Oleh:
DIANA KURNIAWATI
010.06.0054
Dibimbing Oleh:
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bentuk lesi dari liken simpleks kronikus pada awalnya berupa plak
eritematosa dan sedikit edematosa, yang lambat laun edema dan eritema akan
menghilang. Pada bagian tengah berskuama dan menebal, disekitarnya
hiperpigmentasi, dan batas tidak jelas (Sularsito, 2015). Lokasi lesi paling sering
adalah di daerah skapula, samping leher, ekstensor ekstremitas, pergelangan kaki,
dan daerah anogenital. Namun dapat ditemukan juga pada daerah lain terutama
daerah-daerah yang terjangkau oleh tangan (Goldsmith, et al., 2012).
2
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Amaq K
Usia : 74 tahun
Jenis kelamin : Laki−laki
Agama : Islam
Suku : Sasak
Alamat : Selong
Pekerjaan :-
Tanggal Pemeriksaan : Jumat, 11 Maret 2017
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan gatal-gatal pada
wajah, tangan, dada dan kaki.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli klinik kulit dan kelamin RSUD Selong dengan
keluhan gatal di wajah, tangan, dada dan kaki sejak ± 5 bulan lalu. pasien
mengaku timbul keluhan gatal mula-mula di kulit kaki dan terasa gatal
hingga membuat pasien ingin menggaruknya. Awalnya muncul bercak
kemerahan yang menebal disertai rasa gatal sangat mengganggu. sekitar 1
bulan yang lalu, timbul bercak yang sama semakin banyak memenuhi
dahi, dada dan di kedua lengan. Keluhan disertai rasa panas dan perih
apabila digaruk. Bila keringatan dan pada malam hari terasa lebih gatal
dan sampai mengganggu tidur pasien. sekitar bulan yang lalu, pasien
berobat ke Puskesmas dan diberi salep ( pasien lupa nama salep nya apa)
namun pasien mengatakan tidak ada perubahan dan keluhan dirasakan
semakin gatal. Pasien mengatakan mempunyai penyakit jantung dan ginjal
sejak beberapa tahun yang lalu dan rajin control kepenyakit dalam.
3
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit jantung dan ginjal sejak
beberapa tahun yang lalu. Pasien tidak mempunyai penyakit diabetes
mellitus ataupun hipertensi. Pasien juga tidak mempunyai alergi makanan
ataupun obat-obatan.
Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat sakit seperti ini : disangkal
- Riwayat penyakit kulit : disangkal
- Riwayat sakit kelamin : disangkal
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
- Riwayat Asma : disangkal
- Alergi : disangkal
Keadaan Sosial Ekonomi
Aq k sudah tidak bekerja sejak 5 tahun yang lalu, sehari-hari Aq K hanya
diam dirumah. Aq K Memiliki 3 orang anak yang sudah bekerja dan
kuliah. Pasien menggunakan Jamkesmas untuk biaya penggobatan.
C. PEMERIKSAAN
Status Generalis
KU : Tampak Sehat
Kesadaran : Compos Mentis
4
Ekstremitas atas : akral hangat, (status dermatologikus)
Ekstremitas bawah : akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis,
terdapat kelainan pada (status dermatologikus)
Status Dermatologis :
Ad region : Ad region antebrachii dextra et sinistra , dorsum manus
dextra et sinistra, thorax, ad region frontal.
Distribusi : Regional
Bentuk : likenifikasi
Batas : tegas
Ukuran : bervariasi
Effloresensi : plak hiperpigmentasi, multiple, berbatas tegas,skuama (+)
5
D. RIGKASAN :
Aq. K usia 74 tahun datang ke RSUD Selong sabtu, 11 Maret 2017
dengan keluhan gatal di wajah, tangan, dada dan kaki sejak ± 5 bulan lalu.
pasien mengaku timbul keluhan gatal mula-mula di kulit kaki dan terasa
gatal hingga membuat pasien ingin menggaruknya. Awalnya muncul
bercak kemerahan yang menebal disertai rasa gatal sangat mengganggu.
Sekitar 1 bulan yang lalu, timbul bercak yang sama semakin banyak
memenuhi dahi, dada dan di kedua lengan. Keluhan disertai rasa panas
dan perih apabila digaruk. Bila keringatan dan pada malam hari terasa
lebih gatal dan sampai mengganggu tidur pasien. Sekita 3 bulan yang lalu,
pasien berobat ke Puskesmas dan diberi salep ( pasien lupa nama salep nya
apa) namun pasien mengatakan tidak ada perubahan dan keluhan dirasakan
semakin gatal. Pasien mengatakan mempunyai penyakit jantung dan ginjal
sejak beberapa tahun yang lalu dan rajin control kepenyakit dalam.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit ringan
kesadaran Compos mentis. Pemeriksaan status dermatologis didapatkan
effloresensi makula hiperpigmentasi, multiple, berbatas tegas,skuama (+).
6
E. DIAGNOSIS BANDING :
Liken Simpleks Kronis
Tinea Corporis
Dermatitis Numular
F. DIAGNOSIS :
Liken Simpleks Kronis
G. USULAN PEMERIKSAAN :
Histopatologi
H. PENATALAKSANAAN
1. Umum
Mencegah garukan dan gosokan. Menjaga kebersihan kulit, makan
makanan bergizi, minum obat teratur.
2. Khusus
Sistemik : cetirizine 1x10 mg
Topikal : desoksimetazone cr 2 dd ue
I. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanam : ad bonam
Quo ad cosmeticum : ad bonam
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Liken simplek kronik adalah peradangan kulit kronis, disertai rasa gatal,
sirkumskrip, yang khas ditandai dengan kulit yang tebal dan likenifikasi.
Likenifikasi pada liken simpleks kronik terjadi akibat garukan atau gosokan yang
berulang-ulang, karena berbagai rangsangan pruritogenik. Keluhan dan gejala
dapat muncul dalam waktu hitungan minggu hingga bertahun-tahun.
B. Epidemiologi
Liken simpleks kronis biasanya terjadi pada orang dewasa. Puncak insidennya
antara 30 sampai 50 tahun.Wanita lebih sering menderita dari pada pria dan
penyakit ini jarang dijumpai pada anak-anak.Penyakit ini sering muncul pada usia
dewasa, terutama usia 30 hingga 50 tahun.12% dari populasi orang dewasa
dengan keluhan kulit gatal menderita liken simplek kronik. Pasien dengan
koeksistensi dermatitis atopi cenderung memiliki onset umur yang lebih muda
(rata-rata 19 tahun) dibandingkan dengan pasien tanpa atopi (rata-rata 48
tahun).Tidak ada perbedaan insiden yang dilaporkan dalam hubungan dengan ras,
meskipun liken simpleks kronis lebih sering di Asia, Afrika-Amerika.
Secara umum frekuensi penyakit ini tidak diketahui.Tidak ada kematian yang
disebabkan liken simpleks kronis, tapi dapat menyebabkan morbiditas
langsung.Terdapat pasien yang melaporkan mengalami kurang tidur atau
gangguan tiduryang mempengaruhi fungsi motorik dan mental akibat dari rasa
8
gatal yang timbul pada saat istirahat. Liken simpleks kronis dapat disertai dengan
infeksi sekunder.
C. Etiologi
Liken simpleks kronik diakibatkan oleh gesekan dan garukan yang
awalnya berasal dari gatal. Ada berbagai faktor yang mendorong terjadinya rasa
gatal pada liken simplek kronis, tetapi tidak semuanya dimengerti dengan benar.
Faktor penyebab dari liken simplek kronik dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Faktor Eksterna
a. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan seperti panas dan udara yang kering dapat berimplikasi
dalam menyebabkan iritasi yang dapat menginduksi gatal. Suhu yang
tinggi memudahakn pasien untuk berkeringat sehingga dapat mencetus
terjadinya gatal. Hal ini biasanya menyebabkan LSK anogenital. Menurut
penelitian Ising H, et al, anak yang terekspos terhadap hasil pembuangan
kendaraan bermotor dalam jangka waktu yang lama, dapat mengakibatkan
berbagai penyakit kulit, yang salah satunya adalah LSK.
b. Gigitan serangga
Gigitan serangga dapat menyebabkan reaksi radang dalam tubuh yang
mengakibatkan rasa gatal.
2. Faktor interna
a. Dermatitis Atopik
Asosiasi antara liken simplek kronik dan gangguan atopik telah banyak
dilaporkan. Sekitar 26% hingga 75% pasien dengan dermatitis atopik
terkena liken simplek kronik.
9
b. Faktor psikologis
c. Litium
Litium telah dihubungkan dengan liken simplek kronik pada satu kasus
yang dilaporkan. LSK terjadi akibat administrasi dari litium dengan bukti
dari observasi dimana LSK membaik setelah penghentian pengobatan dan
kambuh ketika pengobatan dimulai lagi.
d. Dermatitis Kontak
D. Patofisiologi
Liken simpleks kronik ditemukan pada kulit daerah yang mudah diakses untuk
digaruk. Pruritus memprovokasi garukan dan gosokan yang menghasilkan lesi
klinis, tetapi patofisiologi yang mendasari tidak diketahui. Beberapa jenis kulit
10
lebih rentan terhadap likenifikasi seperti kulit dengan dermatitis atopik dan
diatesis atopik. Suatu hubungan antara kemungkinan keterlibatan jaringan saraf
pusat dan perifer dan keluarnya produk inflamasi akibat adanya persepsi gatal.
Ketegangan emosional pada penderita cenderung mungkin memainkan peran
kunci dalam mendorong sensasi pruritus sehingga mengarahkan untuk menggaruk
yang dapat menjadi refleks dan kebiasaan.
E. Manifestasi Klinis
Keluhan pada penderita adalah rasa gatal yang hebat.Rasa gatal dapat timbul
berkala, terus menerus, atau tak tentu. Parahnya gatal diperburuk dengan keringat,
panas, iritasi pakaian, dan dapat juga diperburuk oleh kondisi psikologis pasien.
Lesi yang muncul biasanya tunggal dan bermula sebagai plak eritema dengan
sedikit edema yang kemudian karena garukan yang berulang-ulang bagian tengah
lesi akan menebal, kering, dan berskuama serta pinggirnya hiperpigmentasi.
Likenifikasi dan ekskoriasidengan sekeliling yang hiperpigmentasi muncul seiring
dengan menebalnya kulit dan batas menjadi tidak tegas.
Gambaran klinis juga dipengaruhi oleh lokasi dan lamanya lesi. Lesi dapat
timbul dimana saja, namun tempat yang sering adalah di tengkuk, leher, pubis,
vulva, skrotum, peri-anal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral,
pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki. Skuama pada penyakit ini
dapat menyerupai skuama pada psoriasis. Variasi klinis dari liken simplek kronik
dapat berupa prurigo nodularis, akibat garukan atau korekan tangan penderita
yang berulang-ulang pada suatu tempat. Lesi berupa nodus berbentuk kubah,
11
permukaan mengalami erosi tertutup krusta dan skuama, yang lambat laun akan
menjadi keras dan berwarna lebih gelak. Lesi biasanya multiple, dan tempat
predileksi di ekstrimitas, dengan ukuran lesi beberapa millimeter hingga 2 cm.
Dari uraian tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa dalam pemeriksaan fisik
kita dapat menemukan:
12
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium tidak ada tehadap yang spesifik untuk
liken simplek kronis. Tetapi, studi mengemukakan bahwa 25% pasien
dengan liken simpleks kronis positif terhadap patch test. Pada dermatitis
atopik dan mikosis fungiodes bisa terjadi likenifikasi generalisata, oleh
sebab itu merupakan indikasi dilakukannya patch test. Pada pasien dengan
pruritus generalisata yang kronik yang diduga disebabkan oleh gangguan
metabolik dan gangguan hematologi, maka pemeriksaan hitung darah
harus dilakukan, juga dilakukan tes fungsi ginjal dan hati, tiroid, tes
kemampuan pengikatan zat besi, dan foto dada. Kadar immunoglobulin E
dapat meningkat pada neurodermatitis yang atopik, tetapi normal pada
neurodermatitis nonatopik. Bisa juga dilakukan pemeriksaan potassium
hidroksida pada pasien liken simpleks genital untuk mengeliminasi tinea
cruris.
b. Pemeriksaan histopatologi
Pemeriksaan histopatologi untuk menegakkan diagnosis liken
simpleks kronis menunjukkan proliferasi dari sel schwann dimana dapat
membuat infiltrasi selular yang cukup besar, serta dapat ditemukan
hiperkeratosis dengan area yang parakeratosis, akantosis dengan
pemanjangan rete ridges yang irreguler, hipergranulosis, dan perluasan
dari papilo dermis. Spongiosis dapar ditemukan, tetapi vesikulasi tidak
ditemukan. Eksoriasi, dimana ditemukan garis ulserasi puctata karena
adanya jaringan nekrotik bagian superfisial papillary dermis.
Gambar 4: hiperkeratosis,hipergranulosis,
parakeratosis stratum korneum.
13
G. Penegakkan Diagnosis
Diagnosis liken simpleks kronis didasarkan dari gambaran klinis dan biasanya
tidak sulit. Namun perlu dipikirkan penyakit kulit lain yang memberikan gejala
pruritus, misalnya liken planus, liken amiloidosis, psoriasis, dan dermatitis atopik.
H. Diagnosis Banding
1. Psoriasis
Psoriasis merupakan penyakit inflamasi yang kompleks, kronik, dan
multifaktorial yang melibatkan hiperproliferasi keratinosit epidermis
dengan peningkatan turnover rate sel epidermal. Predileksinya adalah
pada siku, lutut, lumbosakral, intergluteal, serta glans penis. Penyebabnya
dapat berupa faktor lingkungan (trauma, infeksi, alkohol, obat-obatan),
faktor genetik, serta faktor imunologik.7
14
Tanda dan gejala pada psoriasis yaitu:7
Eritroskuamosa kronik
Infeksi streptococcus, virus, imunisasi, penggunaan obat antimalaria,
trauma
Nyeri, terutama pada psoriasis eritrodermik atau artritis psoriatik
Pruritus
Afebril
Distrofi kuku
Nyeri sendi
Konjungtivitis atau blefaritis
2. Dermatitis numularis
Dermatitis numularis adalah dermatitis yang berupa lesi berbentuk mata
uang atau agak lonjong yang berbatas tegas dengan efloresensi berupa
papulovesikel dan biasanya mudah pecah sehingga basah (oozing).Nama
lainnya adalah ekzem numular, ekzem diskoid, dan neurodermatitis numular.
Keluhan pada penderita adalah rasa gatal yang hebat. Lesi akutnya
berupa vesikel dan papulovesikel yang membesar dan meluas dengan cara
berkonfluensi atau meluas ke samping membentuk satu lesi karaktersitik
seperti uang logam, eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas.
Vesikel pecah dapat terjadi eksudasi dan mengering sampai muncul krusta
kekuningan.Penyembuhan dimulai dari tengah sehingga terkesan menyerupai
lesi dermatomikosis.Pada lesi yang lama berupa likenifikasi dan skuama.
Jumlah lesi bervariasi dari satu sampai banyak tersebar, bilateral, dan
simetris.Ukuran juga bervariasi mulai miliar dan numular bahkan sampai
plakat.Tempat predileksi di tungkai bawah, badan, lengan, dan punggung.
15
3. Dermatitis atopik
Dermatitis atopik adalah peradangan kulit kronis dan residif, disertai
gatal, yang berhubungan dengan atopi.
Gambaran klinis :
Gejala utama dermatitis atopik ialah gatal (pruritus). Akibat garukan akan
terjadi
16
I. Penatalaksanaan
Pengobatan ditujukan untuk mengurangi dan meminimalkan gatal yang ada
karena akibat dari menggosok dan menggaruk menyebabkan liken simpleks kronis
sehingga perlu dijelaskan kepada pasien untuk sebisa mungkin menghindari
menggaruk lesi karena garukan akan memperburuk penyakitnya. Lingkaran setan
dari gatal-garuk-likenifikasi harus dihentikan.Untuk penatalaksanaan
medikamentosa antara lain:
a. Steroid topikal
Steroid topikal merupakan pilihan saat ini karena dapat mengurangi
peradangan dan gatal-gatal, secara bersamaan dapat mengatasi hiperkeratosis.
Pengobatan dilakukan seumur hidup karena lesi kronis. Tidak direkomendasikan
untuk kulit yang tipis (vulva, skrotum, axilla, dan wajah). Salep kortikosteroid
dapat pula dikombinasi dengan tar yang mempunyai efek anti-inflamasi. Perlu
dicari kemungkinan ada penyakit yang mendasarinya, bila memang ada juga harus
di obati.Tar dan ekstrak tar mempunyai efek antiinflamasi yang poten, walaupun
kerjanya lambat dibandingkan dengan glukokortikoid. Penggunaan tar harus
dikombinasikan dengan emolien, karena apabila digunakan sendiri dapat
mengakibatkan kulit kering. Efek samping dari penggunaan tar adalah folikulitis,
fotosensitasi, dermatitis kontak. Kombinasi terapi tar, steroid, dan
dihidohydroksiquin dapat digunakan untuk pengobatan penyakit ini Contoh
steroid topikal yang dapat digunakan adalah:
- Clobetasol
- Betamethasone dipropionate cream 0,05%
- Triamcinolone 0,0225%, 0,1%, 0,5%, atau ointment
- Fluocinolone cream 0,1%
b. Antihistamin oral
Dapat mengurangi gatal dengan memblokir efek pelepasan histamin secara
endogen. dengan efek sedatif, Antipruritus dapat berupa antihistamin yang
mempunyai efek sedatif (contohnya:hidroksizin 25-100 mg/hari,
difenhidramin 25-50 mg 3-4x/hari, prometazin) atau tranquilizer..
17
c. Antihistamin topikal.
Obat topikal dapat menstabilisasi membran neuron dan mencegah inisiasi
dan transmisi impuls saraf sehingga memberi aksi anastesi lokal. Contoh
dari bentuk ini yang dapat diberikan yaitu krim doxepin 5% dalam jangka
pendek (maksimum 8 hari). Doxepine atau amitriptilin dapat juga
digunakan dalam dosis tunggal atau dalam dosis yang terbagi
d. Immunomodulator
Berasal dari ascomycioscopicus yang merupakan suatu bahan alami yang
diproduksi oleh jamur streptomyces hygrodan yang bekerja menghambat
produksipelepasan sitokin inflamasi dari sel T secara selektif dan
berikatan dengan reseptor imunofilin sitosolik makrofilin 12.
J. Prognosis
Penyakit ini bersifat kronik dengan persistensi dan rekurensi lesi.Eksaserbasi
dapat terjadi sebagai respon stres emosional.Prognosis bergantung pada penyebab
pruritus (penyakit yang mendasari) dan status psikologik penderita.
18
BAB IV
PEMBAHASAN
Diagnose banding pada kasus diatas adalah Liken Simpleks Kronis, Tinea
Corporis dan Dermatitis Seboroik.
Liken simplek kronis adalah peradangan kulit kronis, disertai rasa gatal,
sirkumskrip, yang khas ditandai dengan kulit yang tebal dan likenifikasi.
Likenifikasi pada liken simpleks kronik terjadi akibat garukan atau gosokan yang
berulang-ulang, karena berbagai rangsangan pruritogenik. Keluhan dan gejala
dapat muncul dalam waktu hitungan minggu hingga bertahun-tahun. Lesi yang
muncul biasanya tunggal dan bermula sebagai plak eritema dengan sedikit edema
yang kemudian karena garukan yang berulang-ulang bagian tengah lesi akan
menebal, kering, dan berskuama serta pinggirnya hiperpigmentasi. Likenifikasi
dan ekskoriasidengan sekeliling yang hiperpigmentasi muncul seiring dengan
menebalnya kulit dan batas menjadi tidak tegas.
19
kekuningan. Pada tepi plak muncul lesi papulovesikular kecil yang kemudian
berkomfluens dengan plak tersebut sehingga lesi meluas. Diameter plak
biasanyaberukuran 1-3 cm. penyembuhanya dimulai dari tengah. Dalam 1-2
minggu lesi memasuki fase kronik berupa plak dengan skuama dan likenifikasi.
Jumlah lesi dapat hanya satu atau multiple dan tersebar pada ekstremitas bilateral
atau simetris.
Beberapa gejala klinis yang ditemukan pada kasus diatas ialah gatal yang
berawal pada kaki dan kemudian pasien menggaruknya, semakin lama bercak
semakin banyak dan muncul lesi baru pada tempat lain seperti dahi, dada dan
kedua lengan. Bekas garukan tersebut semakin lama semakin menebal. Pada
walnya lesi berwarna kemerahan dan lama kelamaan menjadi kehitaman.
20
BAB V
Dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan gejala klinis pasien ini mengarah ke
Liken simplek kronik dilihant dari gejala pasien. Untuk pengobatan diberikan
desoksimetasone crim yang dioleskan pada kulit 2xue dan cetirizine tablet 1x10
mg.
21
DAFTAR PUSTAKA
22