PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan
keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan keperibadiannya (menurut WHO).
Sikap ini merupakan sikap yang baik terhadap diri sendiri, yaitu tidak merasakan harga diri
yang rendah tidak memiliki pemikiran negatif tentang kondisi kesehatan diri, dan selalu optimis
dengan kemampuan sendiri. Berperasangka posotif terhadap diri sendiri membuat kita lebih
percaya diri. Hal ini menjadi penting bagi orang selalu memikirkan kekurangn yang ada pada
dirinya. Manusia di ciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna dari makhluk lainnya.
Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan terbaik dari yang
dia bisa. Aktualisasi diri bukanlah sebutan baru dalam dunia psikologi, semua orang mempelajari
psikologi ataupun manjemen sumber daya manusia pasti mengetahui arti dari kalimat ini. Teori
yang terkenal adalah Teori Abrahman Maslow tentang hirarki kebutuhan, yang menganggap
aktualisasi sebagai tingkatan tertinggi bila kebutuhan dasar sudah di penuhi.
Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal
menyebabkan penyimpangan keseimbanganorganisme. Dengan demikian adaptasi adalah suatu
upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme
otomatis untuk perlindungan, mekanisme koping dan idealnya dapat mengarah pada penyesuaian
atau penguasaan situasi (Selye, 1976; Monsen,floyd,dan Brookman,1992). Stresor yang
menstimulus adaptasi mungkin berjangka pendek, seperti demam atau berjangka panjang seperti
paralisis dari anggota gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal, seseorang harus mampu
berespon terhadap stresor dan beradaptasi terhadap tuntutan atu perubahan yang di butuhkan.
Adaptasi membuatuhkan respon aktif dari seluruh indivodu. Jika seseorang tidak mampu unyuk
beradaptasi, maka kemungkinan untuk mengalami gangguan jiwa adalah besar.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
1. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan
keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan keperibadiannya (menurut WHO).
2. Kesehatan jiwa dalah kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan
mempertahankan keselarasan dalam pengendalian diri, serta terbatas dari stres yang serius
(Roshadi,1999).
3. kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosial
secara optimal; dari seseorang, dan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain (UU
Kesehatan Jiwa no. 3 Tahun 1966).
2
2. Tumbuh kembang dan aktualisasi diri
Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan terbaik
dari yang dia bisa. Aktualisasi diri bukanlah sebutan baru dalam dunia psikologi, semua orang
mempelajari psikologi ataupun manjemen sumber daya manusia pasti mengetahui arti dari
kalimat ini. Teori yang terkenal adalah Teori Abrahman Maslow tentang hirarki kebutuhan,
yang menganggap aktualisasi sebagai tingkatan tertinggi bila kebutuhan dasar sudah di
penuhi.
Aktualisasi diri adalah cara mengembangkan potensi diri dari hal yang bisa kita
lakukan atau kerjakan. Menjalankan aktualisasi diri samadengan mengembangkan
kemampuan kita tanpa batas. Dengan aktualisasi diri ini, manusia akan tumbuh dan
berkembang sesuai dengan kemampuan dan keinginan dalam memenuhi kebutuhan hidup
manusia.
3. Integrasi (keseimbangan / kebutuhan)
Keseimbangan dalam pengendalian emosi dan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-
hari sangat di perlukan sehingga dapat menjalani kehidupan dengan seimbang dan tidak
mengalami stres walupun menemui masalah. Jika seseorang jika tidak bisa menyeimbangkan
emosi dalm kehidupan, maka kemungkinan untuk terjadinya stres akan lebih tinggi.
4. Otonomi
Seseorang dengan sehat jiwa adalah seseorang yang mampu menyelesaikan setip
masalah kehidupan sehingga tidak ada ketergantungan dengn sesuatu dalam menjalani setiap
masalah yang dihadapi ( misalnya : tidak tergantung kepada orang lain, obat, dan lain-lain).
5. Persepsi realitas
Dapat membedakan lamunan dan kenyataan sehingga setiap prilaku dapat di mengerti
dan dapat di pahami. Dapat menekan dan mengorganisir emosi sehingga emosi konsisten
dengn pengalaman. Selain itu, juga mempunyai pikiran yang logis dan persepsi akurat.
6. Kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikologis berubah dalam
berespon terhadap stres. Oleh karena banyak stresor yang tidak dapat dihindari, promosi
kesehatan sering di fokuskan pada adptasi individu, keluarga, atau komunitas terhadap stres.
Ada banya bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis fisiologis.
Namun demikian, mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi
lainnya.
Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal
menyebabkan penyimpangan keseimbanganorganisme. Dengan demikian adaptasi adalah
suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal. Adaptasi melibatkan refleks,
mekanisme otomatis untuk perlindungan, mekanisme koping dan idealnya dapat mengarah
pada penyesuaian atau penguasaan situasi (Selye, 1976; Monsen,floyd,dan Brookman,1992).
3
Stresor yang menstimulus adaptasi mungkin berjangka pendek, seperti demam atau berjangka
panjang seperti paralisis dari anggota gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal, seseorang
harus mampu berespon terhadap stresor dan beradaptasi terhadap tuntutan atu perubahan yang
di butuhkan. Adaptasi membuatuhkan respon aktif dari seluruh indivodu. Jika seseorang tidak
mampu unyuk beradaptasi, maka kemungkinan untuk mengalami gangguan jiwa adalah besar.
7. Rentang sehat jiwa :
Dinamis bukan titik statis.
rentang dimulai dari sehat optimal sampai meninggal.
terdapat beberapa tahap.
terdapat perbedaan antara tiap individu.
menggambarkan kemampuan adaptasi.
berfungsi secara efektif : sehat.
4
esteem) dan kebutuhan aktualisasi (acetulization needs). Klien gangguan jiwa umumnya
mengalami gangguan selain fisiologis sebagai keluhan utama, tetapi selanjutnya seluruh
kebutuhan menjadi terganggu sebagai dampai terganggunya kebutuha psikologis.
Sebagai contoh banyak klien gangguan jiwa yang merasa tidak aman atau tidak
terima oleh lingkungan, hilangnya rasa cinta akibat di tinggal mati oleh orang yang berarti,
terganggunya harga diri akibat PHK, atau terganggunya aktualisasi diri akibat gagal dalam
sekolah. Perawat berupaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut dengan menjalin rasa
percaya (trust) dan berusaha memahami apa yang dirasakan oleh kliennya (empathy).
5
5. Peran perawat menurut Peplau
Menurut Peplau, keperawatan adalah terapeutik dalam seni penyembuhan, membantu
individu yang sakit atau membutuhkan perawatan kesehatan yang dinilai dalam proses
interpersonal sebab melibatkan interaksi antara dua atau lebih individu yang mempunyai
tujuan. Setiap individu di anggap unik secara biologis,psikologis,sosial, dan spritual, serta
tidak akan bereaksi sama seperti yang lain. Setiap orang mempuanyai pengalaman belajar
yang berbeda dari lingkungan, adat istiadat, kebiasan, dan keyakinan dari setiap kultur. Stiap
orang datang dengan ide-ide yang terbentuk sebelumnya yang mempengaruhi persepsi,
dimana persepsi sanagat mempengaruhi proses interpersonal.
Peplau mengidentifikasi empat tahap dalam hubungan intrapersonal yaitu sebagai berikut :
Orientasi : fokus menentukan masalah.
Identifikasi : fokus respons pasien terhadap perawat
Eksploitasi : fokus meminta bantuan profesional
Resolusi : fokus mengakhiri hubungan intrapersonal
Dalam proses ini perawat mempunyai peran sebagai pendidik, narasumber, penasihat,
pemimpin, ahli teknik, dan pengganti. Peran perawat yang lain adalah sebagai berikut :
o Bekerja sama dengan lembaga kesehatan mental.
o Konsultasi dengan yayasan kesejahteraan.
o Memberikan pelayanan kepada klien diluar klinik
o Aktif melakukan penelitian.
o Membantu pendidikan masyarakat
o Sebagai pencipta lingkungan terapeutik. Mengembangkan situasi kehangatan, dapat
saling menerima, aman, dan relaks.
o Agen sosial (socializing agent). Membantu proses partisipasi dalam kelompok.
o Sebagai konselor.Mendengarkan keluhan yang diungkapkan pasien, memberi saran
dan sugesti dengan tujuan mendorong pasien berpikir tentang permasalahannya dan
memutuskan jalan yang terbaik sesuai dengan kemampuannya.
o Sebagai pendidik.Memberi kesempatan pasien belajar segala sesuatu dari orang lain
dan mendorongnya menjadi lebih berhasil dan menyenangkan dalam
mengembangkan emosional pasien.
o Mother Surrogete. Memberi bantuan kepada pasien yang tidak mampu menolong
dirinya sendiri dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
o Teknisi perawatan. Membantu pasien dalam aspek teknisi, seperti pemberian obat-
obatan yang direncanakan, memonitor tanda-tanda vital, dan observasi perilaku
pasien.
6
o Terapis. Memberi bantuan mengembangkan penyembuhan sebatas kewenangan
perawat.
Asuhan keperawatan yang kompeten bagi perawat jiwa adalah sebagai berikut :
1) Pengkajian biopsikososial yang peka terhadap budaya.
2) Merancang dan Implementasi rencana tindakan untuk klien dan keluarga.
3) Peran serta dalam peengelola kasus : mengorganisasikan, mengkaji, negosiasi, serta
koordinasi pelayanan bagi individu dan keluarga.
4) Memberikan pedoman pelayanan bagi individu, keluarga, dan kelompok untuk
menggunakan sumber yang tersedia dikomunitas kesehatan mental, termasuk
pelayan terkait, teknologi, serta sistem sosial yang paling tepat.
5) Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental, serata mengatasi pengaruh
penyakit mental melalui penyuluhan dan konseling.
6) Memberikan askep pada penyakit fisik yang mengalami masalah psikologis dan
penyakit jiwa dengan masalah fisik.
7) Mengelola dan mengoordinasi sistem pelayanan yang mengintegrasikan kebutuhan
klien, keluarga, staf, dan pembuat kebijakan.
Klinik
Pasien
Legal dan Etik
PSIKIATRI
Sosial Fiscal
Profesional
7
D. PRINSIP- PRINSIP DASAR KEPERAWATAN JIWA
Peran dan fungsi keperawatan yang kompeten (Roles and Functions of psychiatric
Nurse Competent Care)
Keperawatan jiwa mulai menjadi profesi pada awwal abad ke-19 dan pada masa
tersebut berkembang menjadi spesialis dengan peran dan fungsi- fungsi yang unik.
Keperawatan jiwa adalah suatu proses interpersonal dengan tujuan untuk meningkatakan dan
memelihara perilaku- perilaku yang mendukung terwujudnya suatu kesatuan yang harmonis
(intergrated). Kliennya dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi, atau
masyarakat. Tiga wilayah praktik keperawatan jiwa meliputi perawatan langsung,
komunikasi, dan manejemen.
Ada empat factor yang dapat menentukan tingkat penampilan perawat jiwa, yaitu
aspek hukum, kualifikasi perawat, lahan praktik, dan inisiatif dari perawat sendiri.
Hubungan yang Terapeutik antara Perawat dengan Klien (Therapeutik Nurse Patient
Relationship)
Hubungan perawat dank lien yang terapeutik adalah pengalaman belajar yang
bermakna dan pengalaman memperbaiki emosional klien. Perawat menggunakan atribut-
atribut yang ada pada dirinya dan teknik keterampilan klinik yang khusus dalam bekerja
bersama dengan klien perubahan perilaku klien.
Model structural dan model analisis instruksional digunakan untuk menguji komponen-
komponen proses komunikasi dan melakukan identifikasi masalah bersama antara klien
dengan perawat.
1. Dimensi repons yang sejati, saling menghormati, memahami, dan empati secara nyata
harus ditampilkan.
2. Dimensi konfrontasi, kesegaraan (immediacy), perawat yang menutup diri, perasaan
terharu yang disebabkan kepura- puraan dapat memberikan stimulasi role play dan
memberikan konstribusi terhadap penilaian diri pasien (insight)
3. Kebutuhan dalam komunikasi terapeutik seperti resisten, transferen, konterferens, dan
adanya pelanggaran wilayah pribadi klien merupakan penghambat dalam komunikasi
8
tertib, peraturan, norma, dan agama (super ego/ das uber ich) akan mendorong terjadinya
penyimpangan prilaku. Factor penyebab yang lain adalah konflik intrapsikis terutama
pada masa anak- anak sehingga menyebabkan trauma yang membekas pada masa dewasa.
Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas (bebas
melakukan imajinasi persepsi menurut masing- masing individu) dana analisis mimpi,
transferen untuk memperbaiki traumatic masa lalu. Misalnya mengguanakan metode
hipnotis (hypnotic), yaitu dengan membuat tidur klien dan perawat menggali traumatis
masa laluj. Dengan cara ini, klien akan mengungkapan pikiran dan mimpinya, sedangkan
terapis berupaya menginterprestasikan pikiran dan mimpi pasien.
2. Interpersonal (Sullivan, Peplau)
Pada konsep ini, kelaianan jiwa seseorang bias muncul akibat adanya ancaman.
Ancamana tersebut menimbulkan kecemasan/ ansietas, dimana ansietas timbul akibat
sesorang mengalami konflik saat berhubungan dengn orang lain interpersonal.
Pada konsep ini perasaan takut seseorang didasari adanya ketakutan ditolak atau
diterima orang sekitarnya. Proses terapi pada konsep ini adalah berupaya membangun
rasa aman bagi klien (build feeling security satisfaction), dan membina kepuasan dalam
bergaul dengan orang lain sehingga klien merasa berharga dan terhormat.
Peran perawat dalam hal ini adalah berupaya berbagi (sharing) mengenai hal- hal
yang dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan
orang lain dan berupaya bersikap empati, serta turut merasakan apa yang dirasakan oleh
klien. Selain itu perawat juga memberikan respons verbal yang mendorong rasa aman
klien dalm berhubungan dengan orang lain seperti: “saya senang berbicara dengan anda,
saya siap membantu anda, anda sangat menyenangkan bagi saya”.
3. Social (Caplan, Szasz)
Dalam konsep ini seseorang akan mengalami gangguan atau mengalami
penyimpangan perilaku apabila terdapat banyak factor social dan factor lingkunagn yang
akan memicu munculnya stress pada seseorang. Akumulasi stressor pada lingkungan
yang mencetus stress seperti: bising, macet, tuntutan persaingan kerja, harga barang yang
mahal, persaingan kemewahan, iklim yang sangat panas atau dingin, ancaman penyakit,
polusi, serta sampah. Stressor dari lingkungan diperparah dengan adanya stressor dari
hubungan social seperti atasan yang galak, tetangga yang buruk, atau anak yang nakal.
Prinsip terapi ini adalah pentingnya modifikasi lingkungan dan adanya dukungan
social. Peran perawat adalah menggali system social klien aeperti suasana diruamh,
kantor, sekolah, dan masyarakat.
4. Existential (Ellis, Roger)
Menurut model ini gangguan jiwa terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya
dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggaan dirinya, membenci dirinya
9
sendiri, dan mengalami gangguan dalam body image-nya. Seringkali individu menjadi
kabur, serta individu merasa asing dan bingung dengan dirinya.
Prinsip terapinya adalah mengupayakan individu untuk bergaul dengan orang lain,
memahami riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau sebagai panutan,
memperluas kesadaran diri dengan instrokpesi diri, mendorong untuk menerima jati
dirinya sendiri, dan menerima kritik atau feedback tentang perilakunya dari orang lain.
5. Supportive therapy (Wermon, Rockland)
Penyebab gangguan jiwa pada konsep ini adalah factor biopsikososial dan respons
maladaptive saat ini yang muncul akan berakumulasi menjadi satu. Aspek biologis yang
dapat menjadi masalah adalah seperti sering sakit maag, batuk- batuk, dan lain- lain;
sedangkan aspek psikologis yang dapat menjadi keluhan atau masalah adalah mudah
cemas, kurang percaya diri, ragu- ragu, dan pemarah. Lalu yang dapat menjadi masalah
dalam spek sosialnya adalah sush bergaul, mearik diri, tidak disukai, bermusuhan, tidak
mampu mendapat pekerjaan, dan sebagainya.
Prinsip terapinya adalah menguatkan respons koping adaptif, individu diupayakan
mengenal terlebih dahulu kekuatan- kekuatan yang ada pada dirinya, lalu nantinya
kekuatan yang akan menjadi pemecahan maslah yang dihadapi.
6. Medical (Meyer, Kraeplin)
Menurut konsep ini gangguan jiwa cendrung muncul akibat multifactor yang
kompleks, meliputi: aspek fisik, genetic, lingkungan, dan factor social sehingga
penatalaksanaannya adalah dengan pemeriksaan diagnostic, terapi somatic, farmakologi,
dan teknik interpersonal. Perawat berperan dalam kolaborasi dengan tim medis lainnya
dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi, menentukan diagnosis, dan
menentukan jenis pendekatan yang digunakan.
Model stress dan Adaptasi dalam Keperawatan Jiwa (Stress adaptation Model of
Psychiatric Nursing)
Menurut Stuart, stress adaptasi memberikan asumsi bahwa lingkungan secara alami
memberikan berbagai starta social, diaman perawat psikiatri disediakan melalui proses
keperawatan dalam biologis, psikologis, sosiokultural, dan konteks legal etis, bahwa sehat/
sakit, adaptif/ maladaptive sebagai konsep yang jelas, tingkat pencegahan primer, sekunder,
dan tersier termasuk didalamnya empat tingkatan dalam penatalaksaan psikiatrik meliputi :
peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, akut, dan krisis. Komponen- komponen
biopsikososial model mencakup factor- factor predisposisi (pendukung), stressor pencetus,
penilaian terhadap stressor, sumber- sumber koping, dan koping mekanisme.
10
Keadaan- keadaan biologis dalam Keperawatan Jiwa (Biological Context of Psychiatric
Nursing Care)
Perawat psikiatri harus belajar mengenai struktur dan fungsi dari otak, mencakup
proses neurotransmisi, untuk lebih memahami etiologi, memperlajarinya, dan agar lebih
efektif dalam strategi intervensi gangguan psikiatrik.
Impilkasi klinis dari penelitian tentang neurosains telah didiskusikan dalam
hubungannya dengan skizofrenia, kelainan mood, gangguan panic, dan merujuk pada indikasi
yang khusus. Penalaahan tentang gen yang membawa kelainan mental telah membawa
kesulitan dan ketidakyakinan sampai saat ibi, tetapi dapat meningkatkan penelitian yang akan
datang.
11
mengintegrasikannya ke dalam praktik untuk menyediakan keperawatan yang berkualitas dan
pelayanan yang efektif.
Keadaan- keadaan Legal Etika dalam Keperawatan Jiwa (Legal Ethical Context of
Psychiatric Nursing Care)
Terdapat dua penerimaan klien dirumah sakit jiwa yaitu kesepakatan yang disadari dan
kesepakatan yang tidak disadari, meliputi isu mengenai hokum dan sepk etik, serta legal dan
aspek professional. Perawat psikiatri mempunyai peran dalam tugas professional dan tugas
pribadi yaitu sebagai berikut :
1. Pemberian pelayanan
2. Pekerjaan dari pihak rumah sakit
3. Sebagai wrga Negara pribadi
12
BAB III
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktik keperawatan yang menggunakan
ilmu tingkahlaku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik
dalam meningkatkan, mempertrahankan, serta memulihkan kesehatan mental klien dan
kesehatan mental masyarakat dimana klien berada. Fokusnya adalah penggunaan diri sendiri
secara terepeutik, artinya perawat jiwa membutuhkan alat atau media untuk melakuakan
perawatan. Alat yang digunakan selain keterampilan teknik dan alat-alat klinik, yang
terpenting adalah mnggunakan dirinya sendiri (use self therapeutic). Sebagai contoh gerak
tubuh (posture), mimik wajah (face expression), bahasa (language), tatapan mata (eye),
pendengaran (listening), sentuhan (touching), nada suara(vocalization), dan sebagainya.
13
DAFTAR PUSTAKA
14