Anda di halaman 1dari 9

PEMBUBARAN DAN PENGHAPUSAN PERSEROAN TERBATAS

Posted on 17 April 2013 by I Made Somya Putra, SH, MH

1. A. Pendahuluan

Dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang


Perseroan Terbatas, disebutkan Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut
Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan
berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Dalam
perjalanannya tidak semua Perseroan Terbatas tersebut menemukan hasil yang
diinginkan, yang pada akhirnya Perseroan Tersebut menjadi bangkrut dan
Akhirnya dibubarkan.

Secara hukum terjadinya Pembubaran Perseroa Terbatas diatur atur dalam Pasal
142 (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas yang menyatakan Pembubaran
Perseroan terjadi karena:

1. berdasarkan keputusan RUPS;


2. karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar
telahberakhir;
3. berdasarkan penetapan pengadilan;
4. dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit Perseroan tidak
cukup untuk membayar biaya kepailitan;
5. karena harta pailit Perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam
keadaan insolvensi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang; atau
6. karena dicabutnya izin usaha Perseroan sehingga mewajibkan Perseroan
melakukan likuidasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Namun di dalam prakteknya, pembubaran Perseroan tidak diikuti dengan
penghapusan Badan Hukumnya, sehingga Pajak yang mengikuti masih membebani
Perseroan tersebut. Oleh karenanya menjadi penting kemudian membahas
bagaimana pembubaran Perseroan Terbatas Tersebut sehingga betul-betul Badan
Hukumnyapun terhapuskan, tanpa dikenakan biaya pajak atau Perseroan tersebut
tidak beroperasi sama sekali.

1. B. Pelaksanaan Pembubaran Perseroan terbatas

Dalam hal terjadi pembubaran Perseroan, tidak serta merta perseroan tersebut
hanya diwacanakan saja. terdapat tahapan-tahapan yang harus
dilanjutkan. Pasal 142 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 mengisyaratkan bahwa Pembubaran Perseroan tersebut wajib diikuti
dengan likuidasi yang dilakukan oleh likuidator atau kurator; dan Perseroan tidak
dapat melakukan perbuatan hukum, kecuali diperlukan untuk membereskan semua
urusan Perseroan dalam rangka likuidasi. Hal ini berarti Pembubaran Perseroan
tersebut dilakukan dengan cara atau proses likuidasi yang dilakukan oleh
likuidator atau yang karena pailit oleh kurator untuk membereskan segala urusan
yang tersangkut dengan Perseroan yang dibubarkan agar tidak menjadi masalah
di kemudian hari.

Sedangkan untuk pembubaran yang terjadi terjadi berdasarkan keputusan RUPS,


jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah berakhir
atau dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan keputusan pengadilan niaga dan
RUPS tidak menunjuk likuidator, Direksi bertindak selaku likuidator. Hal ini
dikarenakan bahwa Perseroan Terbatas adalah perjanjian, maka dapat
dibubarkan dengan kesepakatan pula yang diambil dalam RUPS (Rapat Umum
Pemegang Saham). Disini yang bertindak sebagai likuidator adalah Direksi atas
kesepakatan dengan pemegang saham.

Dalam hal pembubaran Perseroan terjadi dengan dicabutnya kepailitan berada


pada ranah pengadilan niaga yang berarti pengadilan niaga harus memutus
kepailitannya dan sekaligus memutuskan pemberhentian kurator dengan
memperhatikan ketentuan dalam Undang-Undang tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Dalam proses tersebut Direksi,
komisaris dan pemegang saham tidak boleh melakukan perbuatan hukum apapun,
Kalau umpamanya dilanggar, anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan
Perseroan bertanggung jawab secara tanggung renteng.

Pasal 143 (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 menyebutkan Pembubaran


Perseroan tidak mengakibatkan Perseroan kehilangan status badan hukum sampai
dengan selesainya likuidasi dan pertanggungjawaban likuidator diterima oleh
RUPS atau pengadilan. Artinya bahwa pembubaran Perseroan tersebut tidak
menghapus badan hukumnya yang telah didaftarkan sampai dengan likuidasi dan
pertanggungjawaban likuidatornya diterima oleh RUPS atau pengadilan niaga.

Dalam Ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Menteri Perdagangan


Republik Indonesia Nomor : 36/M-DAG/PER/9/2007 Jo. Peraturan Menteri
Perdagangan Republik Indonesia Nomor 44/M-DAG/PER/9/2009 Tentang Surat
Izin Usaha Perdaganga (SIUP), PT wajib memiliki Surat Ijin Usaha Perdagangan
(SIUP) yang dibedakan antara SIUP Kecil, SIUP Menengah dan SIUP besar
berdasarkan kewajiban memiliki perdagangan yang kekayaan bersihnya masing-
masing Rp. 50.000.000-Rp.500.000.000,- untuk SIUP Kecil, Rp.500.000.000,-
sampai Rp.10.000.000.000,- Untuk SIUP Menengah dan lebih dari Rp.
10.000.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunannya Untuk SIUP besar. SIUP
itulah yang kemudian dijadikan dasar usaha dari sebuah PT yang harus harus
didaftarkan dan/atau dihapuskan karena terkait dengan Pajak didalamnya.

Usulan Pembubaran dilakukan oleh Direksi, Dewan Komisaris atau 1 (satu)


pemegang saham atau lebih yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh)
bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, dapat mengajukan usul
pembubaran Perseroan kepada RUPS. Dan keputusan RUPS tersebut menjadi sah
apabila diambil sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87
ayat (1) dan Pasal 89 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, dimana
Pembubaran Perseroan dimulai sejak saat yang ditetapkan dalam keputusan
RUPS.

Kemudian Pasal 145 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 mengatur tentang


Pembubaran Perseroan terjadi karena hukum apabila jangka waktu berdirinya
Perseroan yang ditetapkan dalam anggaran dasar berakhir. Pada Ayat (2)nya
menyebutkan Dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah
jangka waktu berdirinya Perseroan berakhir RUPS menetapkan penunjukan
likuidator. Setelah itu Direksi tidak boleh melakukan perbuatan hukum baru atas
nama Perseroan setelah jangka waktu berdirinya Perseroan yang ditetapkan
dalam anggaran dasar berakhir.

Disamping itu sesuai dengan Pasal 146 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007, Pengadilan negeri dapat membubarkan Perseroan atas:

1. permohonan kejaksaan berdasarkan alasan Perseroan melanggar


kepentingan umum atau Perseroan melakukan perbuatan yang melanggar
peraturan perundang-undangan;
2. permohonan pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan adanya
cacat hukum dalam akta pendirian;
3. permohonan pemegang saham, Direksi atau Dewan Komisaris berdasarkan
alasan Perseroan tidak mungkin untuk dilanjutkan.

Di dalam penetapan pengadilan ditetapkan juga penunjukan likuidator.


Likuidator memiliki Peran yang penting yang diatur dalam Pasal 147 Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007. Dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga
puluh) hari terhitung sejak tanggal pembubaran Perseroan, likuidator wajib
memberitahukan:

1. kepada semua kreditor mengenai pembubaran Perseroan dengan cara


mengumumkan pembubaran Perseroan dalam Surat Kabar dan Berita
Negara Republik Indonesia; dan
2. pembubaran Perseroan kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar
Perseroan bahwa Perseroan dalam likuidasi.

Pemberitahuan tersebut kepada kreditor dalam Surat Kabar dan Berita Negara
Republik Indonesia memuat pembubaran Perseroan dan dasar hukumnya, nama
dan alamat likuidator; tata cara pengajuan tagihan; dan jangka waktu pengajuan
tagihan dimana Jangka waktu pengajuan tagihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf d adalah 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal pengumuman

Kemudian Pemberitahuan kepada Menteri sebagaimana dimaksud wajib


dilengkapi dengan bukti:

1. dasar hukum pembubaran Perseroan; dan


2. pemberitahuan kepada kreditor dalam Surat Kabar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a.

Pemberitahuan kepada kreditor dan Menteri oleh Likuidator belum dilakukan,


pembubaran Perseroan tidak berlaku bagi pihak ketiga. Dan Dalam hal likuidator
lalai melakukan pemberitahuan likuidator secara tanggung renteng dengan
Perseroan bertanggung jawab atas kerugian yang diderita pihak ketiga.

Terdapat Kewajiban likuidator dalam melakukan pemberesan harta kekayaan


Perseroan dalam proses likuidasi meliputi pelaksanaan:

1. pencatatan dan pengumpulan kekayaan dan utang Perseroan;


2. pengumuman dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia
mengenai rencana pembagian kekayaan hasil likuidasi;
3. pembayaran kepada para kreditor;
4. pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada pemegang saham; dan
5. tindakan lain yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan pemberesan
kekayaan.

Disamping itu, likuidator memperkirakan bahwa utang Perseroan lebih besar


daripada kekayaan Perseroan, likuidator wajib mengajukan permohonan pailit
Perseroan, kecuali peraturan perundang-undangan menentukan lain, dan semua
kreditor yang diketahui identitas dan alamatnya, menyetujui pemberesan
dilakukan di luar kepailitan. Kreditor dapat mengajukan keberatan atas rencana
pembagian kekayaan hasil likuidasi dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam)
puluh hari terhitung sejak tanggal Pengumuman. Dalam hal pengajuan
keberatantersebut ditolak oleh likuidator, kreditor dapat mengajukan gugatan ke
pengadilan negeri dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari
terhitung sejak tanggal penolakan.

Yang menjadi bahan penting pula tentang hak kreditur. Pasal 150 Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007, Kreditor yang mengajukan tagihan sesuai dengan
jangka waktu yang ditolak oleh likuidator dapat mengajukan gugatan ke
pengadilan negeri dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari
terhitung sejak tanggal penolakan. Kreditor yang belum mengajukan tagihannya
dapat mengajukan melalui pengadilan negeri dalam jangka waktu 2 (dua) tahun
terhitung sejak pembubaran Perseroan diumumkan tersebut.

Likuidator tersebut dapat diganti apabila tidak melaksanakan tugasnya dengan


baik. Pasal 151 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 menegaskan :

(1) Dalam hal likuidator tidak dapat melaksanakan kewajibannya sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 149, atas permohonan pihak yang berkepentingan atau
atas permohonan kejaksaan, ketua pengadilan negeri dapat mengangkat
likuidator baru dan memberhentikan likuidator lama.

(2) Pemberhentian likuidator sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan


setelah yang bersangkutan dipanggil untuk didengar keterangannya.

Disinilah letah pembubaran PT tersebut yang dilakukan oleh Likuidator.

C. Penghapusan Badan Hukum Perseroan Terbatas

Sebagaimana telah dituangkan dalam Pasal 143 (1) Undang-Undang Nomor 40


Tahun 2007 bahwa Pembubaran Perseroan tidak mengakibatkan Perseroan
kehilangan status badan hukum sampai dengan selesainya likuidasi dan
pertanggungjawaban likuidator diterima oleh RUPS atau pengadilan maka harus
dihapuskan Pula mengenai status badan Hukum PT tersebut.

Kemudian dalam Pasal 152 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 juga


menegaskan
(1) Likuidator bertanggung jawab kepada RUPS atau pengadilan yang
mengangkatnya atas likuidasi Perseroan yang dilakukan.

(2) Kurator bertanggung jawab kepada hakim pengawas atas likuidasi


Perseroan yang dilakukan.

(3) Likuidator wajib memberitahukan kepada Menteri dan mengumumkan hasil


akhir proses likuidasi dalam Surat Kabar setelah RUPS memberikan pelunasan dan
pembebasan kepada likuidator atau setelah pengadilan menerima
pertanggungjawaban likuidator yang ditunjuknya.

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku juga bagi kurator
yang pertanggungjawabannya telah diterima oleh hakim pengawas.

(5) Menteri mencatat berakhirnya status badan hukum Perseroan dan menghapus
nama Perseroan dari daftar Perseroan, setelah ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dan ayat (4) dipenuhi.

(6) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berlaku juga bagi
berakhirnya status badan hukum Perseroan karena Penggabungan, Peleburan,
atau Pemisahan.

(7) Pemberitahuan dan pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan
ayat (4) dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak tanggal pertanggungjawaban likuidator atau kurator diterima oleh
RUPS, pengadilan atau hakim pengawas.

(8) Menteri mengumumkan berakhirnya status badan hukum Perseroan dalam


Berita Negara Republik Indonesia.

Maka sesuai dengan Pasal tersebut, ujung dari Pembubaran PT adalam


berakhirnya status badan Hukum Perseroan dalam Berita Acara Republik
Indonesia.

Badan hukum perseroan terbatas tersebut terkait dengan pendaftaran


Perusahaan yang telah dilakukan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Perdagangan RI Nomor : 37/M-DAG/PER/9/2007 Tentang Penyelenggaraan
Pendaftaran Perusahaan. Dalam Pasal 2 Ayat (1) Peraturan Menteri
Perdagangan RI Nomor : 37/M-DAG/PER/9/2007 diterangkan bahwa setiap
Perseroan terbatas (PT), Koperasi, Persekutuan komanditer (CV), Firma (fa),
Perseroan, dan bentuk usaha lainnya (BUL) termasuk kantor asing dengan status
Kator Pusat, kantor tunggal, kantor Cabang, kantor pembantu, Anak Perusahaan,
Agen Perusahaan, dan Perwakilan Perusahaan yang berkedudukan di Wilayah
kesatuan Republik Indonesia Wajib didaftarkan dalam daftar perusahaan.
Setalah mendaftarkan perusahaannya atau perseroan maka akan mendapat
Tanda Pendaftaran Perusahaan (TDP) yang berlaku untuk jangka waktu 5 (lima)
tahun terhitung mulai tanggal diterbitkannya dan wajib diperbaharui paling
lambat (3) tahun.

Sebuah badan Usaha termasuk PT yang sudah didaftarkan, juga dapat dihapus
dari daftar perusahaan apabila terjadi perubahan bentuk perusahaan,
pembubaran, penghentian segala usaha kegiatannya, berhenti akibat akta
pendiriannya kadaluwarsa atau berakhir auat bubar berdasarkan putusan
pengadilan. Dalam pokok permasalahan ini, Perseroan dapat dihapusakan dari
daftar perusahaan apabila dibubarkan. Hal ini diatur dalam Pasal 14 ayat
(1) Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor : 37/M-DAG/PER/9/2007.

Lebih lanjut, Pasal 14 Ayat (4) Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor : 37/M-
DAG/PER/9/2007 dalam penghapusan oleh karena pembubaran PT, likuidator
yang bersangkutan dalam jangka waktu paling lambat 3 bulan semenjak dihitung
hari pembubaran wajib memberitahukannya kepada Menteri yang berwenang
dan wajib pula memberitahukannya kepada kepala KKP Kabupaten/Kota/
Kotamadya setempat dengan menyertakan :

1. Bukti Penerimaan pemberitahuan dari menteri yang tugas dan tanggung


jawabnya di bidang perundang-udangan.
2. TDP asli

Di kota/Kabupaten/ Kota Madya, penghapusan Ijin TDP dilakukan melalui dinas


perijinan yang memiliki beberapa persyaratan yaitu :
1. Formulir permohonan bermaterai 6000
2. Salinan KTP/Keterangan Domisili
3. Bukti Pemberitahuan dari kementerian Hukum dan HAM tentang
Pembubaran PT
4. TDP asli
5. Laporan serta alasan Penutupan Perusahaan.

Dalam 5 Hari jangka waktu Penurusan ijin harus sudah selesai dan ketika ijin
penghapusan tersebut sudah keluar maka selesai sudah proses Pembubaran PT
dan badan hukumnya sudah terhapuskan.

D. Penutup.

Pembubaran Perseroan tersebut wajib diikuti dengan likuidasi yang dilakukan


oleh likuidator atau curator. Ujung dari Pembubaran PT adalah berakhirnya status
badan Hukum Perseroan berupa Menteri mengumumkan berakhirnya status badan
hukum Perseroan dalam Berita Negara Republik Indonesia disertai dengan
penghapusan Ijin TDP Di kota/Kabupaten/ Kota Madya yang dilakukan melalui
dinas perijinan dan ketika ijin penghapusan tersebut sudah keluar maka selesai
sudah proses Pembubaran PT dan badan hukumnya sudah terhapuskan.

https://lawyersinbali.wordpress.com/2013/04/17/pembubaran-dan-
penghapusan-perseroan-terbatas/

Anda mungkin juga menyukai