Anda di halaman 1dari 11

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TRANS

PAPUA

MUHAMMAD SALEH

P022171204

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PERENCANAAN

PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN


2018

PENDAHULUAN

Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan


Rakyat (PUPR) tengah fokus terhadap pembangunan infrastruktur di
kawasan timur Indonesia sebagai bentuk pemerataan pembangunan
nasional. Minimnya infrastruktur di kawasan timur Indonesia membuat
kawasan tersebut mengalami kesulitan untuk tumbuh dan berkembang.
Butuh dana mencapai Rp12,5 triliun hingga Rp15 triliun untuk membangun
infrastruktur di perbatasan dan jalan, serta menyelesaikan trans Papua.
Jalan trans Papua sepanjang 900 kilometer ditargetkan selesai pada tahun
2018 mendatang.

Pembangunan infrastruktur di tanah Papua sudah dimulai sejak


kepemimpinan Soekarno. Namun, sepak terjang pembangunan di negeri
mutiara hitam ini baru terasa saat era Presiden Soeharto. Pada awal orde
baru, tahun 1970-an Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, Sutami
melakukan peninjauan langsung terhadap pembangunan jalan trans Papua
di sektor Sentani-Jayapura. Sutami juga sempat meresmikan jalan
sepanjang 34 km tersebut sebelumnya bahkan belum ada satupun
pimpinan pusat yang meninjau langsung pembangunan disana.

Indonesia masih terfokus dan konsentrasi pada percepatan


pembangunan infrastruktur karena infrastruktur dibutuhkan untuk
menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dijangka menangah
maupun dijangka panjang. Pada dasarnya pembangunan infrastruktur
merupakan keperluan yang mendesak. Urgensi pembangunan infrastruktur
di Indonesia adalah yang pertama kondisi infrastruktur masih jauh dari
kondisi ideal bahkan cenderung memburuk. Ruas jalan trans Papua mulai
dari Sorong-Manokwari-Nabire-Jayapura yang saat ini masih terputus-
putus. Percepatan pembangunan infrastruktur ini sangat dibutuhkan agar

2
dapat menjalankan roda perekonomian Papua dan mendorong
pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.

Terdapat tiga tujuan utama pemerintah fokus pada infrastruktur di


Papua, pertama untuk menciptakan keadilan. Kedua mengurangi
kesenjangan pendapatan dan kesenjangan antar wilayah, dan ketiga
mengurangi tingginya harga di masing-masing wilayah. Pemerintah
memiliki beberapa dasar hukum terkait pembangunan infrastruktur jalan di
Papua, yakni Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, Peraturan Presiden
nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2015-2019, dan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang
Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

3
PEMBAHASAN

Berpatokan dari Visi-Misi Nawacita yang merupakan Misi dari


presiden terpilih Jokowi-JK sudah jelas mengenai pembangunan kawasan
Timur Indonesia. Komitmen itu adalah untuk “melakukan pemerataan
pembangunan antar wilayah: antara Jawa dengan luar Jawa, antara
wilayah Indonesia Barat dengan wilayah Timur Indonesia, antara Kota
dengan Desa.” Perimbangan pembangunan kawasan, dilakukan antara
lain, dengan “meningkatkan pembangunan berbagai fasilitas produksi,
pendidikan, kesehatan, pasar tradisional dan lain-lain di pedesaan, daerah
terpencil dan tertinggal.”

Dalam rangka mempercepat pembangunan fisik di wilayah Provinsi


Papua, Pemerintah Provinsi Papua Dinas Pekerjaan Umum bermaksud
membangun/meningkatkan prasarana transportasi darat, khususnya jalan
raya yang sangat berguna untuk menghubungkan suatu wilayah dengan
wilayah lainnya dan membuka akses daerah yang terpencil terhadap
pertumbuhan perekonomian regional antar wilayah dan antar kabupaten.

Upaya untuk menurunkan biaya distribusi dari satu kabupaten ke


kabupaten lain di wilayah Papua terus dilakukan pemerintah Indonesia
melalui pembangunan infrastuktur jalan raya Trans-Papua. Terdapat 12
ruas jalan yang jika tersambung semua akan memiliki panjang yang
mencapai 4.325 kilometer (km). Segala upaya dan rencana telah
dituangkan dalam dokumen perencanaan berupa RPJPD, RPJMD, RKPD
hingga RENJA SKPD

Provinsi Papua kini tengah membangun. Kemajuan pembangunannya


pun dapat dirasakan dari pesatnya perkembangan sektor swasta seperti
mal-mal yang dibangun di Manokwari, Sorong, dan Jayapura, akan tetapi

4
sektor penting seperti infrastruktur jalan seolah terlupakan. Membangun
ibukota provinsi, namun kabupaten pedalaman seolah terlupakan. Tetapi
hal ini juga tidak boleh disalahkan sebab akses menuju daerah pedalaman
tersebut sulit untuk dijangkau, terlebih kontur tanah papua mudah goyang
jika dilalui oleh alat berat seperti eskavator, bulldozer dan sejenisnya.
Terlebih lagi, uang negara yang masuk ke wilayah ujung Indonesia ini pada
tahun 2012-2013 mencapai Rp 41 triliun, hanya saja sudah menjadi rahasia
umum bahwa cara pengelolaannya masih banyak yang kurang.

Pada tahun 2016, keseriusan pemerintah dalam percepatan


pembangunan infrastruktur di Papua merupakan perwujudan janji Nawacita
Presiden Jokowi untuk membangun Indonesia dari pinggiran program
pembuatan jalan di Papua sudah memasuki tahap pembukaan hutan.
Sebagai realisasinya, pembangunan jalan trans papua yang sudah
tersambung mencapai 3.498 km, dengan kondisi jalan aspal mencapai
2.075 km dan sisanya masih berupa tanah. Sedangkan jalan yang belum
tersambung mencapai 827 km. Presiden Jokowi menargetkan infrastruktur
Trans-Papua paling lambat sudah dapat tersambung sekitar empat tahun
dari sekarang, (2015-2019) kata Presiden Jokowi saat melakukan
kunjungan kerja di Jayapura, Sabtu, 9 Mei 2015 yang lalu.

Pembangunan Trans-Papua diharapkan akan mewujudkan


konektivitas antar wilayah sehingga dapat berdampak terhadap percepatan
pertumbuhan perekonomian di Papua dalam jangka panjang. Selain
pembangunan Trans-Papua, Presiden Jokowi juga tengah mempersiapkan
proyek pembangunan kereta api pertama di Pulau Papua, yang hingga saat
ini sedang memasuki fase studi kelayakan (feasibility study).

Tugas pemerintah selanjutnya adalah memastikan masyarakat Papua


turut berpartisipasi dan menjadi subyek dalam setiap pembangunan yang
terjadi, termasuk dalam aliran arus investasi dan pembangunan industri di
Papua. Sehingga nilai tambah yang tercipta dalam proses pembangunan di
Papua akan dinikmati pertama-tama oleh masyarakat Papua sendiri.

5
Terkait persoalan landasan hukum pembangunan infrastruktur jalan di
Papua, yakni Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, Peraturan Presiden
nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2015-2019, dan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang
Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional, yang menarik dari
ketiga landasan hukum tersebut adalah Tidak ada satupun nama dari
proyek yang dimaksud yang menjelaskan atau menyebut kalimat proyek
Jalan Trans Papua. Khususnya yang terdapat pada Perpres Nomor 3
Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional,
tidak dijelaskan secara eksplisit.

Terlebih pada kedua aturan lainnya yakni Undang-Undang Nomor 17


Tahun 2007 dan Perpres Nomor 2 Tahun 2015, secara implisit pun tidak
disebut, sebab bisa jadi hal itu hanya payung hukum yang sifatnya makro.
Yang tertera secara eksplisit pada Perpres Nomor 3 Tahun 2016 khususnya
pada item “Proyek Pembangunan Infrastruktur Jalan Nasional/Strategis
Nasional Non-Tol” misalnya proyek Jalan Trans Maluku dan Jalan Trans
Morotai, serta tiga pekerjaan lainnya. Sedangkan Jalan Trans Papua tidak
tertera.

Pada Perpres Nomor 3 Tahun 2016, dalam lampirannya menjelaskan


tentang struktur daftar proyek strategis nasional sebagai berikut:

1. Proyek Pembangunan Infrastruktur Jalan Tol. Terdiri 47 jenis proyek


yang tersebar di seluruh Indonesia (tidak tertera nama proyek jalan
Trans Papua).

2. Proyek Pembangunan Infrastruktur Jalan Nasional/Strategis Nasional


Non-Tol. Terdiri 5 jenis proyek yang tersebar di beberapa wilayah
Indonesia bagian Timur (tidak tertera nama proyek jalan Trans Papua).

6
3. Proyek Pembangunan Infrastruktur Sarana dan Pra-Sarana Kereta Api
Antar Kota. Terdiri 12 jenis proyek dan bukan proyek infrastruktur jalan
darat sehingga proyek jalan Trans Papua tidak tertera.

4. Proyek Pembangunan Infrastruktur Kereta Api Dalam Kota. Terdiri 7


jenis proyek dan bukan proyek infrastruktur jalan darat sehingga proyek
jalan Trans Papua tidak tertera.

5. Proyek Revitalisasi Bandar Udara. Terdiri 11 jenis proyek dan bukan


proyek infrastruktur jalan darat sehingga proyek jalan Trans Papua
tidak tertera.

6. Proyek Pembangunan Bandar Udara Baru. Terdiri 4 jenis proyek dan


bukan proyek infrastruktur jalan darat sehingga proyek jalan Trans
Papua tidak tertera.

7. Proyek Bandar Udara Strategis Lainnya. Terdiri 2 jenis proyek dan


bukan proyek infrastruktur jalan darat sehingga proyek jalan Trans
Papua tidak tertera.

8. Proyek Pembangunan Pelabuhan Baru dan Pengembangan Kapasitas.


Terdiri 13 jenis proyek dan bukan proyek infrastruktur jalan darat
sehingga proyek jalan Trans Papua tidak tertera.

9. Program Satu Juta Rumah. Terdiri 3 jenis proyek dan bukan proyek
infrastruktur jalan darat sehingga proyek jalan Trans Papua tidak
tertera.

10. Proyek Pembangunan Kilang Minyak. Terdiri 3 jenis proyek dan bukan
proyek infrastruktur jalan darat sehingga proyek jalan Trans Papua
tidak tertera.

11. Proyek Pipa Gas/Terminal LPG. Terdiri 3 jenis proyek dan bukan
proyek infrastruktur jalan darat sehingga proyek jalan Trans Papua
tidak tertera.

7
12. Proyek Infrastruktur Energi Asal Sampah. Terdiri 1 jenis proyek dan
bukan proyek infrastruktur jalan darat sehingga proyek jalan Trans
Papua tidak tertera.

13. Proyek Penyediaan Infrastruktur Air Minum. Terdiri 8 jenis proyek dan
bukan proyek infrastruktur jalan darat sehingga proyek jalan Trans
Papua tidak tertera.

14. Proyek Penyediaan Infrastruktur Sistem Air Limbah Komunal. Terdiri 1


jenis proyek dan bukan proyek infrastruktur jalan darat sehingga proyek
jalan Trans Papua tidak tertera.

15. Proyek Pembangunan Tanggul Penahan Banjir. Terdiri 1 jenis proyek


dan bukan proyek infrastruktur jalan darat sehingga proyek jalan Trans
Papua tidak tertera.

16. Proyek Pembangunan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) & Sarana
Penunjang. Terdiri 7 jenis proyek dan bukan proyek infrastruktur jalan
darat sehingga proyek jalan Trans Papua tidak tertera.

17. Proyek Proyek Bendungan. Terdiri 60 jenis proyek dan bukan proyek
infrastruktur jalan darat sehingga proyek jalan Trans Papua tidak
tertera.

18. Program Peningkatan Jangkauan Broadband. Terdiri 2 jenis proyek dan


bukan proyek infrastruktur jalan darat sehingga proyek jalan Trans
Papua tidak tertera.

19. Proyek Infrastruktur IPTEK Strategis Lainnya. Terdiri 1 jenis proyek dan
bukan proyek infrastruktur jalan darat sehingga proyek jalan Trans
Papua tidak tertera.

20. Pembangunan Kawasan Industri Prioritas/Kawasan Ekonomi Khusus.


Terdiri 25 jenis proyek dan bukan proyek infrastruktur jalan darat
sehingga proyek jalan Trans Papua tidak tertera.

8
21. Proyek Pembangunan Smelter. Terdiri 6 jenis proyek dan bukan proyek
infrastruktur jalan darat sehingga proyek jalan Trans Papua tidak
tertera.

22. Proyek Pertanian dan Kelautan. Terdiri 3 jenis proyek dan bukan proyek
infrastruktur jalan darat sehingga proyek jalan Trans Papua tidak
tertera.

23. Program Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan. Terdiri 1 jenis


proyek dan bukan proyek infrastruktur jalan darat sehingga proyek jalan
Trans Papua tidak tertera.

Dalam daftar lampiran Perpres Nomor 3 Tahun 2016 Tentang


Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional tersebut jelas tidak
tertera nama proyek Pembangunan Infrastruktur Jalan Trans Papua. Lalu
sebenarnya mengacu ke landasan hukum yang mana proyek
pembangunan Jalan Trans Papua?

Pada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono terdapat tiga


landasan hukum yang digunakan dalam membangun infrastruktur di Papua,
yakni Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus
bagi Provinsi Papua, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025,
dan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2007 tentang Percepatan
Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.

Dalam Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2007 tertera jelas bahwa


pemerintah pusat mengeluarkan 10 instruksi kepada 14 pihak
(pembantunya) yang di dalamnya masih terdapat banyak pihak lain seperti
Bupati/Walikota untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai
dengan tugas, fungsi dan kewenangannya dalam rangka pelaksanaan
percepatan pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Meski
pada realisasinya proyek pembangunan Jalan Trans Papua lebih masif

9
dilakukan di masa pemerintahan Joko Widodo, sayangnya belum diimbangi
dengan struktur landasan hukum yang kuat.

REKOMENDASI

Pembangunan insfrastruktur di papua masih menjadi tanggung jawab


pemerintah pusat, ini terlihat dari besarnya kucuran dana yang menjadi
dana perimbangan dari pusat ke daerah. Namun ini juga menjadi bukti
bahwa pemerintah daerah Papua dirasa belum mampu mengatasi hal ini.

Diharapkan, dengan seriusnya perhatian pemerintah daerah dengan


pembangunan jalan yang tercermin dalam RPJPD dan RPJMD menjadi
sebuah platform bagi tiap-tiap kepala daerah untuk berlomba-lomba
menjalankan perencanaan yang telah dibuat dalam dokumen perencaaan
ini.

Seperti disampaikan dalam tulisan tersebut sebelumnya bahwa ketiga


payung hukum yang diterapkan oleh pemerintah, yakni Undang-Undang
No. 17 Tahun 2007, Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015, dan Peraturan
Presiden No. 3 Tahun 2016 dirasa masih belum kuat karena tidak terdapat
redaksional khusus yang menyebut atau instruksi yang terkait dengan
proyek Jalan Trans Papua. Sehingga diharapkan Sekretaris Kabinet segera
mengevaluasi landasan hokum tersebut.

10
REFERENSI

https://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_Trans-Papua

http://jokopedia.org/index.php?title=Tujuan_Utama_Pemerintah_Bangun_
Jalan_Trans_Papua

https://kinerja.info/2018/02/16/evaluasi-landasan-hukum-proyek-jalan-
trans-papua/

https://www.liputan6.com/bisnis/read/2876420/ini-tujuan-utama-pemerintah
-bangun-jalan-trans-papua

http://www.neraca.co.id/article/92875/membangun-tanah-papua-ala-jokowi

Inpres Nomor 05 Tahun 2007 Tentang Percepatan Pembangunan Provinsi


Papua dan Provinsi Papua Barat

Perpres Nomor 02 Tahun 2015 Tentang Rencana Pembangunan Jangka


Menengah Nasional Tahun 2015 – 2019

Perpres Nomor 03 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek


Srategis Nasional

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan


Jangka Panjang Nasional 2005-2025

Undang-Undang Nomor. 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi


Provinsi Papua

11

Anda mungkin juga menyukai