Anda di halaman 1dari 6

B

A
B

I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Unit Gawat Darurat adalah unit pelayanan rumah sakit yang
memberikan pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan
kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai multidisiplin (DEPKES
RI, 2006)
Jumlah dan kasus pasien yang datang ke unit gawat darurat tidak dapat
diprediksi karena kejadian kegawatan atau bencanadapat terjadi kapan saja,
dimana saja, serta menimpa siapa saja. Kondisisnya yang tidak terjadwal dan
bersifat mendadak serta tntutan pelayanan yang cepat dan tepat maka
diperlukan triage sebagao langkah awal penanganan pasien di unit gawat
darurat dalam kondisi sehari-hari, kejadian luar biasa maupun bencana.
Pemberian pelayanan yang tepat dan cepat merupakan standard
pelayanan yang dapat digunakan sebagai acuan pelayanan gawat darurat oleh
tenaga medis dan pihak rumah sakit, untuk mendukung terwujudnya pelayanan
yang berkualitas, efektif dan efisien. Pelayanan yang dilakukan di UGD antara
lain melakukan triase, melakukan pengkajian primer dan sekunder secara
berfokus, breathing, circulaton, disability dan exposure. Pengkajian sekunder
merupakan pengkajian head to toe yang dilakukan secara komprehensif sesuai
sesuai keluhan utama pasien, serta adanya pemeriksaan penunjang medic dan
dokumentasi pasien. Apabila pelayanan mengalami keterlambatan maka akan
berefek pada kondisi pasien (Standar pelayanan IGD, 2011)
Abdominal pain/ nyeri abdomen merupakan gejala utama dari acute
abdoment yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak spesifik. Akt abdomen
merupakan istilah yang digunakan untuk gejala-gejala dan tanda-tanda dari
nyeri abdomen dan nyeri tekan yang tidak speifik tetapi sering terdapat pada
penderita dengan keadaan intraabdomen akut yang berbahaya (catastrophe)
(cooper, 1999)
Abdominal pain akan direspon oleh tubuh dengan meningkatkan
pelepasan substansi kimia yang dapat menstimulus reseptor-reseptor nyeri
seprti histamine, prostaglandin bradikinin dan substansi P yang akan
menimbulkan persepsi nyeri.
Nyeri merupakan suatu perasaan atau pengalaman yang tidak
nyamanbaik secara sensori maupun emosional yang dapat ditandai dengan
kerusakan jaringan ataupun tidak. Penyebab tersering dari akut abdomen antara
lain appendicitis, kolik bilier, kolisistitis, diverticulitis, obstruksi usus, perforasi
viskus, pancreatitis, peritonitis, salpingitis, adenitis mesenterikus dan kolik
renal.
Manajemen nyeri meliputi pemberian terapi analgesic dan terapi non
farmakologi berupa intervensi prilaku kognitif seperti teknik relaksasi, terapi
music, Imaginary dan biofeedback (potter & perry, 2005).

2. Tujuan Umum
Untuk memperoleh pengalaman dan gambaran secara nyata dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan abdominal pain/ nyeri
abdomen

3. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian sampai dengan evaluasi keperawatan pada
klien dengan abdominal pain/ nyeri abdomen
b. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus

4. Manfaat
a. Perawat
Dapat mengaplikasikan penilitian terbaru tentang terapi relaksasi autogenik
terhadap nyeri akut pada pasien abdominal pain/ nyeri abdomen.
b. Pasien
Mengurangi respon nyeri pada pasien abdominal pain/ nyeri abdomen
sehingga pasien merasa lebih nyaman.
BAB III
TELAAH JURNAL
A. Judul Jurnal
Pengaruh terapi Relaksasi autogenik terhadap tingkat nyeri akut pada
pasien Abdominal pain di IGD RSUD KARAWANG 2014

B. Peneliti
Nita Syamsiah, Endang Muslihat

C. Tempat Penelitian
IGD RSUD KARAWANG

D. Metode Penelitian
Desain penelitian menggunakan rancangan desain eksperimen semu
(Quasi experiment design) dengan equivalent time sample design. Desain ini
bertujuan untuk membandingkan dua kelompok yang diberikan perlakuan
dengan yang tidak diberikan perlakuan (Hidayat, 2007)
Pada penelitian ini kelompok A (eksperimen) diberikan intervensi terapi
relaksasi autogenic sedangkan kelompok B (kontrol) tidakdiberikan terapi
relaksasi autogenik.

E. Hasil dan Kesimpulan


a. Hasil
 Hasil penelitian pada 15 responden yang hanya diberikan terapi
analgesik adalah skala nyeri rata-rata 8,33 trun menjadi 3,20. Terdapat
penurunan skala nyeri dengan selisih 5,13.
 Hasil penelitian pada 15 respomdem yang diberikan terapi analgesic
dan terapi relaksasi adalah skala nyeri rata-rata 8,53 turun menjadi
1,00 . terdapat penurunan skala nyeri dengan selisih 7,53.

b. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat perbedaan
pengaruh terhadap skala nyeri pada pasien dengan Abdominal pain, antara
sesudah diberikan terapi relaksasi dan analgesic dibandingkan sesudah
diberikan terapi analgesic saja.
Dapat disimpulkan bahwa kombinasi terapi relaksasi dengan
analgesic lebih efektif menurunkan skala nyeri pada pasien dengan
Abdominal pain.

F. Landasan teori terkait penerapan EBNP


Abdominal pain / nyeri abdomen merupakan gejala utama dari acute
abdoment yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak spesifik. Acute abdoment
merupakan istilah yang digunakan untuk gejala-gejala dan tanda-tanda dari
nyeri abdomen dan nyeri tekan yang tidak spesifik tetapi sering terdapat pada
penderita dengan keadaan intraabdominal acute yang berbahaya (catasrophe)
(cooper, 1999). Abdominal pain akan direspon oleh tubh dengan
meningkatkan pelepasan substansi kimia yang dapat menstimulus reseptor-
reseptor nyeri seperti histamine, prostaglandin, bradikinin dan substansi P
yang akan menimbulkan persepsi nyeri.
Nyeri merupakan suatu perasaan atau pengalaman yang tidak nyaman
baik secara sensori maupun emosional yang dapat ditandai dengan kerusakan
jaringan ataupun tidak.
Perawat sebagai komponen tim kesehatan berperan penting untuk
mengatasi nyeri pasien. Perawat berkolaborasi dengan dokter ketika
mlakukan intervensi untuk mengatasi nyeri, mengevaluasi keefektifan obat
dan berperan sebagai advocate pasien ketika intervensi untuk mengatasi nyeri
menjadi tidak efektif atau ketika pasien tidak dapat berfungsi secara adekuat
(Black & Hawk, 2005).
Manajemen nyeri meliputi pemberian terapi farmakologi dan terapi
non farmakologi berupa intervensi perilaku kognitif seperti teknik relaksasi,
terapi musik, Imaginary dan biofeedback (potter & perry, 2005). Terapi
relaksasi merupakan intervensi keperawatan secara mandiri untuk
menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi memberikan individu kontrl diri
ketika terjadi rasa nyeri serta dapat digunakan pada saat seseorang sehat
ataupun sakit (potter & perry, 2005).
Pengukuran skala nyeri dapat dilakukan dengan Visual Analog Scale
(VAS).
Skala linier ini menggambarkan secara visual gradasi tingat nyeri
yang mungkin dialami oleh seorang pasien. Rentang nyeri diwakili sebagai
garis sepanjang 10 cm, dengan atau tanpa tanda pada tiap centimeter.
Tanda pada kedua ujung garis ini dapat berupa angka atau pernyataan
deskriptif. Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri sedangkan ujung yang
lain mewakili rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

NYERI BERAT
TIDAK NYERI NYERI RINGAN NYERI SEDANG TERKONTROL
NYERI
BERAT TIDAK
TERKONTROL
G. Justifikasi EBNP

Gambar Visual Analog Scale (VAS)

H. Mekanisme Aplikasi Jurnal (SPO)


Pengertian Relaksasi autogenik adalah relaksasi yang bersumber
dari diri sendiri berupa kata-kata/ kalimat pendek
ataupun pikiran yang bisa membuat pikiran tentram.
Tujuan 1. Memberikan perasaan nyaman
2. Mengurangi stress, khususnya stress ringan/
sedang
3. Memberikan ketenangan
4. Mengurangi ketegangan
Prosedur Persiapan
A. Pasien/ Klien
1. Beritahu klien
2. Atur posisi dalam posisi duduk atau
berbaring
B. Alat
Tidak ada alat khusus yang dibutuhkan, bila
diinginkan dapat dilakukan sambil
mendengarkan music/ murrotal.
C. Lingkungan
Atur lingkungan senyaman dan setenang
mungkin agar pasien atau klien mudah
berkonsentrasi

Anda mungkin juga menyukai