Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

OLEH:

KELOMPOK 1

ANGGOTA:

A.TAMRIANI (PO.71.3.202.13.1.001)

ANNISA KURNIATI (PO.71.3.202.13.1.006)

DEVI NOVITA (PO.71.3.202.13.1.013)

DEVITASARI DARWIS (PO.71.3.202.13.1.014)

DEVY AWALYAH (PO.71.3.202.13.1.015)

FAJRIAH SAWATY (PO.71.3.202.13.1.020)

FITRIANI (PO.71.3.202.13.1.022)

HARDIONO PARAKASI (PO.71.3.202.13.1.025)

NUPRI WAHYUNI SAWAL (PO.71.3.202.13.1.037)

RISKA AWALIAH (PO.71.3.202.13.1.046)

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah


memberikan Rahmat, Hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Medikal Bedah I dengan pokok bahasan
“Asuhan Keperawatan pada Penderita COPD (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) ”.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh
dari kesempurnaan. Seperti kata pepatah "tak ada gading yang tak retak", oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat
membangun guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
Ucapkan terima kasih kami kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Hormat Kami

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

1.Latar Belakang .................................................................................................................... 1

2.Rumusan Masalah ............................................................................................................... 1

3.Tujuan Penulisan ................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................... 3

1.Pengertian ............................................................................................................................ 3

2.Patofisiologi ........................................................................................................................ 4

3.Etiologi ................................................................................................................................ 4

4.Manifestasi Klinik/Tanda dan Gejala .................................................................................. 5

5.Pemeriksaan Diagnostik ...................................................................................................... 5

6.Penatalaksanaan .................................................................................................................. 6

7.Konsep Asuhan Keperawatan ............................................................................................. 7

BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 28

1.Kesimpulan ......................................................................................................................... 28

2.Saran .................................................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 29

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang


progresif, artinya penyakit ini berlangsung seumur hidup dan semakin memburuk
secara lambat dari tahun ke tahun. Dalam perjalanan penyakit ini terdapat fase-fase
eksaserbasi akut. Berbagai faktor berperan pada perjalanan penyakit ini, antara lain
faktor resiko yang menimbulkan atau memperburuk penyakit seperti kebiasaan
merokok, polusi udara, polusi lingkungan, infeksi, genetic dan perubahan cuaca.

Derajat obstruksi saluran nafas yang terjadi, dan identifikasi komponen yang
memungkinkan adanya reversible. Tahap perjalan penyakit dan penyakit lai di luar
paru seperti sinusitis dan faringitis kronik. Yang pada akhirnya faktor-faktor
tersebut membuat perburukan makin cepat terjadi. Untuk melakukan
penatalaksanaan PPOK perlu siperhatikan bebrapa faktor tersebut, sehingga
pengobatannya menjadi lebih baik.

2. Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan COPD ?


b. Bagaimana patofisiologi dari COPD?
c. Apa yang menyebabkan terjadinya COPD?
d. Bagaimana tanda dan gejala COPD?
e. Apa sajakah pemeriksaan diagnostic pada COPD?
f. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada penderita COPD?

3. Tujuan Penulisan

4
a. Memberi gambaran umum mengenai penyakit COPD itu sendiri.
b. Membantu proses pembelajaran dalam hal penyakit yang berhubungan dengan
gangguan saluran pernafasan,
c. Lebih memudahkan dalam pembuatan Askep saat melakukan praktek klinik.
d. Untuk member pemahaman akan pentingnya menjaga kesehatan dan pola
hidup agar dapat terhindar dari penyakit COPD.

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian
COPD merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok
penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi
terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Bronkitis kronik,
emfisema paru, dan asma bronkia membentuk kesatuan yang disebut COPD.
Bronkitis kronik merupakan suatu gangguan klinis yang ditandai oleh
pembentukan mucus yang berlebihan dalam bronkus dan bermanifestasi sebagai
batuk kronik dan pembentukan sputum selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun,
sekurang-kurangnya dalam dua tahun berturut-turut. Sputum yang terbentuk dapat
berupa mukoid atau mukopurulen.
Emfisema paru merupakan suatu perubahan anatomis parenkim paru yang
ditandai oleh pembesaran alveolus dan dukus alveolaris yang tidak normal, serta
destruksi dinding alveolar. Emfisema dapat didiagnosis secara tepatdengan
menggunakan CT scan resolusi tinggi.
Asma merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan hipersensitivitas
cabang trakebronkial terhadap berbagai jenis ransangan dan keadaan ini
bermanifestasi sebagai penyempitan jalan nafas secara priodik dan reversible
akibat bronkospasme.

Menurut Black.J.M & Matassarin,.E.J.1993: “PPOK merujuk pada sejumlah


gangguan yang memengaruhi pergerakan udara dari dank e luar paru. Gangguan
yang penting adalah Bronkitis obstruktif, Emphysema dan asma Bronkiale.”

6
Menurut Enggram,B.1996 : Yaitu suatu kondisi di mana aliran udara paru
tersumbat secara terus menerus. Proses penyakit ini adalah seringkali kombinasi
dari 2 atau 3 kondisi berikut ini Bronkitis obstruktif, Emphysema dan asma
Bronkiale dengan suatu penyebab primer yang lain adalah komplikasi dari
penyebab penyakit primer.
2. Patofisiologi
Faktor-faktor resiko seperti merokok, polusi, umur, akan mendatangkan
proses inflamasi bronkus dan juga menimbulkan kerusakan pada dinding bronkus
terminal. Akibat dari kerusakan akan terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus
terminalis), yang mengalami penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi. Udara
yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada saat ekspirasi banyak yang
terjebak di alveolus, sehingga terjadi penumpukan udara (air trapping). Hal iniah
yang menyebabkan adanya keluhan sesak nafas dengan segala akibatnya. Adanya
obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan sekspirasi dan
menimbulkan fase pemanjangan ekspirasi. Fungsi-fungsi paru: ventilasi,
distribusi gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami gangguan
(Brannon, et al,1993).
3. Etiologi
Factor-faktor yang dapat meningkatkan resiko munculnya COPD (Mansjoer,
1999) :
a. Lingkungan (polusi)
b. Predisposisi bawaan, defisiensi alfa-1 antitripsin yang merupakan suatu protein.
Kerja enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak
jaringan, termasuk jaringan paru.
c. Faktor infeksi, eksaserbasi bronchitis kronik dapat disangka paling sering diawali
dengan infeksi virus, yang kemudian menyebabkan infeksi sekuler oleh bakteri.
Bakteri yang paling banyak adalah Haemophilus influenza dan Streptococcus
Pneumonia.

7
d. Rokok, terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan volume
ekspirasi paksa. Rokok berhubungan dengan hiperventilasi kelenjar mucus
bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan.
e. Sosial ekonomi, kematian pada penderita lebih banyak pada golongan sosial
ekonomi rendah.
f. Penyakit-penyakit seperti ; TBC, Bronkolektasis, Bronkitis kronik, dan
empisema.

4. Manifestasi Klinik/Tanda dan Gejala


Maenurut Brunner & Suddarth (2005):
a. Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin.
b. Batuk kronik dan pembentukan sputum purulen dalam jumlah sangat banyak.
c. Dispnea.
d. Nafas pendek dan cepat (takipnea).
e. Anoreksia.
f. Penurunan BB dan kelemahan.
g. Takikardi, berkeringat.
h. Hipoksia, sesak dalam dada.

5. Pemeriksaan Diagnostik
- Sinar x dada : dapat menyatakan hiperinflasi paru-paru ; mendatarnyasw
diafragma ; peningkatan area udara retrosternal; penurunan tanda
vaskularisasi/bula (emfisema); peningkatan tanda bronkovaskuler (bronchitis);
hasil normal selama periode remisi (asma).
- Tes fungsi paru : dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea, untuk
menentukan apakah fungsi abnormal adalah obstruksi atau restriksi, untuk
memperkirakan derajat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek terapi, misalnya
bronkodilator.

8
- TLC : peningkatan pada luasnya bronchitis dan kadang-kadang pada asma;
penurunan emfisema.
- Kapasitas inspirasi :menurun pada emfisema, bronchitis kronik, dan asma.
- FEV1/FVC: rasio volume ekspirasi kuat dengan kapasitas vital kuat menurun
pada bronchitis dan asma.
- GDA : memperkirakan progresi proses penyakit kronis, missal paling sering
PaO2 menurun, dan PaCO2 norma atau meningkat (bronchitis dan emfisema)
tetapi sering menurun pada asma; pH normah atau asidotik, alkalosis
respiratorik ringan sekunder terhadap hiperventilasi (emfisema sedang atau
asma).
- Bronkogram : dapat menunjukkan dilatasi silindris bronkus pada inspirasi ;
kolaps bronchial pada ekspirasi kuat (emfisema); pembesaran duktus mukosa
yang terlihat pada bronchitis.
- JDL dan diferensial :hemoglobin meningkat (emfisema luas) , peningkatan
eusinofil (asma).
- Kimia darah: Alfa 1-antitripsin dilakukan untuk meyakinkan defisiensi dan
diagnose emfisema primer.
- Sputum : kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen,;
pemeriksaan sitolitik untuk mengetahui keganasan atau gangguan alergi.
- EKG : Deviasi aksis kanan, peningkatan gelombang P (asma berat); disaritmia
atrial (bronchitis), peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF (bronchitis,
emfisema), aksis vertical QRS (emfisema).
- EKG latihan, tes stress : membantu dalam mengkaji derajat fungsi paru,
mengevaluasi keefektifan terapi bronkodilator, perencanaan/evaluasi program
latihan.

6. Penatalaksanaan:
Tujuan Prosedur

9
1. menghindari zat-zat yang mengiritasi Menghentikan merokok
bronkus
2. mencegah atau mengatasi infeksi Antibiotik ; vaksin pneumokokus dan
influenza.
3. meringankan bronkospasme Obat bronkodilator.
4. mengeluarkan sekresi bronkus. Perkusi dan drainase postural : hidrasi
5. meningkatkan kefektifan pernapasan. Latihan pernafasan
6. mencegah/memperlambat hipertensi Pengobatan dengan oksigen aliran
pulmonal dan korpulmonale. rendah yang terus menerus.
7. meningkatkan toleransi kerja fisik Program kerja fisik.
8. Meningkatkat protease-antiprotease. Pengobatan pengganti alfa-antitripsin.
9. meningkatkan elastisitas rekoil paru. Reseksi bedah (kasus-kasus tertentu).

7. Konsep Asuhan Keperawatan


a. Data Dasar Pengkajian Klien
- Aktifitas/Istirahat
Gejala :
Keletihan, kelelahan, malaise
Ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari karena sulit
bernafas.
Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.
Dispnea pada saat istirahat ataua respon terhadap aktifitas atau latihan.

Tanda :
Keletihan
Gelisah, insomnia
Kelemahan umum/kehilangan massa otot.

10
- Sirkulasi
Gejala :
Pembengkakan pada ekstremitas bawah.

Tanda:
Peningkatan TD
Peningkatan frekuensi jantung/takikardi berat, disritmia.
Distensi vena leher (Penyakit berat).
Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung.
Bunyi jantung redup.
Warna kulit/membrane mukosa :normal atau abu-abu/sianosis ; kuku
tabuh dan sianosis perifer.
Pucat dapat menunjukkan anemia.

- Integritas Ego
Gejala :
Peningkatan factor resiko
Perubahan pola hidup.

Tanda:
Ansietas, ketakutan, peka terhadap ransangan.

- Makanan/Cairan
Gejala :
Mua/muntah
Mapsu makan buruk/anoreksia (emfisema)
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan.

11
Penurunan BB menetap (emfisema), peningkatan BB menunjukkan
edema (bronchitis).

Tanda :
Turgor kulit buruk
Edema dependen
Berkeringat
Penurunan BB, penurunan massa otot/lemak subkutan (emfisema)
Palpitasi abdominal dapat menyatakan hepatomegali (bronchitis).

- Higine
Gejala :
Penurunan kemampuan/ peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
aktifitas sehari-hari.

Tanda :
Kebersihan buruk, bau badan.

- Pernafasan
Gejala :
Napas pendek (timbulnya tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala
menonjol pada emfisema) khususnya pada kerja ; cuaca atau episode
berulangnya sulit nafas (asma); rasa dada tertekan, ketidak mampuan
untuk bernafas (asma).
“Lapar udara” kronis
Batuk menetap dengan prosuksi sputum tiap hari (terutama pada saat
bangun_ selama minimal 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya

12
dua tahun. Produksi sputum (hijau, puti, atau kuning) dapat banyak
sekali (bronchitis kronis).
Episode batuk hilang-timbu, biasanya tidak produktif pada tahap dini
meskipun dapat menjadi produktif (emfisema).
Riwayat pneumonia berulang, terpapar polusi kimia/iritan pernafasan
dalam jangka panjang (misalnya rokok) atau debu/asap (misalnya
asbes, debu batubara, rami katun, serbuk gergaji).
Faktor keluarga dan keturunan, misalnya defisiensi α-antitripsin
(emfisema).
Penggunaan oksigen pada malam hari atau terus menerus.

Tanda :
Biasanya cepat dapat melambat ; fase ekspirasi memanjang dengan
mendengkur. Nafas bibir (emfisema).
Lebih memilih posisi 3 titik (“tripot”) untuk bernafas khususnya
dengan eksaserbasi akut bronchitis kronis.
Penggunaan otot bantu pernafasan, misalnya meninggikan bahu,
retraksi fosa supraklafikula, melebarkan hidung.
Dada; dapat terlihat hiperfentilasi dengan peninggian AP (bentuk-
barrell) gerakan diafragma minimal.
Bunyi nafas ; mungkin redup dengan bunyi ekspirasi mengi
(emfisema) ; menyebar, lembut atau krekels lembab kasar (bronchitis)
; ronki, mengi sepanjang area paru pada ekspirasi dan kemungkinan
selama inspirasi berlanjut sampai penurunan atau tak adanya bunyi
nafas (asma).
Perkusi ; hipersonan pada daerah paru (missal jebakan udara dengan
emfisema) bunyi pekak pada area paru (missal konsolidasi, cairan,
mukosa).
Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari empat-lima kata sekaligus.

13
Warna pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku; abu-abu
keseluruhan; warna merah (bronchitis kronis
- Keamanan
Gejala:
Riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat/factor lingkungan.
Adanya/berulangnya infeksi
Kemerahan/berkeringat (asma)

- Interaksi Sosial:
Gejala : Hubungan ketergantungan
Kurang system pendukung
Kegagalan dukungan dari/terhadap pasangan/orang terdekat.
Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik.

Tanda:
Ketidakmampuan untuk membuat/mempertahankan suara karena
distress pernafasan.
Keterbatasan mobilitas fisik.
Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga.

- Seksualitas
Gejala :
Penurunan Libido

- Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala:
Penggunaan/penyalahgunaan obat pernafasan
Kesulitan menghentikan merokok

14
Penggunaan alcohol secara teratur
Kegagalan untuk membaik.

b. Prioritas Keperawatan
- Mempertahankan potensi jalan nafas.
- Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas.
- Meningkatkan masukan nutrisi.
- Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisi.
- Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan program
pengobatan.

c. Tujuan
- Ventilasi/ oksigenasi adekuat untuk memenuhi kebutuhan perawatan
diri.
- Masukan nutrisi memenuhi kebutuhan kalori.
- Bebas infeksi.
- Proses penyakit/prognosis dan program terapi dipahami.
d. Diagnosa Keperawatan:
1. Kebersihan jalan nafas tidak efektif
Dapat dihubungkan dengan :
Bronkospasme.
Peningkatan produksi secret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental.
Penurunan energy/kelemahan.

Kemungkinan diakibatkan oleh:


Pernyataan kesulitan bernafas.
Perubahan kedalaman/kercepatan pernafasan, penggunaan otot aksesori.
Bunyi nafas tak normal, missal mengi, ronki, krekels.

15
Batuk (menetap) dengan/tanpa produksi sputum.

Hasil yang diharapkan :


Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/jelas.
Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas, missal
batuk efektif dan mengeluarkan sekret.

Tindakan/intervensi Rasional
Mandiri:
Beberapa derajat spasme bronkus terjadi
dengan obstruksi jalan napas dan dapat/tak
Auskultasi bunyi nafas, catat adanya dimanifestasikan adanya bunyi nafas
bunyi nafas, missal mengi,ronki, adventisius, missal penyebaran, krekels
krekels basah (bronchitis) ; bunyi nafas redup
dengan ekspirasi mengi (emfisema); atau tak
adanya bunyi nafas (asma berat).
Takipnea biasanya ada pada beberapa
derajat dan dapat ditemukan pada
Kaji/pantau frekuensi pernafasan. penerimaan atau setelah stress/adanya
Catat rasio inspirasi/ekspirasi. infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan
frekuensi ekspirasi memanjang disbanding
inspirasi.
Catat adanya derajat dispnea, missal Disfungsi pernafasan adalah variable yang
keluhan “lapar udara”, gelisah, tergantung pada tahap proses kronis selain
ansietas, distress pernafasan, proses akut yang menimbulkan perawatan di
penggunaan otot bantu. RS, misal reaksi alergi, infeksi.
Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, Peninggian kepala tempat tidur
misal peninggian kepala tempat tidur, mempermudah fungsi pernafasan dengan

16
duduk pada sandaran tempat tidur. grafitasi. Namun, pasien dengan distress
berat akan mencari posisi yang paling
mudah untuk bernafas. Sokongan
tangan/kaki dengan meja bantal,dll dapat
membantu menurunkan kelemahan otot dan
dapat sebagai alat ekspansi dada.
Pertahankan posisi lingkungan
minimum, misal; debu, asap, dan bulu Pencetus tipe reaksi alergi pernafasan yang
bantal yang berhubungan dengan dapat mentriger episode akut.
kondisi individu.
Memberikan pasien beberapa cara untuk
Dorongan/bantu latihan nafas
mengatasi dan mengontrol dispnea dan
abdomen atau bibir.
menurunkan jebakan udara.
Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif,
Observasi karakteristik batuk, misal;
khusunya bila pasien lansia, sakit akut, atau
menetap, batuk pendek, basah. Bantu
kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi
tindakan untuk memperbaiki
duduk tinggi, atau kepala di bawah setelah
keefektifan upaya batuk.
perkusi dada.
Hidrasi membantu menurunkan kekentalan
Tingkatkan masukan cairan sampai
sekret, mempermudah pengeluaran.
3000 ml/hari sesuai toleransi
Penggunaan cairan hangat dapat
jantung. Memberikan air hangat.
menurunkan spasme bronkus. Cairan selama
Anjurkan masukan cairan antara,
makan dapat meningkatkan distensi gaster
sebagai pengganti makanan.
dan tekanan pada diafragma.
Kolaborasi

Berikan obat sesuai indikasi:


Bronkodilator, misal β-agonis ; Merilekskan otot halus dan menurunkan
epinefrin, albuterol, terbutalin, kongesti local, menurunkan spasme jalan

17
isoetarin nafas, mengi, dan produksi mukosa. Obat-
obatan mungkin peroral, injeksi, atau
inhalasi.
Menurunkan edema mukosa dan spasme
otot polos dengan peningkatan langsung
Xantin, misal ; aminofilin, oxtrifilin, siklus AMP. Dapat juga menurunkan
teofilin. kelemahan otot/kegagalan pernafasan
dengan meningkatkan kontraktilitas
diafragma.
Menurunkan inflamasi jalan napas lokaldan
Kromoin, flunisolida edema dengan menghambat efek histamine
dan mediator lain.
Kortikosteroid digunakan untuk mencegah
Steroid oral, IV,dan inhalasi;
reaksi alergi/menghambat pengeluaran
metilprednisolon, deksametason,
histamine, menurunkan berat dan frekuensi
antihistamin seperti beklometason,
spasme jalan nafas, inflamasi pernafasan
triamsinolon.
dan dispnea.
Banyak antimicrobial dapat diindikasikan
untuk mengontrol infeksi
pernafasan/pneumonia. Catatan: meskipun
antimikrobial
tak ada pneumonia tetapi dapat
meningkatkan aliran udara dan
memperbaiki hasil.
Analgesic, penekan batuk/antitusif Batuk menetap yang melelahkan perlu
misal; kodein, produk ditekan untuk menghemat energy dan
dextrometorfan. memungkinkan pasien istirahat.
Berikan humidifikasi tambahan, Kelembaban menurunkan kekentalan sekret
misal nebulizer ultranik, hudifier mempermudah pengeluaran dan membantu

18
aerosol ruangan. menurunkan/mencegah pembentukan
mukosa teba pada bronkus.
Drainase postural dan perkusi bagian
penting untuk membuang banyaknya
Bantu pengobatan pernafasan, misal sekresi/kental dan memperbaiki ventilasi
IPPB, fisioterapi dada. pada segmen dasar paru.
Catatan: dapat meningkatkan spasme
bronkus pada asma.
Membuat dasar untuk pengawasan
Awasi/buat grafik seri GDA, nadi
kemajuan/kemunduran proses penyakit dan
oksimetri, foto dada
komplikasi.

2. Diagnosa Keperawatan : Pertukaran gas, kerusakan.


Berhubungan dengan :
Gangguan suplai Oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme bronkus,
jebakan udara).
Kerusakan alveoli.

Kemungkinan dibuktikan oleh:


Dispnea
Bingung, gelisah
Ketidakmampuan membuang sekret.
Nilai GDA tak normal (hipoksia, dan hiperkapnia).
Perubahan TTV.
Penurunan toleransi terhadap aktivitas.

Hasil yang diharapkan:


Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA

19
dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan/situasi.

Tindakan / intervensi: Rasional:


Mandiri:
Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.
Berguna dalam evaluasi derajat distress
Catat penggunaan otot aksesori, napas
pernafasan dan/atau kronisnya proses
bibir, ketidakmampuan berbicara/
penyakit.
berbincang.
Tinggikan kepala tempat tidur, bantu
Pengiriman oksigen dapat diperbaiki
pasien untuk memilih posisi yang
dengan posisi duduk tinggi dan latihan
mudah untuk bernafas. Dorong napas
napas untuk menurunkan kolaps jalan
dalam perlahan atau napas bibir sesuai
napas, dispnea, dan kerja napas.
kabutuhan/ toleransi individu.
Sianosis mungkin perifer (terlihat pada
kulit) atau sentral (terliht sekitar bibir,
Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna
atau daun telinga), keabu-abuan dan
membrane mukosa
diagnosis sentral mengidentifikasikan
beratnya hipoksemia.
Kental, tebal, dan banyaknya sekresi
adalah sumber utama gangguan
Dorong mengeluarkan sputum;
pertukaran gas pada jalan napas kecil.
penghisapan bila diindikasikan.
Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak
efektif.
Bunyi napas mungkin redup karena
Auskultasi bunyi nafas, catat area
penurunan aliran udara atau area
penurunan aliran udara dan/atau bunyi
konsilidasi. Adanya mengi
tambahan.
mangidentifikasikan spasme bronkus/

20
tertahannya sekret.krekels basar menyebar
menunjukkan cairan pada interstisial/
dekompensasi jantung.
Penurunan getaran vibrasi diduga ada
Palpasi fremitus.
pengumpulan cairan atau udara terjebak.
Gelisah dan ansietas adalah manifestasi
umum pada hipoksia. GDA memburuk
Awasi tingkat kesadaran/status mental,
disertai bingung/samnolen menunjukkan
selidiki adanya perubahan.
disfungsi serebral yang berhubungan
dengan hipoksemia
Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Selama distress pernafasan berat/akut/
Berikan lingkungan tenang dan kalem. refraktori pasien sehari-hari karena
Batasi aktifitas pasien atau dorongan hipoksemia dan dispnea. Istirahat diselingi
tenang dan kalem. Batasi aktivitas aktivitas perawatan masih penting dari
pasien atau dorong untuk program pengobatan. Namun, program
tidur/istirahatdikursi selama fase akut. latihan ditujukan untuk meningkatkan
Mungkinkan pasien melakukan aktifitas tahanan dan kekuatan tanpa menyebabkan
secara bertahap dan tingkatkan sesuai dispnea berat, dan dapat meningktkan rasa
toleransi individu. sehat.
Takikardi, disritmia, dan perubahan TD
Awasi tanda vital dan irama jantung. dapat menunjukkan efek hipoksemia
sistemik pada fungsi jantung.
Kolaborasi :
PaCO2 biasanya meningkat (bronchitis,
Awasi/gambarkan seri GDA dan nadi emfisema) dan PaCO2 secara umum
oksimetri menurun, sehingga hipoksia terjadi
dengan derajat lebih kecil atau lebih besar.
Berikan oksigen tambahan yang sesuai Dapat memperbaiki/mencegah

21
dengan indikasi hasil GDA dan toleransi memburuknya hipoksia.
pasien.
Digunakan untuk mengontrol
Berikan penekanan SSP (misal ansietas/gelisah yang meningkatkan
antisietas, sedative, atau narkotik) komsumsi oksigen/kebutuhan, eksaserbasi
dengan hati-hati. dispnea. Dipantau ketat karena dapat
terjadi gagal nafas
Bantu intubasi, berikan/pertahankan Terjadinya kegagalan nafas yang akan
ventiasi mekanik, dan pindahkan ke UPI dating memerlukan upaya tindakan
sesuai instruksi untuk pasien. penyelamatan hidup.

3. Diagnosa Keperawatan : Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh.


Berhubungan dengan:
Dispnea
Kelemahan
Efek samping obat
Produksi sputum
Anoreksia, mual/muntah.

Kemungkinan dibuktikan oleh:


Penurunan BB
Kehilangan massa otot, tonus otot buruk.
Kelemahan
Mengeluh gangguan sensasi pengecap
Keenggangan untuk makan, kurang tertarik pada makanan.

Hasil yang diharapkan:


Menunjukkan peningkatan BB menuju tujuan yang tepat.

22
Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau
mempertahankan berat yang tepat.

Tindakan/intervensi Rasional
Mandiri
Kaji kebiasaan diet, masukan makanan Pasien distress pernafasan akut sering
saat ini. Catat derajat kesulitan makan. anoreksia karena dispnea, produksi
Evaluasi BB dan ukuran tubuh. sputum, dan obat. Selain itu, banyak
pasien COPD mempunyai kebiasaan
makan buruk, meskipun kegagalan
pernafasan membuat status
hipermetabolik dengan peningkatan
kabutuhan kalori. Sebagai akibat pasien
sering masuk RS dengan beberapa
derajat malnutrisi. Orang yang
mengalami emfisema sering kurus
dengan perototan yang kurang.
Auskultasi bunyi usus. Penurunan/hipoaktif bising usus
menunjukkan penurunan motilitas gaster
dan konstipasi (komplikasi umum) yang
berhubungan dengan pembatasan
pemasukan cairan, pilihan makanan
buruk, penurunan aktivitas, dan
hipoksemia.
Berikan perawatan oral sering, buang Rasa tak enak, baud an penampilan
sekret, berikan wadah khusus untuk adalah pencegah utama terhadap napsu
sekali pakai dan tisu. makan dan dapat membuat mual dan
muntahdengan peningkatan kesulitan

23
nafas.
Dorong periode istirahat selama 1 jam Membantu menurunkan kelemahan
sebelum dan sesudah makan. Berikan selama waktu makan dan memberikan
makan porsi kecil tapi sering. kesempatan untuk meningkatkan
masukan kalori total.
Hindari makanan penghasil gas dan Dapat menghasilkan distensi abdomen
minuman karbonat. yang mengganggu nafas abdomen dan
dapat meningkatkan dispnea.
Hindari makanan yang sangat panas Suhu ekstrem dapat
atau dingin. mencetuskan/meningkatkan spasme
batuk.
Timbang BB sesuai kondisi. Berguna untuk menentukan kebutuhan
kalori, menyusun tujuan BB, dan
evaluasi adekuat rencana nutrisi.
Kolaborasi:
Konsul ahli gizi/nutrisi pendukung tim Metode makan dan kebutuhan kalori
untuk memberikan makanan yang didasarkan pada situasi/kebutuhan
mudah cernah, secara nutrisi seimbang, individu untuk memberikan nutrisi
misal nutrisi tambahan oral/selang, maksimal dengan upaya minimal
nutrisi parenteral. pasien/penggunaan energi.
Kaji pemeriksaan lab. Mengevaluasi/mengatasi kekurangan dan
mengawasi keefektifan terapi nutrisi
Berikan oksigen tambahan selama Menurunkan dispnea dan meningkatkan
makan sesuai indikasi. enrgi untuk makan meningkatkan
masukan.

4. Diagnosa Keperawatan : Infeksi, Resiko Tinggi Terhadap


Faktor resiko meliputi :

24
Tidak adekuatnya pertahanan utama (penurunan kerja silia, menetapnya sekret).
Tidak adekuatnya imunitas (kerusakan jaringan, peningkatan pemajanan pada
lingkungan).
Proses penyakit kronis.
Malnutrisi.

Kemungkinan dibuktikan oleh: (tidak dapat diterapkan: adanya tanda-tanda dan


gejala-gejala membuat diagnose aktual).

Hasil yang diharapkan :


Menyatakan pemahaman penyebab/faktor resiko individu.
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.
Menunjukkan teknik, perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan.

Tindakan/intervensi Rasional
Mandiri
Awasi suhu Deman dapat terjadi karena infeksi dan/
atau dehidrasi.
Kaji pentingnya latihan nafas,batuk Aktivitas ini meningkatkan mobilitas
efektif, perubahan posisi sering, dan dan pengeluaran sekret untuk
masukan cairan adekuat. menurunkan terjadinya infeksi paru-
paru.
Observasi warna,bau, dan karakter Sekret berbau kuning atau kehijauan
sputum. menunjukkan adanya infeksi paru-paru.
Tunjukkan dan bantu pasien tentang Mencegah penyebaran patugen melalui
pembuangan tisu dan sputum. Tekankan cairan.
cuci tangan yang benar, dan
panggunaan sarung tangan bila

25
memegang atau membuang tisu, wadah
sputum.
Awasi pengunjung berikan masker Menurunkan potensial terpajan pada
sesuai indikasi. penyakit infeksi (misal ISK).
Dorong keseimbangan antara aktivitas Menurunkan komsumsi/kebutuhan
dan istirahat. keseimbangan oksigen dan
memperbaiki pertahanan pasien
terhadap infeksi, meningkatkan
penyembuhan.
Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi Malnutrisi dapat memngaruhi kesehatan
adekuat. umum dan menurunkan tahanan
terhadap infeksi.
Kolaborasi:
Dapatkan specimen sputum dengan Dilakukan untuk mengidentifikasi
batuk atau pengisapan untuk pewarnaan organism penyebab dan kerentanan
kuman Gram, kultur/sensitivitas. terhadap berbagai anti microbial.
Berikan antimicrobial sesuai indikasi. Dapat diberikan untuk organism khusus
yang teridentifikasi dengan kultur dan
sensitivitas, atau diberikan secara
profilaktik karena resiko tinggi.

5. Diagnosa Keperawatan: Kurang Pengetahuan (kebutuhan Belajar) mengenai


Kondisi, Tindakan
Berhubungan dengan :
Kurang informasi/tidak mengenal sumber informasi.
Salah mengert tentang informasi.
Kurang mengingat/keterbatasan kognitif.

26
Kemungkinan dibuktikan oleh:
Pertanyaan tentang informasi.
Pernyataan masalah atau kesehatan konsep
Tidak akurat mengikuti instruksi.
Terjadinya komlikasi yang dapat dicegah.

Hasil yang diharapkan:


Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dari tindakan.
Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala yang ada dari proses penyakit dan
menghubungkan dengan faktor penyebab.
Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.

Tindakan/intervensi Rasional
Mandiri:
Jelaskan/kuatkan penjelasan proses Menurunkan ansietas dan dapat
penyakit indivisu. Dorong pasien/orang menimbulkan perbaikan partisipasi pada
terdekat untuk menanyakan pertanyaan. rencana pengobatan.
Instruksikan atau kuatkan rasional Nafas bibir dan nafas
untuk latihan bernapas, batuk efektif, abdominal/diafragmatik menguatkan
dan latihan kondisi umum. otot pernafasan, membantu
meminimalkan kolaps jalan napas kecil,
dan memberikan indivisu arti untuk
mengontrol dispnea. Latihan kondisi
umum meningkatkan toleransi aktivitas,
kekuatan otot dan rasa sehat.
Diskusikan obat pernafasan, efek Pasien ini sering mendapat obat
samping, dan reaksi yang tak pernapasan yang banyak sekaligus yang
diinginkan. mempunyai efek samping hamper sama

27
dan potensial interaksi obat. Penting
bagi pasien memahami perbedaan antara
efek samping mengganggu (obat
dilanjutkan) dan efek samping meruikan
(obat mungkin dihentikan)
Tunjukkan teknik penggunaan dosis Pemberian obat yang tepat
inhaler, seperti bagaimana memegang, meningkatkan penggunaan dan
interval semprotan 2-5 menit, bersihkan keefektifan.
inhaler.
System alat untuk mencatat obat Menurunkan resiko penggunaan tak
intermiten/ penggunaan inhaler. tepat/kelebihan dosis dari obat kalo
perlu, khususnya selama eksaserbasi
akut, bila kognitif terganggu.
Anjurkan untuk menghinadri agen Meskipun pasien mungkin gugup dan
sedative antiansietas kecuali diresepkan merasa perlu sedative, ini dapat
diberikan oleh dokter mengobati menekan pernafasan dan melindungi
kondisi pernapasan. mekanismme batuk.
Tekankan pentingnya perawatan Menurunkan pertumbuhan bakteri pada
oral/kebersihan gigi. mulut, di mana dapat menimbulkan
infeksi pada saluran nafas atas.
Diskusikan mengenai pentingnya Menurunkan pemajanan dan insiden
menghindari seseorang dengan infeksi mendapatkan infeksi saluran napas atas.
pernafasan aktif. Tekankan perlunya
vaksinasi influenza/pnemokal rutin.
Diskusikan faktor indivisu yang Faktor lingkungan ini dapat
meningkatkan kondisi, misal udara menimbulkan/iritasi brokinal
terlalu kering, angin, lingkungan, menimbulkan peningkatan produksi
dengan suhu ekstrem, serbuk, asap sekret dan hambatan jalan nafas.

28
tembakau, seprei, aerosol, polusi udara.
Dorong pasien/orang terdekat untuk
mencari cara mengontrol faktor ini dan
sekitar rumah.
Kaji efek bahaya merokok dan Penghentian merokok dapat
nasehatkan menghentikan rokok pada menghambat/ memperlambat kemajuan
pasien dan/atau orang terdekat. COPD.
Berikan informasi tentang pembatasan Mempunyai pengetahuan ini dapat
aktivitas dan aktivitas pilihan dengan memampukan pasien untuk mebuat
periode istirahat untuk mencegah pilihan atau keputusan informasi untuk
kelemahan; cara menghemat energy menurunkan dispnea, memaksimalkan
selama aktivitas (misal menarik dan tingkat aktifitas, melakukan aktifitas
mendorong, duduk dan berdiri selama yang diinginkan, dan mencegah
melaukukan tugas), menggunakan komplikasi.
nafas bibir, posisi berbaring dan
kemungkinan perlu oksigen tambahn
selama aktivitas seksual.
Diskusikan pentingnya mengikuti Pengawasan proses penyakit untuk
perawatan medic, foto dada periodic, membuat program terapi untuk
dan kultur sputum. memenuhi perubahan kebutuhan dan
dapat dapat membantu mencegah
komlikasi.
Kaji kebutuhan/dosis oksigen untuk Menurunkan resiko kesalahan
pasien yang pulang dengan oksigen penggunaan (terlalu kecil/banyak) dan
tambahan. komplikasi lanjut.
Anjurkan pasien/orang terdekat dalam Pasien ini dan orang terdekatnya dapat
penggunaan oksigen aman dan merujuk mengalami ansietas, depresi, dan reaksi
ke perusahaan penghasil sesuai lain sesuai dengan penerimaan dengan

29
indikasi. penyakit kronis yang mempunyai
dampak pada pola hidup mereka.
Kelompok pendukung dan/kunjungan
rumah mungkin diperlukan/diinginkan
untuk memberikan bantuan, dukungan
emosi, dan perawatan.
Rujuk untuk evaluasi perawatan di Memberikan kelanjutan perawatan.
rumah bila diindikasikan. Berikan Dapat membantu menurunkan frekuensi
rencana perawatan detail dan perawatan di RS.
pengkajian dasar fisik untuk perawatan
di rumah sesuai kebutuhan pulang dari
perawatan akut.

30
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Penyakit Paru Obstruktif Kronik adalah panyakit paru yang progresif,
artinya penyakit ini berlangsung seumur hidup dan semakin lama semakin
memburuk secara lambat dari tahun ke tahun. COPD merujuk pada sebuah
gangguan yang memngaruhi pergerakan udara dari dank e luar paru, gangguan ini
berupa asma, bronchitis obstruktif, emfisema.
Faktor yang dapat ,menimbulkan COPD adalah kebiasaan merokok, polusi
udara, paparan zat kimiawi, riwayat infeksi saluran nafas, dan genetika yaitu
defisiensi alfa-1 atitripsin.
Tanda dan gejal dari penyakit COPD adalah batuk produktif, kronis yang
membentuk sputum, terjadi dispnea, nafas pendek dan cepat, anoreksia, penurunan
BB, takikardi, berkeringat, hipoksia, sesak dalam dada.
Komplikasi penyakit yang dapat terjadi pada COPD adalah Hypoxemia,
Asidosisrespiratori, infeksi saluran nafs, gagal jantung, cardiac aritmia, dan status
asmatikus.
Pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan terapi disertai pemberian
antibiotic, fisioterapi dada sedangkan untuk jangka panjang berupa rehailitasi,
pemberian mukolitik dan spektoran, serta latihan fisik untuk meningkatkan
toleransi aktivitas fisik.

2. Saran
Semoga dari makalah ini kita sebagai calon tenaga medis yang nantinya
turun berkecimpung dalam dunia medis dapat memiliki pemahaman mengenai apa itu
penyakit COPD dan bagaimana cara menghadapinya, dan timbul niat dalam diri kita

31
untuk senantiasa membiasakan pola hidup sehat seperti tidak merokok dan selalu
menjaga kebersihan sehingga resiko terpapar COPD dapat diminimalkan.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. A Krishna. “Penyakit paru paru kronik (COPD)”. 22 September 2014.


http://www.informasimedika.com/jenis-penyakit/sistem-
pernafasan/penyakit-tbc

Lestari, Adriyani. “Makalah COPD”. 22 September 2014.


http://adriyanii.blogspot.com/2010/11/makalah-copd.html.

Marilynn E.Doenges, dkk. 2000. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (Pedoman


Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien). Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.

Renaldy. “Makalah COPD/PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis)”. 22 September


2014. http://www.banjaristi.web.id/2011/07/makalah-copdppok-penyakit-
paru.html.

Sylvia A.Price, dkk. 2003. PATOFISIOLOGI (konsep Klinis Proses-proses


Penyaki).Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

32

Anda mungkin juga menyukai