, dan
multifaktorial yang melibatkan hiperproliferasi keratinosit epidermis
dengan peningkatan turnover rate sel epidermal. Predileksinya adalah
pada siku, lutut, lumbosakral, intergluteal, serta glans penis. Penyebabnya
dapat berupa faktor lingkungan (trauma, infeksi, alkohol, obat-obatan),
faktor genetik, serta faktor imunologik.7

14
Tanda dan gejala pada psoriasis yaitu:7

 Eritroskuamosa kronik
 Infeksi streptococcus, virus, imunisasi, penggunaan obat antimalaria,
trauma
 Nyeri, terutama pada psoriasis eritrodermik atau artritis psoriatik
 Pruritus
 Afebril
 Distrofi kuku
 Nyeri sendi
 Konjungtivitis atau blefaritis

2. Dermatitis numularis
Dermatitis numularis adalah dermatitis yang berupa lesi berbentuk mata
uang atau agak lonjong yang berbatas tegas dengan efloresensi berupa
papulovesikel dan biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing).Nama
lainnya adalah ekzem numular, ekzem diskoid, dan neurodermatitis numular.

Keluhan pada penderita adalah rasa gatal yang hebat. Lesi akutnya
berupa vesikel dan papulovesikel yang membesar dan meluas dengan cara
berkonfluensi atau meluas ke samping membentuk satu lesi karaktersitik
seperti uang logam, eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas.
Vesikel pecah dapat terjadi eksudasi dan mengering sampai muncul krusta
kekuningan.Penyembuhan dimulai dari tengah sehingga terkesan menyerupai
lesi dermatomikosis.Pada lesi yang lama berupa likenifikasi dan skuama.

Jumlah lesi bervariasi dari satu sampai banyak tersebar, bilateral, dan
simetris.Ukuran juga bervariasi mulai miliar dan numular bahkan sampai
plakat.Tempat predileksi di tungkai bawah, badan, lengan, dan punggung.

Gambar 5: dermatitis numularis

15
3. Dermatitis atopik
Dermatitis atopik adalah peradangan kulit kronis dan residif, disertai
gatal, yang berhubungan dengan atopi.

Gambaran klinis :

Gejala utama dermatitis atopik ialah gatal (pruritus). Akibat garukan akan
terjadi

kelainan kulit yang bermacam-macam, misalnya papul, likenifikasi dan


lesi ekzematosa berupa eritema, papulo-vesikel, erosi, ekskoriasi dan
krusta. Dermatitis atopik dapat terjadi pada bayi (infantile), anak, maupun
remaja dan dewasa.

Pada bentuk anak dan dewasa dibedakan dengan neurodermatitis


sirkumskripta atau yang lazim disebut liken simpleks kronis.
Kedua-duanya gatal dan terdapat likenifikasi. Lokasi lesi pada dermatitis
atopik di lipat siku dan lipat lutut (fleksor), sedangkan pada liken simpleks
kronis di siku dan punggung kaki (ekstensor); ada pula tempat predileksi
yang sama yaitu di tengkuk.
Dermatitis atopik biasanya sembuh setelah usia 30 tahun, sedangkan
neurodermatitis sirkumskripta dapat berlanjut sampai tua. Pemeriksaan
pembantu yang menyokong dermatitis atopik memberikan hasil negative
pada neurodermatitis.

Gambar 6: dermatitis atopik

16
I. Penatalaksanaan
Pengobatan ditujukan untuk mengurangi dan meminimalkan gatal yang ada
karena akibat dari menggosok dan menggaruk menyebabkan liken simpleks kronis
sehingga perlu dijelaskan kepada pasien untuk sebisa mungkin menghindari
menggaruk lesi karena garukan akan memperburuk penyakitnya. Lingkaran setan
dari gatal-garuk-likenifikasi harus dihentikan.Untuk penatalaksanaan
medikamentosa antara lain:

a. Steroid topikal
Steroid topikal merupakan pilihan saat ini karena dapat mengurangi
peradangan dan gatal-gatal, secara bersamaan dapat mengatasi hiperkeratosis.
Pengobatan dilakukan seumur hidup karena lesi kronis. Tidak direkomendasikan
untuk kulit yang tipis (vulva, skrotum, axilla, dan wajah). Salep kortikosteroid
dapat pula dikombinasi dengan tar yang mempunyai efek anti-inflamasi. Perlu
dicari kemungkinan ada penyakit yang mendasarinya, bila memang ada juga harus
di obati.Tar dan ekstrak tar mempunyai efek antiinflamasi yang poten, walaupun
kerjanya lambat dibandingkan dengan glukokortikoid. Penggunaan tar harus
dikombinasikan dengan emolien, karena apabila digunakan sendiri dapat
mengakibatkan kulit kering. Efek samping dari penggunaan tar adalah folikulitis,
fotosensitasi, dermatitis kontak. Kombinasi terapi tar, steroid, dan
dihidohydroksiquin dapat digunakan untuk pengobatan penyakit ini Contoh
steroid topikal yang dapat digunakan adalah:

- Clobetasol
- Betamethasone dipropionate cream 0,05%
- Triamcinolone 0,0225%, 0,1%, 0,5%, atau ointment
- Fluocinolone cream 0,1%

b. Antihistamin oral
Dapat mengurangi gatal dengan memblokir efek pelepasan histamin secara
endogen. dengan efek sedatif, Antipruritus dapat berupa antihistamin yang
mempunyai efek sedatif (contohnya:hidroksizin 25-100 mg/hari,
difenhidramin 25-50 mg 3-4x/hari, prometazin) atau tranquilizer..

17
c. Antihistamin topikal.
Obat topikal dapat menstabilisasi membran neuron dan mencegah inisiasi
dan transmisi impuls saraf sehingga memberi aksi anastesi lokal. Contoh
dari bentuk ini yang dapat diberikan yaitu krim doxepin 5% dalam jangka
pendek (maksimum 8 hari). Doxepine atau amitriptilin dapat juga
digunakan dalam dosis tunggal atau dalam dosis yang terbagi
d. Immunomodulator
Berasal dari ascomycioscopicus yang merupakan suatu bahan alami yang
diproduksi oleh jamur streptomyces hygrodan yang bekerja menghambat
produksipelepasan sitokin inflamasi dari sel T secara selektif dan
berikatan dengan reseptor imunofilin sitosolik makrofilin 12.

J. Prognosis
Penyakit ini bersifat kronik dengan persistensi dan rekurensi lesi.Eksaserbasi
dapat terjadi sebagai respon stres emosional.Prognosis bergantung pada penyebab
pruritus (penyakit yang mendasari) dan status psikologik penderita.

18
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus diatas di diagnose berdasarkan anamnesis dan femeriksaan fisik.

Diagnose banding pada kasus diatas adalah Liken Simpleks Kronis, Tinea
Corporis dan Dermatitis Seboroik.
Liken simplek kronis adalah peradangan kulit kronis, disertai rasa gatal,
sirkumskrip, yang khas ditandai dengan kulit yang tebal dan likenifikasi.
Likenifikasi pada liken simpleks kronik terjadi akibat garukan atau gosokan yang
berulang-ulang, karena berbagai rangsangan pruritogenik. Keluhan dan gejala
dapat muncul dalam waktu hitungan minggu hingga bertahun-tahun. Lesi yang
muncul biasanya tunggal dan bermula sebagai plak eritema dengan sedikit edema
yang kemudian karena garukan yang berulang-ulang bagian tengah lesi akan
menebal, kering, dan berskuama serta pinggirnya hiperpigmentasi. Likenifikasi
dan ekskoriasidengan sekeliling yang hiperpigmentasi muncul seiring dengan
menebalnya kulit dan batas menjadi tidak tegas.

Tinea Corporis adalah dermatofitosis pada kulit tubuh yang tidak


berambut. Kelainan kulitnya berupa lesi bulat atau lonjong, batas tegas, terdiri
atas eritema, skuama, dan kadang-kadang vesikel dan papul ditepi. Kadang-
kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Daerah tengah biasanya lebih
tenang. Disertai dengan gatal ringan. Lesi-lesi pada umumnya merupakan bercak-
bercak terpisah satu dengan yang lainya. Kelainan kulit dapat pula terlihat sebagai
lesi-lesi dengan pinggir yang polisiklik karena beberapa lesi kulit yang menjadi
satu.
Dermatitis Numularis adalah peradangan kulit yang bersifat kronis, yang
ditandai dengan lesi berbentuk mata uang (koin) atau agak lonjong, berbatas tegas
dengan efloresensi berupa papulovesikel yang biasanya mudah pecah sehingga
basah (oozing) dengan gambran klinis sangat gatal, lesi akut berupa plak
eritematosa berbentuk koin dengan batas tegas yang terbentuk dari papul dan
papulovesikel yang berklomfluens. Lambat laun vesikel pecah dan terjadi
eksudasi berbentuk pin pont. Selanjutnya eksudat mongering dan menjadi krusta

19
kekuningan. Pada tepi plak muncul lesi papulovesikular kecil yang kemudian
berkomfluens dengan plak tersebut sehingga lesi meluas. Diameter plak
biasanyaberukuran 1-3 cm. penyembuhanya dimulai dari tengah. Dalam 1-2
minggu lesi memasuki fase kronik berupa plak dengan skuama dan likenifikasi.
Jumlah lesi dapat hanya satu atau multiple dan tersebar pada ekstremitas bilateral
atau simetris.
Beberapa gejala klinis yang ditemukan pada kasus diatas ialah gatal yang
berawal pada kaki dan kemudian pasien menggaruknya, semakin lama bercak
semakin banyak dan muncul lesi baru pada tempat lain seperti dahi, dada dan
kedua lengan. Bekas garukan tersebut semakin lama semakin menebal. Pada
walnya lesi berwarna kemerahan dan lama kelamaan menjadi kehitaman.

Berdasarkan gejala diatas, pasien didiagnosis dengan Liken Simplek Kronis.


Terapi pada liken simplek kronis berdasarkan teori adalah Steroid topikal,
Antihistamin oral, Antihistamin topical, Immunomodulator. Sedangkan pada
kasus diberikan: Umum: Mencegah garukan dan gosokan. Menjaga kebersihan
kulit, makan makanan bergizi, minum obat teratur. Khusus: Sistemik : cetirizine
1x10 mg, Topikal : desoksimetazone cr 2 dd ue.

Prognosis pada pasien diatas Quo ad vitam: ad bonam, Quo ad


functionam :ad bonam, Quo ad sanam: ad bonam, Quo ad cosmeticum:ad bonam.

20
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Seorang laki-laki berusia 74 tahun, agama islam, pekerjaan tidak ada


dating sendiri ke Poli kulit dan kelamin RSUD selong pada tanggal 11 Maret
2017 dengan keluhan gatal-gatal pada kaki kemudian menyebar ke dahi, kedua
lengan dan dada. Keluhan ini dirasakan sejak 5 bulan yang lalu. Awalnya muncul
lesi berwarna merah yang sangat gatal sehingga pasien menggaruknya dan lama-
kelmaan lesi menjadi menebal dan berwarna kehitaman.

Pada pemeriksaan fisik, status generalis didapatkan dalam batas


normal.Pada pemeriksaan dermatologis didapatkan lesi Ad region antebrachii
dextra et sinistra , dorsum manus dextra et sinistra, thorax, ad region frontal.
Effloresensi plak hiperpigmentasi, multiple, berbatas tegas,skuama (+).

Dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan gejala klinis pasien ini mengarah ke
Liken simplek kronik dilihant dari gejala pasien. Untuk pengobatan diberikan
desoksimetasone crim yang dioleskan pada kulit 2xue dan cetirizine tablet 1x10
mg.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Sularsito SA, Suria D. Dermatitis.In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S,


editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. p. 129-53.
2. Hogan DJ, Elston DM. Lichen simplex chronicus. Medscape; 2012 [cited
11 May 2013 11:00 WIB]. Available
from:http://emedicine.medscape.com/article/1123423-overview.
3. Burgin S. Nummular eczema and lichen simplexchronicus/prurigo
nodularis.In:Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS,
Leffell DJ, editor. Fitspatricks’s Dermatology In General Medicine. 7th ed.
New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.; 2008. p. 158-62.
4. Mansjoer A. Kapita Selekta Kedokteran. 3th ed. Jakarta: Media
Aesculapius; 2000. p.89.
5. NHS. PUVA treatment. Oxford University Hospitals; 2011 [cited 11 May
2013 12:00 WIB]. Available from:http://www.ouh.nhs.uk/patient-
guide/leaflets/files%5C120719puva.pdf.
6. Halpern SM, et al. Guidelines for topical PUVA: a report of a workshop of
the British Photodermatology Group. British Journal of Dermatology
2000; 142: 22-31.
7. Meffert J, O’Connor RE. Psoriasis. Medscape; 2013 [cited 15 May 2013
22:00 WIB]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1943419-overview#showall
8. BAD. Psoriasis-an overview. London: British Association of
Dermatologists; 2012 [cited 15 May 2013 22:20 WIB]. Available from:
http://www.bad.org.uk/site/864/default.aspx
9. Ference JD, Last AR. Choosing topical corticosteroid. Am Fam
Physician2009;79(2): 135-140.

22

Anda mungkin juga menyukai