Anda di halaman 1dari 29

ANALISA SEBARAN POTENSI MINERAL GRAFIT

DI KELURAHAN SABILAMBO KECAMATAN KOLAKA


KABUPATEN KOLAKA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PROPOSAL PENELITIAN

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN MENCAPAI


DERAJAT SARJANA (S1)

DIAJUKAN OLEH:

ABDURRAHMAN HASIM
F1B214002

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
JULI 2018
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Penelitian

Analisa Sebaran Potensi Mineral Grafit Di Kelurahan Sabilambo


Kecamatan Kolaka Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara

Diajukan oleh:

Abdurrahman Hasim
F1B214002

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Jahidin, S.Si., M.Si Suryawan Asfar, S.T., M.Si


NIP. 19810724 200604 1 001 NIP. 19851010 200912 1 006

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Pertambangan

Jahidin, S.Si., M.Si


NIP. 19810724 200604 1 001
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam. Sumber

daya alam yang ada di Indonesia adalah keberadaan bahan galian tambang yang

tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Sulawesi Tenggara merupakan

salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keterdapatan endapan bahan galian

yang beraneka ragam, baik berupa bahan galian logam maupun non logam.

Keanekaragaman bahan galian tambang di Sulawesi Tenggara sangat di pengaruhi

oleh kondisi geologinya, yang memungkinkan adanya potensi mineral-mineral

berharga yang belum diketahui.

Kondisi geologi yang mempengaruhi bahan galian tambang di Sulawesi

Tenggara, salah satunya adalah formasi batuan. Menurut Simanjuntak dkk. (1993)

formasi batuan penyusun lengan tenggara Sulawesi terdiri dari aluvium, Formasi

Alangga, Formasi Buara, Formasi Boepinang, Formasi Eemoiko, Formasi

Langkowala, Kompleks Pompangeo, Formasi Matano, Kompleks ultramafik,

Formasi Meluhu, Formasi Laonti, dan Kompleks Mekongga. Di antara formasi

batuan tersebut, batuan metamorf mendominasi susunan formasi batuan di lengan

tenggara Sulawesi dengan perkiraan sebesar 50%.

Salah satu potensi mineral yang kemungkinan terdapat di wilayah lengan

tenggara Sulawesi adalah mineral grafit, yang berada dalam Kompleks Pompangeo

dan Kompleks Mekongga. Kompleks Pompangeo dan Kompleks Mekongga terdiri

dari formasi batuan metamorf. Menurut Ailin, dkk. (2017) mineral grafit dapat
terbentuk pada proses metamorfosa batuan sedimen dengan suhu dan tekanan yang

tinggi. Menurut Hasria, dkk. (2017) pada zona alterasi di pegunungan Mendoke yang

berasosiasi dengan batuan metamorf, terdapat proses karbonisasi yang merupakan

tahap awal terbentuknya grafit, yang berada di urat kuarsa dan alterasi sekis mika.

Berbagai permasalahan yang timbul mengenai keterdapatan mineral grafit

berhubungan erat dengan sebarannya pada batuan metamorf. Oleh karena itu dengan

berdasarkan dari beberapa literatur yang ada, maka peneliti mencoba mengasumsikan

bahwa terdapat endapan mineral grafit pada Kompleks Pompangeo dan Kompleks

Mekongga, sehingga perlu dilakukan analisa sebaran endapan batuan metamorf di

Kabupaten Kolaka.

Berdasarkan data dari USGS (United States Geological Survey) pada tahun

2015 total produksi grafit diseluruh dunia ± 1.160.000 ton. Dari jumlah tersebut

China merupakan negara dengan produksi grafit terbesar di dunia dengan jumlah

produksi ± 780.000 ton, diikuti oleh India diposisi kedua dengan jumlah produksi ±

170.000 ton dan Brazil di posisi ketiga dengan jumlah produksi ± 80.000 ton. Setiap

tahun produksi dari mineral grafit ini selalu ditingkatkan, mengingat permintaan

penggunaan mineral grafit yang semakin meningkat.

Mineral grafit memiliki kegunaan dalam bidang industri. Pada era modern saat

ini, dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka

kebutuhan industri akan barang tambang semakin meningkat. Di mulai pada abad ke

18 ketika komputer pertama kali ditemukan dan hingga saat ini pada abad ke 21

muncul teknologi baru yaitu teknologi robotik. Salah satu bahan galian yang

dibutuhkan dalam perkembangan teknologi industri masa depan adalah mineral


grafit. Di harapkan dengan penelitian ini mineral grafit dapat berguna secara

maksimal untuk memenuhi kebutuhan industri yang semakin berkembang.

Analisa kandungan unsur yang terkandung dalam sampel batuan dapat

dilakukan dengan beberapa metode analisis yaitu metode analisis XRD (X-Ray

Diffraction), XRF (X-Ray Fluoresence), ICP-MS (Inductively Coupled Plasma -

Mass Spectrometry), dan SEM-EDX (Scanning Electron Microscope - Energy

Dispersive X-Ray). Metode-metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan

masing-masing, sehingga perlu adanya pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam

pemilihan metode analisa ini. Metode XRD digunakan untuk menganalisis struktur

kristal dan dimensi pada sampel mineral grafit (Popova, 2017). Sehingga metode ini

tidak dapat digunakan dalam menganalisis kandungan unsur yang terdapat dalam

sampel batuan.

Metode XRF bertujuan untuk menganalisis kandungan unsur-unsur atau jejak

unsur-unsur dalam sampel batuan dengan sensitivitas yang sangat tinggi, namun

metode ini tidak dapat menganalisis unsur karbon (Obi, 1990). Namun metode XRF

tidak dapat digunakan dalam penelitian ini karena metode ini tidak dapat

menganalisis unsur karbon, sedangkan salah satu unsur utama yang terdapat dalam

mineral grafit adalah unsur karbon.

Metode ICP-MS merupakan metode yang sangat efisien dalam menganalisa

sampal padat. Metode ini memiliki sensitivitas yang tinggi, sehingga mampu untuk

menganalisis komponen-komponen unsur yang terdapat dalam mineral grafit

(Pickhardt dan Becker, 2001). Namun metode ini tidak digunakan dalam penelitian
ini karena pertimbangan ketersediaan alat analisis yang masih kurang dan

membutuhkan biaya yang cukup mahal.

Berdasarkan pertimbangan dari beberapa metode diatas, maka penelitian ini

akan menggunakan metode analisis SEM-EDX. Metode SEM-EDX merupakan

metode analisis yang digunakan untuk melihat topografi yaitu ciri-ciri permukaan

dan teksturnya, morfologi yaitu bentuk dan ukuran dari partikel penyusun objek,

komposisi yaitu data semi kuantitatif unsur dan senyawa yang terkandung di dalam

objek, serta informasi kristalografi yaitu informasi mengenai bagaimana susunan dari

butir-butir di dalam objek yang diamati (UPT LTSIT Universitas Lampung, 2016).

Selain itu, digunakannya metode SEM-EDX karena ketersedian alat analis ini yang

dimiliki oleh Laboratorium Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Halu Oleo.

Oleh karena itu, akan dilakukan penelitian mengenai analisa sebaran endapan

mineral grafit di Desa Sabilambo Kecamatan Kolaka Kabupaten Kolaka Provinsi

Sulawesi Tenggara dengan menggunakan metode SEM-EDX. Sehingga dari

penelitian ini dapat diketahui sebaran mineral grafit, yang kemudian dapat

dimanfaatkan dalam bidang industri di masa depan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu:

1) Bagaimana sebaran endapan mineral grafit yang dilihat berdasarkan sebaran

batuan metamorf di Desa Sabilambo Kecamatan Kolaka Kebupaten Kolaka

Provinsi Sulawesi Tenggara?


2) Bagaimana kandungan unsur karbon pada batuan metamorf di Desa Sabilambo

Kecamatan Kolaka Kebupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara?

3) Bagaimana jenis endapan mineral grafit yang dilihat berdasarkan kandungan

unsur karbon pada batuan metamorf di Desa Sabilambo Kecamatan Kolaka

Kebupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan analisis geokimia

yang dilakukan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1) Menentukan sebaran endapan mineral grafit yang dilihat berdasarkan sebaran

batuan metamorf di Desa Sabilambo Kecamatan Kolaka Kebupaten Kolaka

Provinsi Sulawesi Tenggara.

2) Menentukan kandungan unsur karbon pada batuan metamorf di Desa Sabilambo

Kecamatan Kolaka Kebupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara.

3) Menentukan jenis endapan mineral grafit yang dilihat berdasarkan kandungan

unsur karbon pada batuan metamorf di Desa Sabilambo Kecamatan Kolaka

Kebupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan analisis geokimia

yang dilakukan.
D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1) Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya

mengenai sebaran mineral grafit yang terdapat di Desa Sabilambo Kecamatan

Kolaka Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara.

2) Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk data potensi sumber daya

alam yang ada di Sulawesi Tenggara.

3) Menginformasikan kepada masyarakat bahwa terdapat bahan galian grafit di

wilayah Sulawesi Tenggara, khususnya Kabupaten Kolaka.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Geologi Regional

Gambar 1. Peta geologi lembar Kolaka (Simanjuntak, dkk. 1993)

1. Geomorfologi Daerah Penelitian

Menurut Simanjuntak, dkk. (1993) lengan tenggara Sulawesi terdiri dari 5

satuan morfologi, yaitu morfologi pegunungan, morfologi perbukitan tinggi,

morfologi perbukitan rendah, morfologi pedataran, serta morfologi karst. Daerah

penelitian termasuk dalam satuan morfologi pegunungan.

Satuan morfologi pegunungan menempati bagian terluas di kawasan ini,

terdiri atas Pegunungan Mekongga, Pegunungan Tangkelemboke, Pegunungan

Mendoke dan Pegunungan Rumbia yang terpisah di ujung selatan Lengan


Tenggara. Puncak tertinggi pada rangkaian pegunungan Mekongga adalah Gunung

Mekongga yang mempunyai ketinggian 2790 mdpl. Pegunungan

Tangkelamboke mempunyai puncak Gunung Tangkelamboke dengan ketinggian

1500 mdpl. Satuan morfologi ini mempunyai topografi yang kasar dengan

kemiringan lereng tinggi. Rangkaian pegunungan dalam satuan ini mempunyai pola

yang hampir sejajar berarah barat laut–tenggara. Arah ini sejajar dengan pola struktur

sesar regional di kawasan ini. Pola ini mengindikasikan bahwa pembentukan

morfologi pegunungan itu erat hubungannya dengan sesar regional (Simanjuntak,

dkk. 1993).

Satuan pegunungan terutama dibentuk oleh batuan malihan dan setempat

oleh batuan ofiolit. Ada perbedaan yang khas di antara kedua penyusun batuan itu.

Pegunungan yang disusun oleh batuan ofiolit mempunyai punggung gunung yang

panjang dan lurus dengan lereng relatif lebih rata, serta kemiringan yang tajam.

Sementara itu, pegunungan yang dibentuk oleh batuan malihan, punggung

gunungnya terputus pendek-pendek dengan lereng yang tidak rata walaupun bersudut

tajam (Simanjuntak, dkk. 1993).

2. Stratigrafi Daerah Penelitian

Formasi batuan penyusun pada daerah penelitian adalah kompleks Mekongga

(Pzm) yang terdiri atas sekis, gneiss kuarsit. Gneiss berwarna kelabu sampai kelabu

kehijauan; bertekstur heteroblas, xenomorf sama butiran, terdiri dari mineral

granoblas berbutir halus sampai sedang (Simanjuntak, dkk. 1993).


Gambar 2. Kolom stratigrafi lembar Kolaka (Essays UK, 2013)

3. Struktur Geologi Daerah Penelitian

Pada lengan tenggara Sulawesi, struktur utama yang terbentuk setelah

tumbukan adalah sesar geser mengiri, termasuk sesar matarombeo, sistem sesar

Lawanopo, sistem sesar Konawe, sesar Kolaka, juga banyak sesar lainnya serta

liniasi. Adanya mata air panas di Desa Toreo, sebelah tenggara Tinobu serta

pergeseran pada bangunan dinding rumah maupun jalan sepanjang sesar ini

menunjukan bahwa sistem sesar Lawanopo masih aktif sampai sekarang.Lengan

Sulawesi tenggara juga merupakan kawasan pertemuan lempeng, yakni lempeng

benua berasal dari Australia dan lempeng samudrea dari Pasifik. Kedua lempeng dari
jenis yang berbeda ini bertabrakan, kemudian ditindih oleh endapan Molasa Sulawesi

(Simanjuntak, dkk. 1993).

Sebagai akibat subduksi dan tumbukan lempeng pada Oligosen Akhir-Miosen

Awal, kompleks ofiolit tersesar–naikkan ke atas mintakat benua. Molasa sulawesi

yang terdiri atas batuan sedimen klastik dan karbonat terendapkan selama akhir dan

sesudah tumbukan, sehingga molasa ini menindih tak selaras Mintakat Benua

Sulawesi Tenggara dan Kompleks Ofiolit tersebut. Pada akhir kenozoikum lengan

ini di koyak oleh Sesar Lawanopo dan beberapa pasangannya termasuk Sesar Kolaka

(Simanjuntak, dkk. 1993).

Gambar 3. Peta struktur geologi Pulau Sulawesi (Hall dan Wilson, 2000)
B. Sejarah Penemuan Mineral Grafit

Grafit (graphite) dinamai oleh Abraham Gottlob Werner pada tahun 1789,

diambil dari bahasa Yunani, yaitu graphos yang artinya untuk menulis karena

sifatnya yang lunak meninggalkan bekas hitam ketika digores. Grafit diketahui telah

dikenal pada 4000 SM pada Zaman Neolitikum oleh budaya Marica (Budaya Boian)

di Rumania dan Bulgaria, Eropa Tenggara sebagai bahan pembuat cat untuk

menghias keramik (Wikipedia, 2016)

Awal tahun 1564, penduduk dari desa kecil Seathwaite di utara Inggris

menemukan batu hitam (endapan grafit murni) dekat bukit Grey Knotts. Penduduk

tersebut kemudian memotong batu hitam tersebut menjadi bentuk stik, digunakan

untuk menandai domba-domba mereka. Inilah cikal bakal pensil grafit pertama

(sebelumnya pensil terbuat dari lead, yaitu timah atau timah hitam yang beracun).

Grafit bersifat lunak, sehingga untuk mencegah patah, mereka mengapit grafit

dengan dua keping kayu pipih yang panjang. Grafit adalah material yang tahan

panas, hal itu diketahui pada saat pemerintahan Elizabeth I (1533-1603), sehingga

grafit digunakan sebagai cetakan bola meriam untuk kepentingan perlengkapan

militer saat itu (Wikipedia, 2016).

C. Genesa Pembentukan Mineral Grafit

Grafit adalah salah satu dari dua unsur mineral yang terbentuk secara alami dan

tersusun atas unsur karbon (C) disamping intan, walaupun antara grafit dan intan

memiliki komposisi kimia yang sama namun secara fisik berbeda. Intan mengandung

unsur karbon dan memiliki bentuk kristal tetrahedral kerangkanya tersusun dari
bahan yang paling keras dalam tanah. Dibandingkan dengan grafit memiliki bentuk

kristal hexagonal, mengelilingi lapisan yang saling berhubungan, sangat lembut,

memiliki struktur berbentuk cincin sebagai sumber kekuatan. Grafit adalah mineral

yang terbentuk ketika karbon (C) mengalami perubahan suhu dan tekanan di kerak

b111t77umi dan di mantel atas. Tekanan yang terjadi dalam kisaran 75.000 pound

per inci persegi dan suhu dalam kisaran 750o Celcius. Tekanan dan suhu tersebut

yang diperlukan untuk menghasilkan grafit. Ini sesuai dengan fasies metamorf

granulite (Ailin, dkk. 2017).

Berdasarkan cara terjadinya dan bentukan jebakan, membagi grafit menjadi 3

tipe grafit, yaitu:

1. Grafit urat (Vein Graphite)

Grafit pada urat – urat mengandung 75% - 100% graphitic carbon, biasanya

hancur, bentuk memipih dan terkesan saling mengikat. Mineral pengotor yang

dijumpai adalah kuarsa, piroksin, feldspar, pirit, dan kalsit. Ketebalan urat bervariasi

dari beberapa milimeter sampai puluhan feet dengan panjang jurus mencapai ribuan

feet serta panjang penunjaman dapat mencapai 1500feet. Beberapa ahli geologi

berpendapat bahwa grafit ini terjadi karena proses hidrotermal, namun beberapa ahli

lainnya mengemukakan bahwa grafit ini terjadi karena proses pneumatolitik (Ailin,

dkk. 2017).
Gambar 2. Contoh vein graphite di Sri Lanka. (Ailin, dkk. 2017)

2. Grafit amorf (Amorphous Graphite)

Grafit jenis ini terbentuk dari lapisan batubara yang terkena proses

metamorfosa, kental, umumnya massif dan berukuran kriptokristalin. Sedangkan

ukuran, bentuk, kandungan karbon dan mineral pengotor tergantung pada awal

terbentuknya lapisan batubara. Grafit ini umumnya mengandung 85% grafit (Ailin,

dkk. 2017).

3. Grafit flake (Flake Graphite)

Grafit ini bernilai baik bila material yang mengandung karbon terkena

metamorfosa setingkat pembentukan garnet (metamorfosa dengan suhu dan tekanan

yang tinggi). Kandungan karbon dalam grafit flake tergantung dari kandungan unsur

karbon pada awal sedimentasi. Batuan metasedimen grafitik mengandung 90% grafit

dan 3% gneiss serta sekis, mineral pengotor yang terdapat dalam grafit ini adalah
mineral-mineral yang umum dijumpai pada batuan metasedimen tingkat tinggi

seperti kuarsa, feldspar, mika, amphibol, dan garnet (Ailin, dkk. 2017).

Gambar 3. Flake graphite (Ailin, dkk. 2017).

D. Pemanfaatan Mineral Grafit

Grafit dibedakan menjadi dua yaitu grafit alami dan sintetik. Penggunaan grafit

secara tradisional digunakan sebagai bahan dasar pembuatan pensil, tungku perapian,

alat pengering (klins), tempat pembakaran (incineators), reactor dan lapisan rem

(brake linings). Sedangkan dengan memakai teknologi baru dan berkembang grafit

digunakan sebagai Li-ion Battery pada telepon genggam (handphone), mobil, sepeda,

bahan bakar (fuel cells), dan reaktor nuklir (Ailin, dkk. 2017)
Gambar 4. Penggunaan grafit secara tradisional (Ailin, dkk. 2017)

Gambar 5. Penggunaan Li-ion Battrey pada mobil listrikdan sepeda (Ailin, dkk.).
E. Metode Analisis SEM-EDX

Scanning Electron Microscopy (SEM) adalah suatu jenis mikroskop elektron

yang menciptakan berbagai gambaran dengan memusatkan suatu berkas cahaya

energi elektron tinggi ke permukaan suatu sampel dan sinyal pendeteksian dari

interaksi electron dengan permukaan sampel. Jenis sinyal terkumpul dalam suatu

SEM bervariasi dan dapat meliputi elektron sekunder, karakteristik sinar-rontgen,

dan hamburan balik electron. Pada penggunaan mikroskop elektron merupakan

berkas cahaya elektron yang dipusatkan untuk memperoleh perbesaran jauh lebih

tinggi dibanding suatu mikroskop cahaya konvensional. SEM dapat mengamati

struktur maupun bentuk permukaan yang berskala lebih halus, dilengkapi dengan

EDX (Electron Dispersive X-ray) dan dapat mendeteksi unsur-unsur dalam sampel

dan juga permukaan yang diamati memalui penghantar elektron. (Ailin, dkk. 2017)

Gambar 6. Alat Scanning Electron Microscope - Energy Dispersive X-Ray


(UPT LTSIT Universitas Lampung, 2016)
Sampel batuan yang akan dianalisis dihaluskan terlebih dahulu. Setelah

dihaluskan ditempelkan pada tempat sampel yang sudah dilekatkan cabon tape, sisa

sampel yang tidak melekat dibersihkan pada carbon tape. Kemudian dimasukkan

kedalam holder sampel SEM. Sistem kerja alat ini adalah dengan system vakum,

Sebelum proses analisis berlangsung, penghilangan molekul udara didalam alat akan

dilakukan karena jika ada molekul udara yang lain, elektron yang berjalan menuju

sasaran akan terpencar oleh tumbukan sebelum mengenai sasaran. Ini disebabkan

karena elektron sangat kecil dan ringan (Julinawati, dkk. 2015)

Di dalam alat ini terdapat sebuah pistol elektron yang memproduksi sinar

elektron dan dipercepat dengan anoda, kemudian lensa magnetik memfokuskan

elektron menuju ke sampel dan sinar elektron yang terfokus memindai (scan) 10

keseluruhan sampel dengan diarahkan oleh koil pemindai. Ketika sinar elektron

mengenai sampel maka sampel akan mengeluarkan elektron baru yang akan diterima

oleh detektor dan akan terbaca ke monitor dan memperoleh hasil dalam bentuk

gambar permukaan sampel pada SEM dan bentuk grafik/diagram pada EDX yang

menunjukkan persentase unsur-unsur dari sampel yang di analisa (Julinawati, dkk.

2015)

.
III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juni 2018. Penelitian ini akan

dilakukan di 2 lokasi yaitu:

1) Desa Sabilambo, Kecamatan Kolaka, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi

Tenggara sebagai lokasi pengambilan sampel batuan.

2) Laboratorium Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Halu Oleo sebagai lokasi kegiatan analisa sampel batuan dengan

metode SEM-EDX (Scanning Electron Microscope - Energy Dispersive X-Ray).

Gambar 7. Peta lokasi penelitian


B. Bahan atau Materi Penelitian

Bahan atau materi penelitian merupakan data-data yang dibutuhkan dalam

penelitian ini, yang terbagi menjadi 2 yaitu:

1) Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari penelitian. Data

primer pada penelitian ini terdiri dari data litologi batuan yang berada dilokasi

penelitian, data sebaran mineral grafit, dan data hasil analisis kandungan unsur

dari pengujian di laboratorium.

2) Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada. Data

sekunder yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari internet, serta jurnal

ilmiah baik jurnal nasional maupun jurnal internasional.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 1.

dibawah ini.

Tabel 1. Instrumen Penelitian

Instrumen
No. Kegunaan Foto
Penelitian

GPS (Global
Untuk memplot titik koordinat pada lokasi
1. Positioning
pengambilan sampal
System)
Instrumen
No. Kegunaan Foto
Penelitian

2. Kompas Geologi Untuk mengukur kedudukan batuan

3. Palu Geologi Untuk mengambil sampel

4. Kantung Sampel Untuk tempat penyimpanan sampel

Untuk menganalisa kandungan unsur yang


5. SEM-EDX
terdapat pada sampel batuan

6. Laptop Untuk mengolah data hasil analisis

Instrumen
No. Kegunaan Foto
Penelitian

ATK (Alat Tulis


7. Sebagai alat tulis
Kantor)

Untuk mendokumentasikan kegiatan


8. Kamera
penelitian
D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan tahap-tahap dalam melakukan kegiatan

penelitian. Prosedur penelitian yang akan dilakukan yaitu:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahap awal dalam kegiatan penelitian. Tahap ini

terdiri dari beberapa kegiatan yaitu:

a) Studi literatur

Sebelum melaksanakan kegiatan penelitian, maka terlebih dahulu mencari

literatur-literatur yang berhubungan dengan topik kegiatan penelitian. Beberapa

literatur yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari website dan jurnal

ilmiah.

b) Perizinan

Perizinan dilakukan ketika akan melaksanakan kegiatan pengambilan data di

lokasi penelitian dan pengujian sampel batuan di laboratorium. Surat izin yang

dibutuhkan yaitu surat pengantar dari Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas

Ilmu dan Teknologi Kebumian Universitas Halu Oleo dan surat pengantar dari

Badan Penelitian dan Pengembangan (BALITBANG) Provinsi Sulawesi

Tenggara.

c) Persiapan perlengkapan

Perlengkapan yang digunakan ketika akan melakukan kegiatan pengambilan data

di lokasi penelitian. Alat-alat yang dibutuhkan antara lain GPS (Global


Positioning System), kompas geologi, palu geologi, kantung sampel,

perlengkapan ATK (Alat Tulis Kantor), dan kamera.

2. Tahap Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data terdiri dari beberapa kegiatan yaitu:

a) Pengambilan titik koordinat

Pengambilan titik koordinat dilakukan di lokasi penelitian di Desa Sabilambo

Kecamatan Kolaka Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara, pengambilan

titik koordinat dilakukan dengan GPS.

b) Pengukuran kedudukan batuan

Pengukuran kedudukan batuan dilakukan untuk melihat penyebaran batuan

metamorf pada singkapan batuan dengan menggunakan kompas geologi.

c) Pengambilan sampel batuan

Pengambilan sampel batuan dilakukan dengan menggunakan palu geologi.

Kemudian sampel batuan tersebut disimpan dikantung sampel yang telah

disediakan.

3. Tahap Pengolahan Data

Tahap pengolahan data terdiri dari beberapa kegiatan yaitu:

a) Penginputan titik koordinat

Titik koordinat yang telah diambil pada saat pengumpulan data akan diinput ke

dalam peta lokasi kegiatan, agar lokasi pengambilan data bisa tergambar langsung

di dalam peta.
b) Deskripsi sampel batuan

Sampel batuan yang diambil pada lokasi penelitian akan dideskripsi terlebih

dahulu secara megaskopik dimana dari hasil deksripsi akan menggambarkan sifat

fisik dari sampel batuan tersebut.

4. Tahap Analisis Data

Sampel batuan yang diambil di lokasi penelitian selanjutnya akan di analisa di

Laboratorium Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Halu Oleo dengan menggunakan SEM-EDX. Metode SEM-EDX merupakan metode

analisis yang digunakan untuk melihat unsur dan senyawa yang terkandung di dalam

objek berupa sampel batuan. Setelah sampel batuan di analisa, maka akan diketahui

persentase karbon yang terdapat dalam sampel batuan tersebut.


Perizinan

Studi literatur Penginputan titik koordinat


P
Persiapan perlengkapan Deskripi Sampel
P

Persiapan Pengolahan data

Tahap Pertama Tahap Ketiga

Hasil
Mulai analisa

Tahap Kedua Tahap Keempat

Pengumpulan data Analisis data

;’
Pengambilan titik koordinat Menggunakan SEM-EDX

Pengambilan sampel batuan

Gambar 13. Diagram alir prosedur penelitian


F. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 2. dibawah ini.

Tabel 2. Jadwal Penelitian

Rencana Waktu Penelitian (2018)


No. Tahap Penelitian Juli Agustus September
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan
2. Pengumpulan Data
3. Pengolahan Data
4. Analisis Data
DAFTAR PUSTAKA

Ailin, Anastasia, Yarangga C., Danisworo A., dan Harjanto, 2017, Studi Grafit
Berdasarkan Analisis Petrografi dan Sem/Edx pada Daerah Windesi Kabupaten
Teluk Wondama Provinsi Papua Barat, Prosiding Seminar Nasional XII
Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi, Sekolah Tinggi Teknologi
Nasional Yogyakarta.

A.N. Popova, 2017, Coke and Chemistry, Crystallographic Analysis of Graphite by


X-Ray Diffraction, 60(9), pp. 361-365.

Hall, R., dan Wilson, M.E.J., 2000, Journal of Asian Earth Sciences, Neogene
Sutures In Eastern Indonesia, 18, 781-808.

Hasria, Idrus A., dan Warmada I.W., 2017, Journal of Geoscience Engineering,
Environtment, and Technology, The Metamorphic Rocks-Hosted Gold
Mineralization At Rumbia Mountains Prospect Area In The Southeastern Arm
Of Sulawesi Island Indonesia, 02(03), 217-223.

Ilyin A., Guseinov N., Nikitin A., dan Tsyganov I., 2010, Physica E,
Characterization Of Thin Graphite Layers And Graphene By Energy
Dispersive X-Ray Analysis.

Julinawati, Niaci S., dan Sholih R.A., 2015, Karakterisasi Batuan Aceh
MenggunakanScanning Electron Microscope –Energy Dispersive X-Ray (Sem-
Edx) dan X-Ray Difraction (Xrd).

OBI F.C., 1990, Nigerian Journal of Technology, Use Of X-Ray Fluorescence


Spectrometry To Determine Trace Elements In Graphite, 14(1).

Pickhardt C., dan Becker J.S., 2001, Original Paper, Trace analysis of high-purity
graphite by LA–ICP–MS, 370, 534-550.

Simanjuntak T.O, Surono, Sukidom, 1993, Peta Geologi Lembar Kolaka Sulawesi,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

UK Essays, 2013, Geological Observation of Kabaena Island, http://www.ukessays.


com/essays/sciences/geological-observation-kabaena-island-9985.php (akses
tanggal 5 Juni 2018).

UPT Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi Universitas Lampung,


2016, Scanning Electron Microscope (SEM-EDX), http://uptltsit.unila.ac.id/
2016/10/02/scanning-electron-microscope-sem-edx/ (diakses tanggal 1 Juni
2018).
Wikipedia, 2016, Graphite, http://en.wikipedia.org/wiki/Graphite (diakses tanggal 7
Juni 2018).

Anda mungkin juga menyukai