Anda di halaman 1dari 4

6.

INTERLEUKIN-6
Interleukin-6 (bahasa Inggris: Interleukin 6, Interferon beta-2, IFNB2, B cell differentiation factor, B cell
stimulatory factor 2, BSF2, Hepatocyte stimulatory factor, HSF, Hybridoma growth factor, HGF, IL-6) adalah
sitokina yang disekresi dari jaringan tubuh ke dalam plasma darah, terutama pada fasa infeksi akut atau kronis,
dan menginduksi respon peradangan transkriptis melalui pencerap IL-6 RA, menginduksi maturasi sel B. dan
pencerap gp130.
Glukokortikoid (bahasa Inggris: Glucocorticoids, GC) adalah golongan hormon steroid yang memberikan
pengaruh terhadap metabolisme nutrisi. Hormon dari golongan ini akan mengaktivasi protein yang berperan
dalam proses metabolisme seperti sintesis glukosa, pengirisan peptida atau mobilisasi lemak. Penamaan
glukokortikoid (glukosa + korteks + steroid) menunjukkan keberadaan golongan ini sebagai regulator glukosa
yang disintensis pada korteks adrenal dan mempunyai struktur steroid.
GC merupakan hormon steroid dari kelas kortikosteroid, yang memiliki kapasitas untuk membinasakan
limfosit, mengembangkan timosit dan menginduksi apoptosis, sehingga sering digunakan untuk penanganan
peradangan seperti artritis, collagen vascular diseases, radang paru dan asma, beberapa jenis radang hati,
beberapa penyakit kulit dan granulomatous diseases, sub-akut tiroiditis dan amiodarone-associated thyroiditis.
Pada model tikus, GC menyebabkan apoptosis pada prekursor sel T CD8+ yang disebut splenosit CD8+,
namun tidak pada sel T CD8+ dewasa, yang disebut sel T pmel-1 CD8+, dan tidak menghambat aktivitas anti-
tumor yang diemban sel T CD8+ tersebut.
Seperti halnya hormon lain dalam golongan kortikosteroid, GC juga mempengaruhi fungsi kelenjar tiroid.
Pada dosis tinggi, GC menurunkan laju konversi hormon T4 ke T3, menurunkan sekresi hormon TSH dari
kelenjar hipofisis, menginduksi hiperkatabolisme dan malnutrisi.
Saat GC masuk ke dalam sel melalui transporter yang terdapat pada membran sel, setelah berada di dalam
sitosol, GC akan terikat pada pencerap glukokortikoid yaitu pencerap NR3C1 (bahasa Inggris: nuclear
receptor subfamily 3, group C, member 1; glucocorticoid receptor, GR, GCR) yang berfungsi sebagai faktor
transkripsi yang akan mengaktivasi gen yang terdapat di dalam inti sel.
Ikatan yang terjadi antara hormon dan pencerap menyebabkan protein yang sebelumnya terikat pada pencerap,
seperti protein HSP-90, menjadi lepas. Lepasnya protein tersebut akan memungkinkan dua pencerap saling
mengikat dan membentuk dimer.
Dimer kemudian masuk ke dalam inti sel melalui pori-pori inti sel dan mengikat area tertentu pada deret DNA
yang disebut GRE (bahasa Inggris: glucocorticoid response elements). GRE berperan sebagai aktivator
transkripsi dari gen target.

SISTEM IMUN SPESIFIK SELULER


Sistem imun merupakan pertahanan atau perlawanan tubuh terhadapa infeksi. Adapun fungsi dari SI (Sistem
Imun) ini adalah sebagai berikut :
1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit, menghancurkan maupun menghilangkan
mikroorganisme atau substansi asing (baik jamur, bakteri,virus, maupun parasit lainnya) yang
masuk kedalam tubuh.
2. Menghilangkan jaringan yang rusak maupun sel yang rusak (derbis sel) untuk perbaikan
3. Mengenali dan menghilangkan sel yang rusak.
Pertahanan imun terdiri atas :
1. Sistem imun alamiah atau non spesifik(natural / innate / native)
2. Ssistem imun yang didapat atau sistem imun spesifik (adaptive / acquired).

1. A. Pertahanan non spesifik, dapat dibagi menjadi tiga yaitu :


1) Pertahan fisik
Pertahanan fisik diperankan oleh, kulit, selaput lendir, silia, batuk dan bersin, merupakan geris terdepan
terhadap infeksi.
2) Pertahanan biokimia
Diperankan oleh lisozim( keringat), asam lambung, laktoferin, dan sekresi sebaseus.
3) Pertanahan humoral/cairan
Pertahan humoral diperankan oleh komplemen, inrterferon dan CRP ( C Reaktif Protein / protein fase akut),
kolektin MBL 9 (Manan Binding Lectin).
4) Pertahanan seluler
Diperankan oleh sel-sel imun yang terdiri dari oleh fagosit, sel makrofag, sel dendrik, sel mastosit.sel mast,
sel NK (Natural Kiler).

1. B. Pertahanan Spesifik, terdapat dua mekanisme yaitu humoral dan selular.


1) Humoral
Peran utama dalam system imun spesifik humoral adalah limfosit B atau sel B. Sel B diproduksi di sum-sum
tulang dan pematangannya juga didalam sum-sum tulang. Bila sel B dirangsang oleh benda asing maka sel
ini akan segera berpoliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang selanjutnya sel plasma ini akan
menghasilkan antibodi.
Sel B memiliki reseptor yang disebut BCDF (B cell Diferentiation Factor) diperlukan untuk berdiferensiasi
dan BCGF (B Cell Growt Factor) diperlukan untuk berpoliferasi. Terkadang sel B tidak dapat menjadi sel
plasma dikarenakan kekurangan BCGF untuk berpoliferasi sehingga sel yang tidak menjadi sel plasma ini
akan menjadi sel B memori dan dapat hidup dalam waktu yang cukup lama. Salah satu kelebihan dari respon
imun spesfik karena memiliki sel memori yang dapat mengenali langsung antigen yang pernah menginfeksi
tubuh dengan struktur yang sama.
Antibodi yang dihasilkan oleh sel plasma tadi akan berperan terhadap infeksi ekstra seluler serta dapat
menetralisasikan toxic yang dikeluarkan oleh antigen (Ag) tertentu.

2) Sistem imun spesifik seluler


Diperankan oleh sel T atau limfosit T. Sel T berfungsi untuk mengaktifkan sel-sel pertahanan lain dalam
tubuh. Sel tersebut juga berasal dari sum-sum tulang tetapi pematangan sel ini terjadi di timus. Dalam timus
sel ini akan diseleksi yakni seleksi positif dan seleksi negatif.
Seleksi positif merupakan penyeleksian sel T yang tidak dapat membedakan antara antigen sendiri (self
antigen) dan antigen luar (non self antigen). Dalam seleksi ini sel T yang dapat hidup hanyalah sel T yang
dapat mengenal MHC sendiri. Seleksi negatif merupakan seleksi sel T yang dikarenakan infitasnya yang
tinggi terhadap MHC sendiri sehingga ada kemungkinan sel ini akan menyerang self Ag.
Berbeda dengan sel B, sel T terdiri atas beberapa sel subset dengan fungsi yang berlainan yaitu sel T naif,
sel T helper (TH), T delayed type hypersensitivity (Tdth), CTL (cytotoxic T Limfosit) atau T cytotoxic atau
T cytolitic (Tc) dan Ts / Tr (T supresor / regulator). Yang berperan pada imunitas selular adalah CD4+ / Th
yang mengaktifkan makrofag yang selanjutnya menghancurkan mikroba dan CD8+ (Cluster of
differentiation 8) / CTL yang memusnahkan sel yang terinfeksi.

Sel T helper
Sel T helper adalah golongan sel darah putih yang bertindak sebagai adaptive immunity. Dimana fungsi dari
sel T helper sendiri antara lain adalah :
1. Membantu sel B untuk membentuk antibody, mengaktifkan sistem pertahanan adaptive humoral
atau adaptive cytolitic
2. Membantu perkembangan sel T sitotksik
3. Fasilitator sel-sel pertahanan lain dalam untuk melawan antigen
Sel T helper masih bisa berdiferensiasi menjadi sel T memori dan sel T penekan / supresor. Sel T merupakan
sel limfosit yang pertama kali berinteraksi dengan zat asing. Hal ini terjadi karena sel T memiliki protein
permukaan yang disebut CD4 dan CD8. CD4 atau CD8 akan mendeteksi keberadaan antigen. Sebab dia
akan mengenali sel yang memiliki reseptor MHC kelas 1 atau MHC kelas 2. Apabila dia berinteraksi dengan
sel yang tidak memiliki MHC maka dia akan menganggap sel tersebut sebagai zat asing. Sehingga sel T
akan berdifensiasi dan menyerang zat asing tersebut.
Sel limfosit T-helper berkembang menjadi 2 jenis sel :
1. a. Sel TH1
 Bekerja pada sistem pertahanan cytolitic, mengatur imunitas seluler (cell – mediated immune)
untuk melawan antigen asing dari dalam (intraselluler) seperti virus.
 Memproduksi: cytokines: IL-2, IFN-γ, and TNF-a.
 Sitokin adalah protein hormon yang menengahi dua imun (kekebalan tubuh) alami dan imun
spesifik. Sitokin sebagian besar dihasilkan dengan mengaktifkan sel (limfosit) selama sel kekebalan
menengahi.
 Interleukin-2 (IL-2) adalah sebagian besar sitokin yang bertanggung jawab untuk mengaktifkan
pertumbuhan dan diferensiasi limfosit. IL-2 banyak menghasilkan sel T CD4+ dan menghasilkan
sedikit sel T CD8+ (cytotoksit sel T, atau CTLs). Fungsi utama dari IL-2 ialah meningkatkan respons
imun. IL-2 berperan dalam apoptosis sel T yang teraktivasi bukan oleh antigen, hal ini penting untuk
mencegah autoimunitas.
 IFN – γ (Interferon – γ), nama lainnya adalah Fibroblas IFN atau Tipe I. dihasilkan oleh sel T helper
dan hanya bekerja pada sel-sel tertentu, seperti makrofaga, sel endotelial, fibroblas, sel T sitotoksik,
dan limfosit B.
 TNF – a, (Tumor necrosis factor alpha) adalah sitokin yang diproduksi oleh makrofag dan sel T yang
mempunyai banyak fungsi dalam system imun. Merupakan protein yang unik yang dihasilkan
selama respon inflamasi. TNF-a tidak hanya akibat dari peradangan, juga merupakan zat yang
mempromosikan peradangan. Memiliki peran sebagai: Mediasi inflamasi akut; Menstimulasi
inflamasi pada sel endotel; dan Chemoattractant untuk sel darah putih

1. b. Sel TH2
 Bekerja mengatur imunitas humoral, atau produksi antibody untuk melawan antigen asing luar (
ekstraselluler ) seperti bakteri. berfungsi untuk mengaktifkan sel B untuk berdiferensiasi menjadi
sel – sel plasma yang selanjutnya menghasilkan antibodi monomer IgA. Sel epitel juga menghasilkan
secretory component yang berfungsi untuk membawa SIgA keluar dari sel epitel.
 memproduksi: IL-4, IL-5, IL-6, IL-10, dan IL-13.
 Interleukin-4 (IL-4), adalah glikoprotein dengan ukuran 18 – 20 kD yang terdiri dari asam amino
yang diproduksi oleh sel T, sel mast dan sel basofil. Efek IL – 4 yang paling penting adalah
perkembangan sel Th2 dan memerintahkan sel B untuk memproduksi Ig E dan Ig G4, sedangkan
pada endotel IL – 4 meningkatkan ekspresi VCAM-1. Merupakan penanda proses inflamasi. IL-4
berperan dominan dalam sistem kekebalan untuk aktivasi sel B pada produksi antibody.
 Interleukin-5 (IL-5) adalah sitokin dengan ukuran sekitar 20 kD yang di sekresi sel TH. Fungsi IL – 5
yang paling penting adalah kemampuan untuk menstimulasi pertumbuhan dan diferensiasi eosinofil
dan aktivasi sel eosinofil matur. IL-5 juga bersifat kemotaktik terhadap eosinofil, menyebabkan
sekresi eosinofil dan meningkatkan antibody dependent cytotoxicity.
 Interleukin-6 (IL-6) adalah sitokina yang disekresi dari jaringan tubuh ke dalam plasma darah,
terutama pada fasa infeksi akut atau kronis, dan menginduksi respon peradangan transkriptis
melalui pencerap IL-6 RA, menginduksi maturasi sel B. dan pencerap gp130.
 Interleukin-10 (IL-10) dalah sitokina yang banyak disekresi oleh monosit, yang memiliki efek
pleiotrofik pada sistem kekebalan dan peradangan. Pertama kali IL-10 dikenal karena
kemampuannya untuk menghambat aktivasi dan fungsi efektor dari sel T, monosit dan makrofaga.
Fungsi rutin IL-10 tampaknya terutama menghambat atau meniadakan respon peradangan, selain
mengendalikan perkembangan dan diferensiasi sel B, sel NK, sel TH, sel T CD8, mastosit, granulosit,
sel dendritik, keratinosit dan sel endotelial, dan bersifat imunosupresif terhadap sel mieloid.
 Interleukin-13 (IL-13) adalah sebuah protein dengan fungsi sitokin yang disekresi berbagai sel,
tetapi terutama oleh sel TH2. Berbagai efek biologis IL-13, memiliki sejumlah kemiripan dengan IL-
4. Kedua sitokin diketahui berperan pada kejadian alergi dengan mengatur isotype class switching
pada sel B untuk menghasilkan Ig E, menginduksi ekspresi MHC kelas II dan CD 23, menginduksi
VCAM 1, eotaksin, mengaktivasi sel mast dan eosinofil.
CTL (Cytotoxic T Limfosit)
Cytotoxic T Lymphocyte/CTL/ T cytotoxic/T cytolitic/Tc) atau sel T pembunuh (killer) adalah sel tersebut
mengenal antigen yang dipresentasikan bersama molekul MHC-I yang ditemukan pada semua sel tubuh
yang bernukleus. CTL merupakan sub-grup dari sel T yang berfungsi :
1. membunuh sel yang terinfeksi dengan virus (dan patogen lainnya) dengan menghancurkan sel yang
mengandung virus tersebut
2. membunuh berbagai bibit penyakit dan sel kanker
3. merusak dan mematikan pathogen intraseluler
4. menghancurkan sel ganas dan sel histoimkompatibel yang menimbulkan penolakan pada
transplantasi.
Sel T sitotoksik disebut juga sel T CD8+ karena terdapat glikoprotein CD8 pada permukaan sel yang
mengikat antigen MHC kelas I. Sel T sitotoksik dapat menjadi pasif pada status anergik, seperti pada
penyakit autoimun.
Sel limfosit T sitotoksik mengandung granula azurofilik yang berlimpah dan mampu menghancurkan
berbagai sel yang terinfeksi, sel tumor, tanpa sensitisati (rangsangan) sebelumnya. Sel limfosit T sitotoksik
ini diklasifikasikan sebagai sistem kekebalan tubuh bawaan yang merupakan lapis ketiga pertahanan tubuh
terhadap berbagai macam serangan. Secara langsung menyerang sel lainnya yang membawa antigen asing
atau abnormal di permukaan mereka.
Sel limfosit T sitotoksik dalam meningkatkan system pertahanan dengan cara mengikutsertakan sistem
pertahanan yang lain. Mengenal kembali material asing oleh sistem imun oleh dirinya sendiri, tidak selalu
menghasilkan pengrusakan material tersebut. Sel dari sistem imun melepaskan messenger kimiawi (seperti
sitokin) yang mengambil dan mengaktifkan sel lain seperti polimorf, makrofag dan sel mast atau sistem
kimiawi (seperti komplemen, amine, kinin, dan sistem lisosomal) untuk menghancurkan material asing

Anda mungkin juga menyukai