PERAWATAN DI INDUSTRI
Setiap mesin yang dipakai dalam menjalankan usaha industri dipengaruhi oleh
banyak faktor yang dapat mengakibatkan kerusakannya. Oleh Karena itu, perlu adanya
perhatian yang serius untuk memberikan perlindungan terhadap mesin-mesin dan
komponennya agar tecegah dari kerusakan. Perhatian yang baik terhadap mesin atau
peralatan adalah dengan melakukan pembersihan, pelumasan, inspeksi, dan perawatan
yang sistematis. Perawatan terhadap mesin adalah suatu usaha untuk memperbaiki
atau meningkatkan kondisi mesin.
Tenaga kerja, material dan kegiatan perawatan adalah bagian dari industri yang
membutuhkan biaya cukup besar. Setiap mesin akan membutuhkan perawatan dan
perbaikan meskipun telah dirancang dengan baik. Perbaikan sebaiknya dilakukan pada
waktu yang tidak mengganggu kegiatan produksi. Misalnya, perbaikan mesin dilakukan
pada saat tidak digunakan atau dengan pertimbangan bahwa pelaksanaan perbaikan
tidak mengganggu keseluruhan aktivitas produksi. Karena itu, inspeksi mesin pada
umumnya dilakukan saat mesin tidak beroperasi. Untuk mencegah kerusakan lebih
lanjut, jika memungkinkan perlu diatasi dengan perbaikan segera tanpa menimbulkan
kerusakan yang lebih berat.
1
yang berpengalaman dan mampu menentukan kapan waktu untuk inspeksi,
overhaul dan sebagainya. Banyak perubahan terjadi dalam organisasi yang
dilakukan pada industri,hal ini tergantung dari adanya pertimbangan lain.
Untuk mencapai keberhasilan program perawatan, banyak faktor penunjang
yang perlu diadakan pada departemen perawatan. Dalam kaitan ini, keberadaan
Engineering sangat diperlukan untuk menyiapkan dan memberikan sistem
pelayanan pada fungsi perawatan.
2
Instalasi untuk pelayanan khusus : ruang hampa, gas industri, instalasi pipa
pekerjaan kimia, sistem pembersihan air, sistem udara tekan, tanda bahaya
kebakaran, instalasi pengolahan limbah dan lain-lain.
Perubahan lay out atau modifikasi pabrik.
3
- Perlu adanya sistem pengelolaan perawatan yang efektif untuk
perencanaan, pengendalian dan pengarahan semua aktivitas
perawatan.
4
kemungkinan membayar lembur (over time) bagi tenaga maintenance yang
melakukan kerja perbaikan darurat.
5
6. Mencapai seluruh tujuan tersebut di atas dengan cara yang prosedural, aman
dan ekonomis.
a. Inspeksi
Inspeksi adalah suatu fungsi pokok pada program perawatan preventif. Untuk
mencapai tujuan inspeksi, tenaga - tenaga pelaksananya harus terlatih dengan
baik dan berpengalaman. Tenaga inspeksi harus mampu menjalankan tugasnya
baik untuk pekerjaan inspeksi bagian luar maupun bagian dalam. Pekerjaan
inspeksi bagian luar dapat ditujukan untuk mengamati dan mendeteksi kelainan-
kelainan kejadian pada mesin yang sedang beroperasi, misalnya : timbul suara
tidak normal, getaran berlebihan, over heating, asap dan lain-lain. Sedangkan
pekerjaan inspeksi bagian dalam ditujukan untuk pemeriksaan elemen-elemen
mesin yang dipasang pada bagian dalam, seperti Roda gigi, ring, seal, bantalan,
suaian-suaian pasangan antar komponen dan lain.
Frekuensi inspeksi perlu ditentukan secara teliti dan proposional, karena
terlalu kurang inspeksi dapat menyebabkan kerusakan yang sulit untuk
perbaikannya segera, sedangkan terlalu sering diadakan inspeksi bisa
menyebabkan mesin kehilangan waktu produktifnya. Dengan demikian frekuensi
pelaksanaan inspeksi harus benar-benar ditentukan berdasarkan pengalaman
dan kebutuhannya.
Dalam perlakuan inspeksi mesin dapat dikategorikan menjadi dua macam,
yaitu :
1. Kategori mesin / peralatan yang penting dan vital.
Mesin-mesin / peralatan dalam kelompok ini sangat besar pengaruhnya
terhadap jalannya produksi secara keseluruhan, sedikit saja terjadi gangguan
akan memerlukan waktu lama untuk memperbaikinya. Karena itu perlu diberi
penekanan yang lebih pada inspeksi mesin-mesin tersebut, dan jadwal
inspeksi untuk kebersihan, pelumasan dan lain-lainnya harus lebih
diperhatikan dan diperketat.
6
2. Kategori mesin / peralatan biasa
Frekuensi inspeksi untuk kelompok mesin-mesin / peralatan ini tidak
terlalu berpengaruh terhadap jalannya produksi, tetapi tetap dilakukan
inspeksi secara teratur dan sesuai kebutuhannya.
b. Pelumasan
Komponen - komponen mesin yang bergerak atau bergesekan seperti roda
gigi, bantalan, rantai,, sprocket, dan sebagainya harus diberi pelumasan secara
benar dan sesuai standarnya. Dalam pemberian pelumasan ini perlu diperhatikan
mengenai jenis minyak pelumas, tingkat viskositas minyak pelumas, jumlah
minyak pelumas, bagian yang perlu dilumasi, sistem pelumasan. waktu
penggantian minyak pelumas. Dalam pemberian pelumasan ini perlu
dipersiapkan jadwal pelumasan dan informasi pemakaian minyak pelumas yang
harus diikuti dengan tepat dan benar.
7
Dengan adanya catatan-catatan (record) tersebut, maka dalam pekerjaan
perawatan tidak akan terjadi kesalahan, apabila terjadi kekeliruan / kealpaan
dapat segera diatasi. Selain itu, melalui catatan - catatan tersebut akan banyak
membantu dalam menentukan perencanaan dan keputusan - keputusan yang
akan diambil.
8
BAB II
Penentuan sistem jam kerja ini tergantung pada besar kecilnya industri, jenis
dan tingkat produksi. Pabrik dapat beroperasi delapan jam per hari (lima hari per
minggu), dan kadangkala ada kerja lembur karena kebutuhan produksi meningkat.
Selain itu ada pula Industri tertentu yang beroperasi penuh selama 168 jam per
minggu (24 jam x 7 hari). Pengaturan waktu jam kerja di beberapa Industri dapat
dibuat berdasarkan pendekatan waktu rata-rata yang dibutuhkan. Untuk memenuhi
kebutuhan waktu kerja yang teratur, maka dapat diterapkan sistem penggantian
waktu kerja (shift). Pengaturan jadwal kerja produksi dibuat menurut jam kerja per
minggu dan sisa waktu yang tersedia dimanfaatkan untuk kegiatan perawatan.
9
Dengan demikian aktivitas perawatan dan pengoperasian pabrik keduanya
merupakan hal yang penting direncanakan dan diperhitungkan secara terpadu untuk
mencapai ongkos produksi total yang optimal. Berkaitan dengan tujuan tersebut,
maka strategi perawatan yang sistematis penting diterapkan berdasarkan alternatif
dari bentuk-bentuk atau sistem perawatan yang mampu menunjang dalam
pengoperasian pabrik.
Keterangan Shift Total Jam Waktu yang tersedia untuk melakukan Keterangan
Produksi
( Hari Kerja ) Perawatan tanpa mengganggu Kegiatan Sistem
per
Produksi ( Jam / minggu ) Produksi
Minggu
Satu Shift :
8 jam x 5 hari 40 16 jam / hari + 2 hari kerja / libur = 128 jam Pabrik-Pabrik
10 jam x 5 hari 50 14 jam / hari + 2 hari kerja / libur = 118 jam Umum
12 jam x 5 hari 60 12 jam / hari + 2 hari kerja / libur = 108 jam
Dua Shift :
2 x 8 jam x 5 hari 80 8 jam / hari + 2 hari kerja / libur = 88 jam Produksi massal
2 x 8 j x 5 hr + jam/Sabtu 88 8 jam / hari + 1 hari + 16 jam K / L = 80 jam & semi kontinyu
2 x 8 jam x 6 hari 96 8 jam / hari + 1 hari kerja / Libur = 72 jam
Tabel yang menunjukkan sistem penggantian waktu kerja di Perusahaan atau Pabrik
dengan pengaturan yang berbeda-beda menurut sistem produksinya.
10
b. Pengorganisasian pekerjaan perawatan yang akan dilaksanakan dengan
pertimbangan ke masa depan.
c. Pengendalian dan pencatatan.
d. Pengumpulan semua masalah perawatan yang dapat diselesaikan melalui
sistem perawatan.
e. Penerapan sistem perawatan yang dipilih :
Kebijakan perawatan telah dipertimbangkan secara cermat.
Alternatif yang diterapkan menghasilkan suatu kemajuan.
Pengendalian dan pengarahan pekerjaan sesuai rencana.
Riwayat pekerjaan perawatan dicatat secara statistik, dihimpun dan
dijaga untuk dievaluasi hasilnya guna menentukan persiapan berikutnya.
Untuk mencapai tujuan industri, maka fasilitas produksi perlu dirawat secara
terencana dan terorganisasi. Dalam membuat perencanaan, semua bidang perlu
dipertimbangkan, tidak hanya fungsi perawatan dan produksi tetapi juga
mencakup bidang ekonomi. Bagian perawatan, produksi dan akuntansi, masing-
masing mempunyai pendapat mengenai dasar-dasar yang terbaik untuk
merencanakan suatu sistem perawatan. Berdasarkan arah tujuan dan masalah
yang dipelajari dari konsep-konsep dasar perawatan, maka dapat dikembangkan
suatu perencanaan yang terpadu sehingga dapat memberikan hasil yang terbaik
secara menyeluruh.
Pelaksanaan pekerjaan perawatan dapat diefektifkan melalui cara-cara yang
berbeda, ketika fasilitas sedang beroperasi, pada saat diberhentikan, sebelum
terjadi kerusakan, setelah terjadi kerusakan dan lain-lain. Pada dasarnya semua
dapat direncanakan dan bisa dilakukan menurut kebutuhan yang memungkinkan.
Dalam hal ini sering terjadi kesalahan pengertian, antara penerapan sistem
perawatan setelah terjadi kerusakan (Breakdown Maintenance) dengan Perawatan
darurat (Emergency Maintenance), karena keduanya bersifat mendadak.
Untuk Breakdown Maintenance, pada saat kejadian semua sarana perbaikan
telah disiapkan dan dengan segera usaha perbaikannya bisa dilakukan, sehingga
dalam waktu relatif cepat kerusakan bisa diatasi.
Sedangkan pada kejadian Emergency Maintenance, kerusakan yang terjadi
secara mendadak sulit diduga penyebabnya, sehingga untuk memperbaikinya
11
perlu pemeriksaan terlebih dahulu. Kerusakan yang mendadak ini dapat berakibat
serius.
12
diberi petunjuk atau pengarahan yang lengkap dan jelas. Pengadaan gambar-
gambar, simbol-simbol, maupun skema dapat membantu dalam melakukan
pekerjaan yang ditentukan.
b. Lokasi pekerjaan
Lokasi pekerjaan yang tepat di mana tugas akan dilakukan, merupakan
informasi yang bisa mempercepat pelaksanaan pekerjaan. Penunjukkan lokasi
ini dapat mudah diketahui dengan adanya nomor gedung, nomor departemen,
nomor mesin, atau beberapa tanda lain yang mengandung arti.
c. Prioritas pekerjaan
Prioritas pekerjaan yang diperlukan harus dikontrol sehingga pekerjaan yang
dimaksud dapat dijadwal menurut urutan yang benar. Mesin atau peralatan yang
bila beroperasi mempunyai peranan penting dalam berbagai fungsi dan memiliki
aturan tertentu, maka alat tersebut dapat dikategorikan sebagai fasilitas yang
diprioritaskan untuk pengerjaan perawatannya.
d. Penerapan Metode
Perencanaan yang efektif juga memerlukan suatu ketentuan metode.
Contohnya, “membeli komponen kemudian memasangnya” sangat berbeda
pengertiannya dengan “membuat komponen kemudian memasangnya”.
Bagaimanapun juga adanya “bengkel produksi” atau “bagian pabrikasi” yang
dibutuhkan sangat penting. “Cara pengelasan sebagai pengganti pengikatan
dengan baut pada sebuah konstruksi”, memerlukan keahlian khusus yang
berbeda. Penggunaan “peralatan tangan”, sebagai pengganti “peralatan mesin”
adalah bukan penerapan metode benar. Meskipun banyak pekerjaan yang
penyelesaiannya bisa dilakukan dengan berbagai cara, tetapi dalam hal ini akan
lebih baik apabila penyelesaian pekerjaan tersebut dilakukan berdasarkan
adanya penerapan metode dengan suatu keahlian sebagaimana mestinya.
e. Kebutuhan Material
Apabila ruang lingkup dan metode kerja yang diterapkan telah ditentukan,
maka diikuti dengan adanya kebutuhan material atau bahan-bahan yang
diperlukan dalam pekerjaan perawatan. Material atau bahan yang dibutuhkan ini
harus tersedia dan siap pakai dalam arti jumlahnya, ukurannya, spesifikasinya,
kualitasnya, maupun ketentuan lainnya.
13
f. Kebutuhan Alat perkakas
Untuk kebutuhan alat perkakas guna menunjang pekerjaan perawatan
seperti Hand tool, Power tool dan peralatan lainnya, harus tersedia dan harus
aman dalam pemakaianya. Perlu adanya identifikasi yang jelas mengenai cara
penggunaan alat yang benar dan aman, prosedur, batas kemampuan alat dan
sebagainya.
g. Kebutuhan Keahlian
Keahlian tenaga kerja perawatan sangat menentukan dalam keberhasilan
penyelesaian pekerjaan perawatan. Untuk mencapai keberhasilan dalam
berbagai pekerjaan perawatan ini perlu dikerjakan oleh tenaga-tenaga perawatan
yang mempunyai kompetensi di bidang teknik perawatan.
14
perbaikannya. Sistem perencanaan pekerjaan perawatan yang kurang memadai
dapat menimbulkan kendala-kendala yang bermasalah seperti :
a. Miskomunikasi
Instruksi kerja yang diterima oleh pekerja hanya merupakan uraian singkat
yang tidak lengkap dan tidak jelas. Hal ini dapat menimbulkan terjadinya
kebingungan, kelambatan dan waktu terbuang untuk memastikan apa yang
harus dilakukan. Kunjungan di lokasi pekerjaan yang terlalu sering dan adanya
diskusi yang tidak perlu, selain memakan waktu juga bisa mengganggu atau
mengalihkan perhatian pekerja pada masalah lain. Pekerja sering menerima
informasi yang tidak jelas dan tidak benar. Komunikasi yang salah dan tidak
pada tempatnya dapat mengakibatkan hasil kerja tidak baik, kegagalan dan
timbulnya biaya tinggi.
b. Masalah Material
Meskipun pekerjaan telah direncanakan secara baik dengan meningkatkan
koordinasi antara bagian material dan tenaga kerja, tetapi bisa saja terjadi salah
langkah, keterlambatan, atau adanya hambatan sementara untuk perbaikan.
Misalnya material atau suku cadang yang dibutuhkan tidak terbawa ke tempat
pekerjaan, atau material tersebut tidak sesuai spesifikasinya, sehingga pekerjaan
belum dapat dilakukan karena harus menunggu kebutuhan tersebut. Adanya
keterlambatan, hambatan, ketidakjelasan, kondisi tersebut dapat menimbulkan
masalah yang merugikan.
c. Gangguan
Adanya partisipasi dari pekerja lain diluar perencanaan terlebih dahulu dan
tidak diketahui kemampuannya dapat mengganggu kelancaran tugas pekerjaan
perawatan. Cara kerja yang dilakukan diluar sistem dan tidak mengikuti tata cara
kerja yang berlaku tidak akan dapat menyelesaikan pekerjaan dengan benar.
Sebagai contoh, seorang teknisi listrik akan banyak mengalami hambatan
apabila ia mengoperasikan mesin produksi. Sedangkan seorang ahli dalam
bidang paralatan pemboran minyak tentu dapat menjadi bagian dalam pekerjaan
instalasi pipa. Dengan dua keahlian yang dapat dilakukan pada tempat kerja
yang sama, maka perencanaan dapat lebih mudah dijalankan untuk pekerjaan
tersebut. Tenaga kerja produksi tidak diperbolehkan menangani pekerjaan
perawatan khusus pada suatu alat atau mesin, karena sikap mendahului yang
bukan tugasnya dapat mengakibatkan kegagalan bahkan merusak.
15
d. Perlakuan yang berlebihan pada pekerjaan
Walaupun sifat pekerjaan telah diketahui sebelumnya, banyak pekerjaan
yang dilakukan secara berlebihan penanganannya. Tanpa mengetahui dengan
jelas mengenai pekerjaan yang bersangkutan, akan mempersulit bagi pengawas
dalam memprediksi kebutuhan tenaga kerja yang mampu menyelesaikan
pekerjaan itu. Pilihan yang terbaik dan aman adalah cukup menugaskan
beberapa tenaga kerja yang mempunyai kompetensi mendukung dalam
menyelesaikan pekerjaan tersebut. Dengan demikian pelaksana tugas tersebut
mampu mengatasi permasalahan yang terjadi dalam pekerjaan perawatan
dengan baik.
Analisis pada masalah perencanaan pekerjaan perawatan diarahkan untuk
menyimpulkan bahwa pekerjaan perawatan sangat membutuhkan pertimbangan
dari berbagai faktor. Sedangkan perencanaan yang tidak efektif akan cenderung
gagal, karena akibat dari suatu pendekatan yang tidak tepat.
Untuk pekerjaan perawatan darurat, tentu saja tidak dapat direncanakan
sebelumnya. Oleh karena itu, jadwal perawatan yang efektif harus memberi
peluang untuk perawatan darurat yang tidak direncanakan. Kondisi perawatan
darurat yang tinggi dapat dilakukan diluar rencana dan kejadiannya ditandai
dengan adanya gejala-gejala serius yang menjadi masalah dalam perawatan.
Kondisi tersebut dapat terjadi karena perawatan yang kurang, kegagalan
perawatan preventif, tenaga kerja yang kurang mendukung, atau masalah lain
yang harus dikoreksi sebelum sistem perawatan diaktifkan kembali.
16
Kebutuhan kedua, adalah untuk sistem waktu perawatan yang perlu adanya
catatan jam kerja pada setiap order pekerjaan. Sistem waktu kerja harus sederhana,
kebutuhan yang pokok hanya nomor order pekerjaan dan lama waktu sesungguhnya
yang dibutuhkan untuk pekerjaan itu, serta tambahan informasi dapat diberikan pada
order kerja tersebut. Pekerja yang melaksanakan pekerjaan berdasarakan waktu
(per jam) harus dapat menjaga waktunya, dan pengawas perlu memperhatikan
dalam membatasi waktu kerja sesuai dengan pengajuan durasi waktu yang tertulis
pada daftar pencatatan waktu.
Kebutuhan ketiga, pengendalian material. Perawatan material dan suku cadang
di tempat penyimpanan perlu dikendalikan secara efektif. Daftar jenis material dan
suku cadang yang ada di gudang perawatan harus selalu tersedia, begitupun buku
katalog suku cadang perlu disediakan untuk memeriksa kebenaran spesifikasi suku
cadang yang harus ada. Dalam prakteknya, perencanaan perawatan juga mencakup
pengadaan material sampai ke tempat kerja sebelum pekerjaan perawatan dimulai.
Dengan adanya kebutuhan material yang direncanakan, maka sistem pengadaan
material yang baik akan dapat menunjang keperluan material yang dibutuhkan
dalam pekerjaan perawatan.
17
2.9 Estimasi Pekerjaan
Perencanaan pekerjaan perawatan diadakan untuk pembuatan jadwal kerja
perawatan (Maintenance Scheduling) dan pengendalian yang dibutuhkan dalam
menetapkan waktu yang diperlukan untuk melakukan kerja. Pada umumnya alat
yang digunakan untuk kebutuhan estimasi ini telah dinilai oleh pengawas melalui uji
coba. Untuk menilai seorang tenaga kerja dapat ditentukan sesuai waktu yang
memungkinkan dalam menyelesaikan pekerjaan menurut standarnya. Personil yang
berpengalaman, berpengetahuan dan berkemampuan dalam bidang estimasi akan
menghasilkan kinerja dengan kualitas yang tinggi.
Metode Estimasi yang terarah menggunakan sistem data historis yang
memberikan perbaikan melalui pendekatan estimasi yang terjaga dan mencakup
pemakaian nilai waktu rata-rata berdasarkan pengalaman masa lalu. Metode yang
digunakan dalam pendekatan ini sederhana. Order pekerjaan yang lengkap
dianalisis, dan waktu rata-rata ditentukan apakah untuk kategori khusus atau masuk
dalam kelompok perawatan umum yang waktunya bisa cepat atau lama. Sebagai
contoh, semua pekerjaan perawatan kecil dan sederhana dapat diklasifikasikan
sebagai pekerjaan yang memerlukan waktu kurang dari 2 jam. kemudian waktu
untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut diperhitungkan kembali untuk waktu rata-
ratanya misalnya 1,5 jam. Sedangkan untuk pekerjaan perawatan yang lebih besar
dan bisa diberi waktu yang lebih panjang, misalnya durasi rata-ratanya 5 jam, dan
seterusnya. Pada umumnya, semua pekerjaan perawatan diklasifikasikan
berdasarkan hasil kerja yang terdahulu. Dalam hal ini, pekerjaan yang diulang dapat
dianalisis secara menyeluruh sehingga nilai waktu rata-rata untuk masing-masimg
pekerjaan ulang tersebut dapat dicapai. Untuk pekerjaan baru pada mulanya
dikategorikan ke dalam kelompok yang berhasil berdasarkan keputusan yang
mendasar dan terbukti kebenarannya.
Untuk mencapai perencanaan yang efektif, bahwa adanya ketelitian dan standar
waktu yang tetap harus ditekankan pada tiap fungsi perawatan. Perencanaan yang
baik merupakan penentuan apakah kinerja pekerjaan yang dilakukan dapat sebaik
yang direncanakan. Pengetahuan dalam bidang manajemen dan teknik perawatan
untuk menentukan standar waktu mencakup studi mengenai perhitungan nilai
gerakan yang menghasilkan pengembangan waktu berdasarkan analisis secara
teknik pada pekerjaan yang bersangkutan.
18
biaya perawatan yang perlu dipertimbangkan dengan baik. Industri yang dibangun
dengan modal besar, diharapkan akan dapat menghasilkan keuntungan yang lebih
besar lagi. Perawatan yang terencana (Planned Maintenance) dapat diterapkan
pada semua jenis industri meskipun dengan hasil atau keuntungan yang berbeda-
beda. Pada dasarnya, perencanaan program perawatan industri adalah untuk
mengoptimalkan sumber daya perawatan seperti tenaga kerja, mesin, peralatan,
material, metode, waktu, biaya perawatan yang efektif dan ekonomis. Perawatan
yang direncanakan dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan sebagai berikut :
a. Kesiapan operasi fasillitas industri lebih besar :
1) Kerusakan fasilitas yang terjadi dapat berkurang karena adanya sistem
perawatan yang baik dan teratur.
2) Pelaksanaan perawatan tidak banyak mengganggu kegiatan produksi,
sehingga hilangnya waktu produksi menjadi minimum.
3) Perawatan yang lebih sederhana dan teratur dapat mengurangi kemacetan
produksi, dari pada timbulnya perawatan mendadak yang sulit dan mahal.
4) Material, suku cadang, dan perlengkapan yang dibutuhkan lebih siap pakai
dan selalu tersedia bilamana diperlukan.
b. Pelayanan yang mudah dan teratur, lebih cepat dan murah dari pada harus
memperbaiki kerusakan yang terjadi secara tiba-tiba.
c. Pengelolaan dan pelayanan kerja perawatan yang terencana, dapat menjaga
kesinambungan produktivitas perusahaan dengan produk-produk yang
berkualitas dan efisiensi yang tinggi.
d. Pemanfaatan tenaga kerja lebih besar dan efektif :
1) Frekuensi pekerjaan perawatan dapat merata dalam satu periodenya,
sehingga penumpukan tugas perawatan dapat terkurangi.
2) Jenis pekerjaan perawatan lebih mudah diketahui kemajuannya dan dapat
terkendali secara efektif.
3) Cara kerja perawatan yang positif dapat mempengaruhi sikap kerja menjadi
lebih baik dengan pendekatan penuh dedikasi dan tanggungjawab.
e. Adanya perhatian yang besar dalam mengelola seluruh sumber daya untuk
melayani program perawatan.
19
BAB III
PERAWATAN PREVENTIF
Bagian produksi dan perawatan, keduanya mempunyai yang sama, yaitu ingin
menghasilkan produk-produk yang berkualitas dengan cara seefisien mungkin dan
dengan biaya seekonomis mungkin. Bagian produksi menyadari, bahwa perawatan
adalah merupakan kunci untuk kelancaran jalannya produksi. Dalam kaitan ini,
perawatan preventif merupakan alat yang diperlukan oleh bagian produksi, karena
melalui kegiatan perawatan ini mesin-mesin atau peralatan produksi dapat dijaga dan
ditingkatkan kondisi operasionalnya.
Salah satu tujuan perawatan preventif adalah untuk menemukan suatu gejala yang
dapat menimbulkan gangguan pada mesin atau peralatan sebelum terjadi kerusakan.
Kini tenaga kerja perawatan lebih suka melakukan pekerjaan-pekerjaan perawatan
berdasarkan ketentuan dan jadwal yang telah direncanakan, dari pada terbentur oleh
terjadinya kerusakan dengan perbaikan yang lebih sulit dan memakan waktu lama.
Dengan berhasilnya program perawatan preventif, maka dapat memperpanjang masa
pemakaian mesin atau peralatan secara produktif.
20
Kerusakan alat itu dapat membahayakan kesehatan atau mengancam
keselamatan tenaga kerja.
Kerusakan alat itu dapat menurunkan kualitas produk.
Kerusakan alat itu dapat menimbulkan kemacetan produksi.
Alat itu merupakan investasi perusahaan yang sangat mahal.
a. Order Inspeksi
Setiap unit peralatan yang akan dirawat harus didata pada program
perawatan preventif untuk dilakukan pemeriksaan pada semua bagiannya. Order
Inspeksi dibuat dan disimpan oleh bagian perawatan sebagai kendali untuk
pelaksanaan kegiatan perawatan yang didistribusikan kepada tenaga perawatan
sesuai jadwal pelaksanaannya.
21
c. Laporan Kerusakan
Alasan utama diadakannya program perawatan preventif adalah untuk
mengurangi kerugian produksi akibat terjadinya kerusakan alat. Dalam hal ini
bagian perawatan perlu memperhatikan adanya laporan kerusakan yang terjadi
pada mesin atau peralatan. Informasi data kerusakan ini penting untuk dijadikan
acuan dalam melakukan tindakan perbaikannya.
d. Analisis Kerusakan
Analisis kerusakan adalah kegiatan teknik yang penting dilakukan pada
perawatan preventif. Melalui analisis ini akan dapat diketahui tentang sebab-
akibat terjadinya kerusakan, sehingga permasalahan tersebut dapat dikurangi
atau dihilangkan, dan dampak akibat kerusakan ini bisa ditekan menjadi minimal.
22
evaluasi ini menuntut tanggungjawab dengan pembagian yang jelas. Bagian
perawatan mempunyai tanggung jawab yang besar dalam pelaksanaannya. Untuk
melakukan pengendalian pekerjaan perawatan preventif perlu diadakan langkah-
langkah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan Perawatan preventif secara periodik
b. Tinjauan Laporan kegiatan Inspeksi.
c. Evaluasi Analisis Kerusakan.
23
BAB IV
Pada saat seorang pilot pesawat udara akan menerbangkan pesawat udara,
sebelum tinggal landas tentu dia harus dengan cermat dan penuh hati-hati mengikuti
prosedur yang ketat dan disiplin. Kemudian, meskipun pilot tersebut telah
berpengalaman bertahun-tahun dan telah menerbangkan pesawat dengan mencapai
total waktu 10.000 jam terbang, dia tetap mengikuti prosedur yang sama. Berdasarkan
pengalaman tersebut, tumbuh keyakinan bahwa melalui pelatihan secara intensif dapat
menghasilkan cara kerja yang lebih baik, disiplin akan dapat menyelesaikan pekerjaan
besar maupun kecil dengan sukses dan aman.
Pada bidang perawatan, masalah ini dapat diketahui dari catatan data kondisi
mesin / peralatan, biaya perawatan, keterlambatan produksi, pekerjaan yang
berulang-ulang, banyaknya penggantian suku cadang, keselamatan kerja, keluhan
-keluhan kerja dalam bidang perawatan. Data-data tersebut dapat dijadikan acuan
24
untuk dianalisis dan merupakan petunjuk kuat yang mendasari dalam
merencanakan dan menentukan program pelatihan kerja perawatan. Melalui
informasi data yang terkumpul, penyebab suatu masalah akan dapat diketahui,
sehingga pengetahuan dan keterampilan untuk menjawab permasalahan tersebut
dapat ditingkatkan serta dirumuskan, kemudian diusulkan untuk masuk dalam
program pelatihan.
Standar Kualitas
Standar Kuantitas
Standar Waktu
25
b. Dimana Program Pelatihan Dilaksanakan
Haruskah program pelatihan diadakan di dalam perusahaan sendiri, di luar
perusahaan, Lembaga Pendidikan dan Pelatihan dari Instansi lain, di Perguruan
Tinggi, Politeknik, di dalam negeri, luar negeri ?. Dimanapun pelatihan
dilaksanakan, yang penting program pelatihan secara umum bisa fokus pada
tujuannya dan berjalan sesuai jadwal yang ketat serta disiplin.
Dalam kaitan ini perlu mendapat perhatian, bahwa maksud diadakannya
program pelatihan adalah untuk membentuk tenaga kerja ahli dan terampil dalam
melaksanakan tugas perawatan fasilitas pabrik yang mereka hadapi sehari-hari
di lingkungan kerjanya. Dengan demikian pada tempat pelatihan sudah siap
dengan adanya sumber daya, sarana dan fasilitas seperti :
Tenaga Pengajar / Instruktur yang profesional
Fasilitas untuk pelatihan (Ruang Belajar Teori / Praktek), Workshop,
Laboratorium
Multi Media Pendidikan dan Pelatihan
Mesin dan Peralatan Praktek
26
Berpengalaman dan mempunyai kompetensi dalam bidang perawatan.
Menguasai manajemen perawatan yang dapat diterapkan di lapangan
kerja / industri, meliputi perencanaan program perawatan industri,
pengawasan dan pengendalian kerja perawatan, pembuatan jadwal kerja
perawatan, prosedur dan strategi perawatan, evaluasi pekerjaan
perawatan, estimasi biaya perawatan, pengelolaan suku cadang, dan
lain-lain.
Berkemampuan dalam berkomunikasi, dapat menyampaikan informasi
dan instruksi dengan jelas.
Mempunyai cukup waktu untuk memberikan materi pendidikan dan
pelatihan bidang perawatan fasilitas industri sampai selesai.
27
BAB V
Kerusakan mesin dalam suatu instalasi industri dapat mengakibatkan masalah yang
sangat besar dan merugikan. Untuk mengurangi masalah-masalah ini, maka adanya
perawatan dan perbaikan perlu diterapkan melalui strategi perawatan serta berdasarkan
teknik pemantauan kondisi mesin.
- Breakdown Maintenance
Breakdown Maintenance dapat diartikan sebagai strategi perawatan
dengan cara mesin dioperasikan hingga rusak, kemudian baru diperbaiki.
Strategi ini kurang baik, karena dapat menimbulkan biaya perawatan
tinggi. Kehilangan waktu produksi karena berhentinya mesin,
keselamatan kerja tidak terjamin, kondisi mesin tidak dapat diketahui,
tidak dapat direncanakan waktu, tenaga, serta biaya perawatannya.
Perawatan ini disebut juga sebagai perawatan berdasarkan kerusakan
(Failure based maintenance). Strategi perawatan ini tidak sesuai untuk
mesin-mesin yang memiliki tingkat kritis tinggi, jadi hanya sesuai untuk
mesin-mesin dan peralatan sederhana.
28
- Perawatan Terjadwal
Perawatan terjadwal merupakan bagian dari perawatan preventif, yaitu
perawatan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Perawatan terjadwal
merupakan strategi perawatan dengan tujuan mencegah kerusakan
mesin lebih lanjut, yang dilakukan secara periodik dalam rentang waktu
tertentu. Strategi perawatan ini disebut juga sebagai perawatan
berdasarkan waktu (Time based Maintenance). Strategi perawatan ini
cukup baik dan dapat mencegah terjadinya gangguan kemacetan mesin.
Rentang waktu perawatan ditentukan berdasarkan pengalaman atau
rekomendasi dari pabrik pembuat mesin yang bersangkutan.
Kekurangan dari perawatan terjadwal :
Rentang waktu perawatan yang akurat tidak dapat ditentukan,
tanpa adanya data-data operasi pemakaian msin.
Rentang waktu perawatan akan berubah akibat pola
pembebanan mesin yang tidak teratur.
Karena rekomendasi dari pabrik pembuat mesin tidak berbasis
pada beban kerja aktual, maka rentang waktu perawatannya
menjadi tidak akurat.
- Perawatan Prediktif
Perawatan prediktif juga merupakan bagian dari perawatan preventif.
Perawatan Prediktif ini dapat diartikan sebagai strategi perawatan yang
didasarkan atas kondisi aktual mesin itu sendiri. Jika hasil pemantauan
menunjukkan gejala kerusakan, maka tindakan perbaikan dapat segera
dilakukan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Hasil-hasil pemantauan dari
berbagai parameter secara rutin akan digunakan untuk menggambarkan pola
kecenderungannya. Berbasis pada pola kecenderungan tersebut dapat
ditentukan saat terbaik bagi pelaksanaan perbaikan.
Perawatan Prediktif disebut juga sebagai perawatan berdasarkan kondisi
atau Condition Based Maintenance (CBM), yang pada pelaksanaannya adalah
melakukan pemantauan kondisi mesin (Machinery Condition Monitoring).
Pemantauan kondisi mesin dapat diartikan sebagai kegiatan untuk
menentukan kondisi mesin atau peralatan dengan cara memeriksa secara
rutin. Dengan cara pemeriksaan secara rutin, kondisi mesin dapat diketahui
sehingga keandalan mesin dan keselamatan kerjanya dapat terjamin. Ditinjau
dari tingkat kesulitan, waktu terhentinya mesin, dan biaya perawatan, maka
29
perawatan prediktif atau metode pemantauan kondisi mesin ini dinilai yang
paling menguntungkan.
Beberapa kriteria bahwa suatu mesin atau peralatan digolongkan sebagai fasilitas
kritis, antara lain :
- Suatu mesin, peralatan atau instalasi yang mempunyai nilai ekonomi dengan
modal besar atau investasi tinggi, dapat digolongkan sebagai fasilitas dengan
tingkat kritis tinggi, karena bila terjadi kerusakan akan menimbulkan kerugian
besar, dan untuk memperbaikinya memerlukan biaya yang besar pula.
- Mesin, peralatan buatan luar negeri pada umumnya sukar didapat dan
harganya mahal, maka mesin atau alat ini termasuk memiliki tingkat kritis yang
tinggi.
- Mesin, peralatan yang sudah tua butuh perawatan yang intensif, karena mesin-
mesin tersebut mudah rusak, dan jika terjadi kerusakan sukar untuk
mendapatkan suku cadangnya. Oleh karena itu, mesin atau peralatan tua
dikategorikan memiliki tngkat kritis tinggi.
30
- Apabila pabrik atau peralatannya dioperasikan pada kapasitas penuh, maka
tingkat kritisnya tinggi. Untuk mencegah terjadinya kerusakan, maka
perawatannya harus dilakukan lebih intensif, berbeda jika dioperasikan dengan
kapasitas tidak penuh atau pada kondisi normal.
a. Pemantauan Visual
b. Pemantauan Minyak Pelumas
c. Pemantauan Kinerja
d. Pemantauan Geometris
e. Pemantauan Getaran
a. Pemantauan Visual
Pemantauan visual diartikan sebagai memprediksi atau menentukan kondisi
mesin dengan menggunakan kemampuan panca indera, meliputi rasa, bau,
pandang, dengar dan sentuh. Karena semakin berkembangnya peralatan
pemantau, maka pemantauan visual dapat dilengkapi dengan mikroskop,
fiberscope, fotografi, termografi dan lain-lainnya. Mikroskop digunakan untuk
mengamati partikel yang sangat kecil. Fiberscope digunakan untuk melihat
bagian / komponen yang letaknya sulit terlihat secara langsung, sedangkan
fotografi digunakan untuk membuat dokumen gambar bagian-bagian yang
dipantau. Peralatan-peralatan ini digunakan untuk membantu pemantauan visual
agar dapat mendeteksi kondisi mesin dengan lebih tepat.
31
pencegah korosi, peredam getaran. Disamping itu minyak pelumas berfungsi
juga sebagai pembawa kotoran atau kontaminan yang terdapat di dalam mesin.
Kotoran tersebut dapat berasal dari luar maupun dari dalam mesin itu sendiri.
Kotoran yang dari dalam disebabkan oleh geram / serbuk-serbuk akibat gesekan
elemen mesin. Kotoran atau kontaminan yang berasal dari luar adalah kotoran
yang masuk sewaktu operasi mesin, misalnya partikel-partikel yang masuk
melalui filter, bahan bakar, minyak pelumas, juga pada saat pekerjaan perawatan
dan perbaikan.
Bertujuan untuk mengetahui jumlah partikel tertentu dalam minyak pelumas atau
minyak hidrolik. Partikel-partikel yang dapat dideteksi berukuran 1, 5, 10, 15, 50,
75, dan 100 mikron. Jumlah partikel yang terdapat pada minyak pelumas
kemudian dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan. Alat yang
digunakan untuk memeriksa jumlah partikel ini disebut Particle Counter Analysis.
32
Quantifier Index). Angka ini tidak berarti apa-apa jika tidak dibandingkan antara
indek sebelum dan sesudahnya. Alat untuk menentukan konsentrasi geram ini
disebut Partcle Quantifier Test.
Tes TBN bertujuan untuk mengukur kandungan alkalin yang terdapat pada minyak
pelumas. Minyak pelumas yang digunakan pada mesin disesuaikan dengan
kandungan belerang dalam bahan bakar yang digunakan.
Tes Ferografi :
Digunakan untuk mengetahui bentuk dan kuantitas geram keausan baik yang
magnetik maupun yang para magnetik. Tes ferografi ini terdiri dari ferografi
pembacaan langsung (direct reading ferrography) dan tes ferografi analitik
(analytical ferrogrphy). Pada ferografi pembacaan langsung, geram pada minyak
pelumas diendapkan pada tabung kaca yang dilengkapi dengan sensor optik.
Sensor yang satu mengukur densitas partikel besar per mili liter, dan sensor yang
lain mengukur densitas partikel kecil. Pada ferografi analitik, geram pada minyak
pelumas diendapkan pada ferogram, kemudian dilihat dan diukur dengan
menggunakan mikroskop.
Digunakan untuk mendeteksi adanya kontaminan cair dari bahan bakar maupun
air pada minyak pelumas atau minyak hidrolik, dengan cara diteteskan di atas
piringan panas. Jika minyak pelumas terkontaminasi air atau bahan bakar, maka
pada piringan akan timbul gelembung dan suara gemerincing.
33
c. Pemantauan Kinerja
Pemantauan kinerja (Performance Monitoring) merupakan teknik pemantauan
dengan cara mengukur parameter kinerja mesin, antara lain temperatur, tekanan,
debit, putaran, torsi, dan tenaga. Pemantauan ini dapat dilakukan pada mesin
yang sedang beroperasi. Untuk menentukan kondisinya, hasil-hasil pemantauan
dibandingkan dengan parameter-parameter kinerja yang telah distandarkan. Jika
hasil pemantauan lebih kecil dari standar, maka diperlukan analisis dan
pemeriksaan untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang terjadi.
d. Pemantauan Geometris
Pemantauan geometris merupakan teknik pemantauan yang bertujuan untuk
mengetahui penyimpangan geometris yang terjadi pada mesin. Secara
operasional pemantauan geometris ini meliputi pengukuran ketinggian (levelling),
pegukuran pengaturan posisi (Alignment). Pada mesin perkakas, pemantauan
geometris meliputi antara lain levelling, kerataan, kesejajaran, ketegaklurusan,
run out, konsentrisitas, dan lain-lain. Pemantauan geometris pada instalasi
pompa sentrifugal antara lain kerataan pada kopling konsentrisitas poros
penggerak dan poros pompa, ketegaklurusan pompa, dan ketegaklurusan
kopling. Pada motor pembakaran dalam yang diperlukan pemantauan geometris,
antara lain pada poros engkol, pipi engkol, run out, roda penerus, dan
konsentrisitas roda penerus.
e. Pemantauan Getaran
Pemantauan getaran yaitu memeriksa dan mengukur parameter getaran secara
rutin dan terus menerus. Getaran dapat terjadi karena adanya kerusakan pada
poros, bantalan, roda gigi, kurang kencangnya sambungan, kurang lancarnya
pelumasan, kurang tepatnya pemasangan transmisi, dan juga disebabkan
karena ketidakseimbangan elemen mesin yang berputar. Kerusakan-kerusakan
seperti itu dapat menimbulkan getaran yang cukup besar. Dengan memonitor
getaran yang terjadi, kerusakan mesin dapat dideteksi secara dini dan akhirnya
kerusakan yang lebih berat dapat dicegah.
Parameter getaran yang dapat diukur dan dipantau antara lain percepatan
getaran, kecepatan getaran, dan langkah getaran. Parameter getaran yang lain
yaitu frekuensi, fase, spike energy, dan shock pulsa.
34
Tingkat kerusakan dan penyebab terjadinya getaran dapat diketahui secara
membandingkan dengan standar yang diizinkan, dan mendeskripsikan sinyal-
sinyal getaran yang terjadi. Dengan cara mendeskripsikan sinyal yang terjadi,
penyebab timbulnya getaran dapat dilacak.
- Analisis Kecenderungan
- Analisis Komparatif
- Analisis Deskriptis
35
BAB VI
Kegiatan perawatan fasilitas merupakan hal yag sudah biasa dilakukan sehari-hari, baik
di industri- industri, perusahaan, kantor-kantor, Rumah Sakit, Hotel-Hotel, dan lembaga-
lembaga penting lainnya termasuk pada sektor pendidikan. Karena itu, semua fasilitas
dan peralatannya dalam kondisi siap pakai dan sangat terawat, tidak ada bagian yang
tak berfungsi, misalnya alat rusak, mesin macet, baut lepas, kaca kotor dan sebagainya .
Semua itu karena adanya upaya program perawatan yang terencana ( Planned
Maintenance ) dan berhasil diterapkan dalam tindakan nyata secara efektif, sehingga
peranan perawatan fasilitas dapat dirasakan manfaatnya. Dengan demikian, perawatan
fasilitas itu telah merupakan kegiatan sehari-hari yang umum, terbiasa dan membudaya.
Bagaimana upaya perawatan fasilitas, khususnya di lingkungan tempat kerja kita ?
Kegiatan perawatan di lingkungan tempat kerja kita pada umumnya belum membudaya,
dan hal ini menjadi masalah yang menghambat produktivitas kerja. Berjuta-juta bahkan
milyaran rupiah hilang dan kecelakaan kerja dapat terjadi apabila kurangnya perhatian
terhadap bidang perawatan fasilitas. Dampak yang timbul dari lemahnya kegiatan
perawatan ini tidak hanya mempengaruhi efektivitas kerja yang menurun, namun juga
merupakan pemborosan investasi yang sia-sia. Dewasa ini, pemerintah telah
mencanangkan program nasional mengenai perlunya mengadakan gerakan
penghematan energi, gerakan efisiensi, dan disiplin nasional. Kita sebagai orang-orang
berprofesi dan beraktivitas di lapangan kerja Industri yang memiliki sangat banyak
fasilitas / peralatan untuk proses produksi dengan investasi sangat mahal, selayaknya
perlu memperhatikan masalah perawatannya agar terus dapat beroperasi dan berfungsi
dalam waktu yang lebih lama.
36
and Repair ) sering digunakan karena sangat berkaitan erat dan saling berpengaruh.
Maksud penggabungan istilah tersebut adalah :
Arti perbaikan ini, reparasi (repair) termasuk juga dalam bentuk aktivitas perawatan
untuk menjaga, mempertahankan atau memperbaiki, meningkatkan kondisi peralatan
agar dapat berfungsi kembali setelah terjadi kerusakan. Secara umum, perawatan yang
dilakukan terhadap peralatan mempunyai tujuan untuk : memperpanjang ketahanan
masa pakai ( life time ) peralatan agar dapat berfungsi dalam jangka waktu yang lama.
Setiap peralatan atau mesin dirancang untuk dapat dioperasikan / digunakan sesuai
dengan fungsinya. Kemampuan alat tersebut, biasanya dapat diketahui dari data
spesifikasinya, baik kemampuan normal maupun maksimalnya dalam kondisi tertentu.
Sebuah alat atau mesin baru saat dioperasikan tentu dapat menunjukkan kinerja yang
tinggi sesuai kapasitasnya, namun setelah beberapa lama dipakai, kemudian mesin
akan mengalami penurunan kondisi sehingga kinerjanya menjadi rendah. Tidak ada
suatu alat atau mesin yang kemampuannya sepanjang masa tetap seperti pada kondisi
baru. Banyak pengaruh yang menjebabkan terjadinya kerusakan peralatan, adanya
beban kerja, gesekan, panas, getaran, akan mengikis kemampuan kinerja alat. Apabila
keadaan tersebut dibiarkan, maka cepat atau lambat akan mengakibatkan kerusakan
pada alat tersebut. Perawatan perlu dilakukan secara teratur untuk melindungi fasilitas
atau peralatan dari pengaruh-pengaruh yang menyebabkan kerusakan. Dengan
demikian, perawatan merupakan kegiatan pro aktif guna mempertahankan kondisi
kualitas peralatan agar tetap berfungsi dengan baik, aman dan tahan lama.
37
kompleknya desain aset dan standard performance yang dibutuhkan fasilitas,
memerlukan teknik dan manajemen perawatan yang lebih tepat. Dalam
perkembangannya, wawasan tentang peran dan tanggungjawab fungsi perawatan
secara profesional memberikan paradigma baru, bahwa :
a. Total Effectiveness
Berusaha untuk mencapai tingkat efisiensi ekonomi atau keuntungan ekonomis.
b. Total Preventive Maintenance ( PM )
Menitikberatkan pada tindakan pencegahan untuk mencapai biaya perawatan
yang rendah mulai dari tahap desain fasilitas hingga selama tahap pemakaian,
dengan meningkatkan kemampuan rawat (maintainability), khususnya melalui
aktivitas Perawatan Pencegahan (Preventive Maintenance).
c. Total Participation
Partisipasi dari seluruh fungsi yang terkait, sehingga dapat dilaksanakannya
perawatan mandiri ( autonomous maintenance ) oleh operator dan dikerjakan
oleh aktivitas kelompok - kelompok kecil ( small group activity ) pada tiap unit
atau bagian.
Dalam mengerjakan tugas perawatan ini, khususnya dalam bidang teknik mesin dibagi
menjadi beberapa kegiatan berdasarkan klasifikasi pekerjaan perawatan, yaitu :
- Pembersihan ( Cleaning )
- Pelumasan ( Lubricating )
- Pemeriksaan ( Inspection )
- Pengaturan / Penyetelan ( Adjustment )
38
- Penggantian ( Replacement )
- Perawatan bongkar – pasang ( Overhauling )
- Mencari solusi penyebab kerusakan ( Trouble shooting ).
Jenis pekerjaan yang dilaksanakan oleh bagian produksi lebih bersifat pada tindakan
praktis dalam upaya pencegahan dan perbaikan ringan pada peralatan yang biasa
mereka operasikan sehari-hari. Sedangkan jenis pekerjaan perawatan yang
dilaksanakan oleh bagian perawatan lebih pada penekanan aspek teknologi dan
manajerial guna pengembangan dan peningkatan kualitas perawatan. Lihat pada tabel
berikut :
39
BAGIAN PRODUKSI BAGIAN PERAWATAN
- Efektivitas Peralatan
- Perawatan Terencana ( Planned Maintenance )
40
- Kelompok-kelompok Kecil ( Small Group Activity )
- Semua Unit / Bagian / Departemen
- Semua Level / Tingkat Karyawan / Tenaga Kerja dari lapisan atas sampai
bawah.
TOTAL PRODUCTIVE
MAINTENANCE
( TPM )
Efektivitas Semua
Peralatan Level / Tingkat
Kelompok
Kecil
Efektivitas Peralatan
Peralatan, adalah fasilitas atau aset penting yang dibutuhkan dalam menunjang
kegiatan praktek yang produktif dan aman, oleh karenanya perlu dijaga dan
dipertahankan kualitas kinerjanya. Sasaran program Total Productive Maintenance
adalah tercapainya Kerusakan Nihil ( Zero Breakdown ) dan hilangnya penyebab-
penyebab terjadinya kerusakan, sehingga pada saat digunakan peralatan tidak
mengalami gangguan atau kemacetan yang mengganggu produktivitas. Efektivitas
peralatan / mesin perlu diciptakan agar tetap dalam kondisi normal, memiliki
kemampuan kinerja standar yang aman :
41
- Peralatan dapat dioperasikan dengan mudah sesuai prosedur operasional
standarnya.
- Peralatan mampu beroperasi selama waktu tertentu dengan aman.
- Peralatan menggunakan material, komponen dan suku cadang dengan standar
spesifikasi yang direkomendasikan.
- Peralatan mampu menunjukkan kinerja sesuai dengan standar yang ditentukan.
Perawatan Terencana
- Pekerjaan masih sederhana dan lebih mudah untuk dilaksanakan oleh operator.
- Biaya operasional perawatan lebih murah / ekonomis
- Belum menggunakan teknologi tinggi
- Belum banyak mengganti suku cadang
- Pekerjaan lebih aman, tanpa resiko yang berarti.
Kelompok Kecil
Adanya ativitas dari kelompok-kelompok kecil ( Small Group Activity ) perlu dibentuk
agar dapat melaksanakan tugas perawatan mandiri ( autonomous maintenance ) oleh
operator dan aktivitas kelompok kecil di setiap bagian / unit dan tingkat pekerjaan.
Kelompok-kelompok kecil ini dipandang lebih efektif dan produktif dalam melaksanakan
kerjanya yang khusus terbatas dalam lingkungannya sendiri serta lebih familiar dan
mereka sudah terbiasa menghadapi dan menggunakan peralatan yang ada sehari-hari.
Banyaknya peralatan dengan berbagai jenis dan variasi fasilitas dan perlengkapan yang
dimiliki Institusi, Perusahaan, Lembaga Pendidikan, tidak mudah untuk dapat ditangani
oleh sebuah Unit atau Bagian Perawatan tanpa keterlibatan bantuan dari unit-unit /
bagian-bagian lain. Sistem perawatan dengan distribusi tugas yang jelas, akan lebih
efisien dan efektif. Peralatan dan fasilitas yang ada di unit-unit atau bagian-bagian lain
dalam lingkungan Lembaga, Institusi adalah merupakan kesatuan yang terintegrasi yang
42
harus diaktifkan fungsinya. Dengan mengaktifkan fungsi perawatan di masing-masing
unit / bagian akan lebih menjamin kondisi peralatan yang menjadi tanggungjawabnya.
Penerapan sistem perawatan desentralisasi ini merupakan langkah strategis yang tepat
sasaran dan tepat guna, disamping menumbuhkan kepedulian dan rasa memiliki di
tempat tugas masing-masing.
6.6 KESIMPULAN
43
Hand out
MANAJEMEN PERAWATAN II
SEMESTER VI
Buku Rujukan :
Pengampu :
Drs. Supandi, M.M.
44