Disusun Oleh :
Kekerasan
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah suatu sindroma atau pola psikologis atau perilaku
yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan
adanya distress (misalnya, gejala nyeri) atau disabilitas (yaitu kerusakan pada
satu atau lebih area fungsi yang penting) atau disertai peningkatan risiko
kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan
kebebasan.
Salah satu gangguan jiwa yang dapat terjadi adalah Resiko Perilaku
Kekerasan. Perilaku kekerasan merupakan suatu perilaku maladaptive dalam
memanifestasikan perasaan marah yang dialami oleh seseorang. Perilaku
tersebut dapat berupa menciderai diri sendiri, melalukan penganiayaan
terhadap orang lain dan merusak lingkungan. Marah sendiri merupakan
perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan atau
kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai suatu ancaman.
Ketika penderita gangguan jiwa melakukan rawat jalan atau inap di rumah
sakit jiwa, keluarga harus tetap memberikan perhatian dan dukungan sesuai
dengan petunjuk tim medis rumah sakit. Dukungan keluarga sangat diperlukan
oleh penderita gangguan jiwa dalam memotivasi mereka selama perawatan
dan pengobatan. Jenis-jenis dukungan keluarga seperti dukungan
pengharapan, dukungan nyata, dukungan informasi dan dukungan emosional.
Jika keluarga mereka rajin mengunjungi dan memberikan dukungan bagi
pasien gangguan jiwa, ini merupakan salah satu terapi yang jitu untuk
kesembuhan mereka. Namun, jika keluarga mereka tidak peduli, tingkat
kesembuhan pasien makin lama karena pasien merasa tidak diperhatikan lagi
oleh keluarganya.
Bersadarkan hal tersebut, memberikan penyuluhan mengenai resiko
perilaku kekerasan kepada keluarga pasien dengan harapan adanya
peningkatan pengetahuan mengenai kesehatan jiwa itu sendiri sehingga
berdampak bagi kesembuhan pasien kedepannya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pembelajaran selama 1 x 45 menit , diharapkan
keluarga mampu merawat pasien dirumah, mengetahui pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, pengobatan serta cara merawat pasien
dengan Resiko Perilaku Kekerasan (RPK).
2. Tujuan Khusus
Setelah pembelajaran RPK keluarga diharapkan mampu :
1) Menyebutkan identifikasi RPK
2) Menyebutan cara pengobatan RPK
C. Metode Pelaksanaan
1) Ceramah
2) Diskusi dan tanya jawab
D. Sasaran dan Target
Keluarga pasien yang mengalami gangguan jiwa ; RPK yang berada
diruang poliklinik RSJD Dr.Amino Gondohutomo Semarang
E. Pelaksanaan
Hari / tanggal : Jumat, 27 April 2018
Pukul : 08.00-08.45 WIB
Tempat : Ruang Tunggu Poliklinik RSJ D Dr.Amino Gondohutomo
Semarang
Pembicara : Sandy Toga Prayoga
F. Kegiatan
No Waktu Kegiatan
Fasilitator Peserta
1. 2 menit Pendahuluan
- Moderator memberikan salam kepada - Sasaran membalas salam
sasaran. dari moderator.
- Moderator menjelaskan topik penyuluhan. - Sasaran menyimak.
- Moderator memperkenalkan kelompok - Sasaran menyimak.
kepada sasaran. - Sasaran menyimak.
- Moderator menjelaskan tujuan penyuluhan. - Sasaran menyimak.
- Moderator menjelaskan waktu pelaksanaan. - Sasaran menyimak
2. 40 Penyampaian Materi
menit - Penyaji menggali sedikit informasi pada - Sasaran mengeksplorasi
(30 sasaran mengenai Resiko Perilaku Kekerasan apa yang mereka ketahui
menit tentang Resiko Perilaku
materi, Kekerasan.
10 - Penyaji menjelaskan materi mengenai : - Sasaran memperhatikan
menit 1. Definisi Resiko Perilaku Kekerasan penjelasan dan
tanya 2. Tanda dan gejala Resiko Perilaku mencermati materi.
jawab) Kekerasan
3. Penyebab Resiko Perilaku Kekerasan
4. Penanganan Resiko Perilaku Kekerasan di
keluarga
5. Fasilitator mempraktekan cara Latihan
Nafas Dalam dan Pukul Bantal, Verbal.
Tanya Jawab
- Moderator membuka sesi tanya jawab. - Sasaran mengajukan
pertanyaan.
- Penyelenggara penyuluhan menjawab - Sasaran memperhatikan
pertanyaan sasaran. jawaban yang diberikan.
3. 3 menit Penutup
- Moderator melakukan evaluasi dengan - Sasaran menjawab
memberikan beberapa pertanyaan pertanyaan evaluasi
- Moderator menyimpulkan hasil penyuluhan. - Sasaran menyimak
kesimpulan yang
disampaikan oleh
moderator.
- Pembagian leaflet pada sasaran. - Sasaran menerima leaflet
yang diberikan oleh
fasilitator.
- Mengakhiri dengan salam - Menjawab salam dan
sasaran bersiap untuk
meninggalkan tempat
penyuluhan.
I. Setting Tempat
2 2 2
2 2 2
Keterangan gambar:
1. Penyuluh
2. Peserta
J. Pengorganisasian kelompok
1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan
perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995).
Perilaku kekerasan adalah perilaku individu yang dapat membahayakan
orang, diri sendiri baik secar fisik, emosional, dan atau seksualitas (Nanda,
2005). Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz,
1993 dalam Depkes, 2000).
Data subyektif
a. Mengeluh merasa terancam
b. Mengungkapkan perasaan tak berguna
c. Mengungkapkan perasaan jengkel
d. Mengungkapkan adanya keluhan fisik, berdebar-debar, merasa tercekik,
sesak dan bingung
3. Penyebab
Menurut Stearen, kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak
enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya kemarahan terbagi atas faktor predisposisi dan
faktor presipitasi.
a. Faktor Predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor
predisposisi, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku
kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu :
1) Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiayaan atau saksi
penganiayaan juga berpengaruh. Sesorang yang mengalami hambatan
dalam mencapai tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia
menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu
menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang
lain dan keadaan sekitarnya maka dia menghadapinya dengan kekerasan.
2) Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan dirumah atau di luar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan. Manusia pada
umumnya mempunyai keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin
dihargai dan diakui statusnya. Sehingga Kebutuhan akan status dan
prestise juga mempengaruhi perilaku seseorang untuk melakukan
kekerasan
3) Sosial budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol
sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan
seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permisive).
4) Bioneurologis
Banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus
temporal dan ketidakseimbangan neurotransmiter turut berperan dalam
terjadinya perilaku kekerasan.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi
dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik),
keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi
penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan
yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan
orang yang dicintai/pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab
yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu
perilaku kekerasan.
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
h. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.
1. FUNGSI KELUARGA
Gambaran umum tentang fungsi keluarga dalam kesehatan jiwa adalah :
1) Pendewasaan kepribadian dari para anggota keluarga
2) Pelindung dan pemberi keamanan bagi anggota keluarga
3) Fungsi sosialisasi, yaitu kemampuan untuk mengadakan hubungan antar
anggota keluarga dengan keluarga lain atau masyarakat
Fungsi keluarga dalam upaya mencegah gangguan jiwa antara lain :
1) Menciptakan lingkungan yang sehat jiwa bagi anggota keluarga
2) Saling mencintai, menghargai dan mempercayai antar anggota keluarga
3) Saling membantu antar anggota keluarga
4) Saling terbuka dan tidak ada diskriminasi
5) Member pujian dan punishment sesuai perilaku
6) Menghadapi ketegangan dengan tenang dan menyelesaikan masalah
secara tuntas
7) Menunjukan empati antar anggota masyarakat
8) Membina hubungan dengan masyarakat
9) Menyediakan waktu untuk kebersamaan seperti rekreasi bersama
anggota keluarga