Anda di halaman 1dari 19

PANDUAN

PELAYANAN KEROHANIAN
RUMAH SAKIT SURABAYA MEDICAL SERVICE
TAHUN 2015

JL KAPUAS NO 2
SURABAYA
RS. Surabaya Medical Service
Jl. Kapuas No. 2
Surabaya
LEMBAR PENGESAHAN
PANDUAN TENTANG
PELAYANAN KEROHANIAN

Panduan ini merupakan petunjuk pelaksanaan Keputusan Direktur Nomor:


003/SK-DIR/SMS/IV/2015 tentang Kebijakan Operasional Pelayanan Rumah
Sakit Surabaya Medical Service pada Poin 2, butir 1, kebijakan tentang Hak
Pasien dan Keluarga (HPK).

Nama Jabatan Tanda Tangan

Dibuat oleh : 1. Drs. Yudas Is Susilo, MM Ketua Pokja HPK

2. Lucky Setiawan, Amd PK Anggota

Ditelaah Oleh 1. dr. Muhlas Udin, M.Kes Direktur

2. dr. Moch Choliq Wakil Direktur

3.

4.

5.

Disahkan oleh Dr. Muhlas Udin, M.Kes Direktur

ii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, panduan tentang Pelayanan


Kerohanian di Rumah Sakit Surabaya Medical Service telah selesai disusun oleh
Pokja Akreditasi Hak Pasien dan Keluarga (HPK), yang mana ini mengacu pada
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Surabaya Medical Service Nomor 003/SK-
DIR/SMS/IV/2015 tentang Kebijakan Operasional Pelayanan Rumah Sakit Surabaya
Medical Service.
Diharapkan panduan tentang pelayanan kerohanian di Rumah Sakit Surabaya
Medical Service ini akan menjadi acuan bagi petugas yang terkait dalam upaya
memberikan pelayanan kepada pasien yang membutuhkan bimbingan spiritual sesuai
agama dan kepercayaannya sehingga pada gilirannya pasien akan merasa lebih baik,
lebih tenang dalam menerima kondisinya, demi peningkatan mutu pelayanan di
Rumah Sakit Surabaya Medical Service.
Akhir kata semoga panduan ini bermanfaat khususnya bagi Rumah Sakit
Surabaya Medical Service dan bagi insan perumahsakitan pada umumnya.

Surabaya, 05 Mei 2015


RS. SURABAYA MEDICAL SERVICE

dr. MUHLAS UDIN, M.KES

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................. i
Lembar Pengesahan ............................................................................ ....... ii
Kata Pengantar .................................................................................... ....... iii
Daftar Isi...................................................................................................... iv
BAB I. Definisi ........................................................................................... 1
BAB II.Ruang Lingkup ............................................................................... 2
1.1. Falsafah Pelayanan Spiritual ................................................................ 2
1.2. Tujuan Pelayanan Spiritual .................................................................. 3
1.3. Landasan Hukum ................................................................................. 3
BAB III. Tata Laksana Pelayanan Spiritual ................................................ 5
2.1. Pelayanan Spiritual Pasien Rawat Inap ................................................ 5
2.2. Pelayanan Spiritual Pasien Rawat Jalan .............................................. 5
2.3. Teknik Pelayanan Spiritual Terhadap Pasien ....................................... 6
3.1. Ketrampilan Membangun Relasi Terapeutik ....................................... 6
A. Hakekat................................................................................................. 6
B. Maksud dan Tujuan.............................................................................. 6
C. Prosedur ............................................................................................ ... 6
D. Metode / Tehnik yang diperlukan ........................................................ 6
3.2. Ketrampilan Membangun Komunikasi Terapeutik .............................. 7
A. Hakekat................................................................................................. 7
B. Maksud dan Tujuan.............................................................................. 7
C. Prosedur ............................................................................................ ... 7
D. Metode / Tehnik .................................................................................. 8
3.3. Ketrampilan Asesmen dan Diagnosa ................................................... 8
A. Hakekat................................................................................................. 8
B. Maksud dan Tujuan.............................................................................. 8
C. Prosedur ............................................................................................ ... 8
D. Metode / Tehnik .................................................................................. 11
3.4. Ketrampilan Pertolongan Kerohanian .................................................. 11
A. Hakekat................................................................................................. 11
B. Maksud dan Tujuan.............................................................................. 12
C. Prosedur ............................................................................................ ... 12
D. Metode / Tehnik .................................................................................. 12
BAB IV. Dokumentasi ................................................................................ 13
Daftar Pustaka ............................................................................................. 14

iv
v
PANDUAN
PELAYANAN SPIRITUAL TERHADAP PASIEN

BAB I
DEFINISI

Perkembangan rumah sakit yang didorong oleh permintaan pelanggan


menyebabkan layanan rumah sakit tidak hanya memperhatikan profesionalisme di
bidang medis dan perawatan tetapi juga pelayanan penunjang medik. Fungsi
pelayanan penunjang medik seperti radiologi, laboratorium, rehabilitasi medis,
medical check up, rekam medis, farmasi, gizi, dan pelayanan spiritual adalah
untuk mendukung pelayanan medik.
Pelayanan spiritual yang dilakukan terhadap pasien meliputi beberapa hal
yaitu, perhatian (attention), dukungan (sustaining), perdamaian (reconciling),
bimbingan (guilding), penyembuhan luka batin (inner-healing), serta doa
(praying). Apabila pasien terlayani aspek rohaninya maka akan terjadi
keseimbangan dalam hidup dan berdampak positif untuk menjalani pengobatan
penyakitnya.Dalam hal ini Pelayanan spiritual bertujuan untuk memberikan
bantuan rohani bagi pasien dalam menghadapi sakit yang dideritanya.
Menurut Larson berbagai penelitian tentang relevansi klinis dari agama
dan spiritualitas dapat dikategorikan ke dalam empat golongan antara lain: 1)
mengenai pencegahan penyakit (illness prevention), 2) mengenai penyesuaian
terhadap penyakit (coping with illness), 3) mengenai kesembuhan dari operasi
(recovery from surgery) dan 4) meningkatkan hasil pengobatan (improving
treatment outcomes).
Penelitian Clark, Friedman dan Martin dikutip dari Subandi dan
Hasnatmenjelaskan bahwa pasien yang cenderung religius memiliki perasaan
bahagia dibanding dengan pasien yang kurang religius. Kemudian Javis Northcott
dalam Wood dan Ironsonv menyatakan pelayanan rohani memungkinkan
mengurangi resiko sakit dan kematian. Pargament, Cole, Vandecreek, Belavick,
Brant dan Perezvi menyatakan bahwa beberapa pengaruh religius dapat
menumbuhkan perilaku koping untuk menjalani atau mengatasi sumber-sumber
stres pada keadaan normal / sakit (illness). Dalam penelitian Saudia, Kinnery,

1
Brown dan Young-Ward menemukan bahwa (96%) pasien menggunakan doa
untuk mengatasi stres saat menghadapi pre-post operasi bedah jantung dan (97%)
menyatakan doa sangat membantu menghadapi keadaan tersebut. Sama halnya
dengan hasil penelitian Robert, Brown, Elkins dan Larson pada pasien kanker
kandungan, sejumlah (91%) menyatakan bahwa agama membantu mereka
memiliki harapan, (88%) menyatakan bahwa agama adalah faktor yang sangat
penting dalam hidup mereka. Melihat pentingnya pelayanan rohani dalam
mendukung kesembuhan penyakit pasien, RS Surabaya Medical Service sebagai
institusi pelayanan kesehatan melaksanakannya dengan tujuan mencapai kepuasan
pasien dengan upaya memenuhi harapannya.

BAB II

RUANG LINGKUP

Pelayanan spiritual yang dilaksanakan oleh RS Surabaya Medical Service


diperuntukkan bagi setiap pasien dan atau keluarganya tanpa membedakan suku,
agama, bangsa, ras, jenis kelamin, golongan, maupun status sosial. Perbedaan
tersebut justru dihormati untuk dapat memberikan asuhan yang sesuai dengan
kebutuhan pasien dan atau keluarganya secara lebih terutama yang menderita
(sakit) supaya menemukan makna hidup yang paling dalam, asal dan tujuan
hidup, melalui peristiwa hidup sehari-hari dan dalam penderitaan yang sedang
dialami.

1.1 Falsafah Pelayanan spiritual


Pelayanan spiritual sebagai salah satu kekayaan pelayanan religi
yang memiliki fungsi penopangan, penyembuhan, pendamaian,
pengasuhan, pembimbingan dan penyelamatan dengan dijalankan dengan
baik dalam upaya pembangunan umat manusia mencapai keutuhan dan
pertumbuhan kehidupannya.

2
Proses Pelayanan spiritual terhadap pasien dan keluarganya diawali
dengan membangun relasi terapeutik, membangun komunikasi terapeutik,
asesmen dan diagnosa serta pemberian pertolongan.

1.2 Tujuan Pelayanan spiritual


Adapun tujuan Pelayanan spiritual di RS Surabaya Medical Service
adalah sebagai berikut,
a. Mendampingi pasien atau keluarga yang merasa mendapat "beban",
supaya mereka tidak mengalami stres berkepanjangan.
b. Melakukan suatu fungsi penyembuhan "holistik", dalam bentuk
kesediaan untuk duduk di samping pasien dan mendengarkan dia
mengungkapkan perasaan, keluhan, kemarahannya di hadapan Tenaga
Kerohanian.
c. Melakukan penelaahan bersama (dengan pasien atau keluarganya)
dengan tujuan memahami kasus-kasus yang dialami pasien, yang
biasanya tidak ada hubungan dengan rumah sakit sekalipun, tetapi tetap
perlu dibantu untuk ditangani.
d. Sebagai media rekonsiliasi yang dapat "menyambung hati" antara
pasien dan keluarganya jika ada masalah atau konflik.
e. Memberikan kasih dan perhatian dengan tidak perlu berbicara panjang
lebar, tidak perlu nasihat, cukup harapan, peneguhan, doa, dan
membaca Kitab Suci.
1.3 Landasan Hukum
Pelayanan spiritual adalah merupakan bagian yang harus
terselenggara sesuai dengan :
a. Kepmenkes RI Nomor 812 tahun 2007 tentang Kebijakan Perawatan
Paliatif merupakan dasar pendekatan dari pelayanan rohani. Esensi
kebijakan ini bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga
yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang
dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan, peniadaan, identifikasi
dini dan penilaian serta penyelesaian masalah-masalah fisik,
psikososial, dan spiritual. Sedangkan kualitas hidup pasien adalah
keadaan pasien yang dipersepsikan sesuai dengan konteks budaya dan
sistem nilai yang dianutnya termasuk tujuan hidup, harapan, dan
niatnya.

3
b. UU No 6 Tahun 2009 tentang Kesehatan terletak terutama pada adanya
pengakuan kesehatan sebagai hal yang komprehensif atau terpasu
dimana aspek spiritual menjadi salah satu aspek dari kesehatan manusia
yang harus diupayakan, selain aspek mental dan sosial yang dalam
batas tertentu dapat menjadi domain Pelayanan spiritual.
Pasal 1
(1) Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis
(6) Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan

(11) Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan / atau serangkaian


kegiatan yang dilakukan secara terpadu terintegrasi dan
berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan
kesehatan untuk pemerintah dan masyarakat
Pasal 2
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan
perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, pelindungan,
penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan non
diskriminatif dan norma-norma agama.
Penjelasan
(6) Asas keseimbangan berarti bahwa pembangunan kesehatan
harus dilaksanakan antara kepentingan individu dan masyarakat
antara fisik dan mental serta antara material dan spiritual
(12) Asas norma agama berarti pembangunan kesehatan harus
memperhatikan dan menghormati serta tidak membedakan
agama yang di anut masyarakat

4
Pasal 49
(1) Penyelenggaraan upaya kesehatan harus memperhatikan fungsi
sosial, nilai dan norma agama, sosial budaya, moral dan etika
profesi.

c. UU No. 44 Tahun 2009 tentang kesehatan terletak terutama pada hal


tanggung jawab rumah sakit untuk memberikan pelayanan kesehatan
yang paripurna. Dalam konteks pelayanan masa kini aspek spiritual
dipandang sebagai bagian yang penting baik bagi upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Pasal 4
Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna
Penjelasan :
Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang
meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif

BAB III
TATA LAKSANA PELAYANAN SPIRITUAL

Berdasarkan keberadaan pasien, Pelayanan spiritual terhadap pasien di RS


Surabaya Medical Service pada dasarnya dibagi dua bagian yaitu Pelayanan
spiritual Pasien Rawat Inap dan Pelayanan spiritual Pasien Rawat Jalan dengan
menggunakan tehknik Pelayanan spiritual yang telah disepakati bersama oleh
Petugas Kerohanian yang ada.
2.1 Pelayanan spiritual Pasien Rawat Inap
Pelayanan spiritual Pasien Rawat Inap dilakukan sesuai kebutuhan dan
permintaan pasien

2.2 Pelayanan spiritual Pasien Rawat Jalan


Pelayanan spiritual Pasien Rawat Jalan dilakukan sesuai kebutuhan dan
permintaan pasien.

5
2.3 Tehknik Pelayanan spiritual Terhadap Pasien
Ada banyak model, pendekatan dan tehnik yang dapat digunakan dalam
menjalankan Pelayanan spiritual. Pada dasarnya setiap pelayan kerohanian
memiliki kesempatan memanfaatkan dan mengembangkan aneka pendekatan,
model dan teknik. Upaya untuk menyusun ketrampilan Pelayanan spiritual ini
didasarkan pada pentahapan proses layanan yang secara umum berlaku dengan
membangun relasi terapeutik, membangun komunikasi terapeutik, asesmen dan
diagnosa serta pemberian pertolongan.
Ketrampilan Membangun Relasi Terapeutik
A. Hakekat
Adalah sebuah hubungan timbal balik antara pelayan dan pasien sedemikian
rupa sehingga menghasilkan kontribusi positif bagi terciptanya atmosfer
pertolongan yang kondusif dan hubungan baik
B. Maksud dan Tujuan
1. Menciptakan atmosfer pelayanan yang kondusif
2. Menciptakan hubungan baik
C. Prosedur
Prosedur yang sebaiknya dilakukan agar relasi terapeutik dapat terbangun
adalah sebagai berikut:
a. Memilih waktu dan tempat layanan yang tepat
b. Hadir secara fisik yang ditunjukkan melalui jarak fisik, ekspresi
wajah, tatapan mata, cara duduk/berdiri, sikap tubuh dan
ketenangan sedemikian rupa sehingga terbangun atmosfer
pelayanan yang kondusif
c. Hadir secara psikologis yang ditunjukkan melalui perhatian,
keseriusan dankesiapan mendengar
D. Metode / Tehnik yang diperlukan
Agar dapat membangun relasi terapeutik diperlukan penguasaan beberapa
metode atau tehnik dasar yaitu
1. Ketrampilan mengelola lingkungan pelayanan
2. Ketrampilan hadir secara fisik
3. Ketrampilan hadir secara psikologis

6
3.2. Ketrampilan Membangun Komunikasi Terapeutik
A. Hakekat
Adalah sebuah komunikasi timbal balik antara pelayan dan klien sedemikian
rupa yang kemudian menghasilkan efek bagi peningkatan pemahaman bahkan
fasilitas pemulihan bagi klien
B. Maksud dan Tujuan
1. Meningkatkan rasa percaya klien terhadap pelayan
2. Meningkatkan pemahaman pelayan terhadap klien dan sebaliknya
3. Menghasilkan efek fasilitas pemulihan bagi klien
C. Prosedur
Prosedur yang sebaiknya jalankan agar komunikasi terapeutik dapat
terbangun adalah sebagai berikut:
1. Memulai dengan membicarakan hal-hal umum
2. Fokus pada gejala-gejala masalah yang ditemukan
3. Menyampaikan pertanyaan-pertanyaan terbuka dalam rangka eksplorasi
4. Mendengarkan klien secara verbal dan non verbal
5. Fokus sumber-sumber masalah
6. Melakukan diskriminate ke dalam alam perasaan, pikiran dan keyakinan
klien
7. Melakukan communicate informasi yang bernilai bagi klien tentang
dirinya
8. Memberi Tanggapan Secara efektif
(1) Menunjukkan pemahaman
(2) Menafsirkan perkataan klien
(3) Mengevaluasi pernyataan klien
(4) Memberikan dorongan
(5) Memberikan nasehat secara tepat

7
D. Metode / Tehnik
Agar dapat membangun komunikasi terapeutik diperlukan penguasaan
metode atau tehnik dasar yang meliputi:
1. Ketrampilan Mendengar Verbal dan Non Verbal
2. Ketrampilan Self Listening
3. Ketrampilan Empati Akurat Tingkat Dasar
4. Ketrampilan Empati Akurat Tingkat Lanjut
5. Ketrampilan Interpati
6. Ketrampilan Menanggapi Secara Akurat
3.3. Ketrampilan Asesmen dan Diagnosa
A. Hakekat
Asesmen adalah upaya mengumpulkan informasi kehidupan klien dengan
menggunakan berbagai metode pengumpulan data yang rasional dan dapat
dipertanggungjawabkan Diagnosa adalah upaya untuk memahami masalah
klien secara komprehensif melalui prosedur yang sistematis dengan
menggunakan berbagai metode yang rasional dan dapat
dipertanggungjawabkan.
B. Maksud dan Tujuan
Tujuan Asesmen adalah mendapatkan informasi secara akurat dan lengkap
tentang kehidupan klien dalam rangka menerangi masalah yang dialami klien.
Tujuan Diagnosa adalah menemukan masalah utama klien dan berbagai
faktor yang terkait dengan masalah itu yang dapat bersifat biologis,
psikologis, sosiologis, budaya dan rohani.
C. Prosedur
Langkah 1 : Mengidentifikasi gejala masalah
Langkah 2 : Melakukan asesmen dengan berbagai metode:
- Metode wawancara pribadi, keluarga dan kelompok
- Metode Observasi
- Metode inventori
- Studi dokumentasi medis &Tes psikologi (harus dilakukan
oleh yang kompeten)

8
Langkah 3 : Melakukan analisis terhadap berbagai informasi yang ditemukan
terkait dengan masalah klien
(1) Analisis aspek Biologis/Fisik
Pendalaman terhadap beberapa kemungkinan adanya masalah
fisik yang dialami klien seperti
- Jenis penyakit dan prognosisnya
- Adanya kemungkinan kecacatan atau kelemahan fisik yang
ditimbulkan
- Adanya pengaruh dari aspek-aspek psikososiospiritual terhadap
keadaan fisik
(2) Analisis aspek Psikologis
Pendalaman dan penjernihan terhadap aspek-aspek psikologis
yang ditemukan pada diri klien dan memastikan ada tidaknya
serta bobot dari setiap aspek
- Masalah pengendalian emosi
- Masalah cara berpikir
- Masalah motivasi
- Masalah reaksi stres negatif
- Masalah pada sistem koping
- Masalah kepribadian
- Masalah pola hidup atau kebiasaan patologis
- Masalah traumatik
- Masalah kedukaan
- Tanda-tanda abnormalitas
(3) Aspek Sosiologis
Melakukan pendalaman dan penjernihan terhadap aspek-aspek
sosial yang ditemukan sekaligus memastikan ada tidaknya
hubungan yang relevan dan bobot pengaruhnya terhadap klien
- Keadaan keluarga seperti struktur, komunikasi, nilai pembagian
peran, fungsi
- Keadaan pekerjaan dan ekonomi
- Pengaruh lingkungan sosial terhadap klien
- Hubungan-hubungan sosial patologis yang melibatkan klien

9
(4) Aspek Budaya
Melakukan pendalaman dan penjernihan terhadap aspek-aspek
budaya yang ditemukan sekaligus memastikan ada tidaknya
hubungan yang relevan dan bobotnya pengaruhnya terhadap
klien
- adat istiadat yang berpengaruh
- Mitos yang dianut
- Kepercayaan pada tahyul
(5) Aspek Rohani
Melakukan pendalaman dan penjernihan terhadap aspek-aspek
rohani yang ditemukan sekaligus memastikan ada tidaknya
hubungan yang relevan dan bobot pengaruhnya terhadap klien
- Masalah pertumbuhan iman klien
- Masalah hubungan pribadi klien dengan Tuhan
- Masalah partisipasi keagamaan
- Masalah ritual keagamaan
- Masalah pemahaman keagamaan
- Tema-tema rohani yang khas
Langkah 4 : Melakukan Analisa Faktor
Merupakan upaya untuk menilai dan menempatkan suatu aspek
hasil analisis sebelumnya dalam suatu kerangka proses
pengaruhnya terhadap klian
(1) Mengidentifikasi Faktor Penyebab Utama
(2) Mengidentifikasi Faktor Penyiap
(3) Mengidentifikasi Faktor Pencetus
(4) Faktor Penguat
(5) Sirkularitas Faktor
Langkah 5: Membangun korelasi dan integrasi antar aspek dan faktor
Merupakan upaya untuk menentukan hubungan saling
mempengaruhi antara berbagai aspek masalah sehingga
menghasilkan suatu pemahaman yang integratif tentang
persoalan klien.

10
Upaya korelasi dan integrasi dapat menggunakan beberapa
model diagram seperti “Tulang Ikan”, “Anak Sungai” , “Gurita”
atau “gado-gado” tergantung mana yang tepat
Langkah 6 : Melakukan Refleksi Interdisipliner
Menerangi isu-isu utama yang ditemukan pada klien dengan
berbagai teori sehingga pemahaman terhadapnya menjadi lebih
jelas baik dari aspek medis, psikologis, sosiologis maupun budaya
yang mampu mengerti karakteristik setiap masalah dengan baik.
Langkah 7 : Melakukan Refleksi Teologis
Menerangi masalah-masalah rohani dan isu teologis klien dari
sudut pandang kebenaran Teologis sehingga menghasilkan
sikap, keputusan dan solusi rohani.
Langkah 8 : Kesimpulan
Pernyataan paling akurat tentang hakekat masalah yang dihadapi
klien dalam korelasinya dengan berbagai faktor yang berpengaruh
D. Metode / Tehnik
Agar dapat melakukan asesmen dan diagnosa maka diperlukan penguasaan
metode atau tehnik dasar:
1. Ketrampilan asesmen dengan wawancara, observasi, Inventory,
studi dokumentasi
2. Kerangka/pisau analisis
(1) Kerangka analisis Fisik
(2) Kerangka analisis Psikologis
(3) Kerangka analisis Sosiologis
(4) Kerangka analisis Antropologis / budaya
(5) Kerangka analisis Rohani
3.4. Ketrampilan Pertolongan Kerohanian
A. Hakekat
Adalah upaya untuk menolong klien dalam jangka pendek maupun jangka
panjang dengan menggunakan berbagai metode dan sumber informasi
dalam rangka mengatasi masalah, meningkatkan ketrampilan hidup,
produktifitas, aktualisasi diri maupun meraih kebahagiaan hidup. Ciri khas

11
utama pertolongan kerohanian adalah penyembuhan dan pemulihan
bebasis pertumbuhan spiritual menuju keutuhan.
B. Maksud dan Tujuan
1. Menolong klien mengatasi berbagai problema kehidupan
2. Menolong klien mengembangkan ketrampilan hidup
3. Menolong klien mengoptimalkan produktifitas
4. Menolong klien mengembangkan aktualisasi diri
3. Menolong klien mencapai kebahagiaan hidup berbasis kebermaknaan
hidup
C. Prosedur
Langkah 1 : Menetapkan Tujuan Pertolongan
1) Tujuan Jangka Pendek dan Tujuan Jangka Panjang
- Aspek Psikologis
- Aspek Sosiologis
- Aspek Budaya
- Aspek Rohani
Langkah 2 : Menetapkan Tehnik / Metode Pertolongan
1) Penggunaan berbagai metode dan tehnik terapi dalam integrasi
dengan sumber agama masing-masing pasien.
Langkah 3 : Merencanakan suatu Pertolongan
1) Individual
2) Pasangan
3) Keluarga
4) Kelompok
Langkah 4 : Mengorganisasi dan melaksanakan pertolongan
Langkah 5 : Mengevaluasi pertolongan
Langkah 6 : Tindak lanjut dan perbaikan pertolongan
D. Metode / Tehnik
1. Tehnik-Tehnik terapi di bidang psikologis dan psikoterapi
2. Tehnik-Tehnik terapi di bidang psikososial
3. Tehnik-Tehnik Pertolongan Rohani

12
BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasi adalah salah satu keterampilan Tenaga Kerohanian dalam


rangka sebagai bentuk Administrasi Pelayanan spiritual.Hakekat dari Administrasi
Pelayanan spiritual adalah upaya untuk mencatat dan mendokumentasikan seluruh
kegiatan layanan secara ringkas, sederhana, jelas dan mudah dipahami.
Adapun maksud dan tujuan Pencacatan Pelayanan spiritual adalah sebagai
berikut:
1. Sebagai dokumentasi kegiatan
2. Sebagai bahan evaluasi dan perbaikan
3. Sebagai bahan untuk pengembangan pelayanan
Prosedur Pencatatan Pelayanan spiritual adalah sebagai berikut :
Langkah 1 : Mempersiapkan Formulir Catatan Pelayanan KPK
1) Memuat formasi umum tentang klien : nama, jenis kelamin, usia,
pekerjaan, agama, status, alamat Riwayat sakit : sakit yang pernah atau
sedang dialami menurut diagnosa dokter
2) Identifikasi masalah klien : psikologis, sosiologis, budaya, rohani
3) Hasil analisis interdisipliner
4) Hasil analisis Rohani/Teologis
5) Pernyataan kesimpulan / diagnosa
6) Rencana Pertolongan
7) Catatan pelaksanaan pertolongan
8) Catatan evalusi
9) Catatan Rujukan
10) Pengesahan oleh pelayan
Langkah 2 : Pengisian Form Catatan Pelayanan spiritual
Langkah 3 : Pengarsipan Status Pasien

Metode / Tehnik
1. Ketrampilan pencatatan
2. Ketrampilan Dokumentasi

13
DAFTAR PUSTAKA

UU No. 44 Tahun 2009 tentang kesehatan Pasal 4.

Ditetapkan di : Surabaya
Pada tanggal : 05 Mei 2015
Direktur RS. Surabaya Medical Service

dr. Muhlas Udin, M.Kes.

14

Anda mungkin juga menyukai