Anda di halaman 1dari 4

1

KOMPAS.com - Mulai 2014, Pemerintah DKI Jakarta menargetkan Jakarta bebas

topeng monyet. Razia topeng monyet telah dilakukan sejak beberapa hari lalu. Monyet

nantinya akan divaksin dan diperiksa kesehatannya dan dikirim ke Taman Margasatwa

Ragunan. Pelarangan topeng monyet memang akan membuat beberapa pihak kehilangan

mata pencaharian. Namun, topeng monyet memang harus dilarang. Pramudya Harzani,

Dewan Pembina Jakarta Animal Aid Network (JAAN) mengungkapkan ada tiga alasan. Pram

mengatakan alasan pertama adalah terkait hukum. Pram mengatakan, "Pelarangan topeng

monyet ini dasar hukumnya jelas." Salah satu dasar hukumnya adalah Kitab Undang-undang

Hukum Pidana (KUHP) No 302 yang mengatur tentang tindakan penyiksaan hewan. Selain

itu, ada pula Undang-Undang Nomor 18 Tahun 200 9 tentang Peternakan dan Kesehatan

Pasal 66 Ayat 2g. Dasar hukum lain adalah Peraturan Kementan Nomor 95 Tahun 2012

tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan Pasal 83 Ayat 2, Perda

No. 11 Tahun 1995 tentang Pengawasan Hewan Rentan Rabies serta Pencegahan dan

Penanggulangan Rabies Pasal 6 Ayat 1 dan Perda Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban

Umum Pasal 17 Ayat 2. Alasan kedua, kata Pram, adalah soal etika, baik terkait pekerja

topeng monyet ataupun monyetnya sendiri. "Banyak pekerja topeng monyet itu yang masih

anak-anak. Mereka ini sebenarnya masih usia produktif," kata Pram. "Kemudian juga ini

terkait etika terhadap hewan karena ini bentuk eksploitasi," imbuh Pram saat dihubungi

Kompas.com, Rabu (23/10/2013). Sementara, alasan ketiga adalah soal kesejahteraan satwa.

Kesejahteraan satwa meliputi hak untuk hidup bebas, hak bebas dari penyakit, dan

sebagainya. Pram mengatakan, monyet yang dijadikan obyek atraksi topeng monyet

kehilangan kesejahteraannya. Salah satu buktinya, monyet ditempatkan di dalam kandang

yang ukurannya sangat kecil, 30 x 40 x 40 cm. Dengan kandang sekecil itu, monyet

mengalami stres. Stres membuat monyet lebih rentan terhadap penyakit. Pram mengakui

bahwa beberapa pihak memang akan dirugikan. Namun, yang lebih penting saat ini adalah
2

kepentingan publik Jakarta secara luas. Publik Jakarta mesti sadar akan risiko topeng monyet

dan isu lingkungan terkaitnya. Setelahnya, barulah memikirkan nasib pihak seperti pekerja

topeng monyet. Menurut Pram, topeng monyet di jalanan memang harus dirazia lebih dahulu.

Monyet di jalanan memiliki interaksi lebih banyak dengan manusia sehingga berisiko lebih

tinggi.

1. Kejadian ini terjadi di DKI Jakarta, dan artikel terkait dipublikasikan pada tanggal

23/10/2013

2. Intepretasi pasal :

 KUHP Pasal 302 yang berbunyi :

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling

banyak empat ribu lima ratus rupiah karena melakukan penganiayaan ringan terhadap hewan:

(a) Barang siapa tanpa tujuan yang patut atau secara melampaui batas, dengan sengaja

menyakiti atau melukai hewan atau merugikan kesehatannya; (b) Barang siapa tanpa tujuan

yang patut atau dengan melampaui batas yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu, dengan

sengaja tidak memberi makanan yang diperlukan untuk hidup kepada hewan, yang

seluruhnya atau sebagian menjadi kepunyaannya dan ada di bawah pengawasannya, atau

kepada hewan yang wajib dipeliharanya. (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan sakit lebih

dari seminggu, atau cacat atau menderita luka-luka berat lainnya, atau mati, yang bersalah

diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan, atau pidana denda paling banyak
3

tiga ratus rupiah, karena penganiayaan hewan. (3) Jika hewan itu milik yang bersalah, maka

hewan itu dapat dirampas. (4) Percobaan melakukan kejahatan tersebut tidak dipidana.

Dari KUHP tersebut jelas bahwa apabila penganiayaan terbukti dilakukan terkena

pidana penjara (3 bulan) atau denda (Rp 4500). Dan bila penganiayaan menyebabkan sakit

berat atau mati, dipidana penjara (9 bulan) atau denda (Rp 300). Jumlah denda yang ringan

tersebut rupanya karena masih menggunakan kurs jaman Hindia Belanda. Untuk itu perlu

dilakukan konversi ke kurs saat ini, atau ditetapkan misalnya Rp 5 - 10 juta.

 Pasal 66 Ayat 2g UU No.18 Tahun 2009 yang berbunyi :

Perlakuan terhadap hewan harus dihindari dari tindakan penganiayaan dan

penyalahgunaan.

 Pasal 83 Ayat 2 Peraturan Kementan Nomor 95 Tahun 2012 tentang kesehatan

masyarakat veteriner dan kesejahteraan hewan yang berbunyi :

Kesejahteraan Hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara

menerapkan prinsip kebebasan Hewan yang meliputi bebas: a. dari rasa lapar dan haus; b.

dari rasa sakit, cidera, dan penyakit; c. dari ketidaknyamanan, penganiayaan, dan

penyalahgunaan; d. dari rasa takut dan tertekan; dan e. untuk mengekspresikan perilaku

alaminya

 Pasal 6 ayat 1 Perda No.11 tahun 1995 yang berbunyi :

Hewan rentan rabies yang berkeliaran di luar perkarangan pemilik atau

pemeliharanya sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf b dapat ditangkap dan

dimasukkan ke tempat penahanan.

 Pasal 17 Ayat 2 Perda Nomor 8 Tahun 2007 tentang tertib lingkungan yang

berbunyi :

Setiap pemilik binatang peliharaan wajib menjaga hewan peliharaannya untuk tidak

berkeliaran di lingkungan pemukiman.


4

3. Analisis

Dari artikel tersebut pertunjukan topeng monyet merupakan tindakan yang dilarang

karena melanggar hukum sesuai dengan pasal-pasal yang disebutkan diatas. Selain melanggar

hukum, pertunjukan topeng monyet dianggap melanggar etika baik terhadap monyetnya

maupun pekerjanya karena pekerja topeng monyet masih berada di usia produktif. Ketiga,

pekerja membuat monyet tersebut kehilangan kesejahteraan hidup untuk bebas karena

monyet ditempatkan di dalam kandang yang ukurannya sangat kecil, 30 x 40 x 40 cm. Dan

terakhir, adanya pertunjukan topeng monyet mengganggu ketertiban lalu lintas.

4. Assessment / penilaian

Penilaian saya tentang pertunjukan topeng monyet untuk mencari nafkah tidaklah

dibenarkan, karena hal tersebut merupakan eksploitasi terhadap binatang. Selain itu, para

pekerjanya masih berada di usia produktif yang semestinya dibina untuk bisa mendapatkan

pekerjaan yang lebih layak yang tidak membuat kerugian terhadap binatang maupun

lingkungan.

5.Saran

Topeng monyet merupakan pelanggaran hukum, etika, dan ketertiban. Upaya yang

dilakukan pemerintah DKI Jakarta supaya bebar dari topeng monyet adalah tindakan yang

benar. Dan sebaiknya tindakan yang dilakukan oleh pemerintah DKI Jakarta dicontoh oleh

daerah-daerah lain, dengan cara member sanksi dan memperdayakan masayarkatnya supaya

lebih produktif dengan pekerjaan yang benar.

Anda mungkin juga menyukai