ABSTRAK
Dewasa ini suatu negara di dunia pasti membutuhkan suatu institusi yang mampu
memperlancar aktivitas perekonomianya. Dan tentunya institusi tersebut harus
mempunyai peran yang sangat signifikan untuk kelancaran aktivitas perekonomianya.
Dan institusi tersebut sudah ada sejak zaman dulu dan Madinah merupakan kota
pertama yang memperkenalkannya, yang pada saat itu di pimpin dan dicetuskan oleh
Rasulullah saw, institusi terebut di sebut Baitul Mal. Pada zaman modern ini Baitul Mal
disebut dengan Departemen Keuangan. Tidak bisa dibayangkan seandainya Rasulullah
saw tidak mencetuskan konsep tentang Baitul Mal, begitu besarnya peranan Baitul Mal.
Oleh karena itu untuk mengetahui seberapa baik peranan Baitul Mal Kabupaten Aceh
Utara sehingga perlu dilakukan pengukuran produktivitas untuk mengetahui tingkat
produktivitas Baitul Mal Kabupaten Aceh Utara. Ada beberapa metode yang digunakan
untuk mengukur produktivitas, salah satunya adalah metode Objective Matrix (OMAX).
Metode OMAX tidak hanya mengukur keluaran aktual barang atau jasa dari suatu input
tetapi mengukur karakteristik produktivitas unit yang diukur. Berdasarkan perhitungan
yang telah dilakukan, maka didapatkan bahwa produktifitas Baitul Mal mengalami
peningkatan pada tahun 2016 yaitu sebesar 33,45 %. Peningkatan indeks produktivitas
disebabkan oleh peningkatan pada indikator tahun 2016 sebesar 750, berarti pada
perode ini telah terjadi peningkatan produktivitas secara signifikan.
I. PENDAHULUAN
Zakat adalah kewajiban harta yang spesifik, memiliki syarat tertentu, alokasi tertentu dan
waktu tertentu. Zakat memiliki kekhususan yang berbeda dengan infak atau shadaqah. Seperti
zakat fitrah yang dilaksanakan hanya setahun sekali menjelang hari raya Idhul Fitri. Sedangkan
infak yaitu mengeluarkan atau membelanjakan harta yang mencakup zakat dan non-zakat. Infak
ada yang wajib ada yang sunnah. Infak wajib diantaranya kafarat, nadzar, zakat dll. Infak sunnah
diantaranya infak kepada fakir miskin sesama muslim, infak bencana alam dll. Berbeda dengan
zakat, dana infak dapat diberikan kepada siapapun meskipun tidak termasuk dalam delapan asnaf.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk perbaikan produktivitas Baitul Mal adalah
dengan melakukan pengukuran produktivitas. Karena produktivitas dapat dijadikan pedoman
untuk mengukur seberapa besar kinerja yang telah dicapai oleh suatu unit kerja, dengan analisis
produktivitas juga dapat memantau indeks pertumbuhan usaha dari waktu ke waktu.
Baitul Mal berasal dari bahasa Arab bait yang berarti "rumah", dan al-mal yang berarti
"harta". Baitul Mal berarti rumah untuk mengumpulkan atau menyimpan harta. Baitul Mal adalah
suatu lembaga atau pihak (al jihat) yang mempunyai tugas khusus menangani segala harta umat,
baik berupa pendapatan maupun pengeluaran negara. Baitul Mal dapat juga diartikan secara fisik
sebagai tempat (al-makan) untuk menyimpan dan mengelola segala macam harta yang menjadi
pendapatan negara.
Sejauh ini Baitul Mal belum mempunyai suatu tolok ukur untuk mengetahui tingkat
produktivitasnya, juga belum diketahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap
perubahan produktivitas. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah
dengan menentukan tingkat produktivitas yang akan memberikan suatu gambaran perkembangan
produktivitas Baitul Mal berdasarkan hasil pengukuran tingkat produktifitas.
Dari uraian yang dipaparkan maka penulis memilih judul “Analisis Produktivitas Dengan
Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX) Pada Baitul Mal Kabupaten Aceh Utara”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat produktivitas Baitul Mal
Kabupaten Aceh Utara berdasarkan pengukuran mengunakan metode OMAX.
IPi-1
Keteragan:
IPi = Nilai indikator pencapaian di satu periode
IPi-1 = Nilai indikator pencapaian awal
1) Membuat matriks perbandingan kriteria dengan nilai yang telah di inputkan. Berikut
adalah nilai perioritas yang telah di tetapkan:
CI
CR (pers 12)
RI
Dengan:
CI = Konsistensi indeks
RI = Random indeks
Pengolahan data dengan metode OMAXObjactive matrix (OMAX) adalah salah satu sistem
pengukuran produktivitas yang dikembangkan untuk memantau produktivitas di tiap bagian
perusahaan dengan kriteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian tersebut
(objective).
V. PENUTUP
Setelah melakukan perhitungan dan analisis terhadap hasil pengukuran produktivitas dengan
model Objective Matrix pada Baitul Mal Kabupaten Aceh Utara, maka dapat disimpulkan bahwa
Baitul Mal Kabupaten Aceh Utara mengalami produktivitas yang meningkat. Hal ini berarti
keberadaan Baitul Mal khususnya di Kabupaten Aceh Utara sangat bermanfaat bagi masyarakat
setempat.
DAFTAR PUSTAKA
Hutahaean, Erlina Kristiani. 2013. Pengukuran Dan Analisa Produktivitas Dengan Menggunakan Metode
Objective Matrix (OMAX) di PTPN IV Unit Usaha Sawit Langkat.
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/53235/7/pdf, diunduh pada tanggal 6 April 2016).
Sinungan, Muchdarsyah. 2008. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Jakarta. Bumi Aksara.
Wikipedia. 2011. Internet. (https://evgust.wordpress.com/2011/04/05/7-tujuh-alat-perbaikan-kualitas,
diaksespadatanggal 3 September 2016).
Wikipedia. 2013. Internet. (http://mawardisyana.blogspot.co.id/2013/04/pengantar-penggunaan-ahp-
analytical.html, diakses pada tanggal 31 Mai 2017)
Wikipedia. 2011. Internet. (https://eriskusnadi.wordpress.com/2011/12/24/fishbone-diagram dan-langkah
langkah-pembuatannya/ diunduh pada tanggal 12 juni 2017)
Majma Lughah al-„Arabiyyah (1972). al-Mu’jām al-Wasīṭ. Misr: Dār alMa‟ārif. juz 1 h. 396.
Istilah-istilah ini merupakan antitesa daripada “Riba”, iaitu suatu system ekonomi yang identik dengan
kapitalis dan feodalis. Seperti tersurat dalam QS. al-Baqarah 286 dan al-Rūm 38-39. Kedua ayat ini
menjelaskan keutamaan zakat dan mencela Riba. Baca Muḥammad Abdul Mun‟īm Khafajy (1990), al-
Iqtiṣād al-Islāmī, Bayrut: Dār al-Jily, h. 125-129. Lihat juga Monzer Kahf (1999), The Principle of
Sosioeconomic Justice in The Contemporary Fiqh of Zakah. Iqtisād Jurnal of Islamic Studies, Vol.1, No.1,
h. 24-44
Wahbah al-Zuḥaylī (1989), al-Fiqh al-Islāmī Wa adillatuhū, Juzu‟ 2, Bayrut:
Dār al-Fikr, h. 750. Majma Lughah al-„Arabiyyah (1972), op.cit., h. 396. Al-Sarbaini al-Khatib
(1958). Mughnī al-Muhtāj. Qāhirah: Al-Halābiah. h. 268. Al-Syawkanī (t.t). Fatḥ al-Qādir.
Bayrut: „Alam al-Kutūb. h. 170. Yūsuf Qaraḍāwī (1985). Fiqh al-Zakāh. Bayrut: Muassasah al-
Risālah. h. 37-38. Sayyid Sabiq (1968). Fiqh al-Sunnah. Kuwait: Dār al-Bayān. jilid 3, h. 40.
Baca juga Hasbi As-Ṣiddiqy (2006), Pedoman Zakat, Cet. 11, Ed. 2, Semarang: PT. Pustaka Rizki
Putra, h. 3-5. Selanjutnya Zakiah Daradjat dkk (1995), Ilmu Fiqh, Jilid 1, Yogyakarta: Dharma
Bakti wakaf, h. 213.
Wikipedia. 2011. Internet. (http://www.pengertianpakar.com/2014/12/pengertian-sedekah-infaq-dan zakat-
menurut-ulama.html, diakses pada tanggal 31 Mai 2017)