Anda di halaman 1dari 5

KELAYAKAN EKONOMI TRANSPORTASI COAL SLURRY

MENGGUNAKAN PIPA DI PT. BUKIT ASAM

Aditya Rahman Halim1

1
Jurusan Teknik Pertambangan, Universitas Trisakti, Jalan Kyai Tapa No.1, RT.6/RW.16, Tomang,
Grogol petamburan, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11440, Indonesia

Abstrak
Metode transportasi coal slurry menggunakan pipa (coal slurry pipeline) merupakan metode transportasi baru dan
umumnya digunakan jika jarak angkutannya lebih dari 100 km. Dalam hal ini akan disimulasikan kelayakan ekonomi dalam
berupa simulasi cash flow dan grafik NPV (Net Present Value) dengan tujuan Stockpile MTB ke PLTU BPI dengan jarak 4,6
km dan permintaan 66.000 ton/tahun dan TLS 1 ke Pelabuhan Kertapati dengan jarak 161 km dan permintaan 876.000
ton/tahun. Penelitian ini akan menggunakan metode matematik dan grafik dengan bantuan software yaitu Microsoft Excel.
Berdasarkan hasil perhitungan cash flow Stockpile MTB ke PLTU BPI, menunjukkan bahwa pada permintaan 66.000
ton/tahun dan jarak angkut 4,6 km perusahaan mengalami kerugian sehingga dilakukan simulasi peningkatan produksi agar
perusahaan mengalami keuntungan yaitu 110.000 ton/tahun dengan jarak yang sama. Sedangkan hasil perhitungan cash
flow TLS 1 ke Pelabuhan Kertapati, menunjukkan bahwa pada permintaan 876.000 ton/tahun dengan jarak 161 km
perusahaan sudah mengalami keuntungan. Oleh karena itu, metode transportasi pipa dengan jarak 4,6 km tidak efektif
digunakan dibandingkan dengan jarak 161 km. Dan metode transportasi pipa dipengaruhi oleh fungsi dari kapasitas atau
produksi yang besar dan jarak yang jauh.

Kata kunci: coal slurry pipeline, transportasi coal slurry, cash flow

Abstract
Coal slurry transportation method with pipe (coal slurry pipeline) is a new transportation method and commonly used to if
the hauling distance more than 100 km. In this case it will be simulated economic feasibility with cash flow simulation and
NPV graphics (Net Present Value) with destination of MTB Stockpile to BPI Power Station with the distance is 4,6 km and
the production is 66.000 tons/year and TLS 1 to Kertapati Port with the distance is 161 km with the production is 876.000
tons/year. This research will be used mathematics method and graphic with the software is Microsoft Excel. Based on the
calculation of cash flow MTB Stockpile to BPI Power Station, shows that at 66.000 tons/year demand and the distance is 4,6
km, the company suffered losses so that have to do simulation of increase the production for the company suffered profits at
110.000 tons/year demand with the same distance. While the calculation of cash flow TLS 1 to Kertapati Port, shows that at
876.000 tons/year demand with the distance 161 km the company have suffered profits. Because of that, transportation pipe
method with the distance 4,6 km is not feasible using compared to distance 161 km. And transportation pipe method is
affected by the function of large capacity or production and long distance.

Keywords: coal slurry pipeline, coal slurry transportation, cash flow

*Penulis untuk korespondensi (corresponding author): Aditya Rahman Halim


E-mail: adityarahmanh@yahoo.com
Tel: 081296122423, faksimil: -

I. PENDAHULUAN satu metode yang berkembang dan digunakan oleh


Metode transportasi yang digunakan PTBA dalam banyak perusahaan tambang di dunia adalah
mengangkut batubara untuk jarak jauh transportasi batubara menggunakan pipa. Metode
menggunakan kereta api seperti mengangkut ini sangat baik digunakan ketika jarak angkutnya
batubara dengan tujuan Pelabuhan Kertapati lebih dari 100 km. PTBA mengangkut batubara ke
maupun Pelabuhan Tarahan, sedangkan untuk Pelabuhan Kertapati yang ada di Palembang
mengangkut batubara dengan jarak yang dekat menggunakan kereta dengan jarak 161 km dan
seperti mengangkut batubara ke PLTU mengangkut batubara ke PLTU BPI dengan jarak
menggunakan belt conveyor. Semakin 4,6 km menggunakan belt conveyor. Hal ini akan
berkembangnya teknologi pada zaman sekarang, dibandingkan untuk mengetahui layak atau tidak
banyak metode transportasi baru yang diterapkan untuk jarak 161 km dan 4,6 km dari segi kelayakan
untuk mengirimkan batubara atau mineral. Salah ekonominya.
Sumber: Brittanica.com, 2017
II. TEORI DASAR
2.1 Teknologi Transportasi Batubara 2.2 Komponen – Komponen Coal Slurry
Menggunakan Pipa (Coal Slurry Pipeline) Pipeline
Coal Slurry Pipeline adalah salah satu jenis Dalam menjalankan sistem pengoperasian coal
teknologi transportasi batubara dengan slurry pipeline, ada 4 komponen penting yang
menggunakan pipa dimana batubara akan diubah harus ada dan bekerja secara berkesinambungan.
menjadi seperti bubur dan dicampurkan dengan air. Komponen – komponen tersebut adalah sebagai
Teknologi ini pertama kali digunakan pada tahun berikut:
1914 di Inggris untuk mengangkut batubara dari a) Water Supply System
Dermaga Thames River ke PLTU Hammersmith Air merupakan sumber utama untuk menjalankan
dengan kapasitas 150 MW di London dengan jarak metode transportasi ini dan juga sebagai media
540 m (Woodcock dan Mason, 1978). Proses utama untuk mengangkut batubara slurry.
pengangkutan batubara dengan sistem ini b) Pabrik Persiapan Coal Slurry
mencampur batubara dengan air sehingga berubah Batubara yang berasal dari stockpile akan digerus
bentuk menyerupai bubur. Secara garis besar, hingga menjadi seperti bubuk. Bubuk ini akan
proses pengangkutan batubara dengan coal slurry dicampurkan oleh air dengan perbandingan
pipeline dibagi menjadi tiga tahap, yaitu slurry tertentu sehingga menjadi bubur (slurry).
preparation, transmission, dan dewatering and Selanjutnya akan ditampung terlebih dahulu
delivery. Teknologi slurry pipeline sudah ada dan sebelum dikirim menggunakan pompa dan pipa.
sudah terbukti. Dengan permintaan yang meningkat c) Pipa dan Stasiun Pompa
untuk transportasi jarak jauh mineral dan batubara, Batubara slurry yang sudah siap dikirim akan
teknologi transportasi ini sangat efisien dan ramah masuk kedalam pipa yang akan dibantu oleh
lingkungan yang pasti banyak digunakan. Pada pompa sebagai alat yang akan mendorong atau
tahun 1957, Amerika menggunakan pertama kali menghasilkan tenaga untuk batubara slurry. Pada
teknologi slurry pipeline ini secara komersial di jarak tertentu akan ditempatkan stasiun pompa
Ohio, menghubungkan tambang dekat Cardiz yang terdiri dari pompa dan tempat penampungan
bagian selatan dengan stasiun pembangkit listrik di air.
Cleveland dengan jarak ±400 km. Batubara yang d) Pabrik Pengeringan Coal Slurry
diangkut menggunakan pipa adalah 5 juta ton Pabrik ini bertujuan untuk mengeringkan dan
batubara yang akan memenuhi permintaan PLTU memisahkan batubara dengan air. Batubara yang
yang berkapasitas 1500 MW (Coffey, George R. sudah kering akan diolah sedangkan air yang
dan Partridge, Virginia A, 1982). Teknologi ini sudah terpisah dari batubara bisa dimanfaatkan
masih belum banyak digunakan di Indonesia. untuk pertanian atau perkebunan dengan syarat air
Masih sedikit perusahaan di Indonesia yang belum tersebut harus diolah terlebih dahulu agar terpisah
mengeluarkan dana banyak untuk berinvestasi di dari pengotornya.
teknologi ini, karena investasi di teknologi ini
sangat tidak sedikit. Untuk masa yang akan datang,
teknologi ini sangat cocok untuk pengganti
transportasi angkut batubara maupun mineral.
Teknologi ini mampu mengirim batubara atau
mineral dengan cepat.

Gambar 2. Skema Coal Slurry Pipeline


Sumber: Coal Technology, 1980

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Dalam menjalankan sistem metode transportasi
menggunakan pipa, dibutuhkan alat dan bahan
untuk masing – masing tujuan. Alat dan bahan
yang diperlukan sebagai berikut:

Gambar 1. Coal Slurry Pipeline


Tabel 1. Alat dan bahan untuk sistem transportasi pipa Tabel 4. Fixed cost (stockpile MTB – PLTU BPI)
beserta dengan total investasi (stockpile MTB – PLTU
BPI) Biaya Jumlah Harga
Bahan Jumlah Harga Gaji Rp Rp 180.000.000
Operator 5.000.000x3x1x12
Pompa 1 buah Rp 35.000.000
Penunjang Rp 10.000.000x12 Rp 120.000.000
Pipa 767 Rp 1.994.200.000
batang Listrik Rp Rp
877.5x7500x24x3 57.651.750.000
Penyangga 767 Rp 168.740.000
65
Pipa batang
Air Rp 1400x400x365 Rp 204.400.000
Pabrik 1 buah Rp 5.400.000.000
Persiapan Perawatan Rp 10.000.000x12 Rp 120.000.000
Slurry Iuran Rp 54.000x66414 Rp 3,586,356,000
Penampunga 1 buah Rp 1.425.000 Tetap
n Air Depresiasi Rp 384,492,000 Rp 384,492,000
Alat 1 buah Rp 90.000.000 Total Rp
Pengering 62.246.998.000
Slurry
Total Rp 7.689.840.000 Sumber: www.makeitcheaper.com, 2018

Sumber: PT. Sandai Indah Jaya, CV. Aneka Pratama, Tabel 5. Fixed cost (TLS 1 – Pelabuhan Kertapati)
Panca Jaya dan Central Build, 2018

Tabel 2. Alat dan bahan untuk sistem transportasi pipa Biaya Jumlah Harga
beserta dengan total investasi (TLS 1 – Pelabuhan Gaji Rp Rp
Kertapati) Operator 5.000.000x3x8x12 1.440.000.000
Penunjang Rp 10.000.000x12 Rp 120.000.000
Bahan Jumlah Harga Listrik Rp Rp
877.5x8000x24x36 61,495,200,000
Pompa 8 buah Rp 280.000.000
5
Pipa 26833 Rp
batang 77.815.700.000 Air Rp Rp
1400x38.400x365 470,937,600,000
Penyangga 26833 Rp
Perawatan Rp 10.000.000x12 Rp 120.000.000
Pipa batang 5.903.260.000
Iuran Tetap Rp 54.000x66414 Rp
Pabrik 1 buah Rp
3,586,356,000
Persiapan 5.400.000.000
Slurry Depresiasi Rp 4,476,968,000 Rp
Penampun 8 buah Rp 50.400.000 4,476,968,000
gan Air Total Rp
616,018,500,000
Alat 1 buah Rp 90.000.000
Pengering
Slurry Sumber: www.makeitcheaper.com, 2018
Total Rp
89.539.360.000 Tabel 1 dan 2 merupakan alat dan bahan yang
digunakan untuk menjalankan sistem metode
Sumber: PT. Sandai Indah Jaya, CV. Aneka Pratama, transportasi pipa dan juga beserta biaya investasi
Panca Jaya dan Central Build, 2018
dengan tujuan masing – masing. Tabel 3
Tabel 3. Biaya variabel cost produksi batubara
menunjukkan biaya variabel cost atau biaya
penambangan. Tabel 4 dan 5 menunjukkan biaya
tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan secara
Kegiatan Alat Juml Biaya Total
rutin. Semua tabel diatas akan dimasukkan kedalam
ah (Rp/ton
) perhitungan simulasi cash flow. Setelah
Loading Excava 5 27.530 137.650 mendapatkan semua biaya, maka biaya tersebut
tor akan dimasukkan kedalam simulasi perhitungan
Hauling Dump 25 1.485 37.125 cash flow. Cash flow akan dibuat selama 20 tahun,
Truck karena pipa yang digunakan akan diganti pada
Handling Dozer 2 25.034 50.068 tahun ke 20. Berdasarkan hasil perhitungan
Transport Conve 1 38.340 38.340 simulasi cash flow, untuk tujuan stockpile MTB ke
yor PLTU BPI dengan permintaan 66.000 ton/tahun
Total 263.183 dan jarak 4,6 km, perusahaan mengalami kerugian.
Sumber: U.S. Department of the Interior Bureau of
Sehingga akan dilakukan simulasi cash flow
Mines and the Federal Energy Administration, 1977
meningkatkan produksi agar perusahaan
mengalami keuntungan. Setelah dilakukan ton/tahun perusahaan mendapatkan keuntungan
peningkatan produksi, perusahaan mengalami dengan jarak yang sama. Sedangkan tujuan TLS 1
keuntungan pada produksi 110.000 ton/tahun. ke Pelabuhan Kertapati perusahaan sudah
Untuk lebih jelas, maka dibuat dalam bentuk grafik mendapatkan keuntungan dengan produksi 876.000
1. Sedangkan untuk tujuan TLS 1 ke Pelabuhan ton/tahun dan jarak 161 km. Transportasi
Kertapati dengan produksi 876.000 ton/tahun dan menggunakan pipa dengan jarak 4,6 km tidak
jarak 161 km, perusahaan sudah mengalami efektif dibandingkan dengan jarak 161 km. Oleh
keuntungan. Sehingga tidak perlu dilakukan karena itu, teknologi transportasi menggunakan
simulasi cash flow peningkatan produksi. Untuk pipa dipengaruhi oleh kapasitas atau produksi yang
lebih jelas, dapat dilihat pada grafik 2. besar dan jarak yang jauh.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.2 Saran


4.1 Kesimpulan Adapun saran yang dapat disampaikan penulis
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan maka terhadap hasil penelitian yang sudah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa hasil perhitungan cash yaitu perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang
flow stockpile MTB ke PLTU BPI dengan produksi percobaan coal slurry agar bisa mendapatkan hasil
66.000 ton/tahun dan jarak 4,6 km perusahaan yang semaksimal mungkin. Untuk pemasangan
mengalami kerugian. Sehingga dilakukan simulasi jalur pipa harus dikaji secara teknis dan
cash flow menaikkan produksi agar perusahaan keekonomisan proyek pipa coal slurry.
mendapatkan keuntungan. Pada produksi 110.000

Grafik 1. Perbandingan biaya dengan simulasi peningkatan produksi (stockpile MTB – PLTU BPI)

NPV
15,000,000,000
10,000,000,000
5,000,000,000
0
-5,000,000,000 0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000
IDR

-10,000,000,000
-15,000,000,000
-20,000,000,000
-25,000,000,000
Produksi

Grafik 2. Perbandingan biaya dengan peningkatan produksi (TLS 1 – Pelabuhan Kertapati)


NPV
90,000,000,000
80,000,000,000
70,000,000,000
60,000,000,000
50,000,000,000
IDR

40,000,000,000
30,000,000,000
20,000,000,000
10,000,000,000
0
0 400,000 800,000 1,200,000
Produksi

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada


PT. Bukit Asam (Persero) Tbk yang telah
memberikan izin dan kesempatan untuk dapat
melakukan tugas akhir. Terima kasih kepada
Pembimbing I yaitu Reza Aryanto, ST., MT dan
Pembimbing II yaitu Dr. Supriyadi, M.Eng., Sc
yang sudah mengarahkan dan memberikan bantuan
kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Tidak
lupa juga penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada orang tua yang sudah memberikan
dukungan dan semangat dalam proses
menyelesaikan penelitian ini. Dan juga terima kasih
kepada teman – teman seperjuangan yang juga
memberikan semangat dalam menyelesaikan
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA

1. Capiau, Thomas. 2010. “An Economical


Analysis of Pipeline Transport in Flanders”.
Disertasi. Faculteit Economie En
Bedrijfskunde Universiteit Gent, Belgium.
2. Coffey, George R dan Partridge, Virginia A.
1982. Coal Slurry Pipelines: The ETSI Project.
Amerika Serikat.
3. Halim, Aditya Rahman. 2018. “Rancangan
Teknis dan Biaya Pengangkutan Coal Slurry
Menggunakan Sistem Pemompaan di PT.
Bukit Asam (Persero) Tbk, Tanjung Enim,
Sumatera Selatan”. Skripsi. Fakultas Teknik
Pertambangan Universitas Trisakti, Jakarta.
4. Woodcock, C R dan Mason J S. 1987. Bulk
Solid handling: An Introduction to the Practice
and Technology. Bishopbriggs, Glasgow:
Blackie Academic & Professional.

Anda mungkin juga menyukai