Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN DISTRES SPIRITUAL

OLEH:

Ns. SYAM’ANI, SKep, MKep


A. KOMPETENSI DASAR

Memahami Askep pada klien DISTRES SPIRITUAL

B. KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian distres spiritual

2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan distres spiritual

3. Mahasiswa mampu membuat pengkajian pada klien dengan distres spiritual

4. Mahasiswa Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien distres

spiritual

5. Mahasiswa Mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan distres

spiritual

6. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian pada klien dengan distres

spiritual

C. KEGIATAN BELAJAR 1

Asuhan keperawatan pada klien distres spiritual

Uraian materi

a. Pengertian

Distres spiritual adalah kemampuan dalam mengalami dan

mengintergrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri sendiri,

orang lain, seni musik, literatur, alam dan kekuatan yang lebih besar dari

dirinya ( Nanda, 2005)

Distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh

kehidupan seseorang yang di intergrasi secara biologis dan psikologis (

Varcolis, 2000)

Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres spiritual adalah kegagalan

individu dalam menemukan arti kehidupannya.

Faktor resiko terjadinya distres spiritual adalah perubahan tempat tinggal,

perubahan lingkungan, gangguan fisik dan mental.


Patofisiologi :

 Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress dan struktur serta
fungsi otak.
 Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-hari. Setiap orang tidak dapat
dapat menghindari stres, namun setiap orang diharpakan melakukan penyesuaian
terhadap perubahan akibat stres. Ketika kita mengalami stres, otak kita akan
berespon untuk terjadi. Konsep ini sesuai dengan yang disampikan oleh Cannon,
W.B. dalam Davis M, dan kawan-kawan (1988) yang menguraikan respon
“melawan atau melarikan diri” sebagai suatu rangkaian perubahan biokimia
didalam otak yang menyiapkan seseorang menghadapi ancaman yaitu stres.
 Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke
hipotalamus. Hipotalamus kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk
melakukan perubahan. Sinyal dari hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh
sistem limbik dimana salah satu bagian pentingnya adalah amigdala yang
bertangung jawab terhadap status emosional seseorang. Gangguan pada sistem
limbik menyebabkan perubahan emosional, perilaku dan kepribadian. Gejalanya
adalah perubahan status mental, masalah ingatan, kecemasan dan perubahan
kepribadian termasuk halusinasi (Kaplan et all, 1996), depresi, nyeri dan lama
gagguan (Blesch et al, 1991).
 Kegagalan otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap stresor akan
menyebabkan seseorang mengalami perilaku maladaptif dan sering dihubungkan
dengan munculnya gangguan jiwa. Kegagalan fungsi kompensasi dapat ditandai
dengan munculnya gangguan pada perilaku sehari-hari baik secara fisik,
psikologis, sosial termasuk spiritual.
 Gangguan pada dimensi spritual atau distres spritual dapat dihubungkan dengan
timbulnya depresi.
 Tidak diketahui secara pasti bagaimana mekanisme patofisiologi terjadinya
depresi. Namun ada beberapa faktor yang berperan terhadap terjadinya depresi
antara lain faktor genetik, lingkungan dan neurobiologi.
 Perilaku ini yang diperkirakan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang
dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya sehingga terjadi distres spritiual karena
pada kasus depresi seseorang telah kehilangan motivasi dalam memenuhi
kebutuhannya termasuk kebutuhan spritual.
Karakteristik Distres Spritual menurut Nanda (2005) meliputi empat hubungan dasar yaitu :

A. Hubungan dengan diri

1. Ungkapan kekurangan

a. Harapan
b. Arti dan tujuan hidup
c. Perdamaian/ketenangan
d. Penerimaan
e. Cinta
f. Memaafkan diri sendiri
g. Keberanian

2. Marah
3. Kesalahan
4. Koping yang buruk

B. Hubungan dengan orang lain

1. Menolak berhubungan dengan tokoh agama


2. Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga
3. Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung
4. Mengungkapkan pengasingan diri

C. Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam

1. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas (bernyanyi, mendengarkan musik, menulis)


2. Tidak tertarik dengan alam
3. Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan

D. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya

1. Ketidakmampuan untuk berdo’a


2. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
3. Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan
4. Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
5. Tiba-tiba berubah praktik agama
6. Ketidakmampuan untuk introspeksi
7. Mengungkapkan hidup tanpa harpaan, menderita
PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN DISTRES SPIRITUAL

Uraian materi

Pengkajian

a. Faktor predisposisi

Faktor predisposis pada klien dengan anxietas adalah faktor :

Biologis, adanya infeksi atau penyakit kronis, abuse( Keliat, 20100

Faktor psikologis antara lain status mentas kemungkinan adanya

depresi, marah, harga diri rendah ( Keliat, 2010).

Faktor sosial dan budaya antara lain tidak adekuatnya

hubungan interpersonal pada masa bayi,.

b. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi secara biologis penyakit kronis.

Faktor Psikologis adalah harga diri rendah pemikiran yang

bertentangan. Faktor sosial Budaya perubahan status pekerjaan, fungsi

dan peran.

c. Karakteristik distres spiritual :

Hubungan dengan diri, hubungan dengan orang lain dan hubungan

dengan tuhan serta hubungan dengan musik dan literatur

Tujuan Tindakan keperawatan

Klien mampu :

a. Mengenal

b. Melaksanakan cara mengatasi distres spiritual.


TINDAKAN KEPERAWATAN UNTUK PASIEN

a. Tentukan konsep ketuhan pasien dengan mengamati buku-buku

yang digunakan disamping tempat tidur.

b. Tentukan sumber-sumber harapan dan kekuatan pasien

c. Amati apakah pasien sedang berdoa dimalam hari atau saat

sedang mau makan dan melakukan kegiatan

d. Apati barang-barang seperti literatur keagamaam

e. Dengarkan pandangan-pandangan pasien tentang kepercayaan

spiritual dan kondisi kesehatanya.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN

a. Fase orientasi

(Salam terapeutik, evaluasi, validasi, kontrak, topik dan


Tujuan )

b. Fase kerja

c. Fase terminasi ( evaluasi subyektif, evaluasi obyektif, Rencana tindak

lanjut, kontrak yang akan datang)

PENDOKUMENTASIAN

Pendokumentasian di buat dalam SOAP

1. Latihan : praktekan komunikasi terapeutik pada klien dengan distres spiritual

2. Umpan Balik ; mahasiswa mampu mempraktekan role play asuhan

keperawatan pada klien dengan distres spiritual

E. DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B. A., & Akemat. (2010). Model praktek keperawatan Jiwa Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Nanda ( 2005) Nursing diagnosis dan intervemsi, EGC, Jakarta


Stuard, G. W. (2013), Principles and Practice of Psychiatric Nursing (9
ed.). Missouri: Mosby, inc.

Townsend. (2009). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts of Care in Evidence-Based


Practice. Sixth Edition. Philadelphia. F.A Davis Company

Anda mungkin juga menyukai