BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
demam artinya sebagai kenaikan suhu tubuh datas batas normal, jika demam
tidak segera diatasi dapat menimbulkan efek yang serius pada anakyaitu
orang dewasa saat ini yang kurang mengerti tentang penanganan dalam
menangami anak dengan kasus demam atau kejang demam. (Anver, 2009)
kurang dari 3 tahun sampai 38 ℃, suhu normal oral sampai 37,5 ℃, suhu
Nurse ,2013) demam bila bayi berumur kurang dari 3 bulan suhu rektal
melebihi 38 ℃. Pada anak umur lebih dari 3 bulan, suhu aksila dan oral
lebih dari 38,3 ℃. Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang
pirogen secara sistemik masih dalam batas yang dapat ditoleransi maka
ada beberapa beberapa istilah lain yang sering digunakan adalah pireksia
atau febris. Demam diartikan sebagai peningkatan suhu tubuh lebih dari
hal yang paling sering dikeluhkan oleh orang tua mulai di ruang praktek
dokter sampai ke unit gawat darurat (UGD) anak, meliputi 10-30% dari
Kejang demam adalah kejadian kejang pada bayi dan anak, biasanya
Kejang disertai demam pada anak yang sebelumnya menderita kejang tanpa
adalah kejang pada anak setelah usia 1 bulan, berhubungan dengan demam
dan penyakit yang tidak disebabkan karena infeksi pada susunan saraf pusat,
tanpa ada kejang pada masa neonatal atau kejang tanpa provokasi
terjadi pada 24 jam pertama sakit dan berhubungan dengan infeksi saluran
nafas akut, seperti faringitis dan otitis media, pneumonia, infeksi saluran
5 tahun sebanyak 2-4% dan paling sering terjadi pada balita usia 17-23
pengukuran suhu rektal >38 ℃ (100,4oF) atau suhu oral >37,8 ℃ atau suhu
aksila >37,2 ℃ (99oF). Sedangkan pada bayi berumur kurang dari 3 bulan,
dikatakan demam apabila suhu rektal > 38℃ dan pada bayi usia lebih dari 3
bulan apabila suhu aksila dan oral lebih dari 38,3 ℃ (Susanti, 2012).
4
tahun pernah mengalami kejang demam, lebih dari 90% terjadi ketika anak
2-4% dari jumlah penduduk di AS, Amerika Selatan dan Eropa Barat. Di
pada anak usia dibawah 5 tahun (Shinnar dan Glauser, 2012). Berdasarkan
insidens rate kejang demam 6,9% pada anak usia 4 tahun (Sillanpaa, 2008).
2008).
Diantaranya; umur, jenis kelamin, suhu saat kejang, riwayat kejang dan
keturunan adalah salah satu faktor terbesar terjadinya kejang demam pada
anak (Wardani, 2012). Kejang demam berulang terjadi pada 50% anak yang
menderita kejang demam pada usia kurang dari 1 tahun dan dapat
setelah satu atau lebih kejang jenis apapun adalah 2% dan menjadi 4% bila
(Wong, 2009). Di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2012 Penderita dengan
kejang demam di Rumah Sakit berjumlah 2.220 untuk umur 0-1 tahun,
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung didapatkan data pada tahun
2010 dengan kejang demam yaitu 2,22%Di provinsi Jawa Tengah mencapai
2-3% dari anak yang berusia 6 bulan–5 tahun pada tahun 2012- 2013.
Berdasarkan data yang ada diruang mawar RSUD Banyudono, pada 2014 di
bulan november dan desember terdapat 7 kasus kejang demam dan ditahun
kejadian itu dapat dilihat adanya peningkatan kejang demam dalam 1 tahun
yang sedang berkembang, termasuk Indonesia terdapat dua faktor yaitu gizi
Demam pada bayi dan anak balita merupakan salah satu kasus yang
tidak dapat diabaikan begitu saja. Peningkatan suhu tubuh pada balita dapat
pada klien dengan febris, yaitu dengan terapi farmakologis dan terapi fisik.
demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak
neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demam dan tindakan
(Kania, 2010).
handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada
yang cukup efektif dalam menurunkan demam. Oleh karena itu, sebaiknya
dibawa oleh darah ini menuju hipotalamus akan merangsang area preoptik
yang hangat akan membuka pembuluh darah tepi dikulit melebar atau
panas (Suriadi, 2010). Hal ini sejalan penelitian yang dilakukan oleh
rerata penurunan suhu tubuh setelah pemberian kompres hangat 0,70 ℃ dan
pemberian kompres hangat lebih efektif untuk penurunan suhu tubuh pada
akan mengalami kekambuhan sebesar 44% pada pasien yang tidak diobati
(Lumbantobing, 2007).
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejadian kejang terjadi
kejang baru terjadi pada suhu 40˚C atau lebih (Maulana, 2009).
juga sangat kecil yaitu sekitar 2-3%. Risiko terbanyak adalah berulang
demam kejang, yang dapat terjadi pada 30-50% balita. Risiko-risiko tersebut
lebih besar pada demam kejang kompleks (Sabrina, 2008). Bila kejang
2,9 % yang menjadi epilepsi dan golongan epilepsi yang diprovokasi oleh
(Ngastiyah, 2005).
TABEL 1.1
DISTRIBUSI FREKUENSI PENDERITA KEJANG DEMAM
BERDASARKAN GOLONGAN UMUR DI RUANG RAWAT INAP
RUMAH SAKIT SITI AISYAH KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2017
ruang Al Atfal Rumah Sakit Siti Aisyah Kota Lubuklinggau Tahun 2018”.
10
B. Rumusan Masalah
dengan Demam Kejang di ruang Al Atfal Rumah Sakit Siti Aisyah Kota
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2018”
benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
somatik yang berasal dari luar otak seperti demam tinggi, infeksi, pingsan,
trauma kepala, hipoksia, toksin, atau aritmia jantung. Keadaan lain seperti
suhu tubuh ( suhu rektal di atas 38 o C) yang disebabkan oleh suatu proses
kejadian kejang yang terjadi pada masa anak-anak yang biasanya terjadi
antara umur tiga bulan dan lima tahun yang dikaitkan dengan kenaikan
suhu tubuh tanpa adanya bukti infeksi SSP. Bila anak berumur kurang
dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam
13
pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang
kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam. Bila kejang
Otak adalah suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan
pusat komputer dari semua alat tubuh, bagian dari syaraf sentral yang
14
Bagian-bagian otak :
hipotalamus terbagi dalam berbagai inti dan daerah inti. Terletak pada
b. Talamus berada pada salah satu sisi pada sepertiga ventrikel dan
diterima semua impuls memori, sensasi dan nyeri melalui bagian ini.
serebri.
merupakan bagian otak yang tiga kali lebih sering timbul tumor pada
orang dewasa.
keempat hipotesis itu tidak ada hubunganya satu dengan yang lain.
2. Fisiologi
b. Pirogen Endogen
c. Pengaturan Suhu
dan oleh semua proses vital yang berperan dalam metabolisme basal.
reaksi kimia bervariasi sesuai dengan suhu dank arena sistem enzim
16
dalam tubuh memiliki rentang suhu normal yang sempit agar berfungsi
optimal, fungsi tubuh normal bergantung pada suhu yang relatif konstan
3. Epidemiologi
demam adalah kejang umum, kurang dari 5 menit dan terjadi awal pada
kompleks antara lain durasi lebih dari 15 menit, lebih dari satu kali
kejang dalam sehari. Faktor lain yang memperburuk yaitu onset awal
setelah kejang demam itu masih sangat rendah yaitu sekitar 15-20%.
17
4. Etiologi
a. Intrakranial
ventricular
b. Ekstra cranial
Tebing, 1997)
18
5. Klasifikasi Kejang
a. Kejang Tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat
bayi dengan komplikasi prenatal berat. Bentuk klinis kejang ini yaitu
kernicterus
b. Kejang Klonik
biasanya tidak diikuti oleh fase tonik. Bentuk kejang ini dapat
disebabkan oleh kontusio cerebri akibat trauma fokal pada bayi besar
c. Kejang Mioklonik
ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan
6. Patofiologi
dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionic. Dalam keadaan
normal membrane sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (NA+) dan
dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar
konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan yang
20
atau keturunan.
orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu
dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion
listrik.
kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah,
kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40 C atau lebih.
demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga
hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu
7. PATHWAY
Infeksi bakteri rangsang mekanik dan biokimia.
Virus dan parasit gangguan keseimbangan cairan&elektrolit
Pengobatan perawatan
Kondisi, prognosis, lanjut kejang resiko cedera
Dan diit
8. Manifestasi Klinis
dibagi menjadi dua yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam
kompleks.
dari 15 menit.
tahun.
3. Kejang pertama kali umur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5
tahun.
saudara kandung.
25
yang meningkatkan risiko untuk menjadi epilepsi antara lain kejang yang
atipikal, riwayat keluarga epilepsi awal kejang demam kurang dari umur 9
beberapa faktor risiko dan hanya 1% pada anak tanpa faktor risiko.
a. Faktor suhu
yang mengalami demam kurang dari 39˚C. Demam pada anak paling
b. Faktor Usia
otak.
Insiden kejang demam pada anak yang dilahirkan dari ibu dengan
4,4%. Ibu dengan konsumsi rokok per hari lebih dari 10 batang
demam
kesehatan bayi yang dilahirkan. Pada usia ibu kurang dari 20 tahun
kejang.
aterm.
29
h. Faktor BBLR
Bayi dengan berat lahir rendah yaitu bayi lahir kurang dari
berat lahir kurang dari 2500 gram sebesar 3,4% dan bayi berat lahir
i. Faktor Asfiksia
janin.
lengkap, gula darah, elektrolit, urinalisis dan biakan darah, urin atau
jelas. Jika yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan
EEG masih dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas
fokal untuk mencari lesi organic di otak. CT scan biasanya tidak perlu
kompleks.
11. Penatalaksanaan
tersedak.
lemas.
12. Komplikasi
epiksi.
bukan karena kejang demam itu sendiri kejang pertama kadang di alami
oleh anak dengan epilepsy pada saat mereka mengalami demam. Namun
menimbulkan epilepsy.
kejang berulang jika ,ereka demam kembali. Sekitar 33% anka akan
terulangnya kejang demam akan lebih tinggi jika pada kejang yang
B. Konsep Anak
1. Definisi Anak
bahwa, anak adalah siapa saja yang belum berusia 18 tahun dan termasuk
(Damayanti,2008).
yang meliputi, pangan atau gizi, perawatan kesehatan dasar, tempat tinggal
hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu atau pengganti ibu
lapar, haus, basah dan perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa
lembut. Ada beberapa respon non verbal yang biasa ditunjukkan bayi
terjadi pada bayi kurang dari enam bulan sebagai cara menarik
tahun adalah sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai perasaan
takut oada ketidaktahuan sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa
yang akan akan terjadi padanya. Misalnya, pada saat akan diukur suhu,
anak akan merasa melihat alat yang akan ditempelkan ke tubuhnya. Oleh
tersebut tidak berbahaya untuknya. Dari hal bahasa, anak belum mampu
berbicara fasih. Hal ini disebabkan karena anak belum mampu berkata-
kata 900-1200 kata. Oleh karena itu saat menjelaskan, gunakan kata-kata
yang lebih besar untuk berbicara tanpa keberadaan orangtua. 12 Satu hal
dicapainya.
Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang
masa anak-anak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola piker dan
masalah secara positif. Apabila anak merasa cemas atau stress, jelaskan
bahwa ia dapat mengajak bicara teman sebaya atau orang dewasa yang ia
membedakan salah dan benar serta mengembangkan kata hati juga proses
sosialisasi.
lembaga.
38
kedua jenis kelamin, menemukan diri sendiri berkat refleksi dan kritik
1. Pengkajian
keperawatan.
a. Identitas Klien
b. Riwayat Kesehatan
penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain
pernah kejang.
6. Riwayat imunisasi
c. Pemeriksaan Fisik
2. Pemeriksaan persistem
kering
perifer
e. Sistem gastrointestinal :
kejang
distensi
e. Pola eleminasi
Tanda :
spingfer
f. Keamanan
2) Perkembangan Bahasa
a.) Usia 1-4 bulan Perkembangan bahasa pada usia ini ditandai
d. Diagnosa Keperawatan
meningkat (kejang)
3. Intervensi Keperawatan
tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa
nyaman.
Intervensi :
lebih hangat.
bulan.
meningkat (kejang)
Kriteria Hasil :
Intervensi :
tergigit).
tergigit.
konvulsan.
Kriteria hasil :
Intervensi :
intervensi segera.
47
mengatasinya.
4. Implementasi Keperawatan
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap ini merupakan tahap tahap ke empat
dimulai setelah rencana tindakan dirumuskan sesuai skala urgnt dan non
urgent. Dalam penatalkasaan tindakan ada tiga yang harus dilalui yaitu :
5. Evaluasi
sistematis pada status kesehatan klien. Evaluasi terdiri dari dua jenis yaitu
tujuan akhir. Sedangkan evaluasi sumatif ini disebut evaluasi akhir atau
meningkat
mengandung obat dan dapat basah ataupun kering, panas ataupun dingin
kedinginan.
49
membatasi peradangan.
diatur oleh pusat vasomotor pada medulla oblongata dari tangkai otak,
(Guyton, 2002)
berupa air hangat 40° dalam wadah (kom), Handuk / kain / washlap
b. Prosedur Tindakan
2. Cuci tangan
terlalu basah
51
7. Apabila kain telah kering atau suhu kain relatif menjadi dingin,
menit
c. Evaluasi
1. Respon klien
d. Dokumentasi
1. Waktu pelaksanaan
evaluasi
E. KERANGKA TEORI
Faktor Pengetahuan :
a. Pendidikan
Pengetahuan Ibu b. Pekerjaan
c. Umur
d. Budaya
e. Lingkungan
Pendidikan
f. informasi
kesehatan
(wulandari & Erawati, 2016 ; Mubarok, 2007)
F. KERANGKA KONSEP
Tempat pengukuran
suhu tubuh : Hasil suhu tuhuh
a. Axilla
b. direktal
BAB III
METODE PENELITIAN
pendekatan studi kasus. Studi kasus adalah penelitian yang dilakukan dengan
meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit
tunggal. Unit tunggal dapat berarti satu orang atau sekelompok penduduk
Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang pasien yang mengalami
masalah dengan demam kejang di ruang Al Atfal Rumah Sakit Siti Aisyah
Kota Lubuklinggau.
Adapun kriteria inkulusi subjek dalam studi kasus ini adalah sebagai
berikut :
Fokus studi dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh kompres hangat
terhadap kejang demam adalah anak usia 0 bulan sampai dengan ≤ 5 tahun.
1. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
o
tubuh ( suhu rektal di atas 38 C) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranial.
2. Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan
menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh
3. Anak adalah seseorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum
mengalami pubertas yang dalam periode perkembangan masa dari bayi hingga
usia lima tahun atau enam tahun yang disebut dengan periode prasekolah.
hangat.
diberikan.
1. Analisa Data
2. Penyajian Data
maka data hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk teks dan table.
dignity)
Inclusiveness)
and Benefits)
akan merugikan bagi subyek. Oleh sebab itu pelaksanaan penelitian harus
dapat mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stress,
BAB IV
meliputi penjabaran data umum dan khusus serta analisis perubahan mengenai
penurunan suhu tubuh baik sesudah dilakukan kompres hangat maupun sebelum
dilakukan pemberian kompres hangat pada pasien anak dengan kejang demam di
ruang rawat inap Al Athfal RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau tahun 2017.
Kota Lubuklinggau. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Siti Aisyah adalah
rumah sakit milik pemerintah kota Lubuklinggau, yang pertama kali didirikan
1990 dalam bentuk Yayasan Rumah Sakit Siti Aisyah berdasarkan surat izin
Pada tahun 2012 Rumah Sakit Umum Daerah Kota Lubuklinggau resmi
tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota
Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Siti Aisyah Kota
Lubuklinggau.