Anda di halaman 1dari 11

EFEK ANTIBAKTERI CURCUMIN DAN PROTOCATECHUIC ACID

TERHADAP Klebsiella pneumonia EXTENDED SPECTRUM


BETALACTAMASE YANG DIISOLASI DARI
SPUTUM PENDERITA BATUK KRONIS

Agus Prima dan Purwani Tjahya Handajani

Abstrak. Curcumin dan protocatechuic acid merupakan senyawa polyphenolic. Penelitian ini
bertujuan melakukan isolasi dan identifikasi bakteri Klebsiella pneumoniae-ESBL dari sputum
penderita batuk kronis dan mengetahui efek antibakteri curcumin dan protocatechuic acid
terhadap Klebsiella pneumoniae-ESBL. Jenis penelitian ini eksperimental laboratorium dengan
2 jenis bahan alami, yaitu curcumin dan protocatechuic acid. Uji antimikroba dilakukan dengan
metode difusi cakram. Data dianalisa dengan ANAVA dan BNJ. Hasil isolasi bakteri 100
spesimen penderita batuk kronis dapat diidentifikasi 9 spesies bakteri dengan Klebsiella
pneumoniae sebagai bakteri terbanyak yaitu sebesar 27,5%) dan 3 isolat 2,5% diantaranya
adalah Klebsiella pneumoniae-ESBL. Hasil penelitian curcumin dan protocatechuic acid
menunjukkan curcumin dengan konsentrasi 25%, 50% dan 75% menghasilkan zona hambat
dengan diameter rata-rata 6 mm, 6 mm dan 6 mm, sedangkan protocatechuic acid dengan
konsentrasi yang sama menghasilkan zona hambat dengan diameter rata-rata 20,6 mm, 16 mm
dan 10,8 mm. Hasil statistik menunjukkan curcumin konsentrasi 25%, 50% dan 75% tidak
memiliki perbedaan yang nyata dalam menghambat Klebsiella pneumoniae-ESBL,
protocatechuic acid pada konsentrasi 25%, 50% dan 75% menunjukkan perbedaan yang nyata.
Hal ini memperlihatkan bahwa curcumin tidak memiliki aktivitas antibakteri, protocatechuic
acid memiliki aktivitas antibakteri terhadap Klebsiella pneumoniae-ESBL dan meropenems 10
µg setara 6,36 µg protocatechuic acid 75%. (JKS 2013; 3: 128-138)

Kata kunci : Curcumin, protocatechuic acid, klebsiella pneumoniae, extended spectrum beta lactamase

Abstract. Curcumin and protocatechuic acid are a phenolic compounds. The aim of this
research isolate and identification bacteria Klebsiella pneumoniae-ESBL from phlegm patients
present with chronic cough and determine effect antibacterial curcumin and protocatechuic
acid to Klebsiella pneumoniae-ESBL. This research is Laboratory experiment with 2 natural
substance. The examination of antimicrobial activity was done using disc diffusion method. The
data analyzed by using ANOVA and BNJ. The result of isolated from 100 specimen patients
present with chronic cough can do identification 9 species bacteria with Klebsiella pneumonia
27,5% and 7,5% Klebsiella pneumoniae-ESBL.The result of this reseach to curcumin and
protocatechuic acid showed that curcumin with 25%, 50% and 75% can form the inhibition
zone about 6 mm, 6 mm and 6 mm, while protocatechuic acid with 25%, 50% and 75% can
form the inhibition zone about 20,6 mm, 16 mm and 10,8 mm. The examination of statistic
showed that curcumin 25%, 50% and 75% does not has significant difference to inhibit growth
of Klebsiella pneumoniae-ESBL, while protocatechuic acid has significant difference. The
result that curcumin does not has activity antibacterial while protocatechuic acid has activity
antibacterial to Klebsiella pneumoniae-ESBL and meropenems 10 µg equivalent with 6,36 µg
protocatechuic acid 75%. (JKS 2013; 3: 128-138)

Key word : Curcumin, protocatechuic acid, klebsiella pneumoniae, extended spectrum beta lactamase

Pendahuluan merupakan bahan aktif yang dapatberperan


Curcumin yang terkandung di dalam sebagai antibakteri.1,2 Rai et al. (2008)
kunyit (Curcuma domestica valeton)1 menyimpulkan bahwa, curcumin
mempunyai aktivitas menghambat FtsZ
Agus Prima adalah Dosen Bagian Anatomi (Filamenting temperature-sensitive mutant
Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Z) yang merupakan protein encoded yang
Kuala Banda Aceh Banda Aceh, berperan dalam proses proliferasi sel
Purwani Tjahja Handajani adalah Dosen Bagian bakteri dan diduga sebagai target penting
Anatomi Histologi Fakultas Kedokteran Universitas
Syiah Kuala Banda Aceh Banda Aceh dari antibiotik. Curcumin yang merupakan

128
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 13 Nomor 3 Desember 2013

senyawa polyphenolic ini mampu Extended Spectrum Beta-Lactamase


mempengaruhi fungsi membran sel bakteri (ESBL).8,12
yang berperan sebagai barier terhadap Prevalensi bakteri-ESBL mengalami
enzim otolitik, dengan memodifikasi lipid peningkatan di seluruh dunia dengan
bilayer membrane sel bakteri.3 Klebsiella pneumoniae sebagai persentase
Rosela (Hibiscus sabdariffa Linn) juga tertinggi yaitu sebesar 31,1%, Escherichia
mengandung senyawa polyphenolic yang coli 8,6% dan Proteus mirabilis 6,3%
memiliki aktivitas antibakteri atau dapat (Tzouvelekis et al., 1993; Jones et al.,
menghambat pertumbuhan bakteri secara 2009). Bakteri-ESBL ditemukan sebesar 5-
in vitro.4 Senyawa polyphenolic tersebut 8 % di Asia dan 12-24% di Indonesia.13
adalahprotocatechuic acid. Protocatechuic Berdasarkan uraian di atas, maka
acid (3,4-dihydroxybenzoic acid) dapat penelitian ini bertujuan untuk melihat
mengalami oksidase menjadi senyawa p- efektivitas curcumin dan protocatechuic
hidroxybenzoic acid yang dapat berperan acid sebagai antibakteri terhadap
menghancurkan bakteri genus Vibrio dan Klebsiella pneumoniae-ESBL yang
Pseudomonas. Efek dari antibakteri diisolasi dari sputum penderita batuk
protocatechuic acid yang dapat melakukan kronis.
infiltrasi ke dalam sel bakteri,
menyebabkan bakteri ini lebih cepat Metode Penelitian
mengakibatkan lisis pada sel bakteri.5,6 Penelitian ini merupakan penelitian
Curcumin dan protocatechuic acid yang eksperimental laboratorium yang dirancang
merupakan senyawa polyphenolic memiliki dengan menggunakan rancangan acak
kerja yang sama dengan mekanisme kerja lengkap (RAL) dengan 2 jenis bahan alami
antimikroba, yaitu melalui penghambatan sebagai perlakuan, yaitu curcumin dan
fungsi membran sel bakteri dan protocatechuic acid yang masing-masing
penghambatan sintesis protein pada sel dibagi dalam 5 kelompok terdiri dari 2
bakteri.7,2,8 Menurut Pérez (1992) bahwa, kelompok kontrol dan 3 kelompok
senyawa polyphenolic ini memiliki perlakuan. Tiap-tiap kelompok diulang
aktivitas antibakteri dan memiliki daya sebanyak 5 kali.
hambat yang baik dalam konsentrasi yang
kecil.7 Alat
Bakteri yang merupakan organisme bersel Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
tunggal sering menginfeksi manusia ini adalah timbangan, gelas kimia,
melalui saluran pernafasan sebagai jalan eerlenmeyer, cawan petri, gelas ukur,
utama bakteri memasuki tubuh.8 Infeksi kawat ose, spatula, pinset, lampu, bunsen,
bakteri pada saluran nafas sering autoklaf, inkubator, kaca objek,
menimbulkan gejala batuk yang dapat desinfektan, rak untuk pengecetan slide,
berlangsung lebih dari 8 minggu, yang reagen untuk pewarnaan, pengukuran
disebut batuk kronis. Penyebab batuk waktu, api spritus dan air yang mengalir
kronis ini sering disensitisasi oleh berupa air leding, hand scon, pot sputum
Klebsiella pneumoniae, Streptococcus steril, mikroskop, labu tingga leher, alat
pneumoniae, Haemophilus influenzae, maserasi, desiccators, tabung reaksi,
Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus tabung ukur, tabung kromatografi kolom,
aureusdan Enterobacter.9-11 vacuum, pisau, oven dan pemanas.
Klebsiella pneumoniae merupakan spesies
basil Gram negatif yang memiliki Bahan
kemampuan memproduksi enzim β- Bahan-bahan yang digunakan adalah
lactamase yang mampu menghidrolisis sputum, aquades, larutan, alkohol,
cincin β-lactam cephalosporin, penicillin methylene blue, minyak emersi, xylene
dan aztreonam yang disebut bakteri (xylol), cakram antibiotik kosong, cakram

129
Agus Prima dan Purwani Tjahya Handjani, Efek Antibakteri
Curcumin dan Protocatechuic Acid

antibiotik meropenems, kertas lensa, kertas kira 20 ml, setelah mengeras, cawan petri
label, tisu, media Mac Conkey (MAC), dibalik dan diinkubasi pada suhu 35oC
Müler Hinton Agar (MHA), plat selama 24 jam.
kromatografi, etil asetat, timbal asetat, n-
heksan, etanol, silica, besi sulfur, asam Pembuatan Gas Hidrogen Sulfida
klorida, charcoal aktif, alkohol, ferric Pembuatan gas hidrogen sulfida dilakukan
klorida, calcium clorida, bensin dan dengan mencapurkan besi sulfur kedalam
aquades. asam klorida. Reaksi yang terjadi akan
menimbulkan gas hidrogen sulfida.
Sterilisasi Bahan dan Peralatan Prosedur pelaksanaan dilakukan dengan
Sterilisasi adalah suatu proses untuk mempersiapkan wadah yang telah
mematikan semua mikroorganisme yang dimasukkan hidrogen klorida sebanyak
terdapat pada suatu benda. Sterilisasi yang 200 cc, kemudian ke dalam wadah tersebut
digunakan adalah sterilisasi basah yang dimasukkan besi sulfur dan ditutup yang
dilakukan di dalam autoklaf dengan rapat dengan menggunakan penutup yang
menggunakan air pada suhu 121oC selama terbuat dari kaca. Hal ini diharuskan
15 menit. karena hidrogen klorida sangat korosif.
Setalah terjadi reaksi silang antara besi
Pembuatan Media Mac Conkey sulfur dan hidrogen klorida, maka akan
Mac Conkey merupakan media selektif terbentuk seyawa hidrogen sulfida (H2S)
untuk basil gram negatif yang mengandung yang berbau busuk. Hidrogen sulfida
laktosa, garam empedu dan merah netral. tersebut selanjutnya dialirkan ke dalam
Cara pembuatannya adalah serbuk MAC labu yang berisi sampel dan
ditimbang sebanyak 18,89 gram, membiarkannya hingga terjadi proses
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan pembusukkan.6
ditambahkan 400 ml aquades, lalu
dipanaskan hingga larut. Setelah itu Pemisahan Senyawa Petroleum
disterilkan dengan menggunakan autoklaf Proses pemisahan senyawa petroleum eter
pada suhu 121oC selam 15 menit dan dari bensi dilakukan dengan menggunakan
dibiarkan dingin kira-kira pada suhu 45 oC. metode distilasi, yaitu metode pemisahan
Selanjutnya dituangkan ke dalam petri senyawa berdasarkan titik didih senyawa
yang steril sebanyak kira-kira 20 ml, tersebtu. Bensin salah satunya
setelah mengeras, cawan petri dibalik dan mengandung senyawa petroleum eter yang
diinkubasi pada suhu 35oC selama 24 jam. memiliki titik didih 30oC-40oC sehingga
pemisahan senyawa petroleum eter
Pembuatan Müler-Hinton Agar dilakukan dengan mendistilasi bensin pada
Müler-Hinton Agar merupakan media yang suhu 30oC-40oC.
digunakan untuk pengujian sensitivitas
antibiotik dengan metode difusi agar. Cara Pengambilan Sputum
pembuatannya adalah serbuk MHA Isolat bakteri diambil dari spturum
ditimbang sebanyak 15,2 gram dan penderita batuk kronik di Laboratorium
ditambahkan 400 ml aquades, lalu Mikrobiologi Klinik Instalasi Patologi
dipanaskan hingga larut. Setelah itu Klinik RSUDZA. Sebelum mengeluarkan
disterilkan dengan menggunakan autoklaf sputum, pasien diminta untuk mencuci
pada suhu 121oC selam 15 menit dan mulut atau berkumur. Pengambilan sputum
dimasukkan ke dalam bak air kira-kira dilakukan dengan cara mengajurkan pasien
pada suhu 45oC selama 5 menit, lalu untuk menarik nafas yang dalam lalu
dibiarkan selama 0,5-1 jam untuk membatukkan sputum keluar secara dalam
mendinginkannya. Selanjutnya dituangkan dari dada, lalu sputum ditampung di dalam
ke dalam petri yang steril sebanyak kira- pot steril yang berdiameter lebar. Sputum

130
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 13 Nomor 3 Desember 2013

yang baik harus berjumlah 3-5 ml, kental, Tes API 20E dilakukan dengan cara,
purulen dan bukan ludah. suspensi bakteri dimasukkan ke dalam 5
ml aqudes yang disetarakan dengan 0,5
Isolasi Bakteri McFarland dan dimasukkan air sampai
Sputum diambil dengan menggunakan ose lekukan penuh, lalu diteteskan satu tetes
steril dan digoreskan pada media mac kedalam lubang kecil NO3 sampai PNPG
conkey, kemudian diinkubasi pada suhu dan ditambahkan suspensi sampai ke dasar
37oC selama 24 jam. Bakteri yang tumbuh lubang. Kemudian ditambahkan 4 tetes
diisolasikan ke dalam masing-masing dari suspense salin ke dalam satu ampule
media yang sama komposisinya namun media API AUX. Ditambahkan minyak
berbeda cawannya dengan mengambil satu steril di atas tes GLU, ADH dan URE.Baki
koloni yang terpisah, sehingga diperoleh ditutup, diinkubasi dengan suhu 30oC
isolat murni dan diinkubasi pada suhu selama 48 jam dan diinkubasi dengan
37oC selama 24 jam.8 media murni dengan suhu 30oC selama 24
jam, lalu dicek kemurniannya. Jika ada
Identifikasi Bakteri kontaminasi tidak boleh dilaporkan hasil
Bakteri yang tumbuh di dalam media tes.
inokulasi diidentifikasi secara makroskopis
berdasarkan bantuk koloni, warna koloni, Penentuan Klebsiella pneumoniae-ESBL
permukaan dan tepian koloni. Kemudian Cakram kertas yang berisi antibiotik
hasil identifikasi tersebut, dilakukan diletakkan di permukaan medium padat
pemeriksaan mikroskopis untuk dikelom- yang sebelumnya telah diinokulasi
pokkan ke dalam gram positif atau gram Klebsiella pnuemoniae. Setelah diinkubasi
negarif dan menilai tingkat patogenitas pada suhu 37oC selama 24 jam dan diamati
dari bakteri tersebut. pertumbuhan bakteri, diameter zona
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan hambat sekitar cakram dipergunakan untuk
dengan cara pewarnaan gram. Pewarnaan mengukur kekuatan hambat obat terhadap
gram adalah pewarnaan yang sering bakteri uji berdasarkan CLSI (Clinical
dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri Laboratory Standart International).
dengan melihat bentuk dan warna bakteri Klesiella pneumoniae-ESBL menunjukkan
Gram positif atau bakteri Gram negatif. hasil yang resisten terhadap antibiotik
Klebsiella pneumoniaeakan menunjukkan golongan Beta-Lactamase, kecuali
warna merah bata dan berbentuk basil. carbapenems dan monobactam.8,14
Klebsiela pneumoniaeakan memberi-kan
hasil negatif untuk tes oxidase. Uji oxidase Pembuatan Ekstrak Curcumin
dilakukan dengan cara, suhu kotak Rimpang kunyit (induk kunyit) yang segar
dibiarkan sama dengan suhu kamar, lalu dibersihkan dan dipotong kecil-kecil.
diambil satu koloni di permukaan agar. Kemudian kunyit tersebut ditimbang
Kemudian dikeluarkan satu lidi dari kotak sebanyak 500 gram. 500 gram kunyit yang
dan dipegang lidi pada ujung lidi yang telah kering selanjutnya dilakukan
berwarna merah, lalu diputarkan lidi di atas maserasi dengan campuran etanol 100%
koloni dan diusapkan pada segumpal sebanyak 1,5 liter.
bakteri. Setelah itu melihat perubahan Pemisahan dilakukan dengan
warna setelah 30 detik atau boleh menggunakan kromatografi kolom dengan
maksimum selama 3 menit. Perubahan fase diam silica gel GF254 dan fase gerak n-
warna menjadi warna ungu menunjukkan Heksan : Etil asetat (6:4) dan dianalisis
hasil yang positif, sedangkan perubahan dengan menggunakan kromatografi lapis
warna menjadi warna merah menunjukkan tipis (KLT). Pada kromatografi lapis tipis
hasil yang negatif. (KLT) akan terlihat 3 spot warna kuning
divisible, mulai dari Rf tinggi : curcumin,

131
Agus Prima dan Purwani Tjahya Handjani, Efek Antibakteri
Curcumin dan Protocatechuic Acid

demetoxicurcumindan bisdemetoksi- menggunakan calcium klorida selama 24


curcumin. Tidak perlu pereaksi semprot jam. Hasil yang diperoleh diuji dengan
karena curcuminoid ada divisible. Tabung ferric klorida untuk memastikan adanya
yang mengandung curcumin dievaporasi senyawa fenolic. Senyawa fenolic tersebut
dan diperoleh curcumin murni (bukan diketahui sebagai protocatechuic Acid.6
campuran curcuminoid).
Uji Antibakteri Curcumin dan
Pemisahan Protocatechuic Acid dari Protocatechuic Acid
Rosela (Hibiscus sabdariffa Linn) Metode yang digunakan untuk pengujian
Pemisahan protocatechuic acid dilakukan ini adalah metode difusi agar dengan
dengan mengamati perubahan warna pada media MHA steril. Suspensi bakteri
saat terjadi pengendapan atau presipitasi dipersiapkan dengan cara memasukkan
dengan mencampurkan liquor tertentu, bakteri tersebut ke dalam 5 ml aqudes yang
sehingga diperoleh asam disetarakan dengan 0,5 McFarland.
dihydroxyphenolic atau diketahui sebagai Suspensi Klebsiellapneumoniae-ESBL
protocatechuic acid. Rosela yang telah diinoku-lasikan di atas permukaan media,
dikeringkan selanjutnya direndam dalam lalu diratakan dengan menggunakan batang
suhu 30oC selama 2 jam dan diaduk. Jika penyebar. Kemudian diinkubasi pada suhu
terjadi presipitasi maka diputar dengan 37oC selama 24 jam dan diamati
menggunakan tangan dan dicampurkan pertumbuhan bakteri pada setiap
dengan hidrogen sulfida. Pencampuran konsentrasi. Diameter zona hambat yang
dibiarkan selama 24 jam untuk terbentuk diukur untuk menilai kekuatan
memperoleh hasil yang sempurna. Sulfida daya hambat senyawa.
akan menghilangkan dan filtrat akan bebas
dari hidrogen dengan menggunakan Hasil dan Pembahasan
aspirasi atau vacum. Larutan kemudian
dipekatkan dengan suhu 40-50 derajat Hasil Isolasi dan Identifikasi Bakteri
sampai menjadi 80-85% solid. Selanjutnya Hasil isolasi mikroorganisme dari 100 BP
getah yang merupakan zat toxic (Bahan Pemeriksaan) berupa sputum
dihilangkan dengan menambahkan 100% penderita batuk kronis yang diperoleh dari
etanol. Larutan alkohol dipekatkan dengan Poli Paru dan Rawat Inap Paru yang
suhu 35oC. Larutan yang diperoleh dikirim ke Laboratorium Mikrobiologi
diditambahkan dengan dengan petroleum RSUDZA, diperoleh 33 BP (33%)
eter dan 20% alkohol. Selanjutnya larutan terisolasi bakteri, 5 BP (5%) terisolasi
tersebut dipanaskan dengan suhu 60-80oC. jamur, 1 BP (1%) terisolasi bakteri dan
Hasil yang diperoleh dimasukkan kedalam jamur, sementara itu 61 BP (61%) lainnya
wadah lebar dan didesiccator dengan tidak terisolasi mikroorganisme (Tabel 1).

Tabel 1 Hasil Isolasi Mikroorganisme dari Sputum Batuk Kronis


Mikro-organisme Frekuensi BP Persentase (%)
Bakteri 33 37
Jamur 5 4
Bakteri + jamur 1 1
Tidak tumbuh 61 58
Total 100 100

Hasil di atas menunjukkan bahwa infeksi infeksi jamur. Selain itu, hasil di atas juga
yang menyebabkan batuk kronis umumnya menunjukkan terdapat 58 BP (58%) yang
hanya disebabkan oleh satu jenis tidak terdapat pertumbuhan
mikroorganisme, yaitu infeksi bakteri atau mikroorganisme. Hal ini diduga dalam

132
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 13 Nomor 3 Desember 2013

sputum tersebut mengandung Staphyloc-occus aureus 9 isolat (22,25%),


mikroorganisme yang tidak dapat tumbuh Acinetobacter 6 isolat (15%),
pada media agar yang digunakan, namun Pseudomonas aeroginosa 5 isolat (12,5%),
dapat tumbuh pada media khusus lain. Streptococcus sp 4 isolat (10%),
Hasil isolasi bakteri dari 38 BP batuk Streptococcus viridians 2 isolat (5%),
kronis diperoleh 40 isolat. Dari hasil Staphylococcus sp 1 isolat (2,5%),
tersebut dapat diidentifikasi 9 spesies Enterobacter 1 isolat (2,5%) dan
bakteri penyebab batuk kronis, yaitu Klebsiella ozaenae 1 isolat (2,5%) (Tabel
Klebsiella pneumoniae 11 isolat (27,5%), 2).

Tabel 2 Hasil Identifikasi Bakteri yang Terisolasi dari Sputum Batuk Kronis
No Bakteri Yang Terisolasi Jumlah Isolat Persentase (%)
1 Klebsiella Pneumonia 11 27,5
2 Staphylococcus aureus 9 22,5
3 Acinetobacter 6 15
4 Pseudomonas aeroginosa 5 12,5
5 Streptococcus sp 4 10
6 Streptococcus viridans 2 5
7 Enterobacter 1 2,5
8 Klebsiella Ozaenae 1 2,5
9 Staphylococcuc sp 1 2,5
Total 40 100

Hasil di atas menunjukkan bahwa, Hasil Penentuan Klebsiella pneumoniae-


Klebsiella pneumoniae adalah bakteri yang ESBL
paling banyak menyebabkan batuk kronis. Hasil uji resistensi terhadap 11 isolat
Hal ini sesuai dengan Lin et al. (2010) Klebsiella pneumoniae menunjukkan
yang mendapatkan bahwa, Klebsiella bahwa, Klebsiella pneumoniae yang
pneumoniae merupakan bakteri utama resisten terhadap CAZ (Ceftazidime) dan
yang menyebabkan infeksi pneumonia CTX (Cefotaxim) masing-masing
yang dapat menimbulkan batuk kronis berjumlah 3 isolat (27,3%) dan 4 isolat
dengan persentase sebesar 55,1%, (36,4%). Klebsiella pneumoniae yang
kemudian disusul dengan Streptococcus resisten terhadap CAZ dan CTX yang
pneumoniae 27,3% dan 17,6% merupakan merupakan Klebsiella pneumoniae-ESBL
multiple infeksi bakteri patogen. Menurut berjumlah 3 isolat (2,5%). Bakteri ini
Ko et al. (2002) melaporkan bahwa, digunakan sebagai bakteri uji dalam
Klebsiella pneumoniae merupakan bakteri penelitian ini (Tabel 3). Bakteri-ESBL
yang predominan menyebabakn infeksi merupakan bakteri yang resisten terhadap
pneumonia yang diobservasi di 9 rumah ceftazidime, cefotaxim dan ceftriaxone,
sakit United States, Eropa, Argentina dan kecuali meropemens.15 Enzim-ESBL yang
Australia dihasilkan oleh bakteri mampu
menghidrolisis cincin β-lactam penicillin,
cephalosporin.12

Tabel 3 Hasil Uji Sensitivitas Klebsiella pneumoniae


Sensitivitas
AMP AMC CAZ CTX ME M
Klebsiella pneumoniae S R S R S R S R S R
1 10 2 9 8 3 7 4 9 2
Keterangan : S= sensitif, R=resisten
Hasil Uji Efek Antibakteri Curcumin

133
Agus Prima dan Purwani Tjahya Handjani, Efek Antibakteri
Curcumin dan Protocatechuic Acid

Hasil pemisahan senyawa dengan dengan pola kromatogram yang sama


menggunakan kromatografi kolom digabung sehingga diperoleh 3 fraksi
diperoleh 53 fraksi. Lima puluh tiga fraksi (Tabel 4).

Tabel 4 Fraksi n-Heksan:Etil Asetat (6:4) Curcumin Rimpang Kunyit


Fraksi Gabungan Warna Rf
A (Fraksi 3-19) Kungin tua 0,36-0,4
B (Fraksi 20-33) Kuning 0,3-0,34
C (Fraksi 34-53) Putih kekuningan 0,1-0,14

Fraksi-fraksi yang diuji tersebut adalah Pada kromatografi lapis tipis (KLT)
fraksi 3 sampai fraksi 19, karena ekstrak kunyit akan memperlihatkan 3 spot
menunjukkan nilai Rf yang lebih tinggi warna kuning divisible, mulai dari Rf
dengan noda visibel yang sama yang tinggi, yaitu curcumin, demetoxicurcumin
merupakan senyawa curcumin (Gambar 1). dan bisdemetoxicurcumin.4

Gambar 1 Hasil Analisa dengan KLT

Hasil pengukuran zona hambat curcumin menunjukkan bahwa Fhitung lebih besar dari
terhadap pertumbuhan Klebsiella pada Ftabel pada taraf 5%, sehingga
pneumoniae-ESBL pada perlakuan PC-1, PC- membuktikan bahwa adanya perbedaan
2 dan PC-3 dengan konsentrasi 75%, 50% yang nyata curcumin dalam menghambat
dan 25% masing-masing menghasilkan pertumbuhan Klebsiella pneumoniae-
zona hambat dengan diameter rata-rata 6 ESBL. Selanjutnya berdasarkan koefisien
mm, 6 mm dan 6 mm, sementara itu keragaman yang diperoleh yaitu 2,84%
diameter rata-rata zona hambat yang maka dilakukan uji lanjutan Beda Nyata
terbentuk pada perlakuan PC-4 Jujur (BNJ) pada taraf 5%, sehingga
(meropenems sebagai kontrol positif) diperoleh W0,05 adalah 1,269 (Tabel 5).
adalah 32,4 mm dan pada perlakuan PC-0
(aquades sebagai kontrol negatif) adalah 5
mm (Tabel 6).
Hasil analisa data menggunakan ANAVA
5% terhadap diameter zona hambat
curcumin diperoleh hasil Fhitung = 1546 dan
Ftabel = 2,87 (Tabel 8). Hasil ini
Tabel 5 Rata-rata Diameter Zona Hambat Curcumin Terhadap Klebsiella pneumoniae-ESBL

134
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 13 Nomor 3 Desember 2013

Perlakuan Q0,05
PC-0 5a±0,00
PC-1 6a±0,00
PC-2 6a±0,00
PC-3 6a±0,00
PC-4 32,4b±1,52
Keterangan: Superscript Huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata ( P<0,05)

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa bakteri Klebsiella pneumoniae ATCC


curcumin dengan konsentrasi 75%, 50% 10031 dengan zona hambat 13,9±0,9 pada
dan 25% menunjukkan tidak memiliki konsentrasi 500 gL-1 dan tidak memiliki
perbedaan yang nyata dalam menghambat zona hambat pada konsentrasi 250 gL-1 dan
pertumbuhan Klebsiella pneumoniae- 125 gL-1.
ESBL dibandingkan dengan kontrol Perbedaan hasil penelitian ini diduga
negatif, namun memiliki perbedaan yang karena Klebsiella pneuminiae yang
nyata bila dibandingkan dengan kontrol digunakan dalam penelitian ini merupakan
positif. Hal ini menunjukkan bahwa Klebsiella pneumoniae-ESBL yang
curcumin tidak dapat menghambat memiliki tingkat virulensi yang lebih tinggi
pertumbuhan Klebsiella pneumoniae- dibandingkan dengan Klebsiella
ESBL. Bila dilihat dari besar zona hambat pneumoniae ATCC 10031. Namun pada
yang terbentuk pada setiap konsentrasi, beberapa penelitian bahwa curcumin yang
maka tidak ada perbedaan zona hambat. terkandung di dalam kunyit tidak memiliki
Hal ini tidak sesuai dengan Aggarwal et al. efek antibakteri, hal ini dibuktikan dengan
(2007) yang menyatakan bahwa curcumin tidak adanya daya hambat ekstrak kunyit
memiliki aktivitas antibakteri. Curcumin pada pelarut heksana dan etanol yang
yang terkandung di dalam kunyit juga telah memiliki afinitas yang baik terhadap
diteliti oleh Niamsa dan Sittiwet (2009) senyawa curcumin, namun memiliki
yang menunjukkan bahwa curcumin yang aktivitas antibakteri pada pelarut metanol
terkandung di dalam ekstrak kunyit yang memiliki afinitas yang baik terhadap
memiliki aktivitas antibakteri terhadap minyak atsiri.16

Tabel 6 Hasil Uji Curcumin Terhadap Klebsiella pneumoniae-ESBL


Ulangan Rata-rata ±
Perlakuan Jumlah
I II III IV V SD
PC-0 5 5 5 5 5 25 5±0,00
PC-1 6 6 6 6 6 30 6±0,00
PC-2 6 6 6 6 6 30 6±0,00
PC-3 6 6 6 6 6 30 6±0,00
PC-4 30 34 33 33 32 162 32,4±1,52
Jumlah 277 11,08

Tabel 7 Hasil Uji Protocatechuic Acid Terhadap Klebsiella pneumoniae-ESBL


Ulangan Rata-rata
Perlakuan Jumlah
I II III IV V ± SD
PP-0 5 5 5 5 5 5 5±0,00
PP-1 23 27 20 16 17 103 20,6±4,50
PP-2 18 18 16 15 13 80 16,0±2,12
PP-3 14 18 16 15 13 76 15,2±1,92
PP-4 33 32 30 33 34 162 32,4±1,52
Jumlah 446 16,84

135
Agus Prima dan Purwani Tjahya Handjani, Efek Antibakteri
Curcumin dan Protocatechuic Acid

Tabel 8 Hasil Uji ANAVA Curcumin


Sumber Varian DB JK KT F Hitung F Tabel5%
Perlakuan 4 2844,64 711,16 1546** 2,87
Acak 20 9,2 0,46
Total 24 2853,84

Tabel 9 Hasil Uji ANAVA Protocatechuic Acid


Sumber Varian JK KT F Hitung F Tabel5%
DB
Perlakuan 4 1974,16 493,54 75** 2,87
Acak 20 123,2 6,16
Total 24 2097,36

Hasil Uji Antibakteri Protocatechuic Klebsiella pneumoniae-ESBL pada


Acid perlakuan PP-1, PP-2 dan PP-3 dengan
Hasil test ferric klorida yang berwarna konsentrasi 75%, 50% dan 25% masing-
kuning kehitaman menunjukkan senyawa masing menghasilkan zona hambat dengan
protocatechuic acid (Gambar 2). Senyawa diameter rata-rata 20,6 mm, 16 mm dan
protocatechuic acid merupakan senyawa 15,2 mm, sementara itu diameter rata-rata
phenolic yang akan menunjukkan test zona hambat yang terbentuk pada
positif (kuning kehitaman) terhadap ferric perlakuan PP-4 (meropenems sebagai
klorida pada uji fitokimia.6 kontrol positif) adalah 32,4 mm dan pada
Hasil pengukuran zona hambat perlakuan PP-0 (alkohol 20% sebagai
protocatechic acid terhadap pertumbuhan kontrol negatif) adalah 5 mm (Tabel 7).

Gambar 2 Hasil Positif Terhadap Ferric Klorida

Hasil analisa data menggunakan ANAVA protocatechic acid dalam menghambat


5% terhadap diameter zona hambat pertumbuhan Klebsiella pneumoniae-
protocatechic aciddiperoleh hasil Fhitung = ESBL. Selanjutnya berdasarkan koefisien
75 dan Ftabel = 2,87 (Tabel 9). Hasil ini keragaman yang diperoleh yaitu 15,27%
menunjukkan Fhitung lebih besar dari pada maka dilakukan uji lanjutan yaitu Uji
Ftabel pada taraf 5%, sehingga membuktikan Dunnet pada taraf 5% , sehingga diperoleh
bahwa adanya perbedaan yang nyata dari DLSD adalah 4,13 (Tabel 6).

Tabel 6 Rata-rata Diameter Zona Hambat Protocatechic AcidTerhadap Klebsiella pneumoniae-ESBL


Perlakuan Q0,05
PP-0 5a±0,00
PP-1 20,6d±4,50
PP-2 16,0c±2,12
PP-3 15,2b±1,92
PP-4 32,4e±1,52
Keterangan : Superscript Huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,05)

136
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 13 Nomor 3 Desember 2013

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa aktivitas antibakteri terhadap Klebsiella


protocatechic acid dengan konsentrasi pneumoniae-ESBL.
75%, 50% dan 25% menunjukkan 4. Semakin tinggi konsentrasi
perbedaan yang nyata dalam menghambat protocatechuic acid, maka semakin
pertumbuhan Klebsiella pneumoniae- tinggi zona hambat yang dihasilkan
ESBL dibandingkan dengan kontrol positif terhadap pertumbuhan Klebsiella
dan negatif. Hal ini menunjukkan bahwa pneumoniae-ESBL.
protocatechic acid dapat menghambat 5. Protocatechuic acid konsentrasi 75%
pertumbuhan Klebsiella pneumoniae- setara dengan 6, 36 µg meropenems
ESBL, namun tidak sebanding dengan dalam menghambat pertumbuhan
meropenems. Secara statistik, Klebsiella pneumoniae-ESBL.
meropenems10 μg setara dengan 6,36 µg
protocatechuic acid pada konsentrasi 75% Saran
dalam menghambat pertumbuhan 1. Perlu dilakukan isolasi senyawa
Klebsiella pneumoniae-ESBL. Bila dilihat protocatechuic acid dengan metode
dari besar zona hambat yang terbentuk dengan metode kromatografi untuk
pada setiap konsentrasi, maka semakin menilai efek antibakteri terhadap
tinggi konsentrasi protocatechuic acid, bakteri-ESBL.
semakin besar diameter zona hambat yang 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan
terbentuk. Hasil ini sesuai dengan Olaleye untuk mengetahui efektifitas antibakteri
(2007) yang menunjukkan bahwa protocatechuic acid secara in vivo.
protocatechuic acid yang terkandung di
dalam rosela memiliki aktivitas antibakteri Daftar Pustaka
yang baik dengan zona hambat 40±0,2 mm 1. Aggarwal B.B. SC and MN. The
pada 20 mgL-1, 10±0,2 pada 1 mgL-1 Molecular Targets and Therapeutic Uses
terhadap Klebsiella pneumoniae NCIB of Curcumin in Health and Disease.
408. Hal ini diduga disebabkan oleh Springer Science Business Media. 2007 :
1-13.
senyawa protocatechuic acid yang masuk
2. Chattopadhyay I, Biswas K. BU and BR.
ke dalam sel bakteri mengalami oksidase Turmeric And Curcumin: Biological
menjadi senyawa -carboxymuconis acid actions and Medicinal Applications.
yang dapat berperan menghancurkan sel Current Science. 2004. 87 : 44-53.
bakteri.4,6 3. Hung WC, Chen FY, Lee CC, Sun Y, LM
and HH. Membrane-Thinning Effect of
Kesimpulan Curcumin. Biophysical Journal. 2008 :
Berdasarkan hasil penelitian yang telah 94 : 4331-8.
dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 4. Olaleye M.T. Cytotoxicity and
1. Klebsiella pneumoniae dapat diisolasi Antibacterial Activity of Methanolic
dari sputum penderita batuk kronis di extract of Hibiscus sabdariffa. Journal of
Medicinal Plants Research. 2007. 1 : 9-13.
RSUDZA sebanyak 11 isolat dari 100
5. Lin YT, Jeng YY. CT and FC. Bacteremic
BP (11%), dari 11 isolat tersebut community-acquired pneumonia due to
ditemukan 3 isolat (3%) diantaranya Klebsiella pneumoniae: Clinical and
adalah Klebsiella pneumoniae-ESBL. microbiological characteristics in Taiwan.
2. Curcumin yang diisolasi dari rimpang 2001-2008. BMC Infectious Diseases.
kunyit baik pada konsentrasi 25%, 50% 2010. 10 : 307-14.
maupun 75% tidak memiliki aktivitas 6. K.P L. The Isolation of Protocatechuic
antibakteri terhadap Klebsiella Acid from Pigmented Onion Scales And
pneumoniae-ESBL. Its Significance In Relation To Disease
3. Protocatechuic acid pada konsentrasi Resistance In Onions. J. Biol. Chem. 1929
25%, 50% dan 75% menunjukkan : 369-75.
7. J P. Phenolic Content And Antibacterial
Activity Of Olive Oil Waste Waters.

137
Agus Prima dan Purwani Tjahya Handjani, Efek Antibakteri
Curcumin dan Protocatechuic Acid

Environmental Toxicology and CR. Bloodstream Infections Caused by


Chemistry. 1992. 11 : 489-95. Extended-Spectrum-ß-Lactamase-
8. Brooks G.F. BJS and MS. Microbiologi Producing Klebsiella pneumoniae: Risk
Kedokteran. EGC : Microbiologi Factors, Molecular Epidemiology, and
Kedokteran. 2005. p. 155-70. Clinical Outcome. Antimicrobial Agents
9. J.M IRS and M. The Diagnosis And and Chemotherapy. 2006. 50 : 498-504.
Treatment of Cough. The New England 13. RA PDL and B. Extended-Spectrum Beta-
Journal of Medicine. 2000. 343 : 1715-21. Lactamases : a Clinical Update. Clinical
10. King P.T. Holdsworthb S.H. Freezera N.J. Microbiology Reviews. 2005. 18 : 657-86.
VE and HP. Microbiologic Follow-Up 14. Stephen J and Cavalieri. Manual of
Study In Adult Bronchiectasis. Res Med antimicrobial susceptibility testing.
Journal. 2007. 101 : 1633-8. American Society for Microbiology.
11. Kumar S, Wang L, Fan J, Kraft A, Bose 2005. 1-5.
M.E, Tiwari S, Dyke M.V, Haigis R, Luo 15. Bush K, Jacoby G.A, Amicosante G,
T, Ghosh M, Tang H, Haghnia M, Mather Bonomo R.A, Bradford P.A, Cornaglia G,
E.L. WWG and HK. Detection of 11 Garau J, Giamarellou H, Jarlier V,
Common Viral and Bacterial Pathogens Martinez-Martinez L, Miriagou V,
Causing Community-Acquired Palzkill T, Pascual A, Rodriguez-Ban˜o J,
Pneumonia or Sepsis in Asymptomatic Rossolini G.M. SW and VA. Comment on
Patients by Using a Multiplex Reverse : Redefining Extended-Spectrum Beta-
Transcription-PCR Assay with Manual lactamases: Balancing Science and
(Enzyme Hybridization) or Detection Clinical Need. Journal of Antimicrobial
Automated (Electronic Microar. Journal Chemotherapy. 2009. 64 : 212-6.
Of Clinical Microbiology. 2008. 46 : 16. C NN and S. Antimicrobial Activity of
3063-72. Curcuma longa Aqueous Extract. Journal
12. Tumbarello M, Spanu T, Sanguinetti M, of Pharmacology and Toxicology. 2009.
Citton R., Montuori E., Leone F. FG and 1-5.

138

Anda mungkin juga menyukai