Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan bisa disebut juga Gestasi yaiu suatu proses/kejadian baru yang akan dialami
oleh wanita jika sel ovum dibuahi oleh sel sperma dalam proses reproduksi.
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai dengan lahirnya janin ke dunia.
kehamilan normal umumnya adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari
hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 trimaster yaitu trimester pertama
dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan atau trimester kedua dimulai bulan ke 4
sampai bulan ke 6, trimaster ketiga dari bulan ke 7 sampai bulan ke 9.
Proses kehamilan merupakan matarantai yang berkesinambungan dan terdiri dari
ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi)
pada uterus, pembentukan plasentadan tumbuh kembang hasil sampai aterm.
Kehamilan menyebabkan perubahan fisik, psikis, dan sosial pada ibu oleh karena itu
peran keluarga sangat besar dalam upaya memelihara kehamilan. Pada suatu kondisi
kehamilan yang pertama kali dialami oleh ibu maka asuhan antenatal care merupakan standar
terpenting dalam mendeteksi dini komplikasi yang terjadi, baik pada ibu maupun pada janin.
Dulu orang menganggap bahwa pertolongan pada persalinan adalah yang terpenting untuk
menyelamatkan ibu dan anak. Tapi persalinan boleh diibaratkan dengan pertandingan
olahraga, prestasi pertandingan tidak ditentukan oleh daya upaya untuk persalinan saja tetapi
jauh sebelumnya adalah sangat tergantung pada persiapan fisik maupun mental, sebelum
pertandingan harus dimulai sejak ibu semasa hamil.
Pada masa hamil, terjadi perubahan pada payudara, dimana ukuran payudara bertambah
besar. Untuk mempersiapkan payudara agar pada waktunya dapat memberikan ASI, estrogen
akan mempersiapkan kelenjar dari saluran ASI dalam bentuk poliferasi, deposit lemak, air
dan elektrolit, jaringan ikat semakin banyak dan miopitel di sekitar kelenjar mammae
semakin membesar. Sedangkan progesterone meningkat kematangan kelenjar mammae
dengan hormone lain. Bersamaan dengan membesaranya kehamilan perkembangan dan
persiapan untuk memberikan ASI semakin tampak, payudara semakin membesar, puting susu
semakin menonjol pembuluh darah semakin tampak, dan areola mammae makin hitam. Pada
kehamilan lima bulan lebih, kadang-kadang dari ujung putting mulai keluar cairan yang

[1]
disebut kolostrum. Sekresi cairan tersebut karena pengaruh hormone laktogen dari plasenta
dan hormone prolaktin dari kelenjar hipofise. Produksi cairan tidak berlebihan karena meski
selama hamil kadar prolaktin cukup tinggi pengaruhnya di hambat oleh estrogen. Setelah
partus, pengaruh penekanan dari estrogen dan progesterone terhadap hipofisis hilang. Timbul
pengaruh hormon - hormon hipofisis kembali, antara lain lactogenic hormone. (prolaktin)
yang akan dihasilkan pula. Mammae yang telah dipersiapkan pada masa hamil terpengaruhi,
dengan akibat kelenjar-kelenjar susu berkontraksi, sehingga pengeluaran air susu
dilaksanakan. Pada seorang wanita menyusui ( laktasi ) kedua dan selanjutnya cenderung
lebih baik dari pada yang pertama, menunjukan bahwa seperti halnya pada semua fungsi
reproduksi, di perlukan “trial runs” ( latihan) sebelum mencapai kemampuan yang optimal.
Pada umumnya wanita yang lebih muda kemampuanya lebih baik dari pada yang tua.

B. Rumusan Masalah
1. Apa perubahan fisiologi kehamilan dan
2. Bagaimana proses organogenesis pada trimester awal ?
3. Bagaimana proses farmakokinetik dan farmakodinamik obat ?
4. Bagaimana penggunaan dan pemilihan obat secara baik dan aman ?

C. Tujuan
1. Untuk menegtahui perubahan fisiologi kehamilan
2. Untuk mengetahui proses organogenesis pada trimester awal
3. Untuk mengetahui proses farmakokinetika dan farmakodinamika obat
4. Untuk mengetahui penggunaan dan pemilihan obat secar abaik dan benar

[2]
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perubahan Fisiologis Kehamilan

Perubahan yang terjadi pada tubuh pada saat hamil, bersalin dan nifas adalah
perubahan yang hebat dan menakjubkan. Sistem-sistem tubuh berubah dengan otomatis
menyesuaikan dengan keadaan hamil, bersalin dan nifas. Berikut ini adalah perubahan-
perubahan anatomi dan adaptasi fisiologis pada sistem tubuh pada masa hamil yaitu sebagai
berikut :
A. Uterus
Uterus yang semula besarnya hanya sebesar jempol atau beratnya 30 gram akan
mengalami hipertrofi dan hiperpla-sia, sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir
kehamilan. Otot dalam rahim mengalami hiperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar,
lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin(Manuaba, 2010)

B. Ovarium
Ovulasi berhenti selama kehamilan dan pematanga folikel ditunda. Biasanya hanya
satu corpus luteum kehamilan dapat ditemukan di dalam ovarium wanita hamil dan hanya
berfungsi maksimal sampai 6-7 minggu pertama kehamilan dan selanjutnya fungsinya
menurun sampai akhirnya pada minggu ke-16 kehamilan fungsinya digantikan oleh plasenta
untuk menghasilkan estrogen dan progesterone.

C. Vagina dan Perineum


Perubahan yang terjadi pada vagina selama kehamilan antara lain terjadinya
peningkatan vaskularitas dan hiperemia (tekanan darah meningkat) pada kulit dan otot
perineum, vulva, pelunakan pasa jaringan ikat, munculnya tanda chadwick yaitu warna
kebiruan pada daerah vulva dan vagina yang disebabkan hiperemia, serta adanya keputihan
karena sekresi serviks yang meningkat akibat stimulasi estrogen.

D. Payudara
Menurut Djusar Sulin dalam buku Ilmu Kebidanan (2009; h. 179), pada awal
kehamilan perempuan akan merasakan payudara menjadi semakin lunak. Seletah bulan kedua
payudara akan bertambah ukurannya dan vena – vena dibawah kulit akan lebih terlihat.

[3]
Puting payudara akan lebih besar, kehitaman, dan tegak. Areola akan lebih besar dan
kehitaman. Kelenjar sebasea dari areola akan membesar dan cenderung menonjol keluar.

E. Sirlukasi Darah
Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum darah lebih besar dari
pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah (hemodelusi). Sel darah merah
semakin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi pertumbuhan janin dalalm rahim,
tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga
terjadi hemodelusi yang disertai anemia fisiologis.

F. Sistem Respirasi
Kapasitas paru secara total menurun 4-5% dengan adanya elevasi diafragma. Fungsi
respirasi juga mengalami peru-bahan. Respirasi rate 50% mengalami peningkatan, 40% pada
tidal volume dan peningkatan konsumsi oksigen 15–20% diatas kebutuhan perempuan tidak
hamil.

G. Sistem pencernaan
Menurut Djusar Sulin dalam buku Ilmu Kebidanan (2009; h. 185), seiring dengan
makin membesarnya uterus, lambung, dan usus akan tergeser. Perubahan yang nyata terjadi
pada penurunan motilitas otot polos pada traktus digestivus. Mual terjadi akibat penurunan
asam hidrokloroid dan penurunan motilitas, serta konstipasi akibat penurunan motilitas usus
besar.
Gusi akan menjadi lebih hiperemis dan lunak sehingga dengan trauma sedang saja
bisa menyebabkan perdarahan. Epulis selama kehamilan akan muncul. Hemorroid juga
merupakan suatu hal yang sering terjadi akibat konstipasi dan peningkatan tekanan vena pada
bagian bawah karena pembesa-ran uterus.

H. Sistem perkemihan
Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi pada hamil tua,
terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering berkemih. Desakan tersebut menyebabkan
kandung kemih cepat terasa penuh. Hemodelusi menyebabkan metabo-lisme air makin lancar
sehingga pembentukan urine akan bertambah.

[4]
I. Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh
melanophore stimulating hor-mone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar
suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae gravidarum livide atau alba, areola
mamae, papilla mamae, linea nigra, pipi (khloasma gravidarum). Setelah persalinan
hiperpigmentasi ini akan menghilang.

Perubahan Fisiologis pada Trimester I


a) Morning Sickness, mual dan muntah
Hampir 50% wanita hamil mengalami mual dan biasanya mual dimulai sejak awal
kehamilan. Mual muntah diusia muda disebut morning sickness tetapi kenyataannya mual
muntah ini dapat terjadi setiap saat. Mual ini biasanya akan berakhir pada 14 mingggu
kehamilan.
b) Pembesaran Payudara
Payudara akan membesar dan mengencang, ini terjadi karena peningkatan hormon
kehamilan yang menimbulkan pelebaran pembuluh darah dan untuk mempersiapkan
pemberian nutrisi pada jaringan payudara sebagai persiapan menyusui.
c) Sering buang air kecil
Keinginan sering buang air kecil pada awal kehamilan ini dikarenakan rahim yang
membesar dan menekan kandung kencing. Keadaan ini akan menghilang pada trimester II
dan akan muncul kembali pada akhir kehamilan, karena kandung kemih ditekan oleh kepala
janin.
d) Konstipasi atau Sembelit
Keluhan ini juga sering dialami selama awal kehamilan, karena peningkatan hormon
progesteron yang menyebabkan relaksasi otot sehingga usus bekerja kurang efisien.
e) Sakit Kepala/Pusing
Sakit kepala atau pusing sering dialami oleh pada ibu hamil pada awal kehamilan
karena adanya peningkatan tuntutan darah ke tubuh sehingga ketika akan mengubah posisi
dari duduk/tidur ke posisi yang lain (berdiri) tiba-tiba, sistem sirkulasi darah merasa sulit
beradaptasi. Sakit kepala/pusing yang lebih sering daripada biasanya dapat disebabkan oleh
faktor fisik maupun emosional..
f) Kram Perut
Kram perut saat trimester awal kehamilan seperti kram saat menstruasi di bagian perut
bawah atau rasa sakit seperti ditusuk yang timbul hanya beberapa menit dan tidak menetap.

[5]
Hal ini sering terjadi karena adanya perubahan hormonal dan juga karena adanya
pertumbuhan dan pembesaran dari rahim dimana otot dan ligamen merenggang untuk
menyokong rahim.
h) Peningkatan Berat Badan
Pada akhir trimester pertama wanita hamil akan merasa kesulitan memasang kancing
rok/celana panjangnya, hal ini bukan berarti ada peningkatan berat badan yang banyak tapi
karena rahim telah berkembang dan memerlukan ruang juga, dan ini semua karena pengaruh
hormon estrogen yang menyebabkan pembesaran rahim dan hormon progresteron yang
menyebabkan tubuh menahan air.

Perubahan Fisiologi pada Trimester II


a) Perut semakin membesar
Setelah usia kehamilan 12 minggu, rahim akan membesar dan melewati rongga
panggul. Pembesaran rahim akan tumbuh sekitar 1 cm setiap minggu. Pada kehamilan 20
minggu, bagian teratas rahim sejajar dengan puser (umbilicus). Setiap individu akan berbeda-
beda tapi pada kebanyakan wanita, perutnya akan mulai membesar pada kehamilan 16
minggu.
b) Sendawa dan buang angin
Sendawa dan buang angin akan sering terjadi pada ibu hamil hal ini sudah biasa dan
normal karena akibat adanya perenggangan usus selama kehamilan. Akibat dari hal tersebut
perut ibu hamil akan terasa kembung dan membuat tidak nyaman.
c) Rasa panas di perut
Rasa panas diperut adalah keluhan yang paling sering terjadi selama kehamilan,
karena meningkatnya tekanan akibat rahim yang membesar dan juga pengaruh hormonal
yang menyebabkan rileksasi otot saluran cerna sehingga mendorong asam lambung kearah
atas.
d) Pertumbuhan rambut dan kuku
Perubahan hormonal juga menyebabkan kuku bertumbuh lebih cepat dan rambut
tumbuh lebih banyak dan kadang di tempat yang tidak diinginkan, seperti di wajah atau di
perut. Tapi, tidak perlu khawatir dengan rambut yang tumbuh tak semestinya ini, karena akan
hilang setelah bayi lahir.
e) Sakit perut bagian bawah
Pada kehamilan 18-24 minggu, ibu hamil akan merasa nyeri di perut bagian bawah
seperti ditusuk atau tertarik ke satu atau dua sisi. Hal ini karena perenggangan ligamentum

[6]
dan otot untuk menahan rahim yang semakin membesar. Nyeri ini hanya akan terjadi
beberapa menit dan bersifat tidak menetap.
f) Pusing
Pusing menjadi keluhan yang sering terjadi selama kehamilan trimester kedua, karena
ketika rahim membesar akan menekan pembuluh darah besar sehingga menyebabkan tekanan
darah menurun.
g) Hidung dan Gusi berdarah
Perubahan hormonal dan peningkatan aliran darah ke seluruh tubuh termasuk ke
daerah hidung dan gusi selama masa kehamilan akan menyebabkan jaringan disekitarnya
menjadi lebih lembut dan lunak. Akibatnya, hidung dan gusi akan bisa berdarah ketika
menyikat gigi. Keluhan ini akan hilang setelah melahirkan.
h) Perubahan kulit
Perubahan kulit timbul pada trimester ke-2 dan 3, karena melanosit yang
menyebabkan warna kulit lebih gelap. Timbul garis kecoklatan mulai dari pusar ke arah
bawah yang disebut linea nigra. Kecoklatan pada wajah disebut chloasma atau topeng
kehamilan. Tanda ini dapat menjadi petunjuk kurangnya vitamin folat.
i) Payudara membesar
Payudara akan semakin membesar dan mengeluarkan cairan yang kekuningan yang
disebut kolostrum. Putting dan sekitarnya akan semakin berwarna gelap dan besar. Bintik-
bintik kecil akan timbul disekitar putting, dan itu adalah kelenjar kulit.
j) Sedikit Pembengkakan
Pembengkakan adalah kondisi normal pada kehamilan, dan hampir 40% wanita hamil
mengalaminya. Hal ini karena perubahan hormon yang menyebabkan tubuh menahan cairan.
Pada trimester kedua akan tampak sedikit pembengkakan pada wajah dan terutama terlihat
pada kaki bagian bawah dan pergelangan kaki. Pembengkakan akan terlihat lebih jelas pada
posisi duduk atau berdiri yang terlalu lama.

Perubahan Fisiologi pada Trimester III


a) Sakit bagian tubuh belakang
Sakit pada bagian tubuh belakang (punggung-pinggang), karena meningkatnya beban
berat dari bayi dalam kandungan Anda yang dapat memengaruhi postur tubuh sehingga
menyebabkan tekanan ke arah tulang belakang.

[7]
b) Konstipasi/Sembelit
Pada trimester ini sering terjadi konstipasi karena tekanan rahim yang membesar
kearah usus selain perubahan hormon progesteron.
c) Pernafasan
Karena adanya perubahan hormonal yang memengaruhi aliran darah ke paru-paru,
pada kehamilan 33-36 minggu, banyak ibu hamil akan merasa susah bernapas. Ini juga
didukung oleh adanya tekanan rahim yang membesar yang berada di bawah diafragma (yang
membatasi perut dan dada).
d) Sering buang air kecil
Pembesaran rahim ketika kepala bayi turun ke rongga panggul akan makin menekan
kandungan kencing ibu hamil.
e) Varises
Peningkatan volume darah dan alirannya selama kehamilan akan menekan daerah
panggul dan vena di kaki, yang mengakibatkan vena menonjol, dan dapat juga terjadi di
daerah vulva vagina. Pada akhir kehamilan, kepala bayi juga akan menekan vena daerah
panggul yang akan memperburuk varises.
f) Kontraksi perut
Braxton-Hicks atau kontraksi palsu ini berupa rasa sakit di bagian perut yang ringan,
tidak teratur, dan akan hilang bila ibu hamil duduk atau istirahat.
g) Bengkak
Perut dan bayi yang kian membesar selama kehamilan akan meningkatkan tekanan
pada daerah kaki dan pergelangan kaki ibu hamil, dan kadang membuat tangan membengkak.
Ini disebut edema, yang disebabkan oleh perubahan hormonal yang menyebabkan retensi
cairan.
h) Kram pada kaki
Kram kaki ini timbul karena sirkulasi darah yang menurun, atau karena kekurangan
kalsium (Suririnah, 2008)

[8]
2. 2 Proses Organogenesis pada Trimester Awal
Organogenesis atau morfogenesis adalah embrio bentuk primitive yang berubah
menjadi bentuk yang lebih definitive dan memmiliki bentuk dan rupa yang spesifik dalam
suatu spesies. Organogensisi dimulai akhir minggu ke 3 dan berakhir pada akhir minggu ke 8.
Dengan berakhirnya organogenesis maka cirri-ciri eksternal dan system organ utama sudah
terbentuk yang selanjutnya embryo disebut fetus (Amy Tenzer,dkk, 2000)
Organogenesis adalah suatu proses pembentukan organ yang berasal dari tiga lapisan
germinal embrio yang telah terbentuk terlebih dahulu pada tahap gastrulasi. Masing- masing
lapisan yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm akan membentuk suatu bumbung yang
akan berkembang menjadi sistem organ tertentu yang berbeda namun berkaitan satu dengan
yang lain. Pada organogenesis juga terjadi tahap pertumbuhan akhir embrio yaitu
penyelesaian secara halus bentuk definitif menjadi ciri suatu individu.

2.1 Tahap perkembangan fetus atau janin :


A. Pada Trimester Awal
MINGGU KE-1
Merupakan perkembangan awal sejak ovulasi sampai implantasi. Spermatozoa
bergerak dengan cepat dari vagina ke rahim dan selanjutnya masuk ke saluran telur akibat
kontraksi otot-otot rahim dan saluran telur. Dari sekitar 200-300 juta spermatozoa yang
dipancarkan ke saluran kelamin wanita, tinggal 300-500 yang mencapai tempat pembuahan,
meski nantinya hanya 1 yang dibutuhkan untuk pembuahan. Hanya sperma terbaik yang
dapat membuahi sel telur.
Sekitar 80 jam sejak ovulasi, hasil konsepsi (pembuahan) ini berada di ampulla tuba
fallopii, yakni bagian terluas pada saluran telur yang terletak dekat dengan rahim. Sintesa inti
sel telur dan inti sel sperma inilah yang memungkinkan kromosom-kromosom dari masing-
masing inti sel melebur, memadukan semua gen, ciri fisik, sifat, dan temperamen dari ayah-
ibu pada bayi mereka.
Selanjutnya, hasil pembuahan ini melanjutkan perjalanannya menuju isthmus tuba
(bagian saluran telur tersempit yang memanjang dan menciut antara pangkal saluran telur dan
bagian pojok rahim/kornu uteri), sebelum memasuki rongga rahim dalam bentuk embrio.
Sekitar 30 jam setelah terbentuk, zigot kemudian membelah diri. Mula-mula menjadi 2 sel,
selanjutnya membelah diri secara deret ukur tanpa henti dengan selang waktu antara 12 dan
15 jam. Sambil terus membelah, zigot yang terdiri dari 12-16 sel dan berbentuk mirip buah
anggur yang disebut morula, bergerak menggelinding dari tuba falopii menuju rahim.

[9]
Dibantu hormon yang dihasilkan oleh rahim, morula memantapkan implantasinya pada
lapisan endometrium (desidua) di dalam dinding rahim. Dari hari ke hari, sel-sel morula terus
membelah dan berkembang jadi embrio. Sambil terus membelah sesuai pola deret ukur, sel-
sel embrio menyusun diri membentuk tiga lapisan sel. Sel paling luar disebut ektoderm, yang
tengah mesoderm, dan lapisan terdalam disebut endoderm. Ketiga kelompok sel inilah yang
membentuk seluruh tubuh embrio beserta organ pelengkapnya.

MINGGU KE-2
Di minggu ini, embrio diperkirakan berukuran 0,1-0,2 mm. Sementara HCG (human
Chorionic Gonadotropin yang sering disebut hormon kehamilan) baru dapat dideteksi dalam
darah ibu pada hari ke-10 atau 11 setelah pembuahan, meski sebelumnya sudah dapat
dideteksi lewat media kultur. Karena itulah, kendati sebetulnya sudah dalam keadaan hamil,
bila tes urin dilakukan sebelum hari ke-10 sejak terlambat haid, bisa saja hasilnya negatif.
Jadi, untuk memastikan kehamilan, pemeriksaan serupa harus diulang beberapa hari
kemudian.

MINGGU KE-3
Pada hari ke-15 sampai ke-17, embrio diperkirakan berukuran 0,4 mm. Hanya dalam
hitungan hari, yakni pada hari ke-17 sampai ke-19, ukurannya meningkat jadi sekitar 1,0-1,5
mm. Di minggu ini, cikal-bakal sistem pembuluh darah dan sistem saraf mulai terbentuk.
Bahkan, di hari-hari terakhir saat cikal-bakal jantung janin mulai terbentuk, ukuran embrio
sudah mencapai 1,5-2,5 mm. Pembentukan mata pun mulai terjadi, meski rongga mata baru
akan tampak jelas di minggu ke-6. Secara keseluruhan, pada minggu ini sudah terdapat
materi genetik, termasuk warna rambut, bentuk mata, dan intelegensi si calon bayi.
Di kedua sisi tubuh embrio tumbuh suatu tonjolan kecil berupa sekelompok sel yang
merupakan cikal-bakal tangan. Selang beberapa hari kemudian, saat tunas tangan memipih,
pada kedua sisi tubuh sebelah bawah muncul tonjolan serupa yang merupakan cikal-bakal
kaki. Beberapa jenis obat antimual dan obat tidur, di antaranya thalidomide (semacam obat
penenang) yang dikonsumsi di awal-awal kehamilan,terbukti menyebabkan kecacatan pada
tangan dan kaki. Semisal berupa tonjolan daging lantaran tak mencapai panjang dan bentuk
anggota tubuh yang semestinya.
Demikian juga streptomisin dalam pengobatan TBC yang bisa menimbulkan
gangguan pada telinga. Atau kloramfenikol yang bisa membuat sumsum tulang janin rusak,
hingga bayi yang dilahirkan akan mengalami kelainan darah dan kelainan kulit yang dikenal

[10]
sebagai grey syndrome. Jamu-jamuan dan dan obat-obat penyubur yang tak terkontrol, juga
bisa berdampak buruk. Yang mengandung DES (dietil bestrol), misal, ternyata berpeluang
menimbulkan kelainan pada alat kelamin bawah. Mulai tak terbentuknya lubang vagina
sampai kemungkinan si anak terkena kanker vagina kelak saat ia besar.

MINGGU KE-4
Dengan ukuran sekitar 2 hingga 3,5 mm, jantung mulai berdenyut dan sistem
peredaran darah sudah melaksanakan fungsinya meski masih dalam taraf yang sangat
sederhana. Cikal-bakal otak sudah bisa dibedakan menjadi tiga bagian utama (prosensefalon,
mesensefalon, dan rombensefalon) yang kelak akan menjalankan fungsi masing-masing.
Malnutrisi pada ibu hamil akan merusak perkembangan otak janin.Pada minggu ini pula
saraf-saraf spinal yang kelak menjadi cikal-bakal tulang belakang sudah mengalami
penebalan. Sementara cikal-bakal telinga sudah terlihat meski masih berupa gelembung.
Plasenta atau yang biasa disebut ari-ari juga terbentuk pada minggu ini. Fungsinya bagi janin
sangat banyak. Dari menyediakan hormon-hormon yang diperlukan untuk tumbuh kembang
dan proses pembedaan sesuai jenis kelamin janin, sampai mensuplai nutrisi dan oksigen. Di
samping itu, ia juga berfungsi sebagai alat pernapasan dan pembuangan sisa-sisa metabolisme
janin.

MINGGU KE-5
Di minggu ini embrio diperkirakan berukuran antara 5-7 mm. Pembentukan telinga
makin sempurna dengan terbentuknya duktus endolimfatikus, yakni saluran untuk
menyalurkan cairan yang terdapat dalam selaput labirin telinga dalam. Demikian pula sistem
pencernaan makin sempurna dengan terjadi pembedaan yang kian nyata antara cikal-bakal
usus besar dan usus buntu. Bahkan cikal-bakal ginjal dan hati pun sudah terbentuk. Begitu
juga struktur muka secara keseluruhan mulai bisa “terbaca”.

MINGGU KE-6
Saat ini embrio diperkirakan berukuran sekitar 7-9 mm, pembuluh-pembuluh nadi di
bagian kepala kian jelas terbagi-bagi menurut tugas masing-masing. Di minggu ini rongga
mulut sudah tampak. Begitu juga struktur mata sudah terbentuk meski masih berjauhan
letaknya. Di tengah-tengah wajah muncul tonjolan hidung. Ruas-ruas tulang belakang sudah
terbentuk meski masih terlihat samar. Organ tubuh lain yang juga mulai berkembang di usia

[11]
kehamilan ini adalah pembungkus saraf, penciuman, kandung kemih, jari-jemari, bahkan
otot-otot punggung.
Kekurangan asam folat atau anemia akut bisa mengakibatkan janin mengalami fetal
neural tube defect (gangguan tabung saraf) dengan tak terbentuknya sebagian tulang belakang
janin sampai kepala dan otak janin.

MINGGU KE-7
Di minggu ini embrio diperkirakan berukuran sekitar 11-17 mm. Pembesaran kepala
relatif stabil, sementara tubuhnya yang menyerupai bentuk kubus mengalami pemanjangan
meski masih membungkuk seperti udang. Bagian ujung yang semula terlihat seperti ekor
kecebong menghilang akibat nekrosis atau kematian jaringan secara fisiologis. Ujung hidung
dan tonjolan telinga tampak jelas membentuk cikal-bakaldaun telinga yang sesungguhnya.
Kendati kelopak mata masih terlihat samar.
Tunas-tunas lengan sudah menyiku, sementara jari-jari tangan pun sudah mengarah
terpisah satu sama lain. Sedangkan pemisahan jemari kakinya samar terlihat, meski telapak
kakinya masih rata. Tunas tangan yang lebih cepat tumbuh ketimbang tunas kaki inilah yang
agaknya bisa menjawab pertanyaan mengapa bayi kelak lebih dulu belajar memegang benda-
benda di sekitarnya ketimbang belajar berjalan.Sistem saraf pusat, pembuluh-pembuluh nadi,
dan saluran usus makin berkembang. Di minggu ini pula proses penulangan tubuh dimulai.
Sedangkan batas-batas antara cikal-bakal lengkung ruas tulang belakang dan ruas-ruas tulang
iga baru tampak sebagai alur-alur memanjang. Begitu juga persendian pada bahu, panggul,
dan lutut mulai kelihatan.

MINGGU KE-8
Pada akhir masa embrional ini, ukuran embrio mencapai kisaran 27-31 mm.
Kepalanya membulat dan wajah polos kekanak-kanakan mulai tampak nyata dengan
tertariknya bagian antara dahi dan pangkal hidung ke arah dalam, hingga kian memperjelas
cikal-bakal kemancungan hidung si janin.
Langit-langit mulut mulai terbentuk, begitu juga kelopak mata serta daun telinga luar.
Secara keseluruhan makin menyerupai bayi dengan taksiran berat sekitar 5 gram. Meski
masih lemah, permulaan dari rangka tubuh secara keseluruhan sudah rampung dan lengkap
terbentuk dalam minggu ini. Semua organ tubuh juga mulai bekerja, meski belum sempurna.
Semisal otak yang mulai mengirim sinyal/perintah ke organ-organ tubuh atau hati yang mulai

[12]
memproduksi sel-sel darah. Tubuh yang ringkih ini pun mulai bisa bergerak secara tak
teratur, yang jika dijumlahkan rata-rata sebanyak 60 kali gerakan dalam sejam.

MINGGU KE-9
Bila jenis kelaminnya laki-laki, di usia ini sudah bisa jelas dipastikan. Sementara
perempuan masih sesekali meragukan. Aktivitas menelan janin, rata-rata sebanyak 25 kali
dalam satu jam. Tangan janin pun mulai bergerak bebas. Dalam arti, tak lagi tergantung pada
gerakan tubuh. Sebentuk kuku pada setiap jari tangan dan kakinya muncul di minggu ini.
Panjangnya menjadi sekitar 10 cm dengan berat 20 gram. Dalam minggu ini pula
pembentukan kulit dan fungsinya berkembang menuju penyempurnaan.

MINGGU KE-10
Pada beberapa janin, aktivitas menelan dan menggerakkan tangannya secara bebas
baru dimulai minggu ini. Jenis kelamin perempuan bisa diidentifikasikan secara jelas di
minggu ini. Sistem otot dan saraf sudah mencapai tingkat kematangan. Selain telah mampu
pula mengirim dan menerima pesan dari otak. Dengan mulai berfungsinya sistem saraf, janin
sudah mampu melakukan gerak refleks. Bahkan kaki sudah mampu melakukan gerakan
menendang.

MINGGU KE-11
Panjang tubuhnya mencapai sekitar 6,5 cm. Baik rambut, kuku jari tangan dan
kakinya mulai tumbuh. Sesekali di usia ini janin sudah menguap.
Gerakan demi gerakan kaki dan tangan, termasuk gerakan menggeliat, meluruskan tubuh dan
menundukkan kepala, sudah bisa dirasakan ibu. Bahkan, janin kini sudah bisa mengubah
posisinya dengan berputar, memanjang, bergelung, atau malah jumpalitan yang kerap terasa
menyakitkan sekaligus memberi sensasi kebahagiaan tersendiri.

MINGGU KE-12
Struktur yang telah terbentuk akan terus bertumbuh dan berkembang kian sempurna.
Di usia ini umumnya ibu bisa mendengar denyut jantung bayinya, dengan memakai alat
khusus yang disebut fetal dophtone.
Di minggu ini sistem rangka tubuh memiliki pusat pembentukan tulang/osifikasi pada
sebagian besar tulang. Sistem pencernaan mampu menghasilkan kontraksi untuk mendorong
makanan ke seluruh usus dan mampu menyerap glukosa secara aktif.

[13]
Bila diinginkan, di minggu ini pun bisa diagnosa penyakit keturunan semisal
thalassemia dan sindroma Down, yang bisa dilakukan lewat pemeriksaan Chorion Villus
(CVS) guna memastikan ada-tidak kerusakan pada kromosom. Caranya dengan mengambil
sampel sel-sel plasenta yang bisa dilakukan secara transabdominal melalui perut atau leher
rahim/transervikal. Kelainan kromosom dapat terjadi karena ada kelainan kromosom pada
orang tua. Atau akibat pengaruh virus, bakteri, penyakit maupun zat berbahaya lain yang
menyerang sel-sel embrio.

2.3. Proses Farmakokinetik dan farmakodinamika Obat

2.3.1 Farmakokinetika dan Farmakodinami Pada Kehamilan


A. Farmakokinetika
Selama kehamilan terjadi perubahan-perubahan fisiologi yang mempengaruhi
farmakokinetika obat. Perubahan tersebut meliputi peningkatan cairan tubuh misalnya
penambahan volume darah sampai 50% dan curah jantung sampai dengan 30%. Pada akhir
semester pertama aliran darah ginjal meningkat 50% dan pada akhir kehamilan aliran darah
ke rahim mencapai puncaknya hingga 600-700 ml/menit. Peningkatan cairan tubuh tersebut
terdistribusi 60 % di plasenta, janin dan cairan amniotik, 40% di jaringan si ibu.
Perubahan volume cairan tubuh tersebut diatas menyebabkan penurunan kadar puncak
obat-obat di serum, terutama obat-obat yang terdistribusi di air seperti aminoglikosida dan
obat dengan volume distribusi yang rendah. Peningkatan cairan tubuh juga menyebabkan
pengenceran albumin serum (hipoalbuminemia) yang menyebabkan penurunan ikatan obat-
albumin. Steroid dan hormon yang dilepas plasenta serta obat-obat lain yang ikatan protein
plasmanya tinggi akan menjadi lebih banyak dalam bentuk tidak terikat. Tetapi hal ini tidak
bermakna secara klinik karena bertambahnya kadar obat dalam bentuk bebas juga akan
menyebabkan bertambahnya kecepatan metabolisme obat tersebut.
Gerakan saluran cerna menurun pada kehamilan tetapi tidak menimbulkan efek yang
bermakna pada absorpsi obat. Aliran darah ke hepar relatif tidak berubah. Walau demikian
kenaikan kadar estrogen dan progesteron akan dapat secara kompetitif menginduksi
metabolisme obat lain, misalnya fenitoin atau menginhibisi metabolisme obat lain misalnya
teofilin. Peningkatan aliran darah ke ginjal dapat mempengaruhi bersihan (clearance) ginjal
obat yang eliminasinya terutama lewat ginjal, contohnya penicilin.

[14]
1) Perpindahan obat lewat plasenta.
Perpindahan obat lewat plasenta umumnya berlangsung secara difusi sederhana
sehingga konsentrasi obat di darah ibu serta aliran darah plasenta akan sangat menentukan
perpindahan obat lewat plasenta. Seperti juga pada membran biologis lain perpindahan obat
lewat plasentadipengaruhi oleh hal-hal dibawah ini.
 Kelarutan dalam lemak
Obat yang larut dalam lemak akan berdifusi dengan mudah melewati plasenta masuk
ke sirkulasi janin. Contohnya , thiopental, obat yang umum digunakan pada dapat
menyebabkan apnea (henti nafas) pada bayi yang baru dilahirkan.
 Derajat ionisasi
Obat yang tidak terionisasi akan mudah melewati plasenta. Sebaliknya obat yang
terionisasi akan sulit melewati membran Contohnya suksinil kholin dan tubokurarin
yang juga digunakan pada seksio sesarea, adalah obat-obat yang derajat ionisasinya
tinggi, akan sulit melewati plasenta sehingga kadarnya di di janin rendah. Contoh lain
yang memperlihatkan pengaruh kelarutan dalam lemak dan derajat ionisasi adalah
salisilat, zat ini hampir semua terion pada pH tubuh akan melewati akan tetapi dapat
cepat melewati plasenta. Hal ini disebabkan oleh tingginya kelarutan dalam lemak
dari sebagian kecil salisilat yang tidak terion. Permeabilitas membran plasenta
terhadap senyawa polar tersebut tidak absolut. Bila perbedaan konsentrasi ibu-janin
tinggi, senyawa polar tetap akan melewati plasenta dalam jumlah besar.
 Ukuran molekul
Obat dengan berat molekul sampai dengan 500 Dalton akan mudah melewati pori
membran bergantung pada kelarutan dalam lemak dan derajat ionisasi. Obat-obat
dengan berat molekul 500-1000 Dalton akan lebih sulit melewati plasenta dan obat-
obat dengan berat molekul >1000 Dalton akan sangat sulit menembus plasenta.
Sebagai contoh adalah heparin, mempunyai berat molekul yang sangat besar ditambah
lagi adalah molekul polar, tidak dapt menembus plasenta sehingga merupakan obat
antikoagulan pilihan yang aman pada kehamilan.
 Ikatan protein.
Hanya obat yang tidak terikat dengan protein (obat bebas) yang dapat melewati
membran. Derajat keterikatan obat dengan protein, terutama albumin, akan
mempengaruhi kecepatan melewati plasenta. Akan tetapi bila obat sangat larut dalam
lemak maka ikatan protein tidak terlalu mempengaruhi, misalnya beberapa anastesi

[15]
gas. Obat-obat yang kelarutannya dalam lemak tinggi kecepatan melewati plasenta
lebih tergantung pada aliran darah plasenta. Bila obat sangat tidak larut di lemak dan
terionisasi maka perpindahaan nya lewat plasenta lambat dan dihambat oleh besarnya
ikatan dengan protein. Perbedaan ikatan protein di ibu dan di janin juga penting,
misalnya sulfonamid, barbiturat dan fenitoin, ikatan protein lebih tinggi di ibu dari
ikatan protein di janin. Sebagai contoh adalah kokain yang merupakan basa lemah,
kelarutan dalam lemak tinggi, berat molekul rendah (305 Dalton) dan ikatan protein
plasma rendah (8-10%) sehingga kokain cepat terdistribusi dari darah ibu ke janin.

2) Metabolisme obat di plasenta dan di janin.


Dua mekanisme yang ikut melindungi janin dari obat disirkulasi ibu adalah :
a. Plasenta yang berperan sebagai penghalang semipermiabel juga sebagai tempat
metabolisme beberapa obat yang melewatinya. Semua jalur utama metabolisme obat
ada di plasenta dan juga terdapat beberapa reaksi oksidasi aromatik yang berbeda
misalnya oksidasi etanol dan fenobarbital. Sebaliknya , kapasitas metabolisme
plasenta ini akan menyebabkan terbentuknya atau meningkatkan jumlah metabolit
yang toksik, misalnya etanol dan benzopiren. Dari hasil penelitian prednisolon,
deksametason, azidotimidin yang struktur molekulnya analog dengan zat-zat endogen
di tubuh mengalami metabolisme yang bermakna di plasenta.

b. Obat-obat yang melewati plasenta akan memasuki sirkulasi janin lewat vena
umbilikal. Sekitar 40-60% darah yang masuk tersebut akan masuk hati janin, sisanya
akan langsung masuk ke sirkulasi umum janin. Obat yang masuk ke hati janin,
mungkin sebagian akan dimetabolisme sebelum masuk ke sirkulasi umum janin,
walaupun dapat dikatakan metabolisme obat di janin tidak berpengaruh banyak pada
metabolisme obat maternal. Obat-obat yang bersifat teratogenik adalah asam lemah,
misalnya talidomid, asam valproat, isotretinoin, warfarin. Hal ini diduga karena asam
lemah akan mengubah pH sel embrio. Dan dari hasil penelitian pada hewan
menunjukkan bahwa pH cairan sel embrio lebih tinggi dari pH plasma ibu, sehingga
obat yang bersifat asam akan tinggi kadarnya di sel embrio.

[16]
B. Farmakodinamika
1) Mekanisme kerja obat ibu hamil.
Efek obat pada jaringan reproduksi, uterus dan kelenjar susu, pada kehamilan kadang
dipengaruhi oleh hormon-hormon sesuai dengan fase kehamilan. Efek obat pada jaringan
tidak berubah bermakna karena kehamilan tidak berubah, walau terjadi perubahan misalnya
curah jantung, aliran darah ke ginjal. Perubahan tersebut kadang menyebabkan wanita hamil
membutuhkan obat yang tidak dibutuhkan pada saat tidak hamil. Contohnya glikosida
jantung dan diuretik yang dibutuhkan pada kehamilan karena peningkatan beban jantung
pada kehamilan. Atau insulin yang dibutuhkan untuk mengontrol glukosa darah pada diabetes
yang diinduksi oleh kehamilan.

2) Mekanisme kerja obat pada janin.


Beberapa penelitian untuk mengetahui kerja obat di janin berkembang dengan pesat,
yang berkaitan dengan pemberian obat pada wanita hamil yang ditujukan untuk pengobatan
janin walaupun mekanismenya masih belum diketahui jelas. Contohnya kortikosteroid
diberikan untuk merangsang matangnya paru janin bila ada prediksi kelahiran prematur.
Contoh lain adalah fenobarbital yang dapat menginduksi enzim hati untuk metabolisme
bilirubin sehingga insidens jaundice ( bayi kuning) akan berkurang. Selain itu fenobarbital
juga dapat menurunkan risiko perdarahan intrakranial bayi kurang umur. Anti aritmia juga
diberikan pada ibu hamil untuk mengobati janinnya yang menderita aritmia jantung.

3) Kerja obat teratogenik.


Penggunaan obat pada saat perkembangan janin dapat mempengaruhi struktur janin
pada saat terpapar. Thalidomid adalah contoh obat yang besar pengaruhnya pada
perkembangan anggota badan (tangan, kaki) segera sesudah terjadi pemaparan. Pemaparan
ini akan berefek pada saat waktu kritis pertumbuhan anggota badan yaitu selama minggu ke
empat sampai minggu ke tujuh kehamilan. Mekanisme berbagai obat yang menghasilkan efek
teratogenik belum diketahui dan mungkin disebabkan oleh multi faktor.
 Obat dapat bekerja langsung pada jaringan ibu dan juga secara tidak langsung
mempengaruhi jaringan janin.
 Obat mungkin juga menganggu aliran oksigen atau nutrisi lewat plasenta sehingga
mempengaruhi jaringan janin.

[17]
 Obat juga dapat bekerja langsung pada proses perkembangan jaringan janin misalnya
vitamin A (retinol) yang memperlihatkan perubahan pada jaringan normal. Dervat
vitamin A (isotretinoin, etretinat) adalah teratogenik yang potensial.
 Kekurangan substansi yang esensial diperlukan juga akan berperan pada abnormalitas.
Misalnya pemberian asam folat selama kehamilan dapat menurunkan insiden
kerusakan pada selubung saraf , yang menyebabkan timbulnya spina bifida.

Paparan berulang zat teratogenik dapat menimbulkan efek kumulatif. Misalnya konsumsi
alkohol yang tinggi dan kronik pada kehamilan , terutama pada kehamilan trimester pertama
dan kedua akan menimbulkan fetal alcohol syndrome yang berpengaruh pada sistem saraf
pusat, pertumbuhan dan perkembangan muka.

2.3.2. Farmakokinetika dan Farmakodinamik Pada Menyusui


A. Farmakokinetika
Hampir semua obat yang diminum perempuan menyusui terdeteksi didalam ASI ,
untungnya konsentrasi obat di ASI umumnya rendah. Konsentrasi obat dalam darah ibu
adalah faktor utama yang berperan pada proses transfer obat ke ASI selain dari faktor-faktor
fisiko-kimia obat. Volume darah/cairan tubuh dan curah jantung yang meningkat pada
kehamilan akan kembali normal setelah 1 bulan melahirkan. Karena itu pemberian obat
secara kronik mungkin memerlukan penyesuaian dosis.
Obat yang larut dalam lemak, yang non-polar dan yang tidak terion akan mudah
melewati membran sel alveoli dan kapiler susu. Obat yang ukurannya kecil (< 200 Dalton)
akan mudah melewati pori membran epitel susu. Obat yang terikat dengan protein plasma
tidak dapat melewati membran, hanya obat yang tidak terikat yang dapat melewatinya.
Plasma relatif sedikit lebih basa dari ASI. Karena itu obat yang bersifat basa lemah di
plasma akan lebih banyak dalam bentuk tidak terionisasi dan mudah menembus membran
alveoli dan kapiler susu. Sesampainya di ASI obat yang bersifat basa tersebut akan mudah
terion sehingga tidak mudah untuk melewati membran kembali ke plasma. Fenomena
tersebut dikenal sebagai ion trapping.
Rasio M:P adalah perbandingan antara konsentrasi obat di ASI dan di plasma ibu.
Rasio M:P yang >1 menunjukkan bahwa obat banyak berpindah ke ASI , sebaliknya rasio
M:P < 1 menunjukkan bahwa obat sedikit berpindah ke ASI. Pada umumnya kadar puncak
obat di ASI adalah sekitar 1- 3 jam sesudah ibu meminum obat. Hal ini mungkin dapat

[18]
membantu mempertimbangkan untuk tidak memberikan ASI pada kadar puncak. Bila ibu
menyusui tetap harus meminum obat yang potensial toksik terhadap bayinya maka untuk
sementara ASI tidak diberikan tetapi tetap harus di pompa. ASI dapat diberikan kembali
setelah dapat dikatakan tubuh bersih dari obat dan ini dapat diperhitungkan setelah 5 kali
waktu paruh obat.
Rasio benefit dan risiko penggunaan obat pada ibu menyusui dapat dinilai dengan
mempertimbangkan :
a. Farmakologi obat: reaksi yang tidak dikehendaki
b. Adanya metabolit aktif
c. Multi obat : adisi efek samping
d. Dosis dan lamanya terapi
e. Umur bayi.
f. Pengalaman/bukti klinik
g. Farmakoepidemiologi data.

Farmakokinetika bayi.
Absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi pada bayi berbeda nyata dengan orang
dewasa. Kecepatan absorpsi lewat saluran cerna lebih rendah, misalnya absorpsi fenobarbital,
fenitoin, asetaminofen dan Distribusi obat juga akan berbeda karena rendahnya protein
plasma, volume cairan tubuh yang lebih besar dari orang dewasa. Metabolisme obat juga
rendah karena aktivitas enzim yang rendah . Ekskresi lewat renal pada awal kehidupan masih
rendah dan akan meningkat dalam beberapa bulan.
Selain banyaknya obat yang diminum oleh bayi melalui ASI, juga kinetika obat pada
bayi menentukan akibat yang ditimbulkan oleh obat. Yang perlu diperhatikan adalah bila efek
yang tidak diinginkan tidak bergantung dari banyaknya obat yang diminum, misalnya reaksi
alergi, maka sedikit atau banyaknya ASI yang diminum bayi menjadi tidak penting, tetapi
apakah si bayi meminum atau tidak meminum ASI menjadi lebih penting.

B. Farmakodinamika.
Mekanisme kerja obat pada ibu menyusui dapat dikatakan tidak berbeda. Sedangkan
farmakodinamik obat pada bayi masih sangat terbatas dipelajari. Kemungkinan sensitivitas
reseptor pada bayi lebih rendah, sebagai contoh, dari hasil penelitian bahwa sensitivitas d-
tubokurarin meningkat pada bayi.

[19]
2.4 Pemilihan dan Penggunaan Obat Secara Baik dan Benar
Terapi selama kehamilan dan laktasi merupakan pembahasan yang menarik karena
adanya pengaruh obat-obatan terhadap ibu dan bayinya. Sumber rujukan obat-obatan apa saja
yang digunakan selama hamil dan menyusui sudah dikategorikan secara lengkap oleh Food
and Drug Administration (FDA).

FDA menyusun kategori obat sebagai petunjuk terhadap penggunaan obat selama
kehamilan berdasarkan rasio” risk and benefit”. Jika kategori FDA ini dibandingkan dengan
sumber lainnya, hanya 61(26%) dari 236 obat yang memiliki kategori sama. FDA hanya
memberikan sedikit sekali rekomandasi obat yang aman (kategori A), karena FDA
melakukan trial control untuk menentukan jenis obat mana yang aman, dan itu hanya sedikit.

Kategori Obat yang Diberikan Selama Kehamilan


(US Food and Drug Administration/FDA-USA dan Australian Drug Evaluation
Committee)
1. Kategori A
Digunakan secara luas, tanpa malformasi janin atau pengaruh negatif lain.
2. Kategori B
Digunakan terbatas, pengaruh buruk tidak terbukti. Berdasarkan uji toksikologi pada
hewan dibedakan :
a. B1 : Tidak terbukti
b. B2 : Percobaan terbatas, tidak ditemukan peningkatan kerusakan janin
pada hewan
c. B3 : Terjadi peningkatan kerusakan janin hewan, pada manusia belum
tentu bermakna.
3. Kategori C
Memberi pengaruh buruk (reversible) tanpa malformasi anatomi, (semata karena efek
farmakologik obat).
4. Kategori D
Menyebabkan peningkatan malformasi dan kerusakan janin yang irreversible, efek
farmakologik juga merugikan.
5. Kategori X
Terbukti mempunyai risiko tinggi terjadi pengaruh buruk yang irreversible,
merupakan konta indikasi mutlak.

[20]
PEMILIHAN OBAT SELAMA KEHAMILAN

 Efek samping obat terhadap janin tergantung dosis, rute pemberian, lamanya terpapar
agenda usia kehamilan saat terpapar obat.
 Paparan obat pada janin 2 minggu setelah konsepsi akan memiliki efek “all or
nothing” ( merusak embrio atau bahkan tidak mengakibatkan gangguan sama sekali).
 Paparan obat pada fase organogenesis (18-60 hari setelah konsepsi) akan
menyebabkan anomaly struktur tubuh( seperti obat : metroteksat, siklofosfamid,
dietilstilbestrol, litium, retinoid, talidomid, obat antiepilepsi tertentu dan derivate
coumarin).
 Paparan obat setelah 60 hari bias menyebabkan gangguan pertumbuhan, abnormalitas
CNS atau kematian janin (seperti ACE inhibitor, derivate tetrasiklin, NSAID).
 Prinsip pemilihan obat selama kehamilan:

1. Piliho bat yang aman untuk ketiga periode (selama 3 Trimester).


2. Resep kan obat dengan dosis terendah dari dosis terapeutik.
3. Hindari medikasi yang tidak penting, berbahaya dan self medication.
4. Berikan dosis optimum untuk kesehatan ibu, tapi minimal risiskonya untuk janin.

TERATOGENITAS
Zat teratogenik adalah : zat, organisme, bahan fisika atau kimia yang mampu menginduksi
abnormalitas struktur dan fungsi pada janin. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
teratogenitas suatu obat, adalah:

 Sifat fisiko kimiawi dari obat (lipofilik, ion, BM).


 Kecepatan obat untuk melintasi plasenta dan mencapai sirkulasi janin.
 Lamanya pemaparan terhadap obat.
 Farmakokinetik ibu.
 Periode perkembangan janin saat terpapar obat

Mekanisme Teratogenitas obat:

 Secara langsung bekerja pada janin, menyebabkan kerusakan, kelainan perkembangan


atau kematian.

[21]
 Mempengaruhi fungsi plasenta, biasanya dengan cara mengkerutkan pembuluh darah
dan mengurangi pertukaran oksigen dan zat gizi diantara janin dan ibu.
 Menyebabkan otot rahim berkontraksi sekuat tenaga, yang secara tidak langsung
mencederai janin dengan mengurangi aliran darah kejanin.

Teratogen pada trimester pertama :

 Waktu organogenesis fetus waktu kritis terjadinya teratogenik malformasi, terutama


pada trimester I.
 Bahan antineoplastik sebagai teratogen: nitrogen mustard, asamfolat inhibitor,
siklofosfamidainhibitor metabolic yang poten.
 Penyalah gunaan obatteratogen potensial
- Amfetamin dan fenmetrasinabnormalitas jantung
- LSD (Lysergic Acid Dietilamide) dan klorpromazinedapat sebabkan
abnormalitas kromosom dan kemungkinan malformasi fetus wanita
hamilhindari, terutamapada trimester I.
- Barbiturat, fenitoin, lithium kenaikan abnormalitas fetus
- CNS depresanteratogen (belum konklusif)
Selama kehamilan :
 Sebagian antimikroba  aman dipakai selama kehamilan, amino glikosida
streptomicyn) dan quininsebabkan ketulian, syaraf pendengaran.
 Tetrasiklin  gigi berwarna dan pertumbuhan tulang menurun.
 Novobiacin dan sulfonamide  pada akhir kehamilan, naiknya bilirubin sewaktu
hamil (kernicterus).
 Kloramfenikol  gray baby syndrome (sianosis + hypothermia)
 Nitrofurantren  hemolisis
 Antikoagulan oral  pendarahan uterus
 Antidiabetika oral  malformasi letal pada trimester I dan perubahan fisiologis pada
trimester akhir, bila dosis berlebihan  hipoglikemia pada ibu dan bayi.
 Androgen dan progesterone  maskulinisasi pada fetus perempuan (mungkin
reversible)
 Merokok  bobot fetus turun
 Alkohol  perubahan hematologi
 Penisilin  bayi hipersensitive

[22]
 Golongan antibiotika berdasarkan keamanan dan toksisitasnya pada ibu atau janin

[23]
 Golongan antihipertensi berdasarkan keamanan dan toksisitasnya pada ibu dan janin

Vitamin

 Vitamin A menaikkan tekanan intrakranial


 Vitamin D hiperglikemia dan retardasi mental
 Vitamin C scurvy setelah lahir (rebound phenomena)
 Vitamin K diberikan pada ibu yang hampir melahirkan

Sebelum melahirkan :

 Depresan CNS depresi pernafasan sewaktu lahir


 Barbiturat, narkotik, transquilizer, antikonvulsan, general anestetik depresi
pernafasan.
 Reserpin  bayi lahir dengan selaput hidung mengembang, keracunan pernafasan,
hiperthermie
 Salisilat, thiazida, indometasin, prometazin, diazepam, imipramin, klorpromazin, GG
pendarahan bayi.

Penggunaan obat masa menyusui

Obat hanya digunakan jika diperlukan dan pengobatan tidak dapat ditunda. Faktor yang harus
diperhatikan :

[24]
1. Pemilihan obat
 Pertimbangkan apakah obat dapa tdiberikan secara langsung dengan aman pada bayi.
 Pilih obat yang sedikit melalui ASI dengan memprediksi kan ratio-M/P paling rendah.
 Hindari formulasi obat yang long action (misalnya sustained release).
 Pertimbangkan rute pemberian obat yang dapat menurunkan ekskresi obat ke dalam
ASI.
 Jika memungkinkan hindari penggunaan jangka lama.
2. Waktu menyusui
 Hindari menyusui selama konsentrasi obat mencapai pncak plasmanya.
 Jika memungkinkan rencanakan menyusui sebelum pemberian dosis obat berikutnya
3. Pertimbangan lain
 Selalu mengamati bayi terhadap tanda-tanda yang tidak biasa atau gejala kliniknya
(seperti : sedasi, iritasi,rash, menurunkan nafsu makan, kesukaran menelan)
 Tidak melanjutkan menyusui selama terapi obat jika resiko terhadap bayi lebih berat.
 Berikan pengetahuan yang cukup kepada pasien untuk meningkatkan pemahaman
terhadap factor-factor yang beresiko.

[25]
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kehamilan bisa disebut juga Gestasi yaiu suatu proses/kejadian baru yang akan
dialami oleh wanita jika sel ovum dibuahi oleh sel sperma dalam proses reproduksi.
kehamilan normal umumnya adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari
hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 trimaster yaitu trimester pertama
dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan atau trimester kedua dimulai bulan ke 4
sampai bulan ke 6, trimaster ketiga dari bulan ke 7 sampai bulan ke 9. Kehamilan
menyebabkan perubahan fisik, psikis, dan sosial pada ibu.
Laktasi adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air susu ibu
(ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan
menelan susu. Proses produksi air susu, saat bayi menghisap, sejumlah sel saraf di payudara
ibu mengirim pesan ke hipotalamus. Ketika menerima pesan itu, hipotalasmus melepas “rem”
proklaktin. Untuk memulai menghasilkan ASI, prolaktin yang dihasilkan kelenjar pituitari
merangsang kelenjar-kelenjar susu di payudara.
3.2 Saran
Demikian makalah yang penulis buat, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca/mahasiswa. Apabila ada saran dan kritik yang membangun, mohon sampaikan pada
penulis untuk pembekalan dan pembelajaran di masa yang akan datang atau pun tugas.
Dan untuk para mahasiswa diharapkan untuk senantiasa memperbaiki, apa yang salah pada
makalah ini. Mengritik sesuatu yang dipelajari jauh lebih berguna untuk pembelajaran
selanjutnya.

[26]
DAFTAR PUSTAKA

Benzon, R,C., 2009, Buku Saku Obstetri Dan Ginekologi, Penerbit Buku Kedokteran EGC ,

Depkes RI, 2006, Pedoman Pelayanan Farmasi Untuk Ibu Hamil dan Menyusui, Bakti
Husada, Jakarta.

Farrer, 1996, Perawatan Maternitas, edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, pp. 60-
71.

Franciscus, A., 2012, Pregnancy Drug Categories, www.hcvadvocate.org, diakses pada


tanggal 28 April 2013.

Heffner, L, J., Schust, D, J., 2008, Sistem Reproduksi, Edisi 2, Erlangga Medical Series,
Jakarta, pp. 47-51.

Kaczmarczyk, J., 2010, Pregnancy and Medicines,http://www.womenshealth.gov, diakses


pada tanggal 28 April 2013

Rubin P., Ramsay M., 2008. Prescribing in pregnancy, 4th Edition. BMJ Nottingham
University Hospitals Queen’s Medical Centre Campus Nottingham.

Jakarta, pp.281.

Wong, D , L., 2001, Buku Ajar Keperawatan Pediatrik , Buku Kedokteran EGC, Jakarta,
pp.334.

Yulikhah, L., 2006, Kehamilan : Seri Asuhan Kebidanan, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, pp. 44-47

[27]

Anda mungkin juga menyukai