HUNTINGTON DISEASE
TEXTBOOK READING
Pembimbing:
dr. Muttaqien Pramudigdo, Sp. S
Oleh :
Lutfiani Azahra 1420221163
TEXTBOOK READING
MOVEMENT DISORDERS:
HUNTINGTON DISEASE
Oleh :
Lutfiani Azahra 1420221163
Dokter Pembimbing :
Pada dasarnya, karakteristik seseorang ditentukan oleh gen yang dibawa dari
orang tua orang tersebut. Namun tidak selalu gen yang dibawa seseorang itu merupakan
gen yang baik, sering kali ditemukan gen-gen yang sudah mengalami mutasi sehingga
menyebabkan terjadinya gangguan fungsi tubuh. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan
ataupun dimodifikasi karena sifatnya genetik dan bawaan. Selain itu, karena seringkali
sifat dari gen yang buruk hanya muncul ketika gen tersebut bersifat dominan pada
seseorang, dan bila resesif, maka sering tidak terdeteksi tanpa pemeriksaan DNA secara
menyeluruh.1
Sindroma Huntington merupakan salah satu penyakit yang bersifat genetik
autosomal, karena penelitian sudah menemukan gen yang mengalami mutasi sehingga
terjadi sindroma ini. Sindroma Huntington terdiri dari dominant inheritance,
choreoathetosis, dan dementia. Secara umum gejala yang dialami pasien pengidap
Huntington Disease ini sudah terjabarkan dalam sindromnya, dan prognosis untuk
pasien yang terdiagnosa mengalami Huntington disease adalah buruk, dimana ia akan
kehilangan kemampuan untuk mengkoordinasi gerakan-gerakannya, kehilangan
karakternya, dan yang berakhir pada kematian.1,2
Huntington disease pertama kali ditegakkan oleh dr. George Huntington pada
tahun 1872, dikemukakan dari hasil penelitiannya jika penyakit ini didapatkan secara
keturunan yang diperkirakan berasal dari negara Eropa dan kemudian karena ekspansi,
maka terjadi pernikahan dengan pembawa gen tersebut dengan orang-orang lokal
sehingga menyebar. Umumnya penyakit ini bermanifestasi pada dekade ke 4 atau ke 5,
namun telah ditemukan juga jikalau penyakit ini dapat bermanifestasi pada usia muda
dan memiliki progresivitas yang lebih cepat dan lebih buruk dibandingkan dengan
seseorang yang baru bermanifestasi pada umur yang lebih tua.1
Penyakit Huntington adalah penyakit warisan yang menyebabkan
kerusakan progresif (degenerasi) sel-sel saraf di otak. Penyakit Huntington
memiliki dampak yang luas pada orang yang kemampuan fungsional dan biasanya
hasil dalam gerakan, berpikir (kognitif) dan gangguan kejiwaan.
Kebanyakan orang dengan penyakit Huntington mengembangkan tanda-
tanda dan gejala dalam 40-an mereka atau 50-an, tetapi onset penyakit mungkin
sebelum atau sesudahnya dalam hidup. Ketika onset penyakit dimulai sebelum
usia 20, kondisi yang disebut penyakit Huntington remaja. Sebelumnya onset
sering mengakibatkan presentasi agak berbeda dari gejala dan mempercepat
perkembangan penyakit ini.
Obat-obatan tersedia untuk membantu mengelola gejala penyakit
Huntington, tapi perawatan tidak dapat mencegah penurunan fisik, mental dan
perilaku yang terkait dengan kondisi. Penyakit Huntington disebabkan oleh cacat
warisan gen tunggal. Penyakit Huntington adalah gangguan dominan autosomal.
Dengan pengecualian dari gen pada kromosom seks, orang yang mewarisi dua
salinan dari setiap gen, satu salinan dari setiap orangtua. Orang tua dengan gen
Huntington cacat bisa menyampaikan salinan cacat gen atau salin sehat. Setiap
anak dalam keluarga, oleh karena itu, memiliki kesempatan 50 persen mewarisi
gen yang menyebabkan gangguan genetik.
Selain itu George Huntington juga mengemukakan bila ayah pasien yang
menurunkan gen ini, umumnya pasien akan memanifestasikan gejalanya di usia muda,
sedangkan bila ibu yang menurunkan gennya, umumnya akan bermanifestasi pada usia
tua. Namun hal tersebut belum dapat dijelaskan secara teoritis.1
Gen yang mengalami mutasi sehingga menyebabkan Huntington Disease ini
terletak pada lengan pendek kromosom 4. Dikemukakan oleh Davenport, bahwa mutasi
yang terjadi berupa pengulangan yang sangat panjang dan berlebihan dari trinukleotid
CAG, yang dapat menentukan perkiraan munculnya manifestasi.1,3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Sistem Motorik
Sistem saraf adalah salah satu dari ddua sistem regulatorik utama
tubuh; yang lainnya adalah sistem endokrin. Sel-sel peka rangsang pada sistem
saraf dibentuk oleh anyaman interaktif kompleks tiga tipe fungsional dasar sel
saraf neuron aferen, neuron eferen, dan antarneuron. Susunan saraf pusat
(SSP) terdiri dari otak dan medula spinalis, yang menerima masukan mengenai
lingkungan eksternal dan internal dari neuron aferen. SSP menyortir dan
memproses masukan ini, kemudian memulai pengaktifan neuron-neuron
eferen, yang membawa instruksi ke kelenjar atau otot untuk melaksanakan
respons yang diinginkan berupa sekresi atau gerakan. Banyak dari aktivitas
yang dikontrol oleh sara ini ditujukan untuk mempertahankan homeostasis.
Secara umum sistem saraf bekerja melalui sinyal listrik (potensial aksi) untuk
mengontrol respons cepat tubuh.
Gambaran umum fungsi komponen utama otak:
1. Korteks serebri
a. Persepsi sensorik
b. Kontrol gerakan sadar
c. Bahasa
d. Sifat kepribadian
e. Proses mental canggih (fungsi luhur), misalnya berpikir, mengingat,
mengambil keputusan, kreativitas, dan kesadaran diri.
2. Nukleus basal
a. Inhibisi tonus otot
b. Koordinasi gerakan lambat, menetap
c. Menekan pola gerakan yang tidak bermanfaat
3. Talamus
a. Stasiun pemancar untuk semua masukan sinaps
b. Kesadaran kasar akan sensasi
c. Berperan dalam kesadaran
d. Berperan dalam kontrol motorik
4. Hipotalamus
a. Regulasi banyak fungsi homeostatik, misalnya kontrol suhu, haus,
pengeluaran urin, dan asupan makanan.
b. Penghubung penting antara sistem saraf dan endokrin
c. Banyak terlibat dalam emosi dan pola perilaku dasar
5. Serebelum
a. Mempertahankan keseimbangan
b. Meningkatkan tonus otot
c. Mengoordinasiikan dan merencanakan aktivitas otot sadar terampil
6. Batang otak (otak tengah, pons, dan medula)
a. Asal dari sebagian besar saraf kranialis perifer
b. Pusat kontrol kardiovaskular, respirasi, dan pencernaan
c. Regulasi refleks otot yang berperan dalam keseimbangan ddan postur
d. Penerimaan dan integrasi semua input sinaps dari medula spinalis;
pengaktifan korteks serebsi dan keadaan terjaga
e. Peran dalam siklus tidur bangun.
Pendahuluan
Penyakit ini pertama kali di perkenalkan oleh Waters, dengan pasien atau
yang sekarang kita sekarang sebut Huntingtion’s Chorea, dari tahun 1842.
Namun, tidak sampai hingga 1872, setelah kuliah dan deskripsi penyakit oleh
George Huntington, yang menjadi diketahui bernama Huntington’s chorea.
Penyakit ini adalah penyakit neurodegeneratif yang diturunkan dari generasi ke
generasi dengan onset pada usia pertengahan dan memiliki karakteristik sebagai
gerakan chorea yang tidak diinginkan, gangguan tingkah laku dan dan psikiatrik
serta demensia. Selama beberapa dekade nama penyakit ini tidak berubah, hingga
pada tahun 1980an berubah mejadi Huntington’s Disease (HD). Pada 1983,
penyakit ini diketahui berhubungan dengan kromosom 4 dan pada tahun 1993
ditemukan gen HD. Kemudian selama bertahun-tahun dilakukan penelitian pada
HD daan penyakit neurogenetik. Untuk pertama kalinya, diagnosis dibuat
berdasarkan pada adanya pengulangan tiga rantai CAG. CAG (Cytosine (C),
adenin (A), dan guanine (G)), adalah adalah trinucleotida yang membentuk rantai
DNA. CAG adalah kodon dari asam amino untuk glutamat. 6
Epidemiologi
Huntington’s disease adalah penyakit neuropsikiatrik yang jarang,
prevalensi penyakit ini mengenai 5-10 per 100.000 pada populasi ras Kaukasia. Di
Jepang, prevalensinya lebih rendah, 1-10 pada rass Kaukasia. 6
Manifestasi Klinis
Penyakit Huntington secara klinis ditandai oleh gerakan involunter
berdurasi-singkat yang mengenai beberapa kelompok otot, yang umumnya terjadi
secara acak (korea atau hiperkinesia koreiformis). Pasien pada awalnya mencoba
untuk menggabungkan gerakan cepat ini dengan perilaku motorik volunter,
sehingga pengamat tidak menyadari bahwa benar-benar terdapat gerakan
involunter dan pasien justru tampak kaku dan gelisah. Namun, seiring dengan
progresivitas penyakit hiperkinesia menjadi semakin berat dan sulit untuk ditekan.
Kedutan pada wajah timbul seperti menyeringai, dan pasien semakin sulit untuk
mengistirahatkan tungkainya, atau sulit untuk mempertahankan lidah pada posisi
protrusi selama lebih dari beberapa detik (sehingga disebut lidah chameleon atau
lidah trombon). Gangguan ini disertai oleh disartia dan disfagia yang semakin
memberat. Gerakan involunter yang mengganggu menjadi semakin jelas dengan
stres emosional dan berhenti hanya pada saat tidur.
Pada fase lanjut penyakit ini, hiperkinesia menurun dan menimbulkan
rigiditas dan, pada beberapa kasus, peningkatan tonus otot. Kemampuan kognitif
pasien juga menurun; yakni terdapat demensia progresif. Gangguan mental dapat
muncul sebagai gejala awal sebelum terjadi kemunduran fungsi kognitif menjadi
nyata. Hampir separuh dari pasien yang memiliki Huntington, mengalami
perubahan kepribadian yang mengganggu orang-orang disekitarnya. Pasien
umumnya mempersalahkan keadaan dirinya kepada orang-orang lain, menjadi
pencuriga, mudah tersinggung, impulsif, tidak rapih, atau mendadak menjadi
fanatik mengenai suatu keyakinan. Pasien sering marah dan umumnya mencari
suatu pelarian seperti alkoholisme atau narkoba. Depresi ditemukan pada lebih
dari separuh pasien dengan Huntington. Setelah itu, tingkat kecerdasan pasien
akan menurun secara menyeluruh. Pasien akan menarik diri dari kehidupan sosial
dan dapat mengalami psikosis.1,2,3
Penurunan kemampuan produktivitas kerja, ketidakmampuan dalam
menangani masalah, dan gangguan tidur memerlukan konsultasi medis. Pasien
akan mengalami kesulitan berkonsentrasi dalam mempelajari suatu hal yang baru.
Seiring berjalannya waktu, kemampuan motorik pasien akan berkurang dan
menghilang. Pasien juga akan mengalami penurunan dalam kemampuannya
berbahasa. Namun umumnya ingatan pasien tetap terjaga. Hal tersebut
dikategorikan sebagai “ Subcortical Dementia ”.1,2,3
Kelainan fungsi motorik akan muncul pertama pada tangan dan wajah
pasien. Umumnya pasien hanya akan dianggap resah oleh orang-orang
disekitarnya. Pergerakan tangan akan menjadi melambat dan pasien akan
kesulitan dalam melakukan hal yang didominasi tangan seperti menulis. Hal ini
akan terus berkembang sehingga menjadi suatu chorea. Frekuensi berkedip akan
meningkat, dan umumnya lidah pasien akan dijulurkan, selain itu umumnya bila
pasien ingin melakukan sesuatu, pergerakannya akan terganggu karena
kecenderungan gerakan chorea yang tidak terkontrol. Tonus otot pasien akan
menurun, terdapat rigiditas, bradikinesia, dan tremor seperti pada parkinsonisme.
Pada sepertiga pasien mengalami hiperrefleks namun hanya beberapa yang
menunjukan reflek babinski positif. Pergerakan pasien menjadi lambat tanpa
adanya penurunan kekuatan atau ataxia. Pasien akan mengalami kesulitan
berbicara karena inkoordinasi otot-otot lidah dan diafragma.1
Selain itu, pasien akan mengalami kesulitan dalam menggerakan bola
matanya baik dalam gerakan mengejar ataupun melirik, sehingga umumnya
pasien harus menoleh untuk dapat melihat ke samping. Pasien akan mengalami
kesulitan dalam berkonsentrasi pada satu titik, karena pasien tidak dapat melawan
“ keinginannya “ untuk menatap benda lain.1
Gejala chorea dan dementia dapat terjadi tidak berurutan, namun pada
umumnya bila gejala chorea dan dementia sudah muncul, rata-rata dalam 10 – 15
tahun pasien akan memasuki fase vegetatif dan kemudian meninggal karena
infeksi atau keadaan medis lainnya.1,2,3
Gejala Klinis 6
Gejala inti HD meliputi gejala motorik, kognitif dan gangguan psikiatrik.
Namun gejala lain yang mungkin dapat menyertai berupa kehilangan berat badan,
gangguan tidur dan irama sirkadian dan gangguan sistem saraf otonom. Rata-rata
onset terjadinya adalah sekitar usia 30-50 tahun, dengan rentang antara 2-85
tahun. Progresivitas penyakit mengarah kepada ketergantungan dalam kegiatan
sehari-hari dan akhirnya meninggal. Penyebab kematian yang umum pada HD
adalah pneumonia yang diikuti oleh bunuh diri.
Gejala motorik
Karakteristik perubahan motorik adalah gerakan-gerakan involunter yang
tidak diinginkan. Pada mulanya, gerakan sering terjadi di ekstremitas bagian distal
seperti di jari-jari tangan dan kaki serta di otot wajah. Pada pengamatan gerakan
tersebut dilihat sebagai kedutan otot dan sering takterlihat atau dapat dijelaskan
sebagai kegugupan. Dalam kehidupan sehari-hari, berjalan menjadi tidak stabil
dan seseorang dapat melihatnya sebagai kondisi yang sedikit mabuk. Secara
bertahap gerakan yang tidak diinginkan ini menyebar ke seluruh otot dari distal ke
bagian proksimal dan aksial.
Chorea selalu nampak pada saat pasien dalam keadaan terjaga. Tidak ada
pola tersendiri, namun gerakan chorea pada wajah dapat menunjukkan pada
gerakan yang berkelanjutan dari otot wajah dimana terlihat sebagai contoh alis
terangkat, mata tertutup, kepala agak bengkok serta lidah menjulur dengan bibir
seperti cemberut. Gejala yang menonjol berupa penonjolan gerakan dari otot
panjang. Berbicara dan menelan secara bertahap mejadi lebih sulit yang membuat
pasien terkadang tersedak. Pada fase lanjutpasien bahkan menjadi diam. Disartria
dan disfagia menjadi sangat menonjol. Pada semua pasien dapat terjadinya gejala
hypokinesia, akinesia, dan rigiditas atau kekakuan yang mengarah pada
menurunnya kecepatan dalam beraktivitas (bradikinesia: kondisi neurologis yang
ditandai dengan kelambanan umum dari aktivitas motorik) dan keraguan untuk
memulai gerakan yang sifatnya parah (akinesia: kesulitan dalam memulai
gerakan). Dystonia memiliki karakteristik gerakan yang lambat dengan
peningkatan tonus otot mengarah kepada postur abnormal, contohnya tortikolis-
leher seperti berputar namun juga terjadi rotasi dari tubuh dan tungkai. Dystonia
ini dapat menjadi gejala motorik pertama dari HD. Gerakan yang tidak diinginkan
lain berupa tics, dibandingkan pada pasien dengan Tourette syndrome, namun
sangat jarang.
Tanda serebelar dapat terlihat meskipun jarang, sama seperti hipo dan
hipermetria. Gaya berjalan sering dideskripsikan sebagai ‘mabuk’ atau seperi
‘cerebellar ataxia’. Namun membedakan chorea dan ataxic walking sangatlah
sulit. Tanda piramidal (tanda Babinski) biasanya terlihat.
Gangguan motoriklah yang mempengaruhi aktivitas sehari-hari serta
bersifat progresif. Adanya gejala hiperkinesia dan hipokinesia menyebabkan
kesuliatan dalam berjallan dan berdiri, dan sering terjadi gaya berjalan ataksia dan
sering terjatuh. Seanjutnya, aktivitas sehari-hari seperti bangun dari kasur, mandi,
memakai baju, ke toilet, membersihkan rumah, memasak dan makan menjadi
lebih sulit. Tergantung pada jenis pekerjaan yang dilakukan pasien, gejala motorik
cepat atau lambat akan mengganggu keseharian, meskipun demikian perubahan
dan gangguan psikiatrik dan kognitif juga menjadi hal yang juga mengganggu.
Tanda dan gejala tingkah laku dan psikiatri
Gejala psikiatri sangat sering terlihat pada fase awal dari penyakit, sering
mendahului gejala motorik. Persentase pasien dengan gejala psikiatri bervariasi
antara 33% dan 76% tergantung dari metodologi studi. Karena dampaknya pada
kehidupan sehari-hari, gejala tersebut biasanya memiliki dampak negatif dalam
fungsi di keluarga. Gejala yang sering terajadi adalah depresi. Diagnosis menjad
sulit karena penurunan berat badan, apatis dan ketidakaktifan juga terjadi di HD.
Biasanya terjadi penurunan sikap menghargai diri sendiri, merasa bersalah dan
kecemasan. Apatis berhubungan dengan fase penyakit, dimana kecemasan dan
depresi tidak demikian. Bunuh diri terjadi lebih sering pada gejala awal individu
dan juga premanifestasi pada gen pembawa. Kecemasan juga sering terjadi (34-
61%), obsesif dan kompulsif dapat mengganggu kehidupan pasien dan juga
mengarah pada iritabiltas dan perilaku agresif. Kehilangan ketertarikan dan
tingkah laku yang pasif sering terjadi pada sindrom apatis. Dapat menjadi sangat
sulit membedakan antara apatis dan depresi. Psikosis mungkin dapat terluhat,
khususnya pada fase lanjut dari penyakit.
Demensia
Penurunan kognitif adalah gejala utama lain dari HD dan dapat terlihat
jauh sebelum gejala motorik terlihat. Normalnya, indivi dapat membedakan mana
yang relevan dan mana yang tidak, namun pasien dengan HD dapat kehilangan
kemampuannya. Pasien tak lagi dapat mengorganisasi kehidupannya atau
merencanakan sesuatu yang mudah. Mereka tidak lagi bersikap seperti yang
sebelumnya seperti yang diharapkan oleh lingkungannya. Ingatan memiliki
gangguan serta psikomotor menjadi terganggu dan terbelakang yang sifatnya
cukup parah.
Assesment 6
Penilaian klinis dari gejala dan tanda HD penting bagi paien, keluarga dan
pemberi perawatan. Untuk merawat secara sistematik, beberapa skala telah
dikembangkan. Skala yang terbaik adalah Shoulson and Fahn capability scale dan
the Unified Huntington Disease Rating Scale (UHDRS). UHDRS terdiri dari
penilaian motorik, tingkah laku, fungsional dan kognitif, didahului oleh riwayat
dan pengobatan skematik. Untuk penilaian tingkah laku, skala baru telah
dikembangkan oleh Craufurd: the Problem Behaviour Scale (PBS). Skala yang
lain, contohnya untuk kualitas hidup juga digunakan. Di the European Network
for Huntington disease (EHDN: website) semua skala penilaian telah diatur dan
dirancang, yang sekarang telah digunakan di lebih dari 6,000 pasien di Eropa.
Nance, Martha, Paulsen, Jane S, Rosenblatt, Adam, Wheelock, Vicki, A Physician’s Guide to the
Management of Huntington’s Disease third edition, Huntington’s Disease Society of America, 2011.
Nance, Martha, Paulsen, Jane S, Rosenblatt, Adam, Wheelock, Vicki, A Physician’s Guide to the
Management of Huntington’s Disease third edition, Huntington’s Disease Society of America, 2011.
Diagnosis
Bila pasien sudah menunjukan manifestasinya secara nyata, pemeriksaan
lanjutan tidaklah diperlukan. Kesulitan dalam penegakan diagnosis terutama
terletak pada kurangnya riwayat keluarga, namun menunjukan chorea yang
progresif, gangguan emosi, dan mengalami dementia. Namun hal tersebut dapat
diatasi dengan pemeriksaan genetik. Adanya pengulangan CAG lebih dari 39 kali
pada lokus huntington merupakan diagnosis definitif dari penyakit huntington ini.1
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan tanda serta pada
seseorang dengan orang tua dengan terbukti HD. Pertama, adalah wajib untuk
mengambil riwayat yang tepat dari orang tersebut dengan adanya gejala diikuti
oleh riwayat keluarga rinci. Ketika semua informasi telah diperoleh diagnosis
tidak terlalu sulit, meskipun gambar klinis non-spesifik bisa menyesatkan. Namun
ketika orangtua tidak diketahui atau telah meninggal karena penyebab lain di usia
muda, gambaran klinis bisa sulit untuk dikenali. Gold standart diagnosis adalah
dengan penentuan DNA, menunjukkan pengulangan CAG minimal 36 pada gen
huntingtin pada kromosom 4. Sebelum tahun 1993, riwayat penyakit keluarga
dengan gejala klinis pada setidaknya salah satu orang tua atau kakek-nenek adalah
wajib. Kriteria klinis saat ini diperlukan masih berupa gejala perubahan dan
gangguan jiwa atau kognitif perubahan. Namun, dalam banyak kasus kombinasi
dari tiga tanda utama hadir. Geala klinis yang di kombinasikan dengan riwayat
keluarga cukup untuk diagnosis. Tidak ada pencitraan, tes darah umum atau alat
diagnostik lainnya yang bermanfaat. Untuk semua tes diagnostik, perlu untuk
mendapatkan informed consent dari pasien. Ini penting karena jika orang yang
diberi diagnosis HD, maka mungkin banyak lagi individu sekitar pasien yang
dihadapkan dengan peningkatan risiko penyakit Huntington. Studi ekstensif yang
dilakukan untuk mendeteksi biomarker (klinis, darah, MRI) dan karenanya
transisi menentukan parameter. Beberapa penelitian sekarang berfokus pada
perubahan fungsi dan perubahan pencitraan otak (MRI) sebelum manifestasi
klinisya nyata hadir. Tampaknya terjadi perubahan struktur otak beberapa tahun
sebelum manifestasi klinis hadir. 6
Diagnosis Banding
Bila Chorea muncul pada usia tua, kemungkinan penyebabnya bisa
bermacam – macam, contohnya senile chorea yang dapat disebabkan oleh infeksi,
hiperglikemia, stroke, dan tirotoksikosis. Namun umumnya senile chorea
menghilang dalam beberapa minggu. Untuk memastikan diagnosa pada chorea
yang muncul di usia tua, dapat dilakukan anamnesis lengkap dan penyesuaian
gejala dengan Huntington Disease, atau dengan pemeriksaan gen Huntington.1,3)
Bila Chorea muncul pada usia muda, umumnya dibandingkan dengan
syndenham chorea, atau lupus dengan antiphospholipid antibodies, atau
penggunaan kokain, namun ketiganya tidak memiliki hubungan familial yang
nyata dan tidak terjadi penurunan tingkat kecerdasan. “ Benign Inherited Chorea “
yang dapat diturunkan secara autosomal merupakan salah satu diagnosis
bandingnya, namun umumnya Benign Inherited Chorea bermanifestasi pada usia
sebelum 5 tahun, progresivitasnya lambat, dan tidak ada gangguan mental.
Terdapat beberapa penyakit neurodegeneratif yang dapat dibandingkan dengan
Huntington, contohnya seperti polymyoclonus, acanthocytosis dengan chorea
progresif, atau dentatorubropallidoluysian degeneration yang hanya bisa
disingkirkan dengan pemeriksaan genetik.1,3
Selain itu huntington disease juga dapat dibandingkan dengan wilson
disease dan tardive diskinesia. Wilson disease dapat disingkirkan dengan
pemeriksaan kadar serum tembaga dalam darah dan ceruloplasmin, sedangkan
untuk tardive diskinesia dapat disingkirkan dengan anamnesa lengkap pasien
terutama mengenai pengobatan terakhir pasien.1,3
Chorea adalah manifestasi klinis yang paling menonjol, menelusuri
riwayat adalah langkah pertama dan paling berharga. Banyak diagnosa diferensial
untuk tanda motorik chorea. Dalam banyak kasus penyebab yang mendasari
adalah gangguan internal yang lain umum atau gangguan iatrogenik. Hanya
sedikit genetik yang bertanggung jawab untuk sindrom choreatic. Di sekitar 1%
dari kasus klinis didiagnosis sebagai HD oleh dokter, kadang tes genetik tidak
mengkonfirmasi diagnosis. Ini adalah apa yang disebut phenocopies.
Penatalaksanaan
Pada dasarnya Huntington tidak memeiliki terapi definitif karena bersifat
genetik, terapi yang ada hanya bersifat simptomatik dan suportif. Terapi
simptomatik untuk mengatasi gangguan emosi dan chorea dapat diberikan
Haloperidol ( 2 – 10 mg ) namun pemberiannya harus dipantau dengan ketat
karena dapat menimbulkan ketergantungan dan diberikan dalam dosis yang
minimal. Levodopa dan dopamin agonis yang lain hanya memperburuk
manifestasi chorea. Obat-obatan yang memblok reseptor dopamine dapat
mengurangi gejala chorea ( reserpine, clozapine, terutama tetrabenazine ) namun
efek sampingnya ( mengantuk dan tardive diskinesia ) melebihi manfaatnya. Pada
tahap awal, pemberian terapi seperti terapi parkinsonisme dapat membantu untuk
kekakuannya. Transplantasi jaringan ganglionik fetus ke striatum pasien
memberikan hasil yang tidak tetap. Umumnya pasien huntington diberikan
antidepresant karena selain merupakan salah satu manifestasinya, pasien akan
merasa tertekan dengan kenyataan penyakit ini.1,3
Manajemen pengobatan
Terlepas dari kenyataan bahwa patogenesis HD masih belum dijelaskan
secara jelas sehingga obat tidak tersedia, banyak Pilihan terapi yang tersedia untuk
mengobati gejala dan tanda-tanda dengan maksud untuk meningkatkan kualitas
hidup. Meskipun banyak tanda-tanda dan gejala dapat diobati, namun tidak selalu
diperlukan untuk dilakukan. Keterbatasan pasien dalam kehidupan sehari-hari
menentukan apakah perluu atau tidak obat diberikan. Sangat sedikit bukti yang
tersedia tentang obat atau dosis untuk mengurangi setiap tanda-tanda dan gejala.
Pengobatan ini, perlu diberikan berdasarkan pendapat ahli dan praktek sehari-hari.
Pengobatan terdiri dari farmakologi dan nonfarmakologi. Perawatan bedah tidak
memainkan peran penting dalam HD dan akan dibahas secara singkat.
Tanda-tanda motorik
Hiperkinesia, atau chorea, diberikan dengan cara memblokir reseptor
dopamin atau agen yang menghilangkan efek dopamin. Obat paling umum
digunakan obat untuk chorea yaitu neuroleptik tipikal atau atipikal (Reseptor
blocking dopamin) dan tetrabenazine (Dopamin depleting). Obat yang diresepkan
berbeda per negara. Tinjauan ekstensif dari semua obat yang diberikan oleh
Bonelli. Clozapine dan olanzapine merupakan neuroleptik atipikal. Keduanya
memiliki efek anti choreatic. Clozapine memiliki efek pada sel darah putih dalam
darah dan, karena itu, kurang praktis, membuat olanzapine merupakan obat
pilihan. Paling sering dilaporkan efek samping peningkatan berat badan dan efek
anti-depresi. Dari penelitian bebeapa kasus sering juga diberikan quetiapine,
zotepine, ziprasidone, dan risperidon. Namun, hanya tetrabenazine, a dopamin
obat menipis, telah ditunjukkan dalam uji coba terkontrol secara signifikan
mengurangi chorea. Efek samping paling umum adalah depresi dan sedasi.
Dalam beberapa penelitian di beberapa kasus ditemukan pemberian: a-tokoferol
mantadine, baclofen, cannabidiol, chlordiazepoxide, kolin, clonazepam, creatine,
deanol, dekstrometorfan, fluoxetine, idebenone, ketamine, lamotrigin,
levetiracetam, moclobemide, minocycline, muscimol, OPC 14.117, PUFA,
remacemide, riluzole. Terapi obat untuk hypokinesia telah mencoba menggunakan
obat antiparkinson, tetapi hampir selalu dengan hasil sangat mengecewakan.
Dalam prakteknya, oleh karena itu, obat dopaminergik tidak diresepkan.
Novak, Marianne J U, Tabrizi, Sarah J., Huntington’s Disease, Biomedical Journal – BMJ, volume 341, July
3rd 2010.
Nance, Martha, Paulsen, Jane S, Rosenblatt, Adam, Wheelock, Vicki, A Physician’s Guide to the
Management of Huntington’s Disease third edition, Huntington’s Disease Society of America, 2011.
Novak, Marianne J U, Tabrizi, Sarah J., Huntington’s Disease, Biomedical Journal – BMJ, volume 341, July
3rd 2010.
Nance, Martha, Paulsen, Jane S, Rosenblatt, Adam, Wheelock, Vicki, A Physician’s Guide to the
Management of Huntington’s Disease third edition, Huntington’s Disease Society of America, 2011.
Novak, Marianne J U, Tabrizi, Sarah J., Huntington’s Disease, Biomedical Journal – BMJ, volume 341, July
3rd 2010.
Prognosis