topeng monyet. Razia topeng monyet telah dilakukan sejak beberapa hari lalu. Monyet
nantinya akan divaksin dan diperiksa kesehatannya dan dikirim ke Taman Margasatwa
Ragunan. Pelarangan topeng monyet memang akan membuat beberapa pihak kehilangan
mata pencaharian. Namun, topeng monyet memang harus dilarang. Pramudya Harzani,
Dewan Pembina Jakarta Animal Aid Network (JAAN) mengungkapkan ada tiga alasan. Pram
mengatakan alasan pertama adalah terkait hukum. Pram mengatakan, "Pelarangan topeng
monyet ini dasar hukumnya jelas." Salah satu dasar hukumnya adalah Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP) No 302 yang mengatur tentang tindakan penyiksaan hewan. Selain
itu, ada pula Undang-Undang Nomor 18 Tahun 200 9 tentang Peternakan dan Kesehatan
Pasal 66 Ayat 2g. Dasar hukum lain adalah Peraturan Kementan Nomor 95 Tahun 2012
tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan Pasal 83 Ayat 2, Perda
No. 11 Tahun 1995 tentang Pengawasan Hewan Rentan Rabies serta Pencegahan dan
Penanggulangan Rabies Pasal 6 Ayat 1 dan Perda Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban
Umum Pasal 17 Ayat 2. Alasan kedua, kata Pram, adalah soal etika, baik terkait pekerja
topeng monyet ataupun monyetnya sendiri. "Banyak pekerja topeng monyet itu yang masih
anak-anak. Mereka ini sebenarnya masih usia produktif," kata Pram. "Kemudian juga ini
terkait etika terhadap hewan karena ini bentuk eksploitasi," imbuh Pram saat dihubungi
Kompas.com, Rabu (23/10/2013). Sementara, alasan ketiga adalah soal kesejahteraan satwa.
Kesejahteraan satwa meliputi hak untuk hidup bebas, hak bebas dari penyakit, dan
sebagainya. Pram mengatakan, monyet yang dijadikan obyek atraksi topeng monyet
yang ukurannya sangat kecil, 30 x 40 x 40 cm. Dengan kandang sekecil itu, monyet
mengalami stres. Stres membuat monyet lebih rentan terhadap penyakit. Pram mengakui
bahwa beberapa pihak memang akan dirugikan. Namun, yang lebih penting saat ini adalah
2
kepentingan publik Jakarta secara luas. Publik Jakarta mesti sadar akan risiko topeng monyet
dan isu lingkungan terkaitnya. Setelahnya, barulah memikirkan nasib pihak seperti pekerja
topeng monyet. Menurut Pram, topeng monyet di jalanan memang harus dirazia lebih dahulu.
Monyet di jalanan memiliki interaksi lebih banyak dengan manusia sehingga berisiko lebih
tinggi.
1. Kejadian ini terjadi di DKI Jakarta, dan artikel terkait dipublikasikan pada tanggal
23/10/2013
2. Intepretasi pasal :
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah karena melakukan penganiayaan ringan terhadap hewan:
(a) Barang siapa tanpa tujuan yang patut atau secara melampaui batas, dengan sengaja
menyakiti atau melukai hewan atau merugikan kesehatannya; (b) Barang siapa tanpa tujuan
yang patut atau dengan melampaui batas yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu, dengan
sengaja tidak memberi makanan yang diperlukan untuk hidup kepada hewan, yang
seluruhnya atau sebagian menjadi kepunyaannya dan ada di bawah pengawasannya, atau
kepada hewan yang wajib dipeliharanya. (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan sakit lebih
dari seminggu, atau cacat atau menderita luka-luka berat lainnya, atau mati, yang bersalah
diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan, atau pidana denda paling banyak
3
tiga ratus rupiah, karena penganiayaan hewan. (3) Jika hewan itu milik yang bersalah, maka
hewan itu dapat dirampas. (4) Percobaan melakukan kejahatan tersebut tidak dipidana.
Dari KUHP tersebut jelas bahwa apabila penganiayaan terbukti dilakukan terkena
pidana penjara (3 bulan) atau denda (Rp 4500). Dan bila penganiayaan menyebabkan sakit
berat atau mati, dipidana penjara (9 bulan) atau denda (Rp 300). Jumlah denda yang ringan
tersebut rupanya karena masih menggunakan kurs jaman Hindia Belanda. Untuk itu perlu
penyalahgunaan.
Kesejahteraan Hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara
menerapkan prinsip kebebasan Hewan yang meliputi bebas: a. dari rasa lapar dan haus; b.
dari rasa sakit, cidera, dan penyakit; c. dari ketidaknyamanan, penganiayaan, dan
penyalahgunaan; d. dari rasa takut dan tertekan; dan e. untuk mengekspresikan perilaku
alaminya
Pasal 17 Ayat 2 Perda Nomor 8 Tahun 2007 tentang tertib lingkungan yang
berbunyi :
Setiap pemilik binatang peliharaan wajib menjaga hewan peliharaannya untuk tidak
3. Analisis
Dari artikel tersebut pertunjukan topeng monyet merupakan tindakan yang dilarang
karena melanggar hukum sesuai dengan pasal-pasal yang disebutkan diatas. Selain melanggar
hukum, pertunjukan topeng monyet dianggap melanggar etika baik terhadap monyetnya
maupun pekerjanya karena pekerja topeng monyet masih berada di usia produktif. Ketiga,
pekerja membuat monyet tersebut kehilangan kesejahteraan hidup untuk bebas karena
monyet ditempatkan di dalam kandang yang ukurannya sangat kecil, 30 x 40 x 40 cm. Dan
4. Assessment / penilaian
Penilaian saya tentang pertunjukan topeng monyet untuk mencari nafkah tidaklah
dibenarkan, karena hal tersebut merupakan eksploitasi terhadap binatang. Selain itu, para
pekerjanya masih berada di usia produktif yang semestinya dibina untuk bisa mendapatkan
pekerjaan yang lebih layak yang tidak membuat kerugian terhadap binatang maupun
lingkungan.
5.Saran
Topeng monyet merupakan pelanggaran hukum, etika, dan ketertiban. Upaya yang
dilakukan pemerintah DKI Jakarta supaya bebar dari topeng monyet adalah tindakan yang
benar. Dan sebaiknya tindakan yang dilakukan oleh pemerintah DKI Jakarta dicontoh oleh
daerah-daerah lain, dengan cara member sanksi dan memperdayakan masayarkatnya supaya