Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEPERAWATAN BIMBINGAN SPIRITUAL PADA

KLIEN GANGGUAN JIWAHARGA DIRI RENDAH


DI RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT
LAWANG-MALANG

Dewi Anhorida
NIM.1312010004

SUBJECT:
Asuhan keperawatan, spiritual, bimbingan, gangguan jiwa, harga diri,
rendah, klien

DESCRIPTION
Hargadiri merupakan penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Frekuensi pencapaian
tujuan akan harga diri rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering
gagal, maka cenderung harga diri rendah. Tujuan studi kasus ini adalah
melakukan asuhan keperawatan pada klien harga diri rendah dengan terapi
aktifitas kelompok.
Desain penelitian ini adalah studi kasus, responden studi kasus yaitu 3
klien gangguan jiwa yang mengalami masalah gangguan konsep diri harga diri
rendah. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi
dan dokumentasi dengan menggunakan format asuhan keperawatan jiwa.
Pengkajian menggunakan 2 sumber utama yaitu data primer dari klien dan data
sekunder dari perawat dan status medis klien. Kemudian ditegakkan diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
Dari beberapa data yang didapatkan dari ketiga responden masalah
keperawatan yang muncul adalah gangguan konsep diri harga diri rendah.
Intervensi yang dilakukan selama 4 hari perawatan kepada ketiga klien yaitu
sama. Hasil evaluasi pada ketiga klien yang didapatkan masalah gangguan konsep
diri harga diri rendah dengan terapi bimbingan spiritual sebagian besar teratasi.

ABSTRACT
Self-esteem is a Personal Assesment Against The results achieved with
analyze how for behavior meet ideal of self. Frequency of goal achievement
against low self-esteem or high self-esteem. If the individual often fails, it tends to
has low self-esteem. The purpose of this case study was to perform nursing care to
low self-esteem client with group activity terapi.
Design of this study was a case study, number of respondents were 3
clients with mental disorders who experienced low self esteem. Data collection
methods used were interviews observation and documentation using mental care
format. This Study used 2 main sources that were primary data from clients and
secondary data from nurses and medical status of the client. Then enforced
nursing diagnosis, intervention, implementation and evaluation.
Data obtained from the three respondents showed nursing problems that
arose was low self esteem, intervention performed during 4 days, treatment to the
three clients were the same. The result of the evaluation of the three clients

1
obtained data they had low self esteem with spiritual guidance therapy, the
problem mostly resolved.
Keywords : Nursing care, spiritual, guidance, mental disorder, self esteem, low,
client.

Contributor : 1. Dr. Abdul Muhith, S.Kep.Ns


2. Yudha Laga H. K, M. Kes
Date : 21-25 juli 2016
Type material : Laporan Penelitian
Identifier :-
Right : Open Document
Summary : Latar belakang, metodologi, hasil, simpulan dan
rekomendasi

LATAR BELAKANG
Gangguan jiwa yang terjadi di era globalisasi dan persaingan bebas
cenderung meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan seperti
kehilangan orang yang dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran,
masalah dalam pernikahan, kesulitan ekonomi, tekanan di pekerjaan dan
deskriminasi meningkatkan resiko penderita gangguan jiwa akan terus menjadi
masalah dan tantangan bagi tenaga kesehatan (suliswati dkk, 2005).
Harga diri merupakan penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Frekuensi
pencapaian tujuan akan harga diri rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu
sering gagal, maka cenderung harga diri rendah. (Abdul Muhith, 2015).
WHO 2009 memperkirakan 450 juta orang di seluruh dunia mengalami
gangguan mental, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini
dan 25% penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia
tertentu selama hidupnya. Berdasarkan data hasil riskesdas tahun 2013
menunjukkan prevalensi gangguan jiwa berat, termasuk skizofrenia, mencapai 1,7
per mil atau 1-2 orang dari 1.000 warga di Indonesia.
Berdasarkan data dari RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang-
Malang pada tahun 2016 didapatkan data dari bulan maret-mei tercatat jumlah
pasien mencapai 105 orang yang menderita harga diri rendah.
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha
Kuasa dan Maha Pencipta (Achir Yani H, 2008). Spiritualitas meliputi aspek
berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam
kehidupan, menemukan arti dan tujuan hidup, menyadari kemampuan untuk
menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri, mempunyai perasaan
keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang Maha Tinggi. Bimbingan
spiritual terstruktur dapat meningkatkan harga diri seseorang, melalui bimbingan
spiritual terstruktur seseorang diajak untuk berfikir positif dan memaknai arti
kehidupan (Kusuma, 2015). Menurut Dadang H (2005) pakar dan praktisi
konseling dan psikoterapi Islam, menyatakan bahwa doa dapat memberikan rasa
optimis, semangat hidup dan menghilangkan perasaan putus asa ketika seorang
menghadapi keadaan atau masalah-masalah yang kurang menyenangkan baginya
(Bachtiar, 2012). Sumber dan kekuatan dalam diri sendiri, mempunyai perasaan
keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang Maha Tinggi.

2
METODOLOGI
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus. Kriteria
yang diambil pada partisipan adalah klien yang didiagnosa harga diri rendah,
jumlah partisipan 3 orang. Pengumpulan data menggunakan dokumentasi,
wawancara dan observasi. Analisa data dilakukan dengan cara pengumpulan
data, mereduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil dan Pembahasan


1. Pengkajian
klien 1: Klien tidak berguna karena tidak bisa menjadi tukang
punggung keluarga, karena yang menjadi tulang punggung adalah istrinya.
Klien 2: Klien mengatakan tidak berguna karena tidak bisa mengurus
keluarganya, sampai keluarganya hancur seperti ini. Klien 3: mengatakan
dirinya tidak berguna karena tidak bisa membanggakan ibunya, dan bisa
tidak menyenangkan ibunya. Pada klien harga diri rendah tanda dan gejala
meliputi perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit, rasa bersalah
terhadap diri sendiri, merendahkan martabat (Abdul Muhith, 2015).
Berdasarkan fakta yang ada saat pengkajian, sebagian sudah sesuai dengan
teori yaitu malu, perasaan yang tidak berguna, rasa bersalah.
2. Diagnosa keperawatan
klien 1, klien 2, dan 3 yaitu merasa tidak berguna, merasa bersalah
terhadap diri sendiri, ingin bunuh diri, hingga memukul istrinya sendiri.
Masalah keperawatan yang muncul pada klien 1: isolasi sosial, halusinasi
pendengaran, koping individu tidak efektif, gangguan proses pikir. Klien
2: harga diri rendah, resiko perilaku kekerasan, koping individu tidak
efektif. Klien 3: harga diri rendah, koping individu tidak efektif, gangguan
proses pikir.
Menurut Abdul Muhith (2015), masalah keperawatan yang muncul
pada harga diri rendah adalah gangguan konsep diri: harga diri rendah,
keputusasaan, isolasi sosial, resiko perilaku kekerasan.
3. Intervensi
Intervensi yang dibuat untuk masalah klien harga diri rendah yaitu
membina hubungan saling percaya, mendiskusikan kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki klien, memberi pujian kepada klien, membuat jadwal
kegiatan klien. Adapun terapi farmakologi: klien 1: resperidone 2 mg,
klien 2: trifluoperazine 5 mg, lorazepam 2 mg, klien 3: resperidone 2 mg,
chlorpromazine 1 mg.
Menurut teori Lilik ma’rifatul (2011) intervensi yang dilakukan
membina hubungan saling percaya, mendiskusikan kemampuan aspek
positif yang dimiliki klien dan beri pujian, mendiskusikan kemampuan
klien yang dapat digunakan selama sakit, rencanakan bersama klien
aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan, tingkatkan
kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien, beri contoh cara
pelaksanaan kegiatan, beri kesempatan klien mencoba kegiatan yang

3
direncanakan, beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentangcara
merawat klien harga diri rendah.
4. Implementasi
Implementasi klien yang sudah diberikan selama 3 hari perawatan
kemarin, yaitu: melakukan tindakan terapi bimbingan spiritual,
memperkenalkan nama dan alamat klien, meminta klien menceritakan
pengalamannya, menanyakan ke masing-masing klien apa kekurangannya
dan apa kelebihannya serta memberi pujian meminta klien menulis hal-hal
yang positif tentang dirinya, memberi pujian pada setiap peran serta klien.
Menurut teori kelliat (2005) jenis terapi bimbingan spiritual dibagi
menjadi empat, yaitu dzikir, sholat, membaca do’a dan membaca shalawat.
Dari empat jenis terapi bimbingan spiritual diatas yang paling relevan
dilakukan pada individu dengan gangguan konsep harga diri rendah adalah
terapi bimbingan spiritua terstruktur. Terapi bimbingan spiritual terstruktur
adalah terapi yang menggunakan materi atau ceramah yang terkait dengan
pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil
diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternative
penyelesaian masalah.
Berdasarkan implementasi 3 hari perawatan yang sudah di rencanakan
sesuai teori, terdapat kesesuaian antara fakta dilapangan dan teori yang
ada, karena semua intervensi yang ada pada teori sangat mendukung untuk
terapi bimbingan spiritual pada klien gangguan jiwa harga diri rendah dan
klien mengikuti terapi bimbingan spiritual.
5. Evaluasi
Evaluasi dari hasil implementasi 3 hari perawatan yang sudah
diberikan pada klien harga diri rendah, didapatkan hasil yaitu: klien 1: ada
kontak mata dan merasa senang, klien 2: merasa senang, mau menjawab
salam, klien 3: mau berjabat tangan, merasa senang.
Menurut Lilik ma’rifatul (2011) evaluasi yang harus dicapai adalah
klien ada kontak mata, menunjukkan rasa senang, mau berjabat tangan,
mau menjawab salam, klien mau mengutarakan masalah yang dihadapi
dalam melakukan terapi bimbingan spiritual. Berdasarkan teori dan fakta
terdapat kesesuaian pada klien harga diri rendah setelah klien dilakukan
terapi bimbingan spiritual yaitu klien ada kontak mata, merasa senang,
mau berjabat tangan, mau menjawab salam.

Simpulan
1. Pengkajian
Dari data hasil pengkajian dapat disimpulkan dengan klien harga diri
rendah munculnya perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan
tindakan yang telah diperbuat, merasa bersalah terhadap diri sendiri,
kurang percaya diri.
2. Diagnosa
Dari pengkajian diatas muncul diagnosa keperawatan yaitu harga diri
rendah.
3. Intervensi

4
Intervensi yang dilakukan sama dengan teori yaitu membina hubungan
saling percaya, mendiskusikan aspek positif yang dimiliki, memberi pujian
pada klien, membuat jadwal kepada klien.
4. Implementasi
Implementasi yang diberikan pada klien sesuai dengan intervensi yang
direncanakan yaitu terapi bimbingan spiritual peningkatan harga dri
rendah.
5. Evaluasi
Hasil evaluasi yang didapatkan pngkajian hingga implementasi yaitu klien
ada kontak mata, merasa senang, mau berjabat tangan, mau menjawab
salam.

Rekomendasi
Bagi klien yang dilakukan asuhan keperawatan harus melakukan kegiatan
yang sudah dijadwalkan. Untuk pembaca asuhan keperawatan terapi bimbingan
spiritual peningkatan harga diri rendah dapat melakukan kegiatan yang sudah
dijadwalkan. Bagi penulis selanjutnya dalam mengembangkan asuhan
keperawatan pada klien harga diri rendah disarankan melakukan asuhan
keperawatan lebih lanjut untuk mempertimbangkan terapi bimbingan spiritual.

Alamat Corespondensi:
- Email : Dewianhorida96@gmail.com
- No. Hp : 081250415865

Daftar pustaka
Arifin,ZI. 2012. Bimbingan Spiritual, Bimbingan dan Konseling Islam.
Bandung
Azizah, L M. 2011. Buku Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktek Klinik. Graha
Ilmu. Yogyakarta.
Direja, Adi Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha
Medika. Yogyakarta
Hidayati, E. 2012. Perilaku kekerasan, kemampuan klien, terapi Kelompok
suportif. Semarang.
Fanada M. 2012. Perawat dalam penerapan therapi psikoreligius untuk
menurunkan Tingkat stress pada pasien halusinasi pendengaran di
rawat inap bangau rumah sakit Ernaldi bahar palembang. Badan
Diklat Provinsi Sumatera selatan. Palembang.
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi penulisan Laporan Pendahuluan
dan strategi Pelaksanaan Tindakan. Salemba Medika: Jakarta.
Grace Yopi Yaseda, Siti farida noorlayla, Mohammad As’ad effendi. 2013.
HubunganPeran Perawat Dalam Pemberian Terapi Spiritual
Terhadap Perilaku Pasien Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual
Di Ruang ICU RSM Achmad Dahlan.Kediri.
Irawan, H. 2013. Gangguan depresi pada lanjut usia. Kalsel: CDK-210/vol.
40 no.11. Jakarta.

5
Kusuma, Y.L.H., 2015. Peningkatan Harga Diri Narapidana Melalui
Bimbingan Spiritual Terstruktur Di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas II B Mojokerto (Doctoral Dissertation, Universitas
Airlangga).
Mufirah,F. 2013. Pendekatan spiritual, keinginan bunuh diri, remaja .
Yogyakarta
Muhith, A. 2015. Pendidikan keperawatan teori dan aplikasi: edisi 1 .
Yogyakarta
Mulyono, M.H., Hamzah, A & Abdullah, A.Z 2013. Harga diri rendah,
gangguan jiwa, komunikasi terapeutik.Faktor yang berpengaruh
terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit tingkat lll 16.16.06.01
Ambon. Jurnal AKK, Vol. 2 No. 1.Dipublikasikan. FKM, Unhas,
Makassar.
National Institute Mental Health (NIMH) Journal Description, 2012. New
York: NIMH
Novia I, mohammad thohir. 2013. Bimbingan dan konseling islam.
Surabaya.
Pupitaningsih, Dwi Harini. Kartiningrum, Eka Diah. Puspitasari, Widya. 2015.
Buku Panduan Studi Kasus Prodi D3 Keperawatan, LPPM
Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto .
RisKesDas. 2013. Hasil Prevalensi Gangguan Jiwa Berat Di Indonesia.
Diakses pada Tanggal 10 April 2014. Kediri.
Suliswati. 2005. Asuhan keperawatan dengan gangguan harga diri rendah.
Jakarta.
WHO, 2009. Mental Health Atlas. Washington DC: WHO publications.
Yani,A. 2008. Bunga Rampai Asuhan Keperawatan kesehatan Jiwa. EGC.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai