Anda di halaman 1dari 15

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1. Teori Tindakan Beralasan ( Theory of Reasoned Action)

Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diciptakan oleh Martin Fishbein

dan Ajzen (Hartono, 2008). Teori ini menghubungkan antara keyakinan (belief),

kehendak (intention), dan perilaku (behaviour). Konsep penting dalam teori ini adalah

fokus perhatian (salience), yaitu mempertimbangkan sesuatu yang dianggap penting.

Kehendak (intetion) ditentukan oleh sikap dan norma subyektif (Hartono, 2008).

TRA menjelaskan tahapan manusia melakukan perilaku. Tahapan tersebut dimulai

dari minat. Pada tahapan minat, diasumsikan bahwa perilaku manusia didasarkan pada

minat untuk melakukan suatu perilaku. Kemudian pada tahap berikutnya, minat

dijelaskan dalam bentuk sikap dan norma subyektif. Pada tahap ini, sikap dan norma

subyektif diasumsikan dapat mempengaruhi minat seseorang untuk melakukan suatu

perilaku. Tahapan ini mempertimbangkan sikap dan norma subyektif dalam bentuk

kepercayaan-kepercayaan tentang konsekuensi melakukan perilakunya dan tentang

ekspetasi normatif dari orang yang direferensi yang relevan. Dengan kata lain, perilaku

seseorang dapat dijelaskan dengan mempertimbangkan kepercayaan-kepercayaan

karena kepercayaan-kepercayaan seseorang mewakili informasi yang mereka peroleh

tentang dirinya sendiri dan dunia di sekeliling mereka, ini berarti bahwa perilaku

ditentukan oleh informasi ini.


Jogiyanto (2007) berpendapat bahwa Intensi atau niat merupakan fungsi dari dua

determinan dasar, yaitu sikap individu terhadap perilaku (merupakan aspek personal)

dan persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau untuk tidak

melakukan perilaku yang disebut dengan norma subyektif. Secara singkat, praktik atau

perilaku menurut TRA dipengaruhi oleh niat, sedangkan niat dipengaruhi oleh sikap dan

norma subyektif. Sikap sendiri dipengaruhi oleh keyakinan akan hasil dari tindakan

yang telah lalu. Norma subyektif dipengaruhi oleh keyakinan akan pendapat orang lain

serta motivasi untuk menaati pendapat tersebut. Secara lebih sederhana, teori ini

mengatakan bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang

perbuatan itu positif dan bila ia percaya bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya.

TRA menjelaskan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi minat untuk

melakukan sebuah perilaku (behavioral) yaitu sikap (attitude) dan norma subyektif

(subjective norms). Sehingga dapat dikatakan bahwa minat seseorang untuk melakukan

perilaku diprediksi oleh sikap (attitude) dan bagaimana seseorang berfikir tentang

penilaian orang lain jika perilaku tersebut dilakukan (sebjective norms). Pada dasarnya

sikap (attitude) yang dikombinasikan dengan norma-norma subyektif (subjective norms)

akan membentuk minat perilaku (intention behavior). Jika digambarkan, hubungan

antara sikap, norma subyektif , minat dan perilaku akan tampak sebagai berikut :

Gambar 2.1
Model Theory of Reasoned Action (TRA)

Sikap terhadap
perilaku (Attitude
Minat Perilaku Perilaku
Toward Behavior)
(Behavior
Intention) (Behavior)

Norma Subyektif Sumber : Hartono, 2008


(Subjective Norm)
Sesuai gambar diatas, dapat disimpulkan bahwa TRA bisa digunakan untuk

memprediksi minat mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis dalam

perilaku memilih peminatan akuntansi dan keuangan syariah. Dengan mengetahui sikap

dan norma subyektif mahasiswa terhadap peminatan akuntansi dan keuangan syariah

maka dapat diketahui minat mahasiswa dalam peminatan akuntansi dan keuangan

syariah.

2.1.2 Sikap (Attitude)

Sikap menurut Ajzen (2002) merupakan suatu keadaan internal (internal state)

yang mempengaruhi pilihan tindakan individu terhadap objek, orang atau kejadian

tertentu. Sikap merupakan kecenderungan kognitif, afektif, dan tingkah laku yang

dipelajari untuk merespon secara positif maupun negatif terhadap objek, situasi,

institusi, konsep atau seseorang.

Sikap terhadap perilaku didefinisikan sebagai perasaan mendukung atau memihak

(favorableness) atau perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorableness)

terhadap suatu objek yang akan disikapi (Beck dan Ajzen 1991). Sedangkan menurut

Davis, et al., (1989) attitude merupakan cermin perasaan suka atau tidak suka tentang

kinerja dari target perilaku yang telah dilakukan.

Azwar (2007), menggolongkan definisi sikap dalam tiga kerangka pemikiran.

Pertama, kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi seperti Louis

Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood. Menurut mereka sikap adalah suatu

bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah

perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung

atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Kedua, kerangka pemikiran ini
diwakili oleh ahli seperti Chave, Bogardus, LaPierre, Mead dan Gordon Allport.

Menurut kelompok pemikiran ini sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi

terhadap suatu objek dengan caracara tertentu. Kesiapan yang dimaksud merupakan

kecenderungan yang potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu

dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon. Ketiga, kelompok

pemikiran ini adalah kelompok yang berorientasi pada skema triadik (triadic schema).

Menurut pemikiran ini suatu sikap merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif dan

konatif yang saling berinteraksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku

terhadap suatu objek.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu bentuk

evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk bereaksi yang merupakan hasil

interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling bereaksi di dalam

memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu obyek.

Fishbein dan Ajzen dalam Rahma (2011), berpendapat bahwa ada dua kelompok

dalam pembentukan sikap yaitu:

a. Behavioral belief adalah keyakinan-keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap

perilaku dan merupakan keyakinan yang akan memdorong terbentuknya sikap.

b. Evaluation of behavioral belief merupakan evaluasi positif atau negatif individu

terhadap perilaku tertentu berdasarkan keyakinan-keyakinan yang dimilikinya

Sikap menunjukkan status mental seseorang yang digunakan oleh individu untuk

menyusun cara mereka mempersepsikan lingkungan mereka dan memberi petunjuk cara

meresponnya. Kotler (2003), mendefinisikan sikap sebagai evaluasi, perasaan

emosional, dan kecenderungan bertindak baik yang favorable maupun unfavorable serta
bertahan lama dari seseorang terhadap suatu objek atau ide. Sikap cenderung

membentuk pola yang konsisten.

Berdasarkan definisi diatas, sikap terhadap peminatan akuntansi dan keuangan

syariah dalam penelitian ini diartikan sebagai keyakinan tentang akibat yang didapat

jika mahasiswa jurusan akuntansi fakultas ekonomi dan bisnis memilih peminatan

akuntansi dan keuangan syariah, serta derajat penilaian atau evaluasi seseorang akan

bernilai baik (favorable) atau buruk (unfavorable) atas suatu perilaku. Sikap terhadap

perilaku memilih peminatan akuntansi dan keuangan syariah ditentukan dua hal pokok

yaitu behavioral beliefs dan outcome evaluation. Sikap terhadap perilaku merupakan

refleksi seseorang terhadap persepsinya tentang keyakinan terhadap sebuah perilaku

bahwa perilaku tersebut bersifat positif atau negatif, serta evaluasinya terhadap hasil

yang muncul sebagai akibat dari perilaku itu sendiri (Wiethoff, 2004).

Behavioral beliefs adalah tingkat keyakinan mahasiswa JAFEB UB akan manfaat

atau konsekuensi yang akan dicapai jika mereka memilih peminatan akuntansi dan

keuangan syariah. Seorang mahasiswa JAFEB UB yang memiliki keyakninan bahwa

memilih peminatan akuntansi dan keuangan syariah akan memberikan akibat positif

yang lebih tinggi, maka dia akan berusaha melakukan perilaku tersebut, yaitu memilih

peminatan akuntansi dan keuangan syariah. Sebaliknya, jika seorang mahasiswa JAFEB

UB memiliki keyakinan bahwa memilih peminatan akuntansi dan keuangan syariah

memberikan dampak atau akibat negatif, maka dia akan menilai bahwa memilih

peminatan akuntansi dan keuangan syariah bukan merupakan hal yang baik untuk

dilakukan.
Outcome evaluation adalah evaluasi mengenai hasil yang akan diperoleh

mahasiswa JAFEB UB jika memilih peminatan akuntansi dan keuangan syariah.

Mahasiswa JAFEB UB akan memiliki sikap positif terhadap peminatan akuntansi dan

keuangan syariah jika dalam penilaiannya akan ada hasil positif yang akan diperolehnya

saat memperoleh ilmu mengenai peminatan akuntansi dan keuangan syariah.

2.1.3 Norma Subyektif (Subjective Norm)

Norma subyektif adalah pengukuran dari persepsi individu terhadap reaksi sosial

atas perilaku. Persepsi orang apakah orang lain akan menyetujui atau menolak tingkah

laku tersebut. Menurut Hartono (2007), norma subyektif (subjective norm) merupakan

persepsi atau pandangan seseorang terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain yang

akan mempengaruhi minat seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku

yang sedang dipertimbangkan. Norma subyektif diartikan sebagai faktor sosial yang

menunjukkan tekanan sosial yang dirasakan untuk tidak melakukan.

Menurut Fishbein dan Azjen, norma subyektif secara umum terbagi dalam dua

komponen berikut:

a. Normative beliefs, yaitu belief (keyakinan) mengenai harapan orang lain

terhadap dirinya yang menjadi acuan untuk menampilkan perilaku atau tidak.

Keyakinan yang berhubungan dengan pendapat tokoh atau orang lain yang

penting dan berpengaruh bagi individu atau tokoh panutan tersebut apakah

subyek harus melakukan atau tidak suatu perilaku tersebut.

b. Motivation to comply, yaitu motivasi individu untuk memenuhi harapan. Norma

ini dapat dilihat dengan dinamika antara dorongan-dorongan yang dipersepsikan

individu dari orang-orang disekitarnya dengan motivasi untuk mengikuti


pandangan mereka dalam melakukan atau tidak melakukan tingkah laku

tersebut.

Norma subyektif dapat diukur dengan bertanya kepada responden apakah orang-

orang yang penting bagi mereka akan menerima perilaku mereka atau tidak. jika

seseorang yakin bahwa kebanyakan orang-orang yang menjadi rujukan menyetujuinya

menampilkan perilaku tertentu, maka ia akan menampilkan perilaku tersebut.

Dalam model TRA, norma subjektif adalah fungsi dari normative beliefs, yang

mewakili persepsi mengenai preferensi signifikan lainya mengenai apakah perilaku

tersebut harus dilakukan. Model ini mengkuantifikasi keyakinan ini dengan mengalikan

kemungkinan subyektif seorang disebut relevan berpikir bahwa seseorang harus

melaksanakan perilaku tersebut dengan motivasi seseorang untuk mengikuti (motivation

to comply) apa yang ingin dilakukan.

Berdasarkan penjelasan diatas, disimpulkan bahwa norma subyektif dalam

penelitian ini yaitu persepsi mahasiswa jurusan akuntansi fakultas ekonomi dan bisnis

UB mengenai saran dan harapan orang lain tentang perilaku untuk memilih peminatan

akuntansi dan keuangan syariah serta motivasi mahasiswa untuk memenuhi saran atau

harapan tersebut.

2.1.4 Motivasi Spiritual (Spiritual Motivation)

Dalam penelitian ini, peneliti menambahkan satu konstruk lain, yaitu motivasi

spiritual dengan tujuan untuk mengetahui lebih mendalam mengenai perilaku

mahasiswa JAFEB UB memilih peminatan akuntansi dan keuangan syariah. Menurut

Weiner (1990) motivasi didefenisikan sebagai kondisi internal yang membangkitkan

kita untuk bertindak, mendorong kita mencapai tujuan tertentu, dan membuat kita tetap
tertarik dalam kegiatan tertentu. Menurut Uno (2007), motivasi dapat diartikan sebagai

dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan

adanya; hasrat dan minat; dorongan dan kebutuhan; harapan dan cita-cita; penghargaan

dan penghormatan.

Terdapat sejumlah teori yang menjelaskan tentang motivasi manusia. Salah satu

konsep tentang motivasi manusia dikembangkan oleh Abraham Maslow, yang membagi

motivasi menjadi dua ruang lingkup, yaitu motivasi material dan motivasi spiritual,

konsep tersebut dikenal dengan istilah metamotivation (Zohar dan Marshall, 2005).

Zohar dan Marshall (2005), mengatakan bahwa makna yang paling tinggi dan paling

bernilai, dimana manusia akan bahagia, justru terletak pada aspek spiritualitasnya. Dan

hal tersebut dirasakan oleh manusia, ketika ia ikhlas mengabdi kepada sifat atau

kehendak Tuhan, inilah yang dinamakan spiritualisai kehidupan (Ginanjar, 2001).

Allah berfirman dalam Al-Quran:

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka

mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (Ar-Ra’d: 11)

Sesuai ayat di atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa ternyata motivasi yang

paling kuat adalah dari diri seseorang. Motivasi sebagai pendorong manusia dalam

melakukan sesuatu, sehingga menjadi unsur penting dan tingkah laku atau tindakan

manusia

Baharuddin (2007) merumuskan 3 (tiga) macam motivasi, yaitu:

1. Motivasi jismiah (fisiologi) adalah motivasi yang berhubungan dengan pemenuhan

kebutuhan fisik-biologis, seperti makan, minum dan pakaian.


2. Motivasi nafsiah (psiklogis) adalah motivasi yang berhubungan dengan pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan yang bersifat psikologis seperti rasa aman, penghargaan, rasa

memiliki dan rasa cinta.

3. Motivasi ruhaniah (spiritual) adalah motivasi yang berhubungan dengan

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang bersifat spiritual, seperti aktualisasi diri dan

agama.

Anshari (1993) menjelaskan bahwa motivasi spiritual seorang muslim terbagi

menjadi tiga:

1. Motivasi akidah

Motivasi akidah adalah keyakinan hidup, yaitu pengikraran yang bertolak dari hati.

Jadi, motivasi akidah dapat ditafsirkan sebagai motivasi dari dalam yang muncul akibat

kekuatan akidah tersebut. Allport dan Ross (1967, dalam Beit Hallahmi, B & Argyle,

1997) lebih menyebut motivasi akidah tersebut sebagai sikap intrinsik. Dimensi akidah

ini menunjuk pada seberapa besar tingkat keyakinan muslim terhadap ajaran-ajaran

yang bersifat fundamental dan dogmatik. Isi dimensi keimanan mencakup iman kepada

Allah, para Malaikat, Rasul-Rasul, kitab Allah, surga dan neraka, serta qadha dan

qadar. Ibadah merupakan tata aturan Illahi yang mengatur hubungan ritual langsung

antara hamba Allah dengan Tuhannya yang tata caranya ditentukan secara rinci dalam

Al Qur’an dan Sunnah Rasul (Anshari, 1993).

2. Motivasi ibadah

Motivasi ibadah merupakan motivasi yang tidak pernah dilakukan oleh orang yang

tidak memiliki agama, seperti sholat, doa, dan puasa. Ibadah selalu bertitik tolak dari

aqidah. Jika dikaitkan dengan kegiatan bekerja, ibadah masih beradadalam taraf proses,
sedangkan output dari ibadah adalah muamalat. Muamalat merupakan tata aturan Illahi

yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan benda

atau materi (Anshari,1993).

3. Motivasi muamalat

Motivasi muamalat ini berarti mengatur kebutuhan manusia seperti: kebutuhan

primer (kebutuhan pokok), sekunder (kesenangan) dengan kewajiban untuk dapat

meningkatkan kinerja dan kebutuhan primer (kemewahan) yang dilarang oleh Islam.

Oleh karenanya manusia diharapkan dapat bekerja dan berproduksi sebagai bagian dari

muamalat menuju tercapainya rahmatan lil alamin.

Berdasarkan penjelasan di atas, adanya motivasi spiritual dalam diri individu, maka

individu tersebut dapat mengembangkan aktualisasi dirinya melalui peningkatan rasa

percaya diri, jujur, mengembangkan cara berpikir, sikap obyektif, efektivitas dan

kreativitas. Selain itu, individu tersebut selalu memulai setiap aktivitas dengan niat

ibadah serta mempertimbangkan aspek maslahah dalam memperoleh kesejahteraan di

dunia dan akhirat (falah). Dengan demikian, motivasi spiritual ini merupakan salah satu

aspek penting yang dipertimbangkan mahasiswa JAFEB UB dalam memilih peminatan

akuntansi dan keuangan syariah.

2.1.5 Niat (Intention)

Dalam TRA, faktor utama seseorang yang tercermin dalam perilaku adalah niat

(Intention). Niat dapat dikatakan sebagai faktor motivasi seseorang yang mempengaruhi

perilaku, mengindikasikan bagaimana kerasnya seseorang berusaha, seberapa besar

usaha mereka merencanakan penekanan, untuk membentuk suatu perilaku (Ajzen,

1991). Niat (intention) merupakan pondasi atau dasar yang sangat penting bagi
setiap perilaku/tindakan, bahkan menjadi barometer setiap perilaku/tindakan.

Nilai suatu perilaku sangat tergantung pada niat, apabila niat baik maka perilaku

tersebut menjadi baik. Sebaliknya, apabila niat buruk maka perilaku tersebut juga

menjadi buruk (Nawawi dalam Murtadho&Salafuddin, 2001).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa niat dipengaruhi oleh sikap terhadap

perilaku, norma subyektif dan kontrol perilaku persepsian. Sikap terhadap perilaku

dalam hal ini perilaku mahasiswa JAFEB UB memilih peminatan akuntansi dan

keuangan syariah, dinyatakan sebagai keyakinan akan manfaat atau hasil yang akan

diperoleh jika mahasiswa JAFEB UB memilih peminatan akuntansi dan keuangan

syariah. Sementara itu, norma subyektif merupakan keyakinan mahasiswa JAFEB UB

bahwa orang-orang terdekat mereka mempengaruhi atau menyarankan mereka untuk

memilih peminatan akuntansi dan keuangan syariah dan kontrol perilaku persepsian

adalah keyakinan mahasiswa JAFEB UB mengenai faktor-faktor yang mendukung atau

menyulitkan mereka dalam memilih konsentrasi akuntansi dan keuangan syariah (Lee,

2010). Selain itu, peneliti juga menambahkan konstruk motivasi spiritual dalam

menentukan niat mahasiswa JAFEB UB konsentrasi akuntansi dan keuangan syariah.

2.2 Kerangka Pemikiran

Perkembangan industri perbankan, regulasi dan juga keilmuan di bidang syariah

mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Hal ini menjadikan kebutuhan sumber daya

manusia yang berkompeten di bidang syariah juga mengalami peningkatan dan menjadi

peluang besar bagi mereka yang memahami dan menguasai bidang syariah.

JAFEB UB merupakan salah satu jurusan yang menghasilkan lulusan dengan

kemungkinan menguasai kompetensi di bidang syariah, yaitu dengan memiliki


peminatan mengenai akuntansi dan keuangan syariah. Tetapi ternyata peminatan

akuntansi dan keuangan syariah memiliki peminat yang paling sedikit dibandingkan

peminatan lainnya. Hal ini menjadi hal yang menarik untuk diteliti, mengenai faktor-

faktor yang menjadi pertimbangan mahasiswa JAFEB UB untuk memilih akuntansi dan

keuangan syariah, mengingat peminat konsentrasi tersebut sangat minim. Peneliti

menggunakan Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) dalam meneliti

niat mahasiswa JAFEB UB. Faktor yang mempengaruhi niat dalam TRA yaitu sikap

dan norma subyektif. Tetapi peneliti juga menambahkan konstruk lain, yaitu motivasi

spiritual di dalam penelitian ini, mengingat ada beberapa penelitian yang menyebutkan

bahwa motivasi spiritual berpengaruh terhadap niat seseorang dalam berperilaku

(Rahmawaty, 2007).

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan sikap, norma subyektif,

dan motivasi spiritual terhadap niat mahasiswa JAFEB UB dalam memilih peminatan

akuntansi dan keuangan syariah. Kerangka pemikiran yang diangkat oleh peneliti dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.3 Pengembangan Hipotesis

2.3.1 Pengaruh Sikap terhadap Niat

Sikap terhadap perilaku didefinisikan sebagai perasaan mendukung atau memihak

(favorableness) atau perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorableness)

terhadap suatu obyek yang akan disikapi (Beck dan Ajzen, 1991). Perasaan ini timbul

dari adanya evaluasi individual atas keyakinan terhadap hasil yang didapatkan dari

perilaku tertentu (Ajzen, 1985). Jika mahasiswa JAFEB UB memiliki perasaan

mendukung terhadap akuntansi dan keuangan syariah, maka mahasiswa JAFEB UB


akan memiliki niat yang kuat untuk berperilaku memilih peminatan akuntansi dan

keuangan syariah. Sebaliknya jika mahasiswa JAFEB UB memiliki perasaan tidak

mendukung terhadap akuntansi dan keuangan syariah, maka mahasiswa JAFEB akan

memiliki niat yang lemah untuk berperilaku memilih peminatan akuntansi dan

keuangan syariah.

Penelitian sebelumnya menemukan bahwa sikap berpengaruh terhadap niat

berperilaku. Penelitian tersebut dilakukan oleh Beck dan Ajzen (19991). Harding, et al.,

(2007), Simkin dan Mcleod (2009), Lee (2009), Widyarini (2005), Alleyne dan Philips

(2011), Pradipta dan Suprapti (2013). Dari beberapa penelitian tersebut, maka peneliti

tertarik untuk menguji pengaruh sikap (attitude) terhadap niat berperilaku (intention).

Adapun hipotesis alternatif selanjutnya adalah:

H1: Sikap (attitude) berpengaruh positif terhadap niat (intention) memilih peminatan

akuntansi dan keuangan syariah.

2.3.2 Pengaruh Norma Subyektif terhadap Niat

Variable kedua dari model TRA ini adalah norma subyektif (subjective norm) yang

didefinisikan sebagai pengaruh dari orang-orang di sekitar yang direferensikan (Ajzen,

1991). Norma subyektif lebih mengacu pada persepsi individu terhadap apakah individu

tertentu atau grup tertentu setuju atau tidak setuju atas perilakunya, dan motivasi yang

diberikan oleh mereka kepada individu untuk berperilaku tertentu. Jika orang-orang

berpengaruh di sekitar mahasiswa JAFEB UB konsentrasi mereferensikan mereka

memilih konsentrasi akuntansi dan keuangan syariah, maka niat memilih peminatan

akuntansi akuntansi dan keuangan syariah akan kuat. Akan tetapi, jika orang terdekat

mahasiswa JAFEB UB yang dianggap berpengaruh memberikan referensi untuk tidak


memilih peminatan akuntansi dan keuangan syariah, maka niat untuk memilih

peminatan akuntansi dan keuangan syariah akan lemah.

Penelitian sebelumnya menemukan bahwa norma subyektif berpengaruh

terhadap niat berperilaku. Penelitian tersebut dilakukan oleh Harding, et al., (2007);

Stone, et al., (2007), Simkin dan McLeod (2010); Bidin, et al., (2005); Kuningsih

(2013); Yang (2012). Dari beberapa penelitian tersebut, maka peneliti tertarik untuk

menguji pengaruh norma subyektif terhadap niat berperilaku (intention).

Adapun hipotesis selanjutnya adalah:

H2: Norma Subyektif (Subjective Norm) berpengaruh positif terhadap Niat (Intention)

mahasiswa JAFEB UB memilih peminatan akuntansi dan keuangan syariah.

2.3.3 Pengaruh Motivasi Spiritual terhadap Niat

Karakteristik motivasi spiritual dalam penelitian ini dirumuskan berdasarkan teori

motivasi spiritual Baharuddin, yang mengkategorikan motivasi spiritual menjadi 2 (dua)

dimensi, yaitu aktualisasi diri (self-actualization) dan agama. Karakteristik dimensi

aktualisasi diri didasarkan pada konsep aqidah, ibadah dan mu’amalah. Jika mahasiswa

JAFEB UB memiliki aktualisasi diri dan keyakinan agama yang tinggi terhadap

peminatan akuntansi dan keuangan syariah, maka akan kuat niat mereka memilih

peminatan akuntansi dan keuangan syariah. Sebaliknya jika mahasiswa JAFEB UB

memiliki aktualisasi diri dan keyakinan agama yang rendah terhadap peminatan

akuntansi dan keuangan syariah, maka akan lemah niat mereka memilih peminatan

akuntansi dan keuangan syariah.

Penelitian sebelumnya menemukan bahwa motivasi spiritual berpengaruh

terhadap niat berperilaku. Penelitian tersebut dilakukan oleh Rahmawaty (2007);


Asifudin (2004); Muafi (2003); dan Abdullah dan Majid (2003). Dari beberapa

penelitian tersebut, maka peneliti tertarik untuk menguji pengaruh motivasi spiritual

terhadap niat berperilaku (intention).

Adapun hipotesis alternatif selanjutnya adalah:

H3: Motivasi Spiritual (Spiritual Motivation) berpengaruh positif terhadap Niat

(Intention) memilih peminatan akuntansi dan keuangan syariah. Commented [AZ1]: Yang belum nampak penelitian terdahulu
dimasing-masing penurunan hipotesis nya, di hipotesis 1 sudah
lumayan, sebaiknya disamakan ya pola nya
Gambar 2.2 Model Penelitian
Commented [AZ2]: Judulnya model penelitian
Kemudian diberikan kalimat pengantar sebelum langsung gambar
Faktor – faktor yang berpengaruh positif terhadap niat (Intention) memilih

peminatan akuntansi dan keuangan syariah adalah sikap, norma subyektif dan motivasi

spiritual. Berikut merupakan model penelitian yang didapat dari pengembangan

hipotesis.

Sikap
(Attitude) H1

Norma Subyektif H2 Niat


(Subjective Norm) (Intention)

H3

Motivasi Spiritual
(Spiritual Motivation)

Anda mungkin juga menyukai