(DEMAM TIPOID)
STASE : ANAK
Disusun oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2017
KASUS PEMICU
An. A berusia 7 tahun datang ke puskesmas bersama ibunya dengan keluhan demam
sejak 6 hari yang lalu. Demam dirasakan sore hari, naik perlahan, kadang disertai dengan
mengigil (hari pertama dan kedua). Demam disertai dengan mual dan muntah sebanyak 2 kali
pagi ini, pusing dan tidak nafsu makan. Demam tidak disertai batuk dan pilek. Pasien juga
tidak mengeluh BAB cair, ibu klien mengatakan BAK klien seperti biasa namun berwarna
kuning terang. Klien mengatakan nyeri pada perut, sebelumnya pasien sudah minum
paracetamol, demam dirasakan berkurang, tetapi demam kembali terjadi jika obat dihentikan.
Step 1
Clarify Unfamiliar Terms
-
Step 2
Define the Problems
1. Kenapa klien bisa mengalami mual dan muntah?
2. Kenapa demam hanya naik pada sore hari dan menggigil ?
3. Apakah penyebab demam hingga 6 hari.
4. Kenapa pemberian paracetamol tidak dapat menyembuhkan total demam yang dikeluhkan.
Step 3
Brainstrom Possible Hypothesis or Explanation
Berdasarkan diskusi kami, maka kasus ini adalah kasus Demam Thypoid
Step 4
Skema
Tanda dan Gejala klien dan pemeriksaan lab
Demam Thypoid
Step 5
Learning Objective
1. Demam Thypoid
1. Definisi
Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever. Demam
tipoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan (usus
halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran
pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Bhutta, 2012).
Demam tifoid atau demam enterik merupakan penyakit infeksi sistemik yang
disebabkan oleh infeksi Salmonella enterica serotipe Typhi. Pada beberapa kasus
dikenal pula demam paratiofid, merupakan jenis yang lebih ringan, disebabkan oleh S.
Paratyphi A, S. Paratyphi B (Schotmulleri), dan S. Paratyphi C (Hirschfeldii)
(Brusch,2014).
Case definition diagnosis demam tiofid berdasarkan guideline World Health
Organization (WHO), confirmed case bila pasien demam (> 38 C) selama minimal 3
hari dengan hasil kultur darah, bone marrow atau cairan usus yang positif Salmonella
Typhi. Probable case apabila pada kasus demam tersebut didapatkan positif
serodiagnostik maupun deteksi antigen tanpa dilakukan isolasi bakteri (Riskesdas,2016)
2. Etiologi
Demam tifoid atau demam enterik merupakan penyakit infeksi sistemik yang
disebabkan oleh infeksi Salmonella enterica serotipe Typhi. Pada beberapa kasus
dikenal pula demam paratiofid, merupakan jenis yang lebih ringan, disebabkan oleh S.
Paratyphi A, S. Paratyphi B (Schotmulleri), dan S. Paratyphi C (Hirschfeldii)
(Brusch,2014).
3. Manifestasi Klinis
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibanding dengan
penderita dewasa. Masa inkubasi demam tifoid rata-rata adalah 7 – 14 hari, dipengaruhi
oleh dosis infeksi dengan rentang waktu 3 – 30 hari. Setelah masa inkubasi maka
ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing
dan tidak bersemangat (Gasem, 2015).
Kemudian menyusul gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :
a. Demam Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu.
Bersifat febris remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama,
suhu tubuh berangsurangsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari
dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus
berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu tubuh beraangsur-angsur
turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
b. Ganguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden) . Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya
kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut
kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan.
Biasanya didapatkan konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat
terjadi diare.
c. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu
apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah.
4. Penatalaksanaan
1. Diet
Untuk pasien rawat inap diet diberikan secara khusus, yakni diet BBS TKTP
(bubur saring tinggi kalori tinggi protein), selama masih panas dengan pengaturan
sebagai berikut :
A. 5 hari bebas panas= 2 x bubur saring, 1 x bubur nasi, boleh duduk.
B. 6 hari bebas panas= 1 x bubur saring, 2 x bubur nasi, boleh berdiri.
C. 7 hari bebas panas= 3 x bubur saring, boleh jalan
Kadang pula makanan diberikan melalui infus sampai penderita dapat
mencerna makanan (Pudjiadi, 2012).
Beberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini, yaitu
nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat
diberikan dengan aman pada pasien demam tifoid. Karena ada juga pasien demam
tifoid yang takut makan nasi, maka selain macam/bentuk makanan yang
diinginkan, terserah pada pasien sendiri apakah mau makan bubur sering, bubur
kasar atau nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (Kemenkes, 2016).
Salmonella Typhosa
Saluran Pencernaan
Hepatomegali Hipertermi
Tukak
Hospitalisasi
Mual - Muntah
Perdarahan dan
Perforasi
Ansietas
Intake Tidak Adekuat
Defisit volume
Resiko Perdarahan cairan
Ketidak seimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat dialami seseorang yang terinfeksi Salmonella Typhi secara
sistemik meliputi hepatitis, ikterik, kolesistitis, perdarahan intestinal (<1%), dan
perforasi usus (0,5-1%). Secara umum kondisi tersebut jarang ditemukan pasa kasus
tifoid anak (Soedarmo, 2015).
Perforasi usus dan peritonitis dicurigai bila didapatkan peningkatan nadi, hipotensi,
nyeri perut serta palpasi perut yang rigid dan keras seperti papan.
Komplikasi lain jarang antara lain miokarditis, delirium/ensefalopati tipoid, psikosis
tifoid, dan Sindrom Guillain-Barre. Kondisi karier kronik juga merupakan salah satu
outcome pada pasien tifoid (Kemenkes, 2016).
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah tepi
Anemia, pada umumnya terjadi karena supresi sumsum tulang, defisiensi Fe,
atau pendarahan usus.
Leukopenia, namun jarang kurang dari 3000/ul.
Limfositosis relative.
Trombositopenia, terutama pada demam tifoid berat
Uji Widal
Uji Widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella typhi terdapat dalam serum penderita
demam tifoid, pada orang yang pernah tertular Salmonella typhi dan pada orang
yang pernah mendapatkan vaksin demam tifoid.
Tes Tubex
Tes TUBEX merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif yang sederhana
dan cepat (kurang lebih 2 menit) dengan menggunakan partikel yang berwarna
untuk meningkatkan sensitivitas (Volaard, 2014).
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Identitas klien
Dapat terjadi pada anak laki-laki dan perempuan, kelompok umur yang terbanyak
adalah diatas umur lima tahun. Faktor yang mendukung terjadinya demam
thypoid adalah iklim tropis social ekonomi yang rendah sanitasi lingkungan yang
kurang.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan Utama : demam
Riwayat Keluhan Utama : demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung
selama 3 minggu
Keluhan yang menyertai : anoreksia, nyeri perut, nyeri kepala, jual,
muntah, batuk, diare.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat Kehamilan / Persalinan
a. Prenata
- Kondisi ibu saat hamil
- Ada kelainan / tidak, pecahnya ketuban dini
- Nutrisi yang dikonsumsi / obat-obatan yang dipakai
- Berapa kali priksa kehamilan di RS / puskesmas
- Dapat diimunisasi / tidak
b. Natal
- Lahir premature / aterm atau posaterm
- Lahir spontan / dengan alat atau spontan
- Letak bokong atau sungsang atau normal
- Ada cacat bawaan
c. Neonatal
- Kondisi bayi waktu lahir, BB / PB apgar score, Warna kulit waktu lahir,
Ada masalah / tidak setelah lahir / aspirasi
d. Post Natal
- Lamanya ibu dirawat di RS setelah persalinan, Bagaimana produksi ASI
setelah persalinan.
Riwayat Tumbuh Kembang
Bagaimana riwayat tumbuh kembang bayi
Riwayat Imunisasi
Pola Kebiasaan
Pola pernafasan : frekuensi nafas cepat dan dangkal
Makan dan minum : tidak ada nafsu makan
Eliminasi : BAK : tidak terganggu
BAB : > 5 x /hari, konsistensi encer, berbau busuk
Pergerakan yang berhubungan dengan sikap : aktivitas terbatas karena
kelemahan
Istirahat dan tidur : mengalami gangguan karena sering defekasi
Memilih, mengenakan dan melepaskan pakaian : karena adanya kelemahan
tubuh maka pasien memerlukan bantuan dalam mengenakan dan melepaskan
pakaian
Suhu tubuh : Terjadi peningkatan
Kebersihan dan Kesegaran tubuh : perlu bantuan orang lain dalam membersihkan
tubuh
Mencegah dan menghindari bahaya : pasien rentang terhadap bahaya karena
kelemahan fisik
Beribadah sesuai keyakinan : umumnya pasien lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan
Komunikasi dengan orang lain : komunikasi terbatas karena adanya kelemahan,
adanya keterbatasan dalam mengerjakan dan melaksanakan sesuai dengan
kemampuan pasien
Berpartisipasi dalam bentuk rekreasi : pasien kurang berminat dalam melakukan
rekreasi
Pemeriksaan fisik
KU : lemah
Kesadaran : kompos mentis
TTV :
- Tekanan darah : meningkat
- Nadi : cepat
- Respirasi : cepat dan dangkal
- Suhu : meningkat
Kepala : nyeri tekan, simetris
Mata : simetris
Hidung : simetris
Mulut : bibir kering dan lidah beslag
Ekstremitas : pergerakan terbatas
Thoraks : normal
Kulit : pucat
Abdomen : - nyeri tekan
- kembung
Berat badan : terjadi penurunan berat badan
Tinggi badan :-
Anus : kemerahan karena seringnya defekasi
Neurology : ada gerak reflek
Pemeriksaan penunjang : - uji serologis
- darah
- isolasi kreman
2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Peningkatan suhu Tujuan : Observasi tanda- Tanda-tanda vital
tubuh (Hipertermi) Setelah tanda vital berubah sesuai tingkat
berhubungan dengan diberikan perkembangan penyakit
proses infeksi tindakan dan menjadi indikator
Salmonella Typhi. keperawatan untuk melakukan
selama 3 x intervensi selanjutnya
24 jam, suhu
tubuh normal. Beri kompres pada Pemberian kompres
daerah dahi dapat menyebabkan
Kriteria hasil : peralihan panas secara
- TTV dalam konduksi dan membantu
batas normal tubuh untuk
- TD : 80- menyesuaikan terhadap
120/60-80 panas
mmhg
- N : 120-140 Anjurkan untuk Peningkatan suhu
x/i (bayi), 100- banyak minum air tubuh mengakibatkan
120 (anak) putih penguapan sehingga
0
- S : 36,5-37 C perlu diimbangi dengan
- P : 30-60 x/i asupan cairan yang
(bayi), 15-30 x/i banyak
(anak)
Kolaborasi pemberian Mempercepat proses
antiviretik, antibiotik penyembuhan,
menurunkan demam.
Pemberian antibiotik
menghambat
pertumbuhan dan proses
infeksi dari bakteri
2 Ketidakseimbangan Tujuan : Kaji kemampuan Untuk mengetahui
pemenuhan nutrisi Setelah makan klien perubahan nutrisi klien
kurang dari dilakukan dan sebagai indikator
kebutuhan tubuh tindakan intervensi selanjutnya
berhubungan dengan keperawatan
intake yang tidak selama 3 x 24 Berikan makanan Memenuhi kebutuhan
adekuat, mual, jam kekurangan dalam porsi kecil nutrisi dengan
muntah dan nutrisi tidak tapi sering meminimalkan rasa mual
anoreksia. terjadi. dan muntah
Bhutta ZA Enteric Fever (Typhoid Fever) in Nelson Textbook of Pediatrics 19th Edition.
(2012). Elsevier: 954-58
Gasem MH, Dolmans WM, Keuter M, Djokomoeljanto RR (2015) Poor food hygiene and
housing as risk factors for typhoid fever in Semarang Indonesia. Trop Med Int
Health;6(6):484-90
Parry CM, Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. Typhoid fever. N Engl J Med (2012);
347:1770-1782
Pudjiadi AH et al editor. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia Edisi II.
2011
Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. (2015) Buku Ajar Infeksi dan Pediatri
Tropis Edisi ke-2. UKK Infeksi dan Pediatri Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jakarta
Volaard AM, Ali S, van Asten HAGH, Widjaja S, Visser LG, et al. (2014) Risk factors for
typhoid and paratyphoid fever in Jakarta Indonesia. J Am Med Assoc;291:2607-15
Preseptor Klinik