Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

UROLITHIASIS

OLEH
KELOMPOK II :
ARUM PARAMITA
INDRI SAWITRI
NUNUNG LAKSMINIAR
NUNUNG SAFITRI
NURHAVIDAH
YENI MARLIANI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES )MATARAM
2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Batu Ginjal


Sasaran : Masyarakat
Hari/Tanggal : Selasa, 03 Juli 2018
Waktu : 30menit
Tempat : Ruang Kelas Stikes Mataram

A. Latar Belakang
Batu Saluran Kemih (Urolithiasis) merupakan keadaan patologis
karena adanya masa keras seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran
kencing dan dapa menyebabkan nyeri, perdarahan, atau infeksi pada saluran
kencing. Terbentuknya batu disebabkan karena air kemih jenuh dengan
garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih kekurangan
materi-materi yang dapat menghambat pembentukan batu, kurangnya
produksi air kencing, dan keadaan-keadaan lain yang idiopatik (Dewi,2007).
Lokasi batu saluran kemih dijumpai khas di kaliks atau pelvis (nefrolitiasis)
dan bila akan keluar akan terhenti di ureter atau di kandung kemih
(vesikolitiasis) (Robbins, 2007).
Penyakit ini menyerang sekitar 4% dari seluruh populasi, dengan rasio
pria - wanita 4:1 dan penyakit ini disertai morbiditas yang besar karena rasa
nyeri (Tisher, 1997). Di Amerika Serikat 5-10% penduduknya menderita
penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia rata-rata terdapat 1-2% penduduk
yang menderita batu saluran kemih. Penyakit ini merupakan tiga penyakit
terbanyak dibidang urologi disamping infeksi saluran kemih dan pembesaran
prostat (Purnomo, 2011). Penyakit batu ginjal merupakan masalah kesehatan
yang cukup bermakna, baik di Indonesia maupun di dunia. Prevalensi
penyakit batu diperkirakan sebesar 13% pada laki-laki dewasa dan 7% pada
perempuan dewasa. Empat dari lima pasien adalah laki-laki, sedangkan usia
puncak adalah dekade ketiga sampai keempat. Angka kejadian batu ginjal di
Indonesia tahun 2002 berdasarkan data yang dikumpulkan dari rumah sakit di
seluruh Indonesia adalah sebesar 37.636 kasus baru, dengan jumlah
kunjungan sebesar 58.959 orang. Sedangkan jumlah pasien yang dirawat
adalah sebesar 19.018 orang, dengan jumlah kematian adalah sebesar 378
orang (Anonim, 2005). Pada penelitian di RS dr. Kariadi ternyata jumlah
penderita batu naik dari 32,8% (2003) menjadi 39,1% (2005) di banding
seluruh kasus urologi dan sebagian besar batu saluran kemih bagian atas (batu
ginjal dan ureter) (Muslim, 2007)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan masyarakat mampu mengetahui
tentang penyakit batu saluran kemih dan menerapkan asuhan
keperawatan batu saluran kemih.
2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan penjelasan tentang urolithiasis masyarakat dapat
menjelaskan :

a. Menyebutkan tentang Definisi BSK


b. Menyebutkan Etiologi BSK
c. Menyebutkan Patofisiologi BSK
d. Menyebutkan Tanda dan gejala BSK
e. Menyebutkan Penatalaksanaaan BSK
f. Menyebutkan Deteksi dini BSK
g. Menyebutkan Pencegahan BSK

C. Pokok Bahasan
Batu Saluran Kemih

D. Sub Pokok Bahasan

a. Definisi BSK
b. Etiologi BSK
c. Patofisiologi BSK
d. Tanda dan Gejala BSK
e. Penatalaksanaan BSK
f. Deteksi Dini BSK
g. Pencegahan BSK

E. Sasaran
Masyarakat

F. Metode
Ceramah dan Diskusi (tanya jawab)

G. Media/ Alat
a. Poster
b. Leaflet

H. Pengorganisasian Kegiatan
Moderator : Nunung laksminiar
Presentator : yeni marliani
Notulen : indri saitri
Fasilitator : arum paramita & nurhavidah
Observer : nunung sawitri

I. Pelaksanaan Penyuluhan
Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu Media dan
Alat
Pembukaan 1. Memberikan o Menjawab salam 3 menit Poster
salam o Mendengarkan dan
2. Memperkenalkan memperhatikan
diri o Mendengarkan dan
3. Menjelaskan memperhatikan
tujuan
4.
Penyajian 1. Menjelaskan o Mendengarkan dan 20 menit Poster dan
Defenisi BSK memperhatikan leaflet
2. Menjelaskan o Mendengarkan dan
Etiologi BSk memperhatikan
3. Menjelaskan o Mendengarkan dan
Patofisiologi BSK memperhatikan
4. Menjelaskan o Mendengarkan dan
Tanda Dan Gejala memperhatikan
BSK o Mendengarkan dan
5. Menjelaskan memperhatikan
Penatalaksanaan o Mendengarkan dan
Medis BSK memperhatikan
6. Menjelaskan 
Deteksi Dini BSK
7. Menjelaskan
Pencegahan BSK
Penutup 1. Memberi  Mengajukan 7 menit -
kesempatan pertanyaan
peserta untuk
bertanya  Mendengarkan dan
2. Mengevaluasi memberikan umpan
pengetahuan balik
peserta tentang
materi yang  Mendengarkan dan
disampaikan memperhatikan
dengan memberi
pertanyaan  Menjawab salam
3. Menyimpulkan
materi yang telah
disampaikan
4. Memberi salam
J. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan perawat mengikuti penyegaran kasus BSK
b. Media dan alat memadai
c. Tempat sesuai dengan kegiatan

2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan penyegaran dilakukan sesuai dengan waktu yang
direncanakan
b. Peserta mengikuti kegiatan penyegaran dengan aktif dan kooperatif
c. Peserta menanyakan hal-hal yang kurang jelas
d. Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan

3. Evaluasi Hasil
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit diharapkan peserta
dapat:
a. Peserta dapat menjelaskan Defenisi BSK
b. Peserta dapat menjelaskan Etiologi BSK
c. Peserta dapat menjelaskan Patofisiologi BSK
d. Peserta dapat menjelaskan Tanda dan Gejala BSK
e. Peserta dapat menjelaskan Penatalaksanaan Medis BSK
f. Peserta dapat menjelaskan Deteksi Dini BSK
g. Peserta dapat menjelaskan Pencegahan BSK
UROLITHIASIS
A. Pengertian
 Urolithiasis adalah adanya batu atau kulkulus dalam sistem urinarius
atau saluran perkemihan (Barbara M. Nettina, 2002).
 Urolithiasis adalah adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius (Brunner
and Suddarth, 2002, hal. 1460).
 Urolithiasis adalah kalsifikasi dengan sistem urinari kalkuli, seringkali
disebut batu ginjal. Batu dapat berpindah ke ureter dan kandung kemih
(Black, Joyce, 1997, hal. 1595).
B. Penyebab
Penyebab secara pasti belum diketahui (idiopatik), namun ada beberapa
faktor presipitasi terbentuknya batu, yaitu (R. Sjamsuhidajat, 2004) :
1. Makanan yang banyak mengandung purin
2. Dehidrasi
3. Hiperparatiroidisme
4. Immobilisasi
5. Obstruksi kronik oleh benda asing didalam traktus urinarius
Menurut Soeparman, 2000 penyebab urolithiasis dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Faktor intrinsik
a. Herediter
b. Usia : 30 – 50 tahun
c. Pria tiga kali lebih banyak dibandingkan wanita
2. Faktor ekstrinsik
a. Faktor geografis : daerah berkapur
b. Pemasukan cairan kurang dan peningkatan kalsium, terutama
berasal dari fastfood
c. Diet purin, oksalat, dan kalsium
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada
adanya obstruksi, infeksi dan edema.
a. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan
peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter
proksimal. Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil,
demam dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus.
Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala namun secara perlahan
merusak unit fungsional (nefron) ginjal. Nyeri yang luar biasa dan
ketidak nyamanan.
b. Batu di piala ginjal
 Nyeri dalam dan terus-menerus di area kastovertebral.
 Hematuri dan piuria dapat dijumpai.
 Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada
wanita nyeri ke bawah mendekati kandung kemih sedangkan pada
pria mendekati testis.
 Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di area
kostoveterbal, dan muncul Mual dan muntah.
 Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala
gastrointestinal ini akibat dari reflex renoinstistinal dan proksimitas
anatomic ginjal ke lambung pancreas dan usus besar.
c. Batu yang terjebak di ureter
 Menyebabkan gelombang Nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik
yang menyebar ke paha dan genitalia.
 Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar.
 Hematuri akibat aksi abrasi batu.
 Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5-
1 cm.
 Batu yang terjebak di kandung kemih
 Biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan
infeksi traktus urinarius dan hematuri.
 Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan
terjadi retensi urine.
D. Pencegahan
Untuk membantu pemulihan pasca bedah atau tindakan :
1. Anjurkan untuk banyak minum untuk mempercepat pengeluaran
partikel-partikel batu
2. Jelaskan bahwa mungkin akan ada darah yang terdapat dalam urine
selama beberapa minggu
3. Anjurkan pasien untuk sering berjalan demi membantu keluarnya
pecahan-pecahan batu
4. Ajarkan tentang penggunaan obat analgetik yang masih diperlukan
untuk mengurangi nyeri kolik yang menyertai keluarnya pecahan batu

Untuk mencegah terbentuknya kembali batu tersebut


1. Anjurkan untuk diet yang berhubungan dengan jenis batu :
a. Diet rendah purin, seperti membatasi mengonsumsi daging
berlemak, kalkun, tumbuhan polong, gandum dan alkohol
b. Diet rendah kalsium, sebaiknya mengurangi untuk mengonsumsi
susu, keju, sayur, berdaun hijau, yogurt
c. Diet rendah oksalat, contohnya membatasi makan coklat,
minuman mengandung kafein, bit, bayam
d. Diet rendah kalsium/ fosfat dengan jeli karbonat aluminium 30-40
ml, 30 menit/jam
2. Anjurkan patuh terhadap terapi sesuai instruksi dokter, seperti diuretik
untuk menurunkan ekresi kalsium dalam urine. Alopurinol untuk
menurunkan pembentukan asam urat d-penisilamin untuk menurunkan
konsentrasi sistin dan natrium bikarbonat untuk membasakan urine.
3. Anjurkan aktivitas yang menahan beban dan hindari tirah baring yang
terlalu lama yang akan mengubah metabolisme kalsium
4. Beritahukan semua pasien dengan penyakit batu untuk minum cukup
banyak air agar volume urinnya mencapai 2000-3000 cc atau lebih
setiap 24 jam
DAFTAR PUSTAKA

 Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar KeperawatanMedikal-Bedah


Brunner &Suddarth (Vol.2). Jakarta: EGC
 Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.Jakarta. 2006.

Anda mungkin juga menyukai