Jbptitbpp GDL Imanfirman 31022 3 2008ts 2
Jbptitbpp GDL Imanfirman 31022 3 2008ts 2
GEOLOGI REGIONAL
Cekungan Jawa Timur Utara sebelah barat dibatasi oleh Busur Karimunjawa
dimana memisahkannya dengan Cekungan Jawa Barat Utara, di sebelah selatan dibatasi
oleh busur vulkanik, sebelah timur dibatasi oleh Cekungan Lombok dan sebelah utara
sebagai cekungan belakang busur dan berada pada batas tenggara dari lempeng Eurasia
Graben, half-graben, dan sesar-sesar hasil dari proses rifting telah dihasilkan
pada periode ekstensional yaitu pada Paleogen. Selanjutnya periode kompresi dimulai
pada Miosen Awal yang mengakibatkan reaktivasi sesar-sesar yang telah terbentuk
Pada saat sekarang, Cekungan Jawa Timur Utara dikelompokkan ke dalam tiga
kelompok struktur utama dari arah utara ke selatan, yaitu North Platform, Central High
dan South Basin (Gambar 2. 1). Perubahan struktur juga terjadi pada konfigurasi
basement dari arah barat ke timur. Bagian barat pada Platform Utara dapat
8
dikelompokkan menjadi Muria Trough, Bawean Arc, JS-1 Ridge, Norhteast Java
1Depression. Sedangkan pada South Basin, dari barat ke timur dapat dikelompokkan
South Madura Shelf (kelanjutan dari Zona Kendeng) dan Solo Depression Zone. Pada
Central High tidak ada perubahan struktur yang berarti dari arah barat ke timur (Ponto,
et al., 1995).
Daerah Cepu termasuk ke dalam South Basin sebelah barat, dimana termasuk ke
dalam Zona Rembang bagian selatan. Pada konfigurasi basement yang lebih detail,
daerah Cepu termasuk ke dalam Kening Trough, seperti terlihat pada Gambar 2. 2.
Daerah penelitian
9
Daerah penelitian
2. 3 Stratigrafi
Secara regional, stratigrafi pada daerah Cepu dan sekitarnya tersusun atas
sepuluh formasi (Pringgoprawiro, 1983), yaitu Formasi Kujung, Prupuh, Tuban, Tawun,
Ngrayong, Bulu, Wonocolo, Ledok, Mundu dan Lidah. Urutan stratigrafi daerah
Deskripsi dari masing-masing formasi dari urutan tua ke muda adalah sebagai
berikut :
10
2. 3. 1 Formasi Kujung
Formasi Kujung mempunyai lokasi tipe di Kali Secang, Desa Kujung, Tuban,
tersingkap susunan napal abu-abu kehijauan dan lempung napalan kuning kecoklatan
adalah Oligosen Atas atau Zonasi Blow P19 – N1 (Pringgoprawiro, 1983). Formasi
Kujung memiliki rasio planktonik bentonik berkisar 60% - 70%, diendapkan pada
lingkungan laut terbuka pada kedalaman berkisar antara 200 – 500 meter atau bathyal
(Pringgoprawiro, 1983). Formasi Kujung ditutupi oleh Formasi Prupuh secara selaras.
2. 3. 2 Formasi Prupuh
Formasi Prupuh memiliki lokasi tipe di Desa Prupuh, Paceng, Paciran Gresik,
dengan panjang lintasan ± 300 m. Formasi Prupuh disusun oleh perselingan antara
batugamping berwarna putih kotor dengan batugamping bioklastik putih abu-abu muda
Lepidocyclina sumatrensis. Umur dari Formasi Prupuh ini adalah Oligosen Atas –
memiliki rasio planktonik bentonik berkisar 50% - 60%, diendapkan pada lingkungan
11
auberiana, Cibicides io, Eponides hannai, Nodosaria insecta dan Lagena spiralis
(Pringgoprawiro, 1983). Adanya fosil golongan orbitoid yang berasal dari laut dangkal
2. 3. 3 Formasi Tuban
tersusun atas napal pasiran berwarna putih abu-abu, semakin ke atas berubah menjadi
kecoklatan yang kaya akan foraminifera orbitoid, koral dan algae. Semakin ke atas lagi
Myogypsina, Lepidocyclina. Umur dari Formasi Tuban ini adalah Miosen Awal bagian
tengah atau Zonasi Blow N5 – N6 (Pringgoprawiro, 1983). Pada formasi ini sering
memiliki rasio planktonik bentonik berkisar 20% - 30%, diendapkan pada lingkungan
sublitoral luar (50 – 150 meter), hal tersebut dikuatkan dengan ditemukannya fosil-fosil
auberiana pada bagian bawah dan Lagenodosaria scalaris, Cassidulina sp., Cibicides
sp., Uvigerina sp. dan Ammonia beccarii. Adanya Ammonia becarii menunjukkan
bahwa lingkungan tempat diendapkannya formasi ini tidak jauh dari pantai
(Pringgoprawiro, 1983).
12
2. 3. 4 Formasi Tawun
Formasi Tawun tersusun atas serpih pasiran berwarna abu-abu hingga coklat
serpih pasiran dan batugamping kekuningan hingga kecoklatan, dimana makin ke atas
batugamping menjadi lebih dominan dan mengandung fosil orbitoid yang besar-besar
(Pringgoprawiro, 1983). Umur dari Formasi Tawun adalah Miosen Awal bagian tengah
– Miosen Tengah atau Zonasi Blow N8 – N12. Pada formasi ini sering dijumpai fosil
atas, yaitu pada batugamping bioklastik, kaya akan fosil orbitoid seperti Lepidocyclina
sp., Pyrgo bradyi, Triloculina sp., Proteonina sp. dan Nonionella sp., Formasi Tawun
dengan lautan yang dangkal, air hangat dan jernih (Pringgoprawiro, 1983).
2. 3. 5 Formasi Ngrayong
Pada umur Miosen Tengah, juga dijumpai adanya batupasir kuarsa yang
berukuran halus pada bagian bawah dan cenderung mengkasar pada bagian atas dan
13
Anggota Ngrayong dari Formasi Tawun, namun kemudian disebut sebagai Formasi
Ngrayong. Lokasi tipe Formasi Ngrayong adalah desa Ngrayong yang terletak kurang
lebih 30 km di sebelah utara kota Cepu. Pada umumnya, satuan batuan ini dicirikan oleh
pasir kuarsa lepas-lepas, disuatu tempat berselingan dengan serpih karbonan, serpih dan
Pasir Ngrayong diendapkan dalam fase regresif dari lingkungan laut dangkal
zona neritik pinggir hingga rawa-rawa pada waktu Miosen Tengah (Poedjoprajitno dan
sebelah utara mencapai 800 – 1000 meter, sedangkan di sebelah selatan mencapai 400
batugamping Formasi Tawun pada bagian bawah dan dibagian atas ditutupi oleh
2. 3. 6 Formasi Bulu
Formasi Bulu mempunyai lokasi tipe di Desa Bulu, Rembang, terdiri dari
batugamping putih kekuningan dan batugamping pasiran berwarna putih kelabu hingga
kuning keabuan, terdapat sisipan napal berwarna abu-abu, kaya akan foram besar dan
Umur Formasi Bulu adalah Miosen Akhir bagian bawah atau Zonasi Blow N14 – N15
(Pringgoprawiro, 1983). Formasi Bulu diendapkan pada lingkungan neritik luar – batial
14
dalam zona Tf bawah – Tf atas. Formasi Bulu memiliki rasio planktonik – bentonik 30 -
100 meter, didasarkan pada fosil foraminifera bentonik yang ditemukan, yaitu
(Pringgoprawiro, 1983). Formasi Bulu ditutupi oleh Formasi Wonocolo secara selaras.
2. 3. 7 Formasi Wonocolo
Formasi Wonocolo memiliki lokasi tipe di sekitar Wonocolo, Cepu. Satuan ini
tersusun oleh napal, napal lempungan, hingga napal pasiran, yang kaya akan foram
1983). Formasi Wonocolo memiliki tebal 89 – 600 meter, diendapkan pada Miosen
Akhir bagian bawah - Miosen Akhir bagian tengah atau pada Zonasi Blow N15 – N16
80%, diendapkan pada lingkungan laut terbuka dengan kedalaman 100 – 500 meter atau
pada zona batimetri neritik luar – batial atas. Formasi Wonocolo ditutupi oleh Formasi
2. 3. 8 Formasi Ledok
Formasi Ledok memiliki lokasi tipenya di Desa Ledok, Cepu. Formasi Ledok
tersusun atas perulangan napal pasiran dan kalkarenit, dengan napal dan batupasir.
Bagian atas dari satuan ini dicirikan batupasir dengan konsentrasi glaukonit.
Formasi Ledok adalah Miosen Akhir bagian atas atau pada Zonasi Blow N17 – N18
15
(Pringgoprawiro, 1983). Formasi Ledok memiliki rasio planktonik bentonik 30 – 47%,
diendapkan pada lingkungan neritik luar dengan kedalaman 100 - 200 meter (Pringgo-
prawiro, 1983).
2. 3. 9 Formasi Mundu
Formasi Mundu memiliki lokasi tipe di Kali Kalen, Desa Mundu, Cepu. Formasi
Mundu terdiri dari napal yang kaya foraminifera planktonik, tidak berlapis. Bagian
paling atas dari satuan ini ditempati oleh batugamping pasiran yang kaya foraminifera
planktonik. Bagian atas dari Formasi Mundu ini disebut Anggota Selorejo, terdiri dari
foraminifera planktonik yang ditemukan, umur Anggota Selorejo adalah Pliosen atau
pada Zonasi Blow N18 – N20 (Pringgoprawiro, 1983). Bagian bawah Formasi Mundu
bathyal tengah dengan kedalaman 700 – 1100 meter, sedangkan bagian atas Formasi
2. 3. 10 Formasi Lidah
Formasi Lidah terdiri atas satuan batulempung biru tua, masiv, tidak berlapis.
Satuan ini dapat dipisahkan menjadi bagian atas, tengah, bawah. Pada bagian bawah
Bagian atasnya terdiri batulempung dengan sisipan napal dan batupasir kuarsa
16
satuan ini dipisahkan dengan suatu satuan batugamping cocquina terdapat cangkang-
cangkang moluska (Anggota Malo). Umur formasi ini Pliosen Atas – Pleistosin Bawah,
(Pringgoprawiro, 1983). Hubungan dengan Formasi Mundu adalah selaras, dan di atas
Formasi Lidah ditutup secara tidak selaras oleh endapan alluvial dan endapan teras
17
Gambar 2. 3 Kolom Stratigrafi Cekungan Jawa Timur Utara (Pringgoprawiro, 1983)
18