GOLONGAN IV (Pembina)
Pembangun Utama IV
Main BuilderCome IV
Pembangun Tingkat I IV
Pembina IV
GOLONGAN II (Agenda)
Agenda Tingkat I II
Pengatur II
Level I Level II
Pengatur Muda II
GOLONGAN I (Juru)
Juru saya
Bagaimana dengan pegawai swasta? Pengelompokan pada pegawai swasta tergantung dari
setiap perusahaan, karena setiap perusahaan mengenai aturan yang berbeda mengenai
pangkat dan golongan. Berkebalikan dengan PNS, besarnya pangkat yang dimiliki pegawai
swasta tidak selalu bergantung pada lamanya kerja di perusahaan.
Sangat terlihat jelas perbedaan jabatan fungsional dan jabatan struktural PNS. Meskipun
demikian, keduanya sama-sama merupakan jabatan karier yang perlu diketahui dalam status
kepegawaian. Karena selama ini meskipun sudah berkali-kali seorang pegawai mengisi
formulir kepegawaian tapi banyak yang belum paham betul perbedaan dari jabatan fungsional
dan struktural sehingga banyak pegawai “mengarang indah”. Padahal mengisi formulir
kepegawaian atau biasa disebut Formulir Isian Pegawai (FIP) sangatlah penting. Seorang
pegawai agar diperbaharui terus kondisi kepegawaiannya setiap tahun agar setiap perubahan
yang ada terdata baik dalam data base kepegawaian negara.
1. Jabatan Fungsional
Jabatan fungsional adalah jabatan yang tidak tercantum dalam struktur organisasi tetapi
dalam menjalankan tugas pokok fungsi tidak bisa terlepas dari keberadaan organisasi
tersebut. Contohnya guru, dosen, dokter, bagian pengarsipan negara, dan auditor. Pemegang
jabatan fungsional akan melaksanakan ugas sesuai keahlian atau keterampilan yang sifatnya
mandiri sesuai tupoksi suatu profesi. Pengangkatan jabatan fungsional diatur dalam PP
Nomor 16 tahun 1994 yang kemudian diubah dalam PP Nomor 40 tahun 2010 dan Kepres
Nomor 87 tahun 1999 yang diubah dalam PP Nomor 97 tahun 2012 tentang rumpun jbaatan
Pegawai Negeri Sipil.
Berbeda dengan jabatan fungsional, untuk memperoleh jabatan struktural seseorang harus
terlebih dulu berstatus PNS. CPNS tidak berhak mengajukan sebagai pejabat struktural.
Pangkat calon pejabat struktural serendah-rendahnya satu tingkat di bawah jenjang pangkat
yang ditentukan dan memiliki kualifikasi akademik yang sesuai.
Perencanaan karier, ada dua sudut pandang yang berbeda. Perencanaan karier dapat bersifat
terpusat pada organisasi, pada individu, atau pada keduanya. Perencanaan karier yang
terpusat pada organisasi, memfokuskan pada pekerjaan-pekerjaan dan pada pembangunan
jalur karier yang menyediakan tempat bagi kemajuan dari orang-orang, diantara berbagai
pekerjaan yang ada dlam organisasi. Jadi menduduki jalur-jalur posisi atau kedudukan yang
ada dalam perusahaan.
Perencanaan karier yang terpusat pada individu, memfokuskan pada karier individual
daripada kebutuhan organisasi. Hal ini dilakukan karyawan sendiri, dan ketrampilan
individual menjadi fokusnya. Analisis ini mempertimbangkan situasi baik dalam maupun di
luar organisasi yang dapat mengembangkan karier seseorang.
1. Minat : orang cendeung mengejar karir mereka yakini cocok dengan minat
mereka.
2. Jati diri: Karir merupakan perpanjangan dari jati diri seseorang, juga sebagai
hal yang membentuk jati diri.
3. Kepribadian : Faktor ini mencakup orientasi pribadi karyawan (contoh: apakah
karyawan bersifat realistis, menyenangkan, artistic) dan kebutuhan individual
(termasuk afiliasi, kekuasaan, dan kebutuhan berprestasi)
4. Latar belaknag social : status social ekonomi dan tingkat pendidikan dan
pekerjaan orang tua si karyawan merupakan beberapa factor yang termasuk dalam
kategori ini.
5. PENGERTIAN KARIR
6.
7. Menurut Gibson dkk. (1995: 305) karir adalah rangkaian sikap dan perilaku yang
berkaitan dengan pengalaman dan aktivitas kerja selama rentang waktu kehidupan
seseorang dan rangkaian aktivitas kerja yang terus berkelanjutan. Dengan demikian
karir seorang individu melibatkan rangkaian pilihan dari berbagai macam kesempatan.
Jika ditinjau dari sudut pandang organisasi, karir melibatkan proses dimana organisasi
memperbaharui dirinya sendiri untuk menuju efektivitas karir yang merupakan batas
dimana rangkaian dari sikap karir dan perilaku dapat memuaskan seorang individu.
8. Menurut Greenhaus (1987: 5) yang dikutip oleh Irianto (2001: 93) terdapat dua
pendekatan untuk memahami makna karir, yaitu : pendekatan pertama memandang
karir sebagai pemilikan (a property) dan/atau dari occupation atau organisasi.
Pendekatan ini memandang bahwa karir sebagai jalur mobilitas di dalam organisasi
yang tunggal seperti jalur karir di dalam fungsi marketing, yaitu menjadi sales
representative,manajer produk, manajer marketing distrik, manajer marketing
regional, dan wakil presiden divisional marketing dengan berbagai macam tugas dan
fungsi pada setiap jabatan.
9. Pendekatan kedua memandang karir sebagai suatu properti atau kualitas individual
dan bukan occupation atau organisasi.Pendekatan ini memandang bahwa karir
merupakan perubahanperubahan nilai, sikap, dan motivasi yang terjadi pada setiap
individu/pegawai.
10. Berdasarkan kedua pendekatan tersebut definisi karir adalah sebagai pola pengalaman
berdasarkan pekerjaan (work-related experiences) yang merentang sepanjang
perjalanan pekerjaan yang dialami oleh setiap individu/pegawai dan secara luas dapat
dirinci ke dalam obyective events. Salah satu contoh untuk menjelaskannya melalui
serangkaian posisi jabatan/pekerjaan, tugas atau kegiatan pekerjaan, dan keputusan
yang berkaitan dengan pekerjaan (workrelated decisions). Tidak hanya itu saja, juga
mengenai interpretasi subyektif tentang peristiwa yang berkaitan dengan
pekerjaan(workrelatedevents) baik pada masa lalu, kini dan mendatang seperti
aspirasi pekerjaan, harapan, nilai, kebutuhan dan perasaan tentang pengalaman
pekerjaan tertentu.
11.
12. Menurut Irianto (2001 : 94), pengertian karir meliputi elemen-elemen obyektif dan
subyektif. Elemen obyektif berkenaan dengan kebijakan-kebijakan pekerjaan atau
posisi jabatan yang ditentukan organisasi, sedangkan elemen subyektif menunjuk
pada kemampuan seseorang dalam mengelola karir dengan
13. mengubah lingkungan obyektif (misalnya dengan mengubah pekerjaan/jabatan) atau
memodifikasi persepsi subyektif tentang suatu situasi (misalnya dengan mengubah
harapan).
14. Simamora (2001 : 504) berpendapat bahwa kata karir dapat dipandang dari
beberapa perspektif yang berbeda, antaralain dari perspektif yang obyektif dan
subyektif. Dipandang dari perspektif yang subyektif, karir merupakan urut-urutan
posisi yang diduduki oleh seseorang selama hidupnya, sedangkan dari
15. perspektif yang obyektif, karir merupakan perubahan-perubahan nilai, sikap, dan
motivasi yang terjadi karena seseorang menjadi semakin tua.
16. Kedua perspektif tersebut terfokus pada individu dan menganggap bahwa setiap
individu memiliki beberapa tingkat pengendalian terhadap nasibnya sehingga individu
tersebut dapat memanipulasi peluang untuk memaksimalkan keberhasilan dan
kepuasan yang berasal dari karirnya. Berdasarkan pengertian
17. tersebut, maka pengertian karir adalah urutan aktivitas-aktivitas yang berkaitan
dengan pekerjaan dan perilaku-perilaku, nilai-nilai, dan aspirasi-aspirasi seseorang
selama rentang hidupnya.
18. Sedangkan menurut Soetjipto, dkk (2002 : 276) karir merupakan bagian dari
perjalanan hidup seseorang, bahkan bagi sebagian orang merupakan suatu tujuan
hidup. Setiap orang mempunyai hak dan kewajiban untuk sukses mencapai karir yang
baik. Karir sebagai sarana untuk membentuk seseorang menemukan secara jelas
keahlian, nilai, tujuan karir dan kebutuhan untuk pengembangan, merencanakan
tujuan karir, secara kontinyu mengevaluasi, merevisi dan meningkatkan
rancangannya.
19. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat dikatakan bahwa karir adalah
merupakan suatu rangkaian perubahan nilai, sikap dan perilaku serta motivasi yang
terjadi pada setiap individu selama rentang waktu kehidupannya untuk menemukan
secara jelas keahlian, tujuan karir dan kebutuhan untuk pengembangan, merencanakan
tujuan karir, dan secara kontinyu mengevaluasi, merevisi dan meningkatkan
rancangannya. Karir juga merupakan suatu proses kemitraan interaksi dalam tahapan
dan kerja sama antara organisasi/perusahaan atau manajemen, atasan langsung dan
individu itu sendiri.
20.
21. 1.1 Pengertian Perencanaan Karir
22. Perencanaan Karir adalah bahwa perencanaan karir merupakan proses dimana
karyawan karyawan menyeleksi tujuan karir dan jenjang karir menuju tujuan – tujuan
tersebut. Jalur karir adalah konsekuensi dari pekerjaan tertentu yang dikaitkan dengan
peluang tersebut. Kedua proses tersebut saling kait mengait. Perencanaan suatu karir
mencakup identifikasi alat – alat untuk mencapai cita – cita akhir, sedangkan jalur
karir (dalam konteks perencanaan karir) merupakan alat untuk mencapai sasaran
tersebut.
23.
24. 1.2 Istilah-istilah Perencanaan Karier
25. a. Karier (Career)
26. Seluruh pekerjaan/jabatan yang ditangani atau dipegang selama kehidupan kerja
seseorang.
27. b. Jalur Karier (Career Path)
28. Jalur karier adalah pola pekerjaan-pekerjaaan berurutan yang membentuk karier
seseorang.
29. c. Sasaran-sasaran Karier (Career Goals)
30. Sasaran karier adalah posisi di waktu yang akan datang dimana seseorang berjuang
untuk mencapainya sebagai bagian dari kariernya.
31. d. Perencanaan Karier (Career Planning)
32. Proses melalui mana seseorang memilih sasaran karier dan jalur ke sasaran tersebut.
33. e. Pengembangan Karier (Career Development)
34. Peningkatan-peningkatan pribadi yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu
rencana karier.
35.
36. 1.3 Elemen Utama Perencanaan Karir (Career Planning)
37. Pada dasarnya perencanaan karir terdiri atas 2 (dua) elemen utama yaitu :
38. A. Perencanaan Karir Individual
39. Perencanaaan karir individual terfokus pada individu yang meliputi latihan diagnostic,
dan prosedur untuk membantu individu tersebut menentukan “siapa saya” dari segi
potensi dan kemampuannya.
40. Perencanaan karir individual meliputi :
41. Penilaian diri untuk menentukan kekuatan, kelemahan, tujuan, aspirasi,
preferensi, kebutuhan, ataupun jangka karirnya (career anchor)
42. Penilaian pasar tenaga kerja untuk menentukan tipe kesempatan yang tersedia
baik di dalam maupun di luar organisasi
43. Penyusunan tujuan karir berdasarkan evaluasi diri
44. Pencocokan kesempatan terhadap kebutuhan dan tujuan serta pengembangan
strategi karir
45. Perencanaan transisi karir
46. B. Perencanaan Karir Organisasional
47. Perencanaan karir organisasional mengintegrasikan kebutuhan SDM dan sejumlah
aktivitas karir dengan lebih menitik beratkan pada jenjang atau jalur karir (career
path).
48. Tujuan program perencanaan karir organisasional adalah :
49. Pengembangan yang lebih efektif tenaga berbakat yang tersedia
50. Kesempatan penilaian diri bagi karyawan untuk memikirkan jalur – jalur karir
tradisional atau jalur karir
51. Pengembangan sumber daya manusia yang lebih efisien di dalam dan di antara
divisi dan atau lokasi geografis
52. Kepuasan kebutuhan pengembangan pribadi karyawan
53. Peningkatan kinerja melalui pengalaman on the job training yang diberikan
oleh perpindahan karir vertical dan horizontal
54. 1.4 Unsur-unsur Program Perencanaan Karir
55. Ada empat unsur program perencanaan karir yang jelas. unsur-unsur yang dimaksud
adalah :
56. 1) Penilaian individu tentang kemampuan, minat, kebutuhan karir dan tujuan;
57. 2) Penilaian organisasi tentang kemampuan dan kesanggupan pegawai;
58. 3) Komunikasi informasi mengenai kebebasan memilih dan kesempatan karir
pada organisasi
59. 4) Penyuluhan karir untuk menentukan tujuan-tujuan realistik dan rencana untuk
pencapaiannya.
60. 1.5 Beberapa tahap yang perlu kita lakukan dalam proses perencanaan karir.
Tahap tersebut yaitu :
61. A. Analisis Kebutuhan Karir Individu
62. Analisis kebutuhan karir individu, dalam hubungannya dengan karir pegawai, adalah
proses mengidentifikasi potensi (kekuatan) dan kelemahan yang dimiliki oleh seorang
pegawai, agar dengan demikian karir pegawai yang bersangkutan dapat direncanakan
dan dikembangkan sebaik- baiknya.
63. Pada dasarnya, analisis kebutuhan karir individu ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu
atasan langsung dan pegawai itu sendiri. Kedua belah pihak ini harus bekerja sama
sebaik-baiknya sehingga kebutuhan karir pegawai dapat di identifikasi sebaik-
baiknya. Sedikitnya ada dua cara untuk mengidentifikasi kebutuhan karir pegawai
yaitu:
64.
65. Career By Objective
66. Melalui cara pertama (CBO), pegawai dibimbing untuk menjawab beberapa
pertanyaan tentang dirinya sendiri, yaitu :
67. Dimana saya saat ini ? Pertanyaan ini dimaksudkan untuk membantu pegawai
mengingat kembali apa saja yang pernah dicapainya di masa lalu, dan kegagalan apa
saja yang pernah dialaminya. Dengan kata lain, pertanyaan ini menggiring si pegawai
untuk mengkaji kembali perjalanan hidup yang pernah ia lalui, serta memberi tanda
pada bagian – bagian terpenting dalam perjalanan hidup itu, di mana ia sukses, di
mana pula ia gagal.
68. Siapa saya ? Pertanyaan ini dimaksudkan untuk membantu pegawai
menemukan jati dirinya. Pegawai dibimbing untuk menjenguk isi jiwanya sendiri dan
menjawab
69. Apa kelebihan dan kekurangan saya ? Apa bakat saya ? Apakah saya punya
bakat menjadi pemimpin ? Apakah saya pemberani ? Penakut ? Jujur ? dan
seterusnya.
70. Apa yang sebenarnya ingin saya capai ? Pertanyaan ini dimaksud untuk
membantu pegawai memformulasikan cita-citanya sendiri secara realistis. Ia dibantu
untuk menjawab: Apakah dengan kemampuan yang saya miliki ini, saya tanpa sadar
mendambakan sesuatu yang terlalu muluk ? Apakah justru cita- cita saya terlalu
rendah ? Pesimis ? Kurang ambisius ?
71. Pekerjaan apakah yang paling cocok bagi saya? Pertanyaan ini mendorong
pegawai untuk berpikir lebih realistis dan praktis. Ia dituntut untuk memilih. Ia
dituntut untuk menentukan nasibnya sendiri. Apakah saya cocok bekerja dilapangan
yang membutuhkan keterampila keterampilan teknis? Apakah saya cukup punya
bakat dan kemauan untuk bekerja “ dibelakang meja”, untuk memikirkan hal- hal
yang teoritis dan konseptual ?
72. Jabatan apa yang paling cocok untuk saya ? Pertanyaan ini sudah menjurus ke
jabatan-jabatan yang ada didalam organisasi tempat si pegawai bekerja. Cocokkah
saya staf marketing ? Atau saya justru lebih cocok bekerja sebagai staf keuangan dan
sebagainya.
73.
74. B. Analisis Peran – Kompetensi
75. Yang dimaksud dengan analisis peran – kompetensi disini adalah analisis untuk
mengetahui peran (atau jabatan) apa yang paling sesuai untuk seorang pegawai,
kemudian mengkaji kompetensi apa saja yang telah dikuasi oleh si pegawai dan
kompetensi mana yang belum dikuasi. Contoh peran atau jabatan dalam sebuah
pusdiklat, misalnya, antara lain :
76. Evaluator
77. Fasilitator tim
78. Konselor
79. Penulis bahan ajar
80. Instruktur
81. Manajer diklat
82. Pemasar (marketer)
83. Spesialis media
84. Analisis kebutuhan diklat
85. Administrator program
86. Perancang program
87. Perencanaan strategis
88. Penganalis tugas
89. Peneliti
90. Pengembang kurikulum
91. Contoh kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai oleh orang-orang yang
mempunyai peran di atas, misalnya :
92. Pengetahuan tentang pendidikan orang dewasa
93. Keterampilam kompueter
94. Pengetahuan dalam pengembangan kurikulum
95. Keterampilan komunikasi
96. Kemampuan meneliti
97. Kemampuan menulis bahan ajar
98. Melalui analisis peran-kompensasi ini, pegawai digiring untuk melihat prospek
karirnya sendiri, serta mengkaji secara jujur dan kritis, kompensasi apa saja yang
sudah dia kuasai, dan kompetensi mana saja yang belum dia kuasai, dalam rangka
menjalankan peran-peran yang ada.
99. C. Pemetaan Karir Individu
100. Jika analisis kebutuhan karir individu sudah dilakukan, maka hal ini
diharapkan telah melahirkan profil (gambaran) yang lengkap tentang seorang
pegawai. Jika hal ini telah tercapai, maka “peta kerier” pegawai tersebut seharusnya
sudah dapat dibuat.
101. Jadi, pemetaan karir individu adalah suatu proses untuk menggambarkan
prospek karir seorang pegawai termasuk penjelasan tentang tingkat kesiapan di
pegawai itu untuk memangku jabatan tertentu.
102. Dalam sebuah peta kerier, seorang pegawai dikatakan sebagai seorang yang
berbakat untuk memangku jabatan-jabatan tertentu, misalnya :
103. 1) Kepala divisi pemasaran
104. 2) Kepala divisi keuangan
105. 3) Kepala divisi produksi
106.
107. D. Penilaian Kinerja Individu
108. Pemetaan karir individu tidak menjamin seorang pegawai untuk menduduki
jabatan tertentu di masa depan. Jelasnya, peta tersebut masih harus dibuktikan secara
empiris (nyata) apakah pegawai tersebut benar-benar punya bakat dan kemampuan
yang menunjang jabatan-jabatan yang tersebut dalam peta keriernya.
109. Penilaian kinerja individu sesungguhnya merupakan usaha untuk mencari
bukti-bukti nyata tentang kualitas kinerja seorang pegawai. Tentu saja bukti-bukti
nyata yang didapat dari proses penilaian kinerja tidak hanya berguna untuk keperluan
pembinaan karir pegawai, tetapi juga untuk keperluan lain seperti menentukan bonus,
mencari masukan untuk menentukan suatu kebijakan, dan lain-lain.
110. E. Identifikasi Usaha Untuk Mencapai Tujuan Karir
111. Dikatakan bahwa suatu jabatan tidak datang begitu saja kepada seorang
pegawai, tetapi si pegawai itulah yang harus berusaha mencapai jabatan yang dicita-
citakannya. Hal ini tentu dapat mengundang perdebatan pro-kontra untuk menentukan
sikap mana yang paling benar. Pegawai sebaiknya tidak perlu memusingkan prospek
karirnya sendiri, ataukah si pegawai harus cukup “ambisius” untuk mengejar karirnya
sendiri ? Yang jelas baik organisasi maupun pegawai yang bersangkutan mempunyai
kewajiban untuk berusaha agar perjalanan karir pegawai tidak tersendat, apalagi
mandeg. Umum diketahui, tersendatnya karir pegawai cepat atau lambat akan
menimbulkan masalah bagi semua pihak.
112. Dari contoh di atas, baik organisasi maupun pegawai harus berusaha agar
prospek karir menjadi “kepala divisi permasaran” dapat direalisasikan secepat
mungkin. Untuk itu perlu dipertanyakan: usaha-usaha apa yang perlu dilakukan agar
pegawai ini dapat dan mampu menjadi Kepala Divisi Pemasaran?
113. Jawaban untuk pertanyaan ini mungkin akan berupa sederetan kegiatan yang
harus dilakukan oleh si pegawai, misalnya :
114. Kursus bahasa Inggris
115. Magang di divisi pemasaran
116. Berpartisipasi dalam prospek riset pemasaran
117. Menghadiri seminar dan lokakarya tentang pemasaran
118. Merancang strategi pemasaran
119. Kesimpulannya, si pegawai harus dibantu sedemikian rupa agar dari hari ke
hari ia semakin dekat dengan tujuan karir yang telah dipetakan (“diramalkan”)
sebelumnya. Hanya dengan demikian proses perencanaan karir benar-benar
mempunyai makna, baik bagi organisasi, maupun bagi si pegawai sendiri.
120. 1.6 Manfaat Perencanaan Karir
121. Dengan adanya perencanaan karir, maka perusahaan dapat :
122. a) Menurunkan tingkat perputaran karyawan ( turnover), dimana perhatian
terhadap karir individual dalam perencanaan karir yang telah ditetapkan akan dapat
meningkatkan loyalitas pada perusahaan di mana mereka bekerja, sehingga akan
memungkinkan menurunkan tingkat perputaran karyawan.
123. b) Mendorong pertumbuhan, dimana perencanaan karir yang baik akan
dapat mendorong semangat kerja karyawan untuk tumbuh dan berkembang, dengan
demikian motivasi karyawan dapat terpelihara.
124. c) Memenuhi kebutuhan – kebutuhna organisasi akan sumber daya manusia
di masa yang akan datang.
125. d) Memberikan informasi kepada organisasi dan individu yang lebih baik
mengenai jalur potensial karir di dalam suatu organisasi.
126. e) Mengembangkan pegawai yang dapat dipromosikan, perencanaan karir
membantu membangun penawaran internal atas talenta yang dapat dipromosikan
untuk mempertemukan dengan lowongan yang disebabkan oleh masa pension,
berhenti bekerja dan pengembangan.
127.
128.
129.
130.
131. 2. Pengembangan Karir
132. Pengembangan karir adalah proses pelaksanaan (implementasi) perencanaan
karir. Pengembangan karir pegawai dapat dilakukan melalui dua cara diklat dan cara
nondiklat. Pengembangan karir melalui dua jalur ini sedikit-banyak telah di bahas di
bab Pelatihan dan Pengembangan. Pada bagian ini, cukuplah kita sebutkan beberapa
contoh bentuk pengembangan karir melalui dua cara ini :
133. 1. Contoh-contoh pengembangan karir melalui cara diklat adalah :
134. Menyekolahkan pegawai (di dalam atau di luar negeri)
135. Memberi pelatihan (di dalam atau di luar organisasi)
136. Memberi pelatihan sambil bekerja (on-the-job training)
137. 2. Contoh-contoh pengembangan karir melalui cara nondiklat adalah :
138. Memberi penghargaan kepada pegawai
139. Menghukum pegawai
140. Mempromosikan pegawai ke jabatan yang lebih tinggi
141. Merotasi pegawai ke jabatan lain yang setara dengan jabatan semula.
142.
143. 2.1 Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Karir
144. Kesuksesan proses pengembangan karir tidak hanya penting bagi organisasi
secara keseluruhan. Dalam hal ini, beberapa hal atau faktor yang sering kali amat
berpengaruh terhadap manajemen karir adalah :
145. Hubungan Pegawai dan Organisasi
146. Dalam situasi ideal, pegawai organisasi berada dalam hubungan yang saling
menguntungkan. Dalam keadaan ideal ini, baik pegawai maupun organisasi dapat
mencapai produktifitas kerja yang tinggi.
147. Namun, kadangkala keadaan ideal ini gagal dicapai. Adakalanya pegawai
sudah bekerja baik, tetapi organisasi tidak mengimbangi prestasi pegawai tersebut
dengan penghargaan sewajarnya. Maka, ketidakharmonisan hubungan antara pegawai
dan organisasi ini cepat atau lambat akan mempengaruhi proses manajemen karir
pegawai. Misalnya saja, proses perencanaan karir pegawai akan tersendat karena
pegawai mungkin tidak diajak berpartisipasi dalam perencanaan karir tersebut. Proses
pengembangan karir pun akan terhambat sebab organisasi mungkin tidak peduli
dengan karir pegawai.
148.
149. Personalia Pegawai
150. Kadangkala, menajemen karir pegawai terganggu karena adanya pegawai
yang mempunyai personalitas yang menyimpang (terlalu emosional, apatis, terlalu
ambisius, curang, terlalu bebal, dan lain-lain). Pegawai yang apatis, misalnya, akan
sulit dibina karirnya sebab dirinya sendiri ternyata tidak perduli dengan karirnya
sendiri. Begitu pula dengan pegawai yang cenderung terlalu ambisius dan curang.
Pegawai ini mungkin akan memaksakan kehendaknya untuk mencapai tujuan karir
yang terdapat dalam manajemen karir. Keadaan ini menjadi lebih runyam dan tidak
dapat dikontrol bila pegawai bersangkutan merasa kuat karena alasan tertentu (punya
koneksi dengan bos, mempunyaibacking dari orang-orang tertentu, dan sebagainya).
151.
152. Faktor Eksternal
153. Acapkali terjadi, semua aturan dalam manajemen karir di suatu organisasi
menjadi kacau lantaran ada intervensi dari pihak luar. Seorang pegawai yang
mempromosikan ke jabatan lebih tinggi, misalnya, mungkin akan terpaksa dibatalkan
karena ada orang lain yangdidrop dari luar organisasi. Terlepas dari masalah apakah
kejadian demikian ini boleh atau tidak, etis atau tidak etis, kejadian semacam ini jelas
mengacaukan menajemen karir yang telah dirancang oleh organisasi.
154.
155. Politicking Dalam Organisasi
156. Manajemen karir pegawai akan tersendat dan bahkan mati bila faktor lain
seperti intrik-intrik, kasak-kasak, hubungan antar teman, nepotisme, feodalisme, dan
sebagainya, lebih dominan mempengaruhi karir seseorang dari pada prestasi kerjanya.
Dengan kata lain, bila kadar “politicking” dalam organisasi sudah demikian parah,
maka manajemen karir hampir dipastikan akan mati dengan sendirinya. Perencanaan
karir akan menjadi sekedar basa-basi. Dan organisasi akan dipimpin oleh orang-orang
yang pintar dalam politickingtetapi rendah mutu profesionalitasnya.
157.
158. Sistem Penghargaan
159. Sistem manajemen (reward system) sangat mempengaruhi banyak hal,
termasuk manajemen karir pegawai. Organisasi yang tidak mempunyai sistem
penghargaan yang jelas (selain gaji dan insentif) akan cenderung memperlakukan
pegawainya secara subyektif. Pegawai yang berprestasi baik dianggap sama dengan
pegawai malas. Saat ini, mulai banyak organisasi yang membuat sistem penghargaan
yang baik (misalnya dengan menggunakan sistem “kredit poin”) dengan harapan
setiap prestasi yang ditunjukkan pegawai dapat diberi “kredit poin” dalam jumlah
tertentu.
160.
161. Jumlah Pegawai
162. Menurut pengalaman dan logika akal sehat, semakin banyak pegawai maka
semakin ketat persaingan untuk menduduki suatu jabatan, dan semakin kecil
kesempatan (kemungkinan) bagi seorang pegawai untuk meraih tujuan karir tertentu.
Jumlah pegawai yang dimiliki sebuah organisasi sangat mempengaruhi manajemen
karir yang ada. Jika jumlah pegawai sedikit, maka manajemen karir akan sederhana
dan mudah dikelola. Jika jumlah pegawai banyak, maka manajemen karir menjadi
rumit dan tidak mudah dikelola.
163.
164. Ukuran Organisasi
165. Ukuran organisasi dalam konteks ini berhubungan dengan jumlah jabatan
yang ada dalam organisasi tersebut, termasuk jumlah jenis pekerjaan, dan jumlah
personel pegawai yang diperlukan untuk mengisi berbagai jabatan dan pekerjaan
tersebut. biasanya, semakin besar organisasi, semakin kompleks urusan manajemen
karir pegawai. Namun, kesempatan untuk promosi dan rotasi pegawai juga lebih
banyak.
166.
167. Kultur Organisasi
168. Seperti sebuah sistem masyarakat, organisasi pun mempunyai kultur dan
kebiasaan-kebiasaan. Ada organisasi yang cenderung berkultur professional, obyektif,
raasional, dan demokratis. Ada juga organisasi yang cenderung feodalistik, rasional,
dan demokratis. Ada juga organisasi yang cenderung menghargai prestasi kerja
(sistem merit). Ada pula organisasi yang lebih menghargai senioritas dari pada hal-hal
lain. Karena itu, meskipun organisasi sudah memiliki sistem manajemen karir yang
baik dan mapan secara tertulis, tetapi pelaksanaannya masih sangat tergantung pada
kultur organisasi yang ada.
169.
170. Tipe Manajement
171. Secara teoritis-normatif, semua manajemen sama saja di dunia ini. Tetapi
dalam impelemntasinya, manajemen di suatu organisasi mungkin amat berlainan dari
manajemen di organisasi lain. Ada manajemen yang cemderung kaku, otoriter,
tersentralisir, tertutup, tidak demokratis. Ada juga manajemen yang cenderung
fleksibel, partisipatif, terbuka, dan demokratis.
172. Jika manajemen cenderung kaku dan tertutup, maka keterlibatan pegawai
dalam hal pembinaan karirnya sendiri juga cenderung minimal. Sebaliknya, jika
manajemen cenderung terbuka, partisipatif, dan demokratis, maka keterlibatan
pegawai dalam pembinaan karir mereka juga cenderung besar. Dengan kata lain, karir
seorang pegawai tidak hanya tergantung pada faktor-faktor internal di dalam dirinya
(seperti motivasi untuk bekerja keras dan kemauan untuk ingin maju), tetapi juga
sangat tergantung pada faktor-faktor eksternal seperti manajemen. Banyak pegawai
yang sebenarnya pekerja keras, cerdas, jujur, terpaksa tidak berhasil meniti karir
dengan baik, hanya karena pegawai ini “terjebak” dalam sistem manajemen yang
buruk.
173.
174. 2.2 Manfaat pengembangan karir
175. Pada dasarnya pengembangan karir dapat bermanfaat bagi organisasi maupun
karyawan.
176. a) Bagi organisasi, pengembangan karir dapat :
177. Menjamin ketersediaan bakat yang diperlukan
178. Meningkatkan kemampuan organisasi untuk mendapatkan dan
mempertahankan karyawan yang berkualitas
179. Agar kelompok – kelompok minoritas dan wanita mempunyai
kesempatan yang sama untuk meningkatkan karir.
180. Mengurangi frustasi karyawan
181.
182. b) Bagi karyawan, pengembangan karir identik dengan keberhasilan karena
pengembangan karir bermanfaat untuk dapat :
183. Menggunakan potensi seseorang dengan sepenuhnya
184. Menambah tantangan dalam bekerja
185. Meningkatkan otonomi
186. Meningkatkan tanggung jawab
187. Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
A. PENGERTIAN
Manajemen Karir adalah proses untuk membuat karyawan dapat memahami dan
mengembangkan dengan lebih baik keahlian dan minat karir mereka dan untuk
memanfaatkan keahlian da minat ini dengan cara yang paling efektif.Manajemen karir
individu sebagai manajemen karir yang dilakukan secara individu dengan tujuan menetapkan
perencanaan da perkembangan karirnya selanjutnya
Manajemen karir adalah proses dimana organisasi mencoba untuk menyesuaikan minat karir
individual dan kemampuan organisasi untuk merekrut karyawan (Gutteridge, 1976)
B. TUJUAN KARIR
Tujuan atau sasaran karir adalah “posisi atau jabatan tertentu yang dapat dicapai oleh seorang
pegawai bila yang bersangkutan memenuhi semua persyaratan dan kualifikasi yang
dibutuhkan untuk melaksanakan jabatan tersebut.” Tujuan atau sasaran karir tidak otomatis
tercapai bila seorang pegawai memenuhi syarat yang harus dipenuhi karena untuk menduduki
suatu karir tertentu, kadang- kadang harus memenuhi syarat- syarat yang seringkali di luar
kekuasaannya yaitu ada tidaknya lowongan jabatan yang dituju, ada tidaknya keputusan dan
referensi dari pimpinan, dan ada tidaknya kandidat lain yang sama kualitasnya, semua itu
dapat membatasi kemajuan karir seorang pegawai.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seorang individu dalam membuat perencanaan karir
(Winkel, 1997), antara lain:
1. Nilai-nilai kehidupan, yaitu ideal-ideal yang dikejar oleh seseorang dimanapun dan kapapun.
Nilai-nilai menjadi pedoman dan pegangan dalam hidup dan sangat menentukan gaya hidup.
Refleksi diri terhadap nilai-nilai kehidupan akan memperdalam pengetahuan dan pemahaman
akan diri sendiri yang berpengaruh terhadap gaya hidup yang akan dikembangkan termasuk
di dalamnya jabatan yang direncanakan untuk diraih.
2. Keadaan jasmani, yaitu ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang. Untuk pekerjaan-pekerjaan
tertentu berlakulah berbagai persyaratan yang menyangkut ciri-ciri fisik.
3. Masyarakat, yaitu lingkungan sosial-budaya dimana orang dibesarkan. Lingkungan ini luas
sekali dan berpengaruh besar terhadap pandangan dalam banyak hal yang dipegang teguh
oleh setiap keluarga, yang pada gilirannya menanamkannya pada anak-anak. Pandangan ini
mencakup gambaran tentang luhur rendahnya aneka jenis pekerjaan, peranan pria dan wanita
dalam kehidupan masyarakat, dan cocok tidaknya suatu pekerjaan untuk pria dan wanita.
4. Keadaan sosial ekonomi negara atau daerah, yaitu laju pertumbuhan ekonomi yang lambat
atau cepat, stratifikasi masyarakat dalam golongan sosial ekonomi, serta diversifikasi
masyarakat atas kelompok-kelompok yang terbuka atau tertutup bagi anggota dari kelompok
lain.
5. ePosisi anak dalam keluarga. Anak yang memiliki saudara kandung yang lebih tua tentunya
akan meminta pendapat dan pandangan mengenai perencanaan karir sehingga mereka lebih
mempunyai pandangan yang lebih luas dibandingkan anak yang tidak mempunyai saudara
yang lebih tua.
6. Pandangan keluarga tentang peranan dan kewajiban anak laki-laki dan perempuan yang telah
menimbulkan dampak psikologis dan sosial-budaya. Berdasarkan pandangan masyarakat
bahwa ada jabatan dan pendidikan tertentu yang melahirkan gambaran diri tertentu dan
mewarnai pandangan masyarakat tentang peranan pria dan wanita dalam kehidupan
masyarakat.
7. Orang-orang lain yang tinggal serumah selain orang tua sendiri dan kakak-adik sekandung
dan harapan keluarga mengenai masa depan anak akan memberi pengaruh besar bagi anak
dalam menyusun dan merencanakan karirnya. Orang tua, saudara kandung orang tua, dan
saudara kandung sendiri menyatakan segala harapan mereka serta mengkomunikasikan
pandangan dan sikap tertentu terhadap perencanaan pendidikan dan pekerjan. Orang muda
harus menentukan sendiri sikapnya terhadap harapan dan pandangan tersebut, hal ini akan
berpengaruh pada perencanaan karirnya. Bila dia menerimanya maka dia akan mendapat
dukungan dalam perencanaan karirnya, sebaliknya bila dia tidak menerima maka dia akan
menghadapi situasi yang sulit karena tidak adanya dukungan dalam perencanaan masa depan.
8. Taraf sosial-ekonomi kehidupan keluarga, yaitu tingkat pendidikan orang tua, tinggi
rendahnya pendapatan orang tua, jabatan orang tua, daerah tempat tinggal dan suku bangsa.
Anak-anak berpartisipasi dalam status sosial ekonomi keluarganya. Status ini akan ikut
menentukan tingkat pendidikan sekolah yang dimungkinkan, jumlah kenalan pegangan kunci
bagi beberapa jabatan tertentu yang dianggap masih sesuai dengan status sosial tertentu.
9. Pergaulan dengan teman-teman sebaya, yaitu beraneka pandangan dan variasi harapan
tentang masa depan yang terungkap dalam pergaulan sehari-hari. Pandangan dan harapan
yang bernada optimis akan meninggalkan kesan dalam hati yang jauh berbeda dengan kesan
yang timbul bila mendengarkan keluhan-keluhan.
10. Pendidikan sekolah, yaitu pandangan dan sikap yang dikomunikasikan kepada anak didik
oleh guru bimbingan dan konseling serta tenaga pengajar mengenai nilai-nilai yang
terkandung dalam bekerja, tinggi rendahnya status sosial, jabatan, dan kecocokan jabatan
tertentu untuk anak laki-laki dan perempuan.
11. Gaya hidup dan suasana keluarga, serta status perkawinan orang tua, yaitu dalam kondisi
keluarga yang bagaimana anak dibesarkan. Apakah mendukung atau tidak mendukung,
semua itu akan mempengaruhi anak dalam merencakan dan membuat keputusan tentang
pendikan lanjutan maupun pekerjaan di masa mendatang.
b. Prestasi kerja
Prestasi merupakan wujud komitmen dan integritas diri. Adapun prestasi kerja ialah hasil
kerja yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugas yang dibebankan
kepadanya. Prestasi kerja akan dicapai jika pekerja memiliki integritas yang tinggi. Selain itu,
prestasi kerja dapat ditopang dengan kecakapan personal, kelenturan dalam bekerja sama,
kecerdasan emosional, komunikasi efektif, pengalaman luas, serta konsisten terhadap bidang
pekerjaan yang ditangani. Menurut Heidrahman dan Suad Husnan, hal-hal yang perlu
dimiliki seoarang pekerja agar meraih prestasi, di antaranya kuantitas dan kualitas kerja,
sikap dapat diandalkan, serta inisiatif dan inovatif.
Dengan mengacu pada beberapa unsur yang telah diuraikan, anda dapat menentukan dan
menetapkan etos kerja diri sendiri. Pastikan etos kerja yang tinggi terbentuk di dalam anda
sendiri demi menjadi seorang pekerja profesional yang memiliki mental juara. SEPULUH
PERBUATAN BURUK DIRI KARYAWAN
2 Integritas Integritas
3 Komitmen Komitmen
Sebuah. Kepemimpinan
b. Membangun Hubungan
c. Visioning
6 Kepemimpinan
d. Mengelola Perubahan
Atasan langsung 1
Peer 2
Bawahan 2
Penilai Pemilik fungsi supervisi secara berjenjang Bukan pemilik fungsi supervisi
Atasan langsung 1 1
Peer 2 4
Bawahan 2 -
Atasan
- Kabid II Kabid II
langsung
Peer Kasi II A, Kasi II B Kasi II A, Kasi II C Kasi II A, Kasi II B
3. Dalam melakukan penilaian, Evaluator dapat meminta masukan dari pegawai lainnya.
Ketentuan Penalti
1. Evaluator yang tidak menjalankan kewajiban penilaian, dikenai penalti berupa
pengurangan nilai perilaku akhir Evaluatorsebesar 2 poin untuk setiap Evaluee yang tidak
dinilai dengan nilai maksimal pengurangan nilai perilaku akhir sebesar 10 poin.
Contoh: Pegawai A ditetapkan sebagai Evaluator kepada 5 pegawai (1 atasan, 2 peer, 2
bawahan). Namun, pegawai tersebut tidak memberikan penilaian terhadap 2 orang pegawai
bawahannya. Maka, pegawai tersebut mendapat penalti berupa pengurangan 4 poin (2
orang x 2 poin) atas nilai perilaku akhir. Jika NP akhir pegawai tersebut adalah 100, maka
NP pegawai tersebut menjadi 96 (100-4).
2. Atasan langsung yang tidak menetapkan Evaluator bagi masing-masing bawahannya
dikenai penalti berupa pengurangan nilai perilaku akhir sebesar 2 poin untuk setiap
bawahan dengan nilai maksimal pengurangan nilai perilaku akhir sebesar 10 poin.
Contoh: Pegawai B memiliki 6 orang pelaksana. Ada 1 orang pelaksana yang tidak
ditetapkan Evaluator-nya. Maka, pegawai B tersebut mendapat penalti berupa
pengurangan 2 poin (1 orang x 2 poin) atas nilai perilaku akhir. Jika NP akhir pegawai
tersebut adalah 100, maka NP pegawai tersebut menjadi 98 (100-2).
3. Evaluee yang tidak mengajukan
proposal Evaluator ke atasan langsungnya dikenakan penalti dalam bentuk pengurangan
nilai akhir 5 poin.
Contoh: Petugas C tidak menyerahkan proposal Evaluator kepada atasan
langsungnya. Dengan demikian, karyawan mendapat penalti 5 poin untuk nilai perilaku
terakhir. Jika NP terakhir dari karyawan adalah 100, karyawan NP menjadi 95.
4. Penalti-penakti dimaksud dikenakan paling banyak 10 poin dan hanya mengurangi nilai
perilaku pada komponen NKP, tidak mengurangi nilai perilaku pada komponen NPKP.
Pembobotan “Evaluator”
1. Pembobotan awal apabila seluruh jenis Evaluator lengkap mengacu pada tabel
Bobot Evaluator di bawah, yaitu butir A.1 dan B.1.
2. Apabila terdapat Evaluator yang tidak melakukan penilaian, namun masih memenuhi
semua jenis Evaluator, maka pembobotan Evaluator tetap mengacu pada tabel Bobot
Evaluator butir A.1 dan B.1.
Contoh: Kepala Seksi E seharusnya dinilai oleh 5 Evaluator (1 atasan langsung, 2 peer,
dan 2 bawahan). Evaluator yang melakukan penilaian adalah 1 atasan langsung, 1 peer,
dan 1 bawahan, sedangkan 1 peer dan 1 bawahan lainnya tidak memberikan penilaian
terhadap Evaluee tersebut.
Maka, bobot Evaluator mengacu pada tabel Bobot Evaluator A.1.
3. Apabila sebagian jenis Evaluator tidak melakukan penilaian terhadap Evaluee, maka
dilakukan pembobotan ulang terhadap jenis Evaluator yang menilai sebagaimana tabel
Bobot Evaluator butir A.2 s.d A.7 dan butir B.2 s.d B.3.
Ketentuan Bobot Evaluator
Bobot Ev
Tidak. Kondisi
Atasan Langsung
SEBUAH Pejabat Struktural atau Pejabat Fungsional yang Memiliki Fungsi Supervisi
1 Awal 60%
1 Awal 60%
Ketentuan Lainnya
Pegawai yang tidak memiliki nilai perilaku karena Evaluator tidak melakukan penilaian
ditetapkan nilai perilakunya sebagai berikut:
1. 100 persen dari PLTN; nak
2. 80 untuk komponen NPKP.
Contoh:Pelaksana D seharusnya dinilai oleh 5 orang Evaluator (1 atasan langsung, 4 peer).
Semua Evaluator tidak memberikan penilaian terhadap pelaksana D sehingga nilai perilaku
bagi pelaksana tersebut adalah 100 untuk komponen NKP dan 80 untuk komponen NPKP.
Tugas tambahan yang dilakukan dalam satu tahun sebanyak 7 kegiatan atau lebih
Kreativitas
Jika hasil yang ditemukan merupakan sesuatu yang baru dan bermanfaat bagi unit kerjanya dan
dibuktikan dengan surat keterangan yang di tandatangani oleh kepala unit kerja setingkat eselon II
Jika hasil yang ditemukan merupakan sesuatu yang baru dan bermanfaat bagi organisasinya serta
dibuktikan dengan surat keterangan yang ditandatangani oleh PPK
Jika hasil yang ditemukan merupakan sesuatu yang baru dan bermanfaat bagi Negara dengan
penghargaan yang diberikan oleh Presiden
Keterangan: Nilai Kreativitas tidak bersifat kumulatif dan dinilai yang paling tinggi.
Pengertian dan Tujuan Pengembangan Karir – Ini dapat dipahami sebagai pendekatan
formal dalam upaya peningkatan atau perbaikan, pertumbuhan, kepuaan kerja, pengetahuan
dan kemampuan karyawan agar dapat memastikan bahwa orang-orang yang berkualifikasi
dan pengalaman yang tepat tersedia ketika dibutuhkan, dengan demikian perencanaan dan
pengembangan karir yang jelas akan membantu karyawan dan organisasi dalam meraih
sukses.
Definisi yang semakna bahwa pengembangan karir adalah suatu langkah yang ditempuh
perusahaan untuk menghadapi tuntutan tugas karyawan dan untuk menjawab tantangan masa
depan dalam mengembangkan sumber daya manusia di perusahaan yang merupakan suatu
keharusan dan mutlak diperlukan (Siagian, 2001).
Pengembangan karir juga dapat didefinisikan sebagai pendekatan formal yang diambil
organisasi untuk memastikan bahwa orang-orang dengan kualifikasi dan pengalaman yang
tepat tersedia pada saat dibutuhkan, karena perencanaan dan pengembangan karir
menguntungkan individu dan organisasi (Simamora, 2006).
Andrew J. Dubrin (1982) menguraikan sejumlah tujuan pengembangan karir yang dijabarkan
sebagai berikut:
Kriteria-kriteria tersebut hendaknya dapat diinformasikan kepada pegawai secara luas dan
terbuka, sehingga mereka semua dapat mengetahui dan mengukur dirinya apakah memenuhi
kriteria tersebut atau belum. Individu dapat mempergunakan kesempatan yang ada untuk
meraih keberhasilan karier, setelah mengetahui kompetensi yang dibutuhkan pada karier
tanpa batas (boundaryless career). Namun, adanya pergeseran dari karier terbatas menuju
karier tanpa batas menghadapkan individu pada suatu masalah di luar pengalaman yang telah
dimiliki. Pengembangan karier tanpa batas, telah menuntut perlunya leksikon yang dapat
dipergunakan untuk melakukan evaluasi, perencanaan, peninjauan ulang, dan analisis karier
tanpa batas.
Dengan kata lain, setiap ada lowongan jabatan pegawai yang ada sudah dipersiapkan
sedemikian rupa untuk menempati posisi tersebut. Career development bukanlah training
program yang hanya dilaksanakan sekali dan bukan pola lokakarya career planning. Career
development mulai dilaksanakan pada 1970-an, kegiatannya diintegrasikan dengan program-
program Human Resource Development seperti penilaian kinerja dan training. The Us
General Accounting Office merupakan lembaga yang memulai career counceling dan
asistensi pencarian kerja bagi pegawainya. Pada 1991, lembaga tersebut mengorganisasikan
layanan career dalam suatu Career Resource Center. Para manajer menggunakan lembaga ini
untuk membantu pegawainya, termasuk untuk mutasi dan perencanaan pensiun.
Informasi karir tersebut, akan memotivasi pegawai untuk merencanakan karir mereka
masing-masing, dalam arti kepada mereka yang potensial dan mampu mengembangkan
dirinya dapat mempersiapkan diri untuk berkarir sampai dengan posisi puncak di organisasi
tersebut. Sedangkan bagi mereka yang cukup puas dengan posisi menengah atau rendah juga
dapat memposisikan dirinya sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka masing-
masing. Berdasarkan uraian tersebut, suatu organisasi harus membuat suatu pengembangan
karir sebagai suatu kunci strategi bisnis jika ingin bertahan hidup dalam persaingan bisnis
yang semakin tajam. Dalam abad teknologi informasi seperti sekarang ini organisasi lebih
bersandar pada pegawai-pegawai yang memiliki keahlian dan inovasi yang merupakan
investasi penting (Syuhadhak, 2007:174).4
Dengan memberikan mereka sebuah kesempatan untuk aktualisasi diri mengembangkan dan
mencapai potensi mereka. Sebagian besar karyawan memahami bahwa (bila tiba harinya)
paling tidak mereka akan dapat lebih mudah dipasarkan.5
Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena keduanya saling berkaitan.
Karena jelas bahwa seseorang dijenjang karirkan justru untuk menunjang kepentingan dan
atau tujuan-tujuan organsiasi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu setiap perencanaan karir
pasti mengarah kepada tercapainya kepentingan-kepentingan atau tujuan-tujuan organisasi.
Makin lancar perencanaan dan pelaksanaan karir anggota organisasi sesuai persyaratan yang
ada, makin dinamis organisasi yang bersangkutan.6
Pengembangan karir dibagi menjadi dua, pengembangan karir secara individual dan
pengembangan karir secara organisasional. Pengembangan karir secara individual setiap
anggota organisasi harus siap mengembangkan dirinya dalam rangka penitian karirnya lebih
lanjut. T. Hani Handoko dalam bukunya tersebut terdahulu mengatakan bahwa ada enam
kegiatan pengembangan karir yang dilakukan masing-masing individu :
1. Prestasi Kerja, kegiatan paling penting untuk memajukan karir adalah prestasi kerja
yang baik karena hal ini mendasari semua kegiatan pengembangan karir lainnya.
2. Exposure, kemajuan karir juga ditentukan oleh exposure, berarti menjadi dikenal oleh
orang-orang yang memutuskan promosi, transfer dan kesempatan-kesempatan karir
lainnya.
3. Permintaan Berhenti, hal ini merupakan cara untuk mencapai sasaran karir apabila ada
kesempatan karir di tempat lain.
4. Kesetiaan Organisasional, kesetiaan pada organisasi dimana seseorang bertugas turut
menentukan kemajuan karir yang bersangkutan.
5. Mentors dan Sponsors, seringkali yang menajdi sponsor karyawan adalah atasan
mereka.
6. Kesempatan-kesempatan untuk tumbuh, hal ini berguna baik bagi departemen
personalia dalam pengembangan sumber daya manusia internal maupun bagi
pencapaian rencana karir karyawan.7
Pendidikan dan pelatihan adalah suatu kegiatan perusahaan yang dimaksudkan untuk
memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan, dan
pengetahuan para pegawai sesuai keinginan dari perusahaan yang bersangkutan.
Promosi adalah suatu perubahan posisi atau jabatan dari tingkat yang lebih rendah ke
tingkat yang lebih tinggi, perubahan ini biasanya akan diikuti dengan meningkatnya
tanggung jawab, hak, serta status sosial seseorang.
Mutasi adalah merupakan bagian dari proses kegiatan yang dapat mengembangkan
posisi atau status seseorang dalam suatu organisasi. Istilah mutasi sendiri atau yang
dalam beberapa literatur disebut sebagai pemindahan dalam pengertian sempit dapat
dirumuskan sebagai suatu perubahan dari suatu jabatan dalam suatu kelas ke suatu
jabatan dalam kelas yang lain yang tingkatannya tidak lebih tinggi atau lebih rendah
(yang tingkatannya sama) dalam rencana gaji. Sedangkan dalam pengertian yang
lebih luas konsep mutasi dirumuskan sebagai suatu perubahan
posisi/jabatan/tempat/pekerjaan yang dilakukan baik secara horizontal maupun
vertical (promosi/demosi) di dalam suatu organisasi.
Pekerjaan itu sendiri mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pengembangan
karir. Bila setiap hari pekerjaan menyajikan suatu tantangan yang berbeda, apa yang
dipelajari di pekerjaan jauh lebih penting daripada aktivitas rencana pengembangan
formal.
Bentuk pengembangan skill yang dibutuhkan ditentukan oleh permintaan pekerjaan
yang spesifik. Skill yang dibutuhkan untuk menjadi supervisorakan berbeda dengan
skill yang dibutuhkan untuk menjadi middle manager.
Pengembangan akan terjadi hanya jika seorang individu belum memperoleh skill yang
sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Jika tujuan tersebut dikembangkan lebih lanjut oleh
seorang individu maka individu yang telah memiliki skill yang dituntut pekerjaan
akan menempati pekerjaan yang baru.
Waktu yang digunakan untuk pengembangan dapat direduksi/dikurangi dengan
mengidentifikasi rangkaian penempatan pekerjaan individu yang rasional. 8
Atas uraian tersebut di atas, berikut dapat dikemukakan bahwa seorang pegawai merupakan
orang yang paling berkepentingan dalam proses kegiatan pengembangan karir. Bila mereka
(pegawai) sendiri memperlihatkan tampilan-tampilan dan sikap tidak proaktif dalam
pengembangan karir, mustahil mereka akan mendapat kesempatan untuk pengembangan karir
tersebut. Kecuali ada mukjizat tertentu yang berupa nasib baik baginya. Pertama-tama
mereka harus mempunya kepedulian tinggi tentang berbagai perkembangan organisasi tempat
mereka bekerja dan mereka harus banyak mencari informasi tentang apa yang diinginkan
organisasi darinya. Seorang pegawai yang ingin mendapat pengembangan karier harus
mencari infornasi tentang :
Atas dasar uraian tersebut di atas, berikut dapat dikemukakan bahwa yang paling mengetahui
tentang kelebihan maupun kelemahan seorang pegawai adalah atasan langsung mereka.9
Di samping peran individu, manajer, dan organisasi dalam pengembangan karir, ada berbagai
faktor yang lebih spesifik yang mempengaruhi pengembangan karir. Hasto Joko Nur Utomo
dan Meilan Sugiarto memberikan contoh 9 faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan
karir individu di suatu organisasi, yaitu :
b. Personalia pegawai
Manajemen karir pegawai terganggu dengan adanya pegawai yang mempunyai personalitas
yang menyimpang, seperti terlalu apatis, emosional, ambisius, curang, dan lain-lain. Seorang
pegawai yang apatis akan sulit dibina karirnya sebab dirinya sendiri tidak perduli dengan
karirnya sendiri.
c. Faktor eksternal
Aturan dalam manajemen karir sebuah organisasi menjadi kacau lantaran ada intervensi dari
pihak luar.
e. Sistem penghargaan
Organisasi yang tidak mempunyai sistem penghargaan yang jelas (selain gaji dan insentif)
akan cenderung memperlakukan pegawainya secara subyektif. Pegawai yang berprestasi baik
dianggap sama dengan pegawai yang malas.
f. Jumlah karyawan
Semakin banyak jumlah pegawai maka semakin ketat persaingan untuk menduduki jabatan,
demikian pula sebaliknya. Jumlah pegawai yang dimiliki sebuah organisasi sangat
mempengaruhi manajemen karir yang ada.
g. Ukuran organisasi
Ukuran organsiasi dalam konteks ini berhubungan dengan jumlah jabatan yang ada dalam
organisasi tersebut, semakin besar organisasi, semakin kompleks urusan manajemen karir
pegawai. Namun, kesempatan untuk promosi dan rotasi pegawai juga lebih banyak.
h. Budaya organisasi
Sebagaimana masyarakat pada umumnya, organisasi juga mempunyai kultur. Ada organisasi
yang berkultur professional, obyektif, rasional dan demokratis. Dan kultur ini sedikit banyak
akan mempengaruhi pengembangan karir yang ada dalam organisasi tersebut.
i. Tipe manajemen
Ada berbagai tipe manajemen di sebuah organisasi. Ada manajemen yang lebih cenderung
kaku, otoriter, tersentralisir, tertutup, tidak demokratis. Ada juga manajemen yang cenderung
fleksibel, partisipatif, terbuka, dan demokratis. Jika manajemen kaku dan tertutup, maka
keterlibatan pegawai dalam pembinaan karirnya sendiri cenderung minimal. Sebaliknya, jika
manajemen cenderung terbuka, partisipatif, dan demokratis, maka keterlibatan pegawai
dalam pembinaan karir mereka juga cenderung berkembang.13
Perkembangan atau perjalanan karir tersebut biasanya linier dengan bertambahnya usia
seseorang.
Pada usia antara 15-24 tahun, dimana pada umumnya seseorang biasanya masih
dalam bangku pendidikan (siswa atau mahasiswa), mereka sudah mulai memikirkan
pekerjaan yang cocok bagi dirinya. Dengan perkataan lain mereka sudah mulai
melakukan penjajakan terhadap pekerjaan atau karirnya. Sebagian dari kelompok
umur ini, bahkan sudah mulai terjun ke dunia kerja atau bekerja. Sebagian diantara
mereka, walaupun sudah mulai bekerja, namun masih juga mencari kesempatan untuk
melamar pekerjaan yang lain. Mereka masih dalam tahap penjajakan karir.
Pada usia antara 25-44 tahun, pada umumnya seseorang sudah mulai memantapkan
diri pada pekerjaan yang telah dipilih. Mereka sudah tidak tertarik lagi untuk pindah
pekerjaan, bila tidak terdesak oleh situasi, misalnya karena terkena pemutusan
hubungan kerja (PHK). Di samping karena umurnya memang sudah tidak
memungkinkan untuk pindah pekerjaan, juga mempertimbangkan kestabilan ekonomi
keluarganya.
Pada usia 45-60, seseorang (karyawan atau pekerja) sudah mulai pemeliharaan
pekerjaan atau karir yang sudah dipilih dan ditekuninya. Pada tahap ini mereka harus
mulai menekuni dan meningkatkan kualitas pekerjaan atau tugas dan tanggung jawab
yang dipercayakan oleh institusi atau organisasi tempat bekerja. Pada tahap ini, pada
umumnya seseorang sudah tidak memikirkan untuk pindah pekerjaan lagi, dan
konsentrasi pada pekerjaan atau karirnya, demi juga untuk keluarga dan anak-
anaknya.
Pada usia di atas 60 tahun (di Indonesia : di atas 55 tahun), seseorang sudah mulai
melewati puncak karirnya, dan mulai tahap penurunan. Pada usia ini biasanya orang
sudah menunggu masa pensiun, dan bahkan sudah berhenti untuk mengembangkan
karirnya.14
Pengertian Promosi
Promosi adalah penghargaan dengan kenaikan jabatan dalam suatu organisasi ataupun
instansi baik dalam pemerintahan maupun non pemerintah (swasta). Menurut Husein (2003)
seseorang yang menerima promosi harus memiliki kualifikasi yang baik dibanding kandidat-
kandidat yang lainnya. Terkadang jender pria wanita serta senioritas tua muda mempengaruhi
keputusan tersebut. Hal inilah yang banyak diusahakan oleh kalangan pekerja agar bias
menjadi lebih baik dari jabatan yang sebelumnya ia jabat. Dan juga demi peningkatan dalam
status social. Promosi merupakan kesempatan untuk berkembang dan maju yang dapat
mendorong karyawan untuk lebih baik atau lebih bersemangat dalam melakukan suatu
pekerjaan dalam lingkungan organisasi atau perusahaan.
Dengan adanya target promosi, pasti karyawan akan merasa dihargai, diperhatikan,
dibutuhkan dan diakui kemampuan kerjanya oleh manajemen perusahaan sehingga mereka
akan menghasilkan keluaran (output) yang tinggi serta akan mempertinggi loyalitas
(kesetiaan) pada perusahaan. Oleh karena itu, pimpinan harus menyadari pentingnya promosi
dalam peningkatan produktivitas yang harus dipertimbangkan secara objektif. Jika pimpinan
telah menyadari dan mempertimbangkan, maka perusahaan akan terhindar dari masalah-
masalah yang menghambat peningkatan keluaran dan dapat merugikan perusahaan seperti:
ketidakpuasan karyawan, adanya keluhan, tidak adanya semangat kerja, menurunnya disiplin
kerja, tingkat absensi yang tinggi atau bahkan masalah-masalah pemogokan kerja. Untuk
dapat memutuskan imbalan yang sepenuhnya diberikan kepada seorang karyawan atas hasil
kerjanya, maka perusahaan harus memiliki sesuatu sistem balas jasa yang tepat. Mekanisme
untuk dapat menentukan balas jasa yang pantas bagi suatu prestasi kerja adalah dengan
penilaian prestasi kerja.
Melalui penilaian prestasi kerja akan diketahui seberapa baik Ia telah melaksanakan tugas-
tugas yang dibebankan kepadanya, sehingga perusahaan dapat menetapkan balas jasa yang
sepantasnya atas prestasi kerja tersebut. Penilaian prestasi kerja juga dapat digunakan
perusahaan untuk mengetahui kekurangan dan potensi seorang karyawan. Dari hasil tersebut,
perusahaan dapat mengembangkan suatu perencanaan sumber daya manusia secara
menyeluruh dalam menghadapi masa depan perusahaan. Perencanaan sumber daya manusia
secara menyeluruh tersebut berupa jalur-jalur karir atau promosi-promosi jabatan para
karyawannya. Lain halnya dengan demosi, demosi adalah penurunan jabatan dalam suatu
instansi yang biasa dikarenakan oleh berbagai hal, contohnya adalah keteledoran dalam
bekerja. Demosi adalah suatu hal yang sangat dihindari oleh setiap pekerja karena dapat
menurunkan status, jabatan, dan gaji.
2. Dasar-dasar promosi
Pedoman yang dijadikan dasar untuk mempromosikan karywan atau pegawai menurut
Handoko (1999) adalah:
1. Kejujuran
2. Disiplin
3. Prestasi kerja
4. Kerjasama
5. Kecakapan
6. Loyalitas
7. Kepemimpinan
8. Komunikatif
9. Pendidikan
4. Jenis-jenis Promosi Pegawai
Periode kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil ditetapkan tanggal 1 April dan 1 Oktober
setiap tahun, kecuali kenaikan pangkat anumerta dan kenaikan pangkat pengabdian. Masa
kerja untuk kenaikan pangkat pertama Pegawai Negeri Sipil dihitung sejak pengangkatan
sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002
jenis-jenis promosi pegawai adalah sebagai berikut :
a. Promosi Penyesuaian Gelar
Kenaikan pangkat penyesuaian ijazah dapat diberikan kepada Pegawai setelah yang
bersangkutan mengikuti ujian penyesuaian pangkat yang diselenggarakan oleh dinas dan
dinyatakan lulus serta memenuhi persyaratan lainnya yang ditentukan.
– Memiliki STTB/Ijazah dari lembaga pendidikan yang telah diakreditasi oleh Depdiknas
atau instansi yang berwenang;
- Lulus tes penyesuaian gelar, yaitu: TPA untuk promosi ke kelompok III / a dan TPIU untuk
promosi ke kelompok II / a;
- Karyawan yang bersangkutan memiliki paling sedikit 1 (satu) tahun di peringkat
terakhirnya;
b . Pilihan Peringkat Pilihan
Persyaratan Promosi Peringkat yang Disukai:
- Menjadi satu tingkat di bawah pangkat peringkat dari peringkat terendah yang ditugaskan
untuk pendudukan;
– Menunjukkkan prestasi kerja luar biasa baiknya;
B. DEMOSI
1. Pengertian Demosi
Menurut Suratman (1998) demosi adalah penurunan jabatan dalam suatu instansi yang biasa
dikarenakan oleh berbagai hal, contohnya adalah keteledoran dalam bekerja. Turun jabatan
biasanya diberikan pada karyawan yang memiliki kinerja yang kurang baik atau buruk serta
bisa juga diberikan ada karyawan yang bermasalah sebagai sanksi hukuman Demosi
merupakan suatu hal yang sangat dihindari oleh setiap pekerja karena dapat menurunkan
status, jabatan, dan gaji. Namun, demosi atau turun jabatan ini biasa dilakukan oleh beberapa
instansi ataupun perusahaan demi peningkatan kualitas kerja, dan juga sebagai motivasi bagi
karyawannya agar mau berusaha untuk memperoleh yang diinginkan. Mendapatkan promosi
dan menghindari demosi.
Jadi, memang benar jika perusahaan-perusahaan ingin maju, maka harus menciptakan
kompetisi bagi para karyawannya agar mereka tekun dalam bekerja dan tidak selalu
berpangku tangan pada karyawan lainnya. Apabila karyawan memiliki produktivitas dan
motivasi kerja yang tinggi, maka laju roda pun akan berjalan kencang, yang akhirnya akan
menghasilkan kinerja dan pencapaian yang baik bagi perusahaan. Di sisi lain, bagaimana
mungkin roda perusahaan berjalan baik, kalau karyawannya bekerja tidak produktif, artinya
karyawan tidak memiliki semangat kerja yang tinggi, tidak ulet dalam bekerja dan memiliki
moriil yang rendah.
C. MUTASI
1. Pengertian Mutasi
Mutasi atau transfer menurut Wahyudi (1995 )adalah perpindahan pekerjaan seseorang dalam
suatu organisasi yang memiliki tingkat level yang sama dari posisi perkerjaan sebelum
mengalami pindah kerja. Kompensasi gaji, tugas dan tanggung jawab yang baru umumnya
adalah sama seperti sedia kala. Mutasi atau rotasi kerja dilakukan untuk menghindari
kejenuhan karyawan atau pegawai pada rutinitas pekerjaan yang terkadang membosankan
serta memiliki fungsi tujuan lain supaya seseorang dapat menguasai dan mendalami
pekerjaan lain di bidang yang berbeda pada suatu perusahaan. Transfer terkadang dapat
dijadikan sebagai tahapan awal atau batu loncatan untuk mendapatkan promosi di waktu
mendatang. Hakekatnya mutasi adalah bentuk perhatian pimpinan terhadap bawahan.
Disamping perhatian internal, upaya peningkatan pelayanan kepada masyarakat adalah
bagian terpenting dalam seluruh pergerakan yang terjadi dalam lingkup kerja pemerintahan.
2. Tujuan mutasi
Tujuan mutasi menurut Mudjiono (2000) adalah sebagai berikut :