Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan penunjang.
Diagnosis Banding
1. Pankreatitis
2. Penyakitt Chrons pada illeum terminalis
3. Sprue Celiac
4. Penyakit whipple
5. Amiloidosis
6. Defisiensi laktase
7. Sindrom Zollinger-Ellison
8. Gangguan paska gasterektomi, reseksi usus halus atau
kolon
Komplikasi: dehidrasi
Penatalaksanaan
a. Pembatasan nutrisi tertentu
b. Suplemen vitamin dan mineral
c. Suplemen enzim pencernaan
Prognosis
Pada umumnya, prognosis tidak mengancam jiwa, namun
fungsionam dan sanationamnya adalah dubia ad bonam
karena tergantung pada paparan terhadap makanan
penyebab.
ALERGI MAKANAN
No. Dokumen : …-.../…./…./2015
No. Revisi :0
SOP Tanggal Terbit : 01 Desember 2015
Halaman : 1/2
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada kulit dan mukosa serta paru.
Pemeriksaan Penunjang:-
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis dan
pemeriksaan fisik
Diagnosis Banding
Intoksikasi makanan
Rujukan pemeriksaan
1. Uji kulit langsung dengan teknik Prick dengan
ekstrak makanan dan cairan kontrol merupakan
metode sederhana dan sensitif mendeteksi antibodi
sel mast spesifik yang berikatan dengan IgE.Hasil
positif (diameter lebih dari 3 mm dari kontrol
mengindikasikan adanya antibodi yang tersensitisasi,
yang juga mengindikasikan adanya alergi makanan
yang dapat dikonfirmasi dengan food challenge).
Kriteria Rujukan
anafilaksis
Prognosis
8. Rekaman Historis
Diberlakukan
No Halaman Yang dirubah Perubahan
Tgl.
KERACUNAN MAKANAN
No. Dokumen : …-.../…./…./2015
No. Revisi :0
SOP Tanggal Terbit : 01 Desember 2015
Halaman : 1/2
Pemeriksaan Penunjang
1. Lakukanpemeriksaan mikroskopis darifeses
untuktelur cacing dan parasit.
2. Pewarnaan Gram, KOH dan metilen biru Loeffler
untuk membantu membedakan penyakit invasive dari
penyakit non-invasif
Diagnosis Banding
1. Intoleransi
2. Diare spesifik seperti disentri, kolera dan lain-lain
Prognosis
Prognosis umumnya bila pasien tidak mengalami
komplikasi adalah bonam.
8. Rekaman Historis
Diberlakukan
No Halaman Yang dirubah Perubahan
Tgl.
PENYAKIT CACING TAMBANG
No. Dokumen : …-.../…./…./2015
No. Revisi :0
SOP Tanggal Terbit : 01 Desember 2015
Halaman : 1/2
Faktor Risiko
1. Kurangnya penggunaan jamban keluarga.
2. Kebiasaan menggunakan tinja sebagai pupuk.
3. Tidak menggunakan alas kaki saat bersentuhan
dengan tanah.
Pemeriksaan Fisik
1. Konjungtiva pucat
2. Perubahan pada kulit (telapak kaki) bila banyak
larva yang menembus kulit, disebut sebagai ground
itch.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan mikroskopikpada tinja segar ditemukan
telur dan atau larva.
Penegakan Diagnostik(Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Klasifikasi:
1. Nekatoriasis
2. Ankilostomiasis
Penatalaksanaan Komprehensif(Plan)
Penatalaksanaan
1. Memberi pengetahuan kepada masyarakat akan
pentingnya kebersihan diri dan lingkungan, antara
lain:
1) Masing-masing keluarga memiliki jamban
keluarga.
2) Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk
3) Menggunakan alas kaki, terutama saat berkontak
dengan tanah.
2. Farmakologis
1) Pemberian pirantel pamoat selama 3 hari, atau
2) Mebendazole 500mg dosis tunggal atau 100mg, 2x
sehari, selama 3 hari, atau
3) Albendazole 400mg, dosis tunggal, tidak diberikan
pada wanita hamil.
4) Sulfasferosus
8. Rekaman Historis
Diberlakukan
No Halaman Yang dirubah Perubahan
Tgl.
ASKARIASIS
No. Dokumen : …-.../…./…./2015
No. Revisi :0
SOP Tanggal Terbit : 01 Desember 2015
Halaman : 1/2
Ascaris lumbricoides.
3) Gambaran Klinis
8. Rekaman Historis
Diberlakukan
No Halaman Yang dirubah Perubahan
Tgl.
SKISTOSOMIASIS
No. Dokumen : …-.../…./…./2015
No. Revisi :0
SOP Tanggal Terbit : 01 Desember 2015
Halaman : 1/2
Faktor Risiko:
Orang-orang yang tinggal atau datang berkunjung ke
daerah endemik di sekitar lembah Napu dan Lindu,
Sulawesi Tengah dan mempunyai kebiasaan terpajan
dengan air, baik di sawah maupun danau di wilayah
tersebut.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang
sederhana(Objective)
Pemeriksaan Fisik
1. Pada skistosomiasisakut dapat ditemukan:
1) Limfadenopati
2) Hepatosplenomegaly
3) Gatal pada kulit
4) Demam
5) Urtikaria
6) Buang air besar berdarah (bloody stool)
2. Pada skistosomiasiskronik bisa ditemukan:
1) Hipertensi portal dengan distensi abdomen,
hepatosplenomegaly
2) Gagal ginjal dengan anemia dan hipertensi
3) Gagal jantung dengan gagal jantung kanan
4) Intestinal polyposis
5) Ikterus
Pemeriksaan Penunjang
Penemuan telur cacing pada spesimen tinja dan pada
sedimen urin
Komplikasi
1.Gagal ginjal
2.Gagal jantung
Kriteria rujukan
Pasien yang didiagnosis dengan skistosomiasis(kronis)
disertai komplikasi.
Prognosis
Pada skistosomiasis akut, prognosis adalah dubia ad
bonam, sedangkan yang kronis, prognosis menjadi dubia
ad malam.
6. Unit Terkait Unit terkait proses kerja tersebut
7. Diagram Didalam penyusunan prosedur maupun instruksi kerja
Alir/Flow chart sebaiknya dalam langkah – langkah kegiatan dilengkapi
8. Rekaman Historis
Diberlakukan
No Halaman Yang dirubah Perubahan
Tgl.
TEANIASIS
No. Dokumen : …-.../…./…./2015
No. Revisi :0
SOP Tanggal Terbit : 01 Desember 2015
Halaman : 1/2
Faktor Risiko:
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium mikroskopik dengan
menemukan telur dalam spesimen tinja segar.
2. Secara makroskopik dengan menemukan proglotid
pada tinja
3. Pemeriksaan laboratorium darah tepi: dapat
ditemukan eosinofilia, leukositosis, LED meningkat.
Kriteria rujukan
Bila ditemukan tanda-tanda yang mengarah pada
sistiserkosis.
Prognosis
Prognosis pada umumnya bonam kecuali jika terdapat
komplikasi berupa sistiserko
6. Unit Terkait Unit terkait proses kerja tersebut
7. Diagram Didalam penyusunan prosedur maupun instruksi kerja
Alir/Flow chart sebaiknya dalam langkah – langkah kegiatan dilengkapi
8. Rekaman Historis
Diberlakukan
No Halaman Yang dirubah Perubahan
Tgl.
HEPATITIS A
No. Dokumen : …-.../…./…./2015
No. Revisi :0
SOP Tanggal Terbit : 01 Desember 2015
Halaman : 1/2
Faktor Risiko:
Sering mengkonsumsi makanan atau minuman yang
kurang terjaga sanitasinya. Menggunakan alat makan
dan minum dari penderita hepatitis.
Pemeriksaan Fisik
9. Febris,
10. Sclera ikterik, jaundice,
11. Hepatomegali,
12. Warna urine seperti teh
13. Tinja seperti dempul.
Pemeriksaan Penunjang
14. Tes laboratorium urin (bilirubin di dalam urin)
15. Pemeriksaan darah : peningkatan kadar bilirubin
dalam darah, kadar SGOT dan SGPT ≥ 2x nilai
normal tertinggi, dilakukan pada fasilitas primer
yang lebih lengkap.
Penegakan Diagnostik(Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Diagnosis Banding
1. Kolesistitis
2. Abseshepar
3. Sirrosishepar
4. Hepatitis virus lainnya
Komplikasi
1. Hepatitis A Fulminan
2. Sirosis Hati
3. Ensefalopati Hepatik
4. Koagulopati
Penatalaksanaan
ii. Asupan kalori dan cairan yang adekuat
iii. Tirah baring
iv. Tata laksana Farmakologi sesuai dengan gejala yang
dirasakan oleh pasien:
Kriteria Rujukan
Penderita Hepatitis A dengan keluhan ikterik yang
menetap tanpa disertai keluhan yang lain.
Penderita Hepatitis A dengan penurunan kesadaran
dengan kemungkinan ke arah ensefalopati hepatik.
Prognosis
Prognosis umumnya adalah bonam.
Entamoeba histolytica
3) Gambaran Klinis
a. Carrier (tidak menunjukkan gejala klinis)
b. Amoebiasis ringan
1) Metronidazol
8. Rekaman Historis
Diberlakukan
No Halaman Yang dirubah Perubahan
Tgl.
HEMOROID GRADE 1 - 2
No. Dokumen : …-.../…./…./2015
No. Revisi :0
SOP Tanggal Terbit : 01 Desember 2015
Halaman : 1/2
Faktor Risiko
1. Penuaan
2. Lemahnya dinding pembuluh darah
3. Wanita hamil
4. Konstipasi
5. Konsumsi makanan rendah serat
6. Peningkatan tekanan intraabdomen
7. Batuk kronik
8. Sering mengedan
9. Penggunaan toilet yang berlama-lama (misal : duduk
dalam waktu yang lama di toilet)
Prognosis
Prognosis pada umumnya bonam.
8. Rekaman Historis
Diberlakukan
No Halaman Yang dirubah Perubahan
Tgl.
Faktor Risiko
Riwayat diabetes melitus, riwayat kencing batu
(urolitiasis), higiene pribadi buruk, riwayat keputihan,
kehamilan, riwayat infeksi saluran kemih sebelumnya,
riwayat pemakaian kontrasepsi diafrahma, kebiasaan
menahan kencing, hubungan seksual, anomali struktur
saluran kemih.
Pemeriksaan Fisik
- Demam
- „Flank pain‟ (Nyeri ketok pinggang
belakang/costovertebral angle)
- Nyeri tekan suprapubik
Pemeriksaan Penunjang
- Darah Perifer Lengkap
- Urinalisis
- Ureum dan kreatinin
- Kadar gula darah
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Diagnosis Banding
- Recurrent cystitis
- Urethritis
- Pyelonefritis
- Infeksi Saluran Kemih berkomplikasi
- Bacterial asymptomatic
- ISK rekuren
Komplikasi
- Gagal ginjal
- Sepsis
- Inkotinensia urine
- ISK berulang atau kronik kekambuhan
Penatalaksanaan
- Minum air putih minimal 2 liter/hari bila fungsi
ginjal normal.
- Menjaga higienitas genitalia eksterna
- Pemberian antibiotik golongan flurokuinolon
dengan durasi 7-10 hari pada perempuan dan 10-
14 hari pada laki-laki.
Kriteria Rujukan
Jika ditemukan komplikasi dari ISK maka dilakukan ke
layanan kesehatan sekunder (spesialis penyakit dalam)
Prognosis
Prognosis pada umumnya baik, kecuali bila