Anda di halaman 1dari 12

eh : Syukri Ilyas, S.Ag.

MA

( Penyuluh Agama Islam Fungsional Kemenag Batam )

Terdapat dua kata bantu yang terdapat dalam al-Qur’an untuk mempelajari pengorganisasian
ini. Kata tersebut adalah ( Shaff ) dan ( ummat ). Penulis akan membahas dua kata tersebut
satu per satu.

Penulis mengidentikkan kata ( shaff ) ini dengan organisasi. Jadi organisasi menurut analisis
kata ini adalah suatu perkumpulan atau jamaah yang mempunyai sistem yang teratur dan
tertib untuk mencapai tujuan bersama. Dalam surah al-Shaff ayat 4 dikemukakan:

ْ‫ص ففاَ ٌمكأ مننصْهرم ٌصْبرنمياَصن ٌممرر ص‬


‫صوُ ص‬
‫ص‬ ‫ب ٌالنهذيمن ٌصْيمقاَهتصْلوُمن ٌهفيِ ٌمسهبيلههه ٌ م‬
‫ح ب‬ ‫ ٌإهنن ٌ ن م‬
‫ا ٌصْي ه‬

Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan
yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.

Maksud dari shaff disitu menurut al-Qurtubi adalah menyuruh masuk dalam sebuah barisan
(organisasi) supaya terdapat keteraturan untuk mencapai tujuan.

Dalam sebuah hadits diterangkan:

Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang yang jika melakukan suatu pekerjaan
dilakukan dengan “tepat, terarah dan tuntas“.

Suatu pekerjaan apabila dilakukan dengan teratur dan terarah, maka hasilnya juga akan baik.
Maka dalam suatu organisasi yang baik, proses juga dilakukan secara terarah dan teratur atau.

Menurut al-Baghawi maksud dari ayat di atas adalah manusia seyogyanya tetap pada
tempatnya dan tidak bergoyah dari tempat tersebut. Di samping itu, dalam ayat tersebut
banyak mufassir yang menerangkan bahwa ayat tersebut adalah barisan dalam perang. Maka
ayat tersebut mengindikasikan adanya tujuan dari barisan perang yaitu berupaya untuk
melaksanakan kewajiban yaitu jihad di jalan allah dan memperoleh kemenangan. Dalam
penafsiran versi lain, dikemukakan bahwa ayat tersebut menunjukkan barisan dalam shalat
yang memiliki keteraturan.

Dari sini dapat dikemukakan bahwa ciri organisasi adalah mempunyai pemimpin dan terjadi
itba’ terhadap kepemimpinan tersebut. Di samping itu, kata ( bunyanun marshuusun )
mengindikasikan bahwa dalam sebuah organisasi hendaknya terdapat pembagian wewenang
dan tugas, sebagaimana yang terjadi dalam sebuah bangunan atau rumah, ada yang bertugas
menjadi tangga, ada yang bertugas menjadi tiang, serta ada yang bertugas menjadi atap dan
sebagainya. Dalam sebuah hadits diterangkan:

“Sesungguhnya Allah mewajibkan kepada kita untuk berbuat yang optimal dalam segala
sesuatu….”
Dalam menerima delegasi wewenang dan tanggung jawab hendaknya dilakukan dengan
optimal dan sungguh-sungguh. Janganlah anggota suatu organisasi melakukan tugas dan
wewenangnya dengan asal-asalan. Dalam sebuah hadits diterangkan bahwa apabila seseorang
hanya mementingkan kepentingan sepihak dan melakukan tugas serta tanggung jawabnya
dengan asal-asalan. Hadits yang menerangkan tentang kekalahan umat Islam dalam perang
Uhud menunjukkan bahwa apabila seseorang tidak melaksanakan anggotanya sebagai bagian
dari organisasi perang, maka akibatnya adalah organisasi tersebut mengalami kekalahan. Jadi
dalam sebuah organisasi harus terjadi koordinasi yang baik dan tidak boleh terjadi
penyalahgunaan wewenang.

Dalam ayat lain diterangkan:

‫ا ٌموُمرصْسوُملصْه ٌموُمل ٌمتمناَمزصْعوُا ٌمفمترفمشصْلوُا ٌموُمترذمه م‬


‫ب ٌهريصْحصْكرم‬ ‫ ٌموُأمهطيصْعوُا ٌ ن م‬

Artinya : Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-
bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan
bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Q.S. al-Anfal: 46)

Ayat tersebut menerangkan bahwa dalam sebuah organisasi tidak boleh terdapat percekcokan
yang membawa kepada permusuhan yang pada akhirnya mengakibatkan hancurnya kesatuan.
Dalam tafsirnya al-Maraghi menerangkan pertentangan yang menyebabkan rusaknya
koordinasi dan organisasi akan membawa kepada kelemahan dan kegagalan.

Berorganisasi sangat penting dan merupakan hal yang pokok untuk menjalankan sebuah
manajemen. Al-Qur’an menjelaskan:

‫…أهقيصْموُا ٌالدديمن ٌموُمل ٌمتمتمفنرصْقوُا ٌهفيهه‬

”….Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya…”(Q.S.Al-


Syuura: 13)

Ayat di atas menjelaskan bahwa anggota organisasi dilarang keluar dari organisasi dan
dilarang memecah belah organisasi.Perkataan dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib:
‫امرلمحبق ٌهب م‬
‫ل ٌهنمظاَمم ٌميرغلهصْبصْه ٌرالمباَهطصْل ٌهباَلدنمظاَهم‬

“Kebenaran yang tidak diorganisir dapat dikalahkan oleh kebatilan yang diorganisir.”

Perkataan ini mengingatkan kita tentang pentingnya berorganisasi dan sebaliknya bahayanya
suatu kebenaran yang tidak diorganisir melalui langkah-langkah yang kongkrit dan strategi-
strategi yang mantap. Maka tidak ada garansi bagi perkumpulan apa pun yang menggunakan
identitas Islam meski memenangkan pertandingan, persaingan maupun perlawanan jika tidak
dilakukan pengorganisasian yang kuat.

Di sini terdapat perbedaan yang mencolok antara organisasi umum dengan organisasi
pendidikan Islam yang elemen-elemennya diambil dari al-Qur’an dan al-Hadits. Kata (
sabilihi ) dalam ayat surat al-Shaff di atas menunjukkan perbedaan bahwa orang yang
menjadi anggota organisasi pendidikan Islam ada niat untuk berjuang karena Allah dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

Berpijak dari keterangan dua mufassir di atas, maka dapat ditarik dalam teori manajemen
bahwa organisasi mempunyai anggota yang terdiri dari kumpulan orang-orang, berada dalam
suatu wadah, terdapat keteraturan, mempunyai tujuan, juga mempunyai pemimpin, terjadi
pendelegasian wewenang dan tanggung jawab serta ada niat melaksanakan tugas dengan
ikhlas dan berjuang di jalan Allah.

Hal tersebut nampaknya mempunyai kesamaan dan perbedaan dengan ciri serta elemen
bahkan manfaat dan tujuan organisasi yang dikemukakan para ahli.

Winardi mengutip Reece yang mengemukakan bahwa elemen organisasi antara lain: manusia,
tujuan tertentu, pembagian tugas, sebuah sistem untuk mengoordinasi tugas, sebuah batas
yang dipatok. Sedangkan menurut Schein, sebagaimana dikutip Winardi, organisasi
mempunyai empat macam ciri atau karakteristik sebagai berikut: koordinasi upaya, tujuan
umum bersama, pembagian kerja, hierarki otoritas.

Kata kunci untuk memahami organisasi selanjutnya adalah kata ( ummat). Ummat diartikan
sebagai sekelompok orang yang berada di suatu wilayah tertentu. Dalam term tertentu ummat
juga diartikan sebagai golongan atau organisasi. Kata ummat disebut dalam al-Qur’an
berkali-kali. Terdapat beberapa sifat yang melekat dalam kata ummat, antara lain:

1. ummat muqtashidah

2. ummat jasiyah

3. khaira ummah

4. ummat wahidah

5. ummat wasathan

6. ummat qanitan

7. ummat muslimah.

‫ت ٌأمررصْجلهههرم ٌهمرنصْهرم ٌأ صْنمصة ٌصْمرقمت ه‬


ٌ َ‫صمدةص ٌموُمكهثيصر ٌهمرنصْهرم ٌمساَمء ٌمما‬ ‫جيمل ٌموُمماَ ٌأ صْرنهزمل ٌإهملريههرم ٌهمرن ٌمردبههرم ٌملممكصْلوُا ٌهمرن ٌمفروُهقههرم ٌموُهمرن ٌمترح ه‬
‫موُملروُ ٌأمننصْهرم ٌأممقاَصْموُا ٌالنتروُمرامة ٌموُارلهرن ه‬
‫ميرعممصْلوُمن‬

Artinya : Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil
dan (Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan
mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka. Diantara mereka ada golongan
yang pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan
mereka.(Q.S.al-Maidah: 66)

Term ummat muqtashidah memberi pemahaman sebagaimana yang diterangkan al-Thabari


sebagai berikut:
Hendaklah suatu organisasi itu berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat
sebelumnya. Penyimpangan dari perencanaan tersebut akan menyebabkan organisasi menjadi
berbelok dan sulit untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. AD/ART suatu organisasi harus
dijalankan secara konsekuen agar suatu organisasi mampu dinamakan organisasi yang efektif.
Maka AD/ART juga merupakan elemen organisasi.

‫ ٌموُمتمرىَ ٌصْكنل ٌأ صْنممة ٌمجاَهثميفة ٌصْكبل ٌأ صْنممة ٌصْتردمعىَ ٌإهملىَ ٌهكمتاَهبمهاَ ٌارلميروُمم ٌصْترجمزروُمن ٌمماَ ٌصْكرنصْترم ٌمترعممصْلوُمن‬

Artinya : Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil
untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa
yang telah kamu kerjakan.(Q.S.al-Jatsiyah: 28)

Term jatsiyah mengandung arti berlutut dengan lutut untuk mempertanggung jawabkan
perbuatan yang dilakukan. Maka dari itu, organisasi harus mampu mempertanggungjawabkan
apapun yang telah diperbuatnya, walaupun salah satu anggota yang melakukan perbuatan
tersebut, sehingga harus ada kesatuan arah dan kesatuan komando juga komitmen dari para
anggota.

‫ل ٌموُلمروُ ٌآممممن ٌأمرهصْل ٌارلهكمتاَ ه‬


ٌ ‫ب ٌلممكاَمن ٌمخريفرا ٌملصْهرم ٌهمرنصْهصْم‬ ‫س ٌمتأرصْمصْروُمن ٌهباَرلممرعصْروُ ه‬
‫ف ٌموُمترنمهروُمن ٌمعهن ٌارلصْمرنمكهر ٌموُصْترؤهمصْنوُمن ٌهباَ ن ه‬ ‫صْكرنصْترم ٌمخريمر ٌأ صْنممة ٌأ صْرخهرمج ر‬
‫ت ٌهللنناَ ه‬
‫ ٌارلصْمرؤهمصْنوُمن ٌموُأمركمثصْرصْهصْم ٌارلمفاَهسصْقوُمن‬

Artinya : Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada
yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Q.S.ali Imran:
110)

Khaira ummah di sini merupakan tafsir dari umat Islam akan menjadi umat yang terbaik
apabila mengerjakan pilar-pilar agama Islam. Namun apabila ditarik dalam masalah
organisasi yaitu mengandung pemahaman organisasi yang bermutu yang melaksanakan pilar-
pilar mutu.

ٌ ‫ف ٌهفيهه‬‫س ٌهفيمماَ ٌارخمتملصْفوُا ٌهفيهه ٌموُمماَ ٌارخمتمل م‬ ‫شهريمن ٌموُصْمرنهذهريمن ٌموُأمرنمزمل ٌمممعصْهصْم ٌارلهكمتاَ م‬
‫ب ٌهباَرلمحدق ٌلهميرحصْكمم ٌمبريمن ٌالنناَ ه‬ ْ‫ث ٌ ن ص‬
‫ا ٌالننهبدييمن ٌصْممب د‬ ‫س ٌأ صْنمفة ٌموُا ه‬
‫حمدفة ٌمفمبمع م‬ ْ‫مكاَمن ٌالنناَ ص‬
‫م‬ ‫م‬
ٌ َ‫ا ٌميرههديِ ٌممرن ٌميشاَصْء ٌإهلى‬ ‫ن‬ ‫ر‬ ‫د‬ ‫ر‬ ْ‫ص‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫ر‬ ْ‫ص‬ ‫م‬
ْ‫ا ٌالهذيمن ٌآممنوُا ٌلهمماَ ٌاختلفوُا ٌهفيهه ٌهممن ٌالمحق ٌهبإهذهنهه ٌموُ ص‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫ر‬ ْ‫ص‬ ‫م‬ ‫ر‬ ْ‫ص‬ ْ‫ص‬
ْ‫إهنل ٌالنهذيمن ٌأوُتوُصْه ٌهمرن ٌمبرعهد ٌمماَ ٌمجاَمءتصْهصْم ٌالمبديناَت ٌمبغفياَ ٌمبرينصْهرم ٌفمهمدىَ ٌ ص‬
‫ر‬
‫صمرامط ٌصْمرسمتهقيمم‬ ‫ه‬

Artinya : Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah
mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka
Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang
mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah
didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-
keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi
petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka
perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang
dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.(Q.S.al-Baqarah: 213)
Ayat tersebut menerangkan bahwa sebuah organisasi hendaknya bersatu dengan menghindari
konflik yang menyebabkan perpecahan antara satu dengan yang lain. Maka dari itu, dalam
sebuah organisasi hendaknya selalu menjunjung persatuan dan kesatuan organisasi.

Ayat tersebut juga menerangkan tentang pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi dan
juga berorientasi pada penyelesaian masalah. Hendaknya semua perkara yang diselisihkan
dalam sebuah organisasi itu diselesaikan dengan dikembalikan kepada metode pengambilan
keputusan yang diajarkan oleh Allah, sebagaimana yang terdapat dalam al-Qur’an dan hadits,
yaitu metode musyawarah. Jadi musyawarah merupakan cara yang tepat untuk mengatasi
konflik yang mampu menyebabkan perpecahan dalam tubuh organisasi, dengan mengambil
keputusan yang bijak.

‫س ٌموُميصْكوُمن ٌالنرصْسوُصْل ٌمعملريصْكرم ٌمشههيفدا ٌموُمماَ ٌمجمعرلمناَ ٌارلهقربملمة ٌالنهتيِ ٌصْكرن م‬


ٌ ‫ت ٌمعملريمهاَ ٌإهنل ٌلهمنرعملمم ٌممرن ٌمينتهبصْع‬ ‫شمهمدامء ٌمعملىَ ٌالنناَ ه‬ ْ‫ك ٌمجمعرلمناَصْكرم ٌأ صْنمفة ٌموُمسفطاَ ٌلهمتصْكوُصْنوُا ٌ ص‬
‫موُمكمذله م‬
‫حيصم‬ ‫ف ٌمر ه‬ ‫س ٌلمرصْءوُ ص‬‫م‬ ‫ن‬
‫ا ٌهباَلناَ ه‬ ‫ن‬ ْ‫ص‬
‫ضيمع ٌهإيمماَمنكرم ٌإهنن ٌ م‬ ‫ا ٌلهصْي ه‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ن‬
ْ‫ت ٌلمكهبيمرفة ٌإهل ٌمعلىَ ٌالهذيمن ٌمهمدىَ ٌ ص‬
ْ‫ا ٌموُمماَ ٌمكاَمن ٌ ص‬ ‫م‬ ‫م‬
‫ب ٌمعلىَ ٌمعهقمبريهه ٌموُإهرن ٌمكاَمن ر‬ ‫ر‬
ْ‫ ٌالنرصْسوُمل ٌهمنمرن ٌمينمقله ص‬

Artinya : Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil
dan pilihanagar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu(Q.S.al-Baqarah: 143)

Term wasathan menurut pendapat ahli tafsir adalah pilihan. Jadi apabila kita tarik dalam hal
manajemen, hendaklah sebuah organisasi itu dibuat menjadi organisasi yang pilihan yang
unggul serta yang efektif. Dalam ayat tersebut juga dikemukakan bahwa tujuan digunakan
sebagai arah gerak organisasi dan untuk mengetahui kinerja kesetiaan anggota organisasi.

‫ك ٌهممن ٌارلصْمرشهرهكيمن‬ ‫إهنن ٌإهربمراههيمم ٌمكاَمن ٌأ صْنمفة ٌمقاَهنفتاَ ٌ ه ن ه‬


ْ‫ل ٌمحهنيففاَ ٌموُلمرم ٌمي ص‬

Artinya : Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi
patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang
mempersekutukan (Tuhan.(Q,S.al-Nahl: 120)

Kata ummat qanitan menurut Ibn Mas’ud, sebagaimana yang dikutip oleh al-Thabari, umat
yang mengajari kebaikan kepada manusia. Qanit dalam arti yang lain diidentikkan dengan
muthi’ Maka, dalam sebuah organisasi harus ada ketaatan dari para anggota organisasi kepada
seorang pemimpin organisasi. Di samping itu, seorang pemimpin organisasi harus mampu
menjadi seorang teladan bagi para anggotanya.Organisasi yang sukses harus mampu
mengaplikasikan nikmat yang diberikan kepadanya dengan mensyukurinya, sedangkan
implementasi dari syukur tersebut adalah menggunakan nikmat dengan sebaik-baiknya. Hal
tersebut terwujud dengan menjalankan tugas sebaik-baiknya.

‫حيصْم‬ ‫ك ٌأمرن م‬
ْ‫ت ٌالنتنوُا ص‬
‫ب ٌالنر ه‬ ‫ب ٌمعملريمناَ ٌإهنن م‬ ‫ك ٌموُهمرن ٌصْذدرنيهتمناَ ٌأ صْنمفة ٌصْمرسلهممفة ٌمل م‬
‫ك ٌموُأمهرمناَ ٌمممناَهسمكمناَ ٌموُصْت ر‬ ‫ ٌمرنبمناَ ٌموُارجمعرلمناَ ٌصْمرسلهممريهن ٌمل م‬
Artinya : Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada
Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada
Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami,
dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi
Maha Penyayang.(Q.S.al-Qur’an:128)

Ayat tersebut walaupun konteksnya adalah doa yang menunjukkan ketaatan kepada sang
khaliq, memberi isyarat bahwa dalam organisasi anggota harus taat kepada pemimpin, dan
senantiasa meminta petunjuk kepada pemimpin tentang apa yang akan dilakukannya serta
meminta maaf kepada pemimpin apabila ia melakukan kesalahan. Dalam ayat lain disebutkan
bahwa taat kepada pemimpin juga merupakan bagian dari ketaatan kepada Allah.

Kesimpulan

Terdapat dua kata bantu yang terdapat dalam al-Qur’an untuk mempelajari
pengorganisasian ini. Kata tersebut adalah Shaff dan ummat. Untuk kata shaff menginspirasi
konsep bahwa organisasi harus mempunyai anggota yang terdiri dari kumpulan orang-orang,
berada dalam suatu wadah, terdapat keteraturan, mempunyai tujuan, juga mempunyai
pemimpin, terjadi pendelegasian wewenang dan tanggung jawab serta ada niat melaksanakan
tugas dengan ikhlas dan berjuang di jalan Allah. Kata ummat menginspirasi konsep bahwa
organisasi ideal harus mempunyai elemen Ketaatan anggota, keteladanan pemimpin, tujuan
organisasi, kesatuan komando dan AD/ART. Dalam pengambilan keputusan memakai sistem
musyawarah. Sedangkan untuk menuju organisasi yang bermutu, organisasi harus
menjalankan pilar-pilar mutu.

https://syukrihaekal03.wordpress.com/tag/organisasi-dalam-perspektif-al-quran/

TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG ADIL, AL-QIST DAN AMANAT


Oleh : Win Asep Ari Gayo

I. Pendahuluan
Secara bahasa kata ‘adl adalah bentuk mashdar dari kata kerja ‘adala – ya‘dilu – ‘adlan – wa
‘udûlan – wa ‘adâlatan (‫ل ٌ– ٌموُمعدامملفة‬‫ل ٌ– ٌموُصْعصْدروُ ف‬
‫ )معمدمل ٌ– ٌميرعهدصْل ٌ– ٌمعرد ف‬yang dapat kita artikan segala hal
yang berdiri dalam diri sesuatu yang dianggap lurus.
‫ ٌعﺪﻞ‬berasal dari tiga akar huruf ‘ain (‫)معرين‬, dâl (‫)مدال‬, dan lâm (‫لم‬ ‫) م‬, yang makna pokoknya
adalah ‘al-istiwâ’’ (‫ = ٌامرلهرسهتموُاء‬keadaan lurus) dan ‘al-i‘wijâj’ (‫ = ٌامرلهرعهوُمجاَج‬keadaan menyimpang).
Jadi rangkaian huruf-huruf tersebut mengandung makna yang ber-tolak belakang, yakni
mustaqiem ‘lurus’ atau ‘sama’ dan ‘bengkok’ atau ‘berbeda’.
Pada makalah ini akan membahas ayat-ayat yang berbicara tentang adil dan komponen yang
bersangkutan dengan ayat tersebut.
II. Pembahasan
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata Adil dapat diartikan :
(1) tidak berat sebelah/tidak memihak.
(2) berpihak kepada kebenaran.
(3) sepatutnya tidak sewenang-wenang.
Sedangkankan didalam al-Qur’an banyak kata adil yang digunakan dan memiliki aspek dan
objek yang beragam, keragaman tersebutlah yang mengakibatkan keragaman makna ‘adil.
Didalam al-Qur’an kata ‘adil yang berarti positif atau keadaan lurus (al istiwa) dan berarti
negative atau keadaan menyimpang(al ‘iwajaj), sedangkan motif kata adil yang berarti positif
adalah seperti surat al-Maaidah ayat 18:
َ‫اعﺪلﻮاׂهﻮأقﺮﺐللﺘقﻮى‬
Dan dalam surat An Nisa’ ayat 58 :
‫أﻦׂﺘﺤﻜﻢׂباَلعﺪﻞ‬
Dalam kalimat ini dapat diambil kesimpulan bahwa adil memiliki arti sesuatu yang bisa
mendekatkan kita agar selalu bertakwa, dalam artian bahwa keadaan yang kita ciptakan
sesuai dengan koridor penjalanan perintah dan penjauhan dari larangan.
Al-Ghazali dalam kitab al-Musthafa memberi definisi keadilan dalam riwayat dan pensaksian
sebagai suatu ungkapan mengenai konsisten perjalanan hidup dalam agama.
hasilnya merujuk kepada suatu keadaan yang mantap dalam jiwa yang menjamin melakukan
taqwa dan mu’ruah (sikap jiwa) sehingga mencapai kepercayaan jiwa yang dibenarkan, maka
tidak ada kepercayaan atas perkataan bagi orang yang takut Allah dari kebohongan. Jadi
maksud keadilan di sini adalah penerimaan riwayat tanpa dibebani pencarian sebab-sebab
adil dan kesucian diri.
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata : “Yang dimaksud dgn adil ialah orang yg mempunyai sifat
ketaqwaan dan muru’ah”.
Sedangkan definisi keadilan menurut seorang hakim adalah hanya mencakup sikap dan
perlakuan hakim pada saat proses pengambilan keputusan, “tidak berpihak” kepada salah
seorang yang berselisih dan memberikan haknya kepada yang berhak menerimanya.
Menurut seorang hakim, adil sering diartikan sebagai sikap moderat, obyektif terhadap orang
lain dalam memberikan hukum, sering diartikan pula dengan persamaan dan keseimbangan
dalam memberikan hak orang lain, tanpa ada yang dilebihkan atau dikurangi.

Surat an Nisa ayat 58:

‫ظصْكرم ٌهبهه ٌإهنن ٌ ن م‬


‫ا ٌمكاَمن ٌمسهميفعاَ ٌمب ه‬
‫صيفرا‬ ‫س ٌأمرن ٌمترحصْكصْموُا ٌهباَرلمعردهل ٌإهنن ٌ ن م‬
ْ‫ا ٌهنهعنماَ ٌميهع ص‬ ‫ا ٌميأرصْمصْرصْكرم ٌأمرن ٌصْتمؤبدوُا ٌارلممماَمناَ ه‬
‫ت ٌإهملىَ ٌأمرهلهمهاَ ٌموُإهمذا ٌمحمكرمصْترم ٌمبريمن ٌالنناَ ه‬ ‫إهنن ٌ ن م‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.
a. kosa kata
‫ ٌالأﻤاﻨة‬Amanat yaitu: segala sesuatu yang dipercayakan kepada manusia dan diperintahkan
untuk dikerjakan. Dalam ayat ini Allah memerintahkan hambanya untuk menyampaikan
amanat secara sempurna, utuh tanpa mengulur-ulur atau menunda-nundanya kepada yang
berhak. Amanat itu mencakup perwalian, harta benda, rahasia, dan perintah yang hanya
diketahui oleh Allah.

b. Penafsiran ayat
sebenarnya ayat ini masih berhubungan dengan ayat sebelumnya yang ditujukan kepada
orang Yahudi tidak memenuhi amanah yang Allah percayakan kepada mereka, yakni
menyampaikan kitab suci dan tidak menyembunyikannya. al-Qur’an tidak menuntut kaum
Muslim agar tidak berbuat demikian, sesungguhnya Allah maha agung, menyandang segala
sifat terpuji dan suci.
Dalam ayat ini Allah menyuruh kamu menunaikan amanah-amanah (‫)ﺘﺆﺪﻮا‬secara sempurna
dan tepat waktu, kepada pemilinya yakni yang berhak menerimanya(‫)إلىׂَأهلها‬.
baik amanah dari Allah maupun dari manusia. berapa banyakpun yang diserahkan kepada
kamu apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, baik yang berselisih dengan
manusia ataupun tanpa perselisihan. maka supaya kamu harus menetapkan keputusan dengan
adil sesuai denangan yang di ajarkan oleh Allah tidak menutupi kebenaran, tidak memberi
sangsi kecuali sesuai prosedur yang berlaku
sesungguhnya Allah telah memerintahkan memenuhi amanah dan menetapkan hukum dengan
adil. member pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kamu. karena itu, berupayalah sekuat
tenaga untuk melaksanakannya dan ketahuilah bahwa ia menentukan kedua hal ini dan
mengawasi mu, dalam ruang yang tidak terbatas, karena ia maha Mendengar dan maha
Mengetahui.

c. konsep adil dalam ayat ini.


Kata adil yang dimaksud ayat disini adalah tidak berat sebelah jikapun harus memihak maka
berpihaklah kepada kebenaran dan mensalahkan apa yang seharusnya salah, jika dianalogikan
berbuatan diatas termasuk dari penerapan ayat (‫ )ﺘأﺪﻮاׂالأﻤاﻨة‬penyampaian Amanat kepada orang
yang berhak menerimanya secara sempurna. Dan kata (‫ )باَلعﺪﻞ‬dalam ayat tersebut berbentuk
masdar yang berarti sifat, setiap orang bisa bersifat demikian, tidak perlu seorang Hakim,
ataupun orang tertentu.
Kondisi seperti ini banyak kita kemukan dalam pengadialan-pengadilan di negri kita, karena
posisi pengadilan pada masa sekarang adalah suatu tempat dimana diselesaikannya suatu
perkara secara syah dan telah dapat akuan dari berbagai pihak, maka seorang Hakim (orang
yang mengadili) tentu harus bersifat adil, karena kedudukannya dalam hal ini menempati
posisi terpenting dalam memilih keputusan, maka sifat adil pada dirinya harus tertanam
secara baik.

Surat al Maaidah ayat 8:


‫ا ٌإهنن ٌ ن م‬
ٌ ‫ا‬ ْ‫شمهمدامء ٌهباَرلهقرسهط ٌموُمل ٌميرجهرممننصْكرم ٌمشمنآ مصْن ٌمقروُمم ٌمعملىَ ٌأمنل ٌمترعهدصْلوُا ٌارعهدصْلوُا ٌصْهموُ ٌأمرقمر ص‬
‫ب ٌهللنترقموُىَ ٌموُانتصْقوُا ٌ ن م‬ ‫مياَ ٌأمبيمهاَ ٌالنهذيمن ٌآمممصْنوُا ٌصْكوُصْنوُا ٌمقنوُاهميمن ٌ ه ن ه‬
ْ‫ل ٌ ص‬
‫مخهبيصر ٌهبمماَ ٌمترعممصْلوُمن‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
a. Kosa kata
1. (‫ )قﻮﻤﻴﻦ‬Qawwamiin yang artinya yan bersungguh-sungguh berdiri menjadi saksi
2. (‫ )القﺴﻂ‬Al-Qisth yang bermakana pelaksana yang sempurna terhadap tugas-tugasnya
3. (‫ )العدﻞ‬Al Adl yang artinya sikap yang sifat adil yang diajarkan islam kepada umat manusia.
b. Tafsir ayat
dalam ayat ini ( al-maidah: 8) didahulukannya Al-Qisth dari Al-Adl karna ingin
mengingatkan perjanjian dengan Allah dan rosul.
pentingnya melakasanakan secara sempurna seluruh perjanjian itulah kandungan qowwamun.
Dan sesungguhnya Adil itu adalah wujud dari takwa, yang membawakan dampak yang
harmonis dalam kehidupan jika kita menjalankannya.
c. Perbedaan Al Adlu dan Al Qisth
Ada dua kalimat yang berarti agak mirip (sinonim), Al Qisth dan Al Adl, yang mana
keduanya mempunyai arti yang sama, yaitu Adil, namun esensi dari pemakaiannya dalam al
Qur’an terasa berbeda antara dua kalimat tersebut,
Lantas apa yang membedakan Al-qisth dengan Al 'adl? Imam Ghazali saat menerangkan sifat
Allah al Muqsith (dalam bukunya Asma' al Husna), mengatakan bahwa al Muqsith adalah
yang memenangkan atau membela yang teraniaya dari yang menganiaya dengan menjadikan
yang teraniaya dan menganiaya sama-sama rela, sama-sama puas dan senang dengan hasil
yang diperoleh. Jika demikian,
Al-Qisth tidak hanya sekedar adil, karena ada keadilan yang tidak menyenangkan salah satu
pihak, misalnya apa yang kita lihat di pengadilan, yang teraniaya mendapat keadilan dengan
dijatuhkannya sangsi terhadap orang yang menganiaya, sedangkan yang menganiaya
mendapat sesusahan (karena dipenjara misalnya).
Allah berfirman untuk menjadi saksi dan memerintahkan untuk menegakkannya bil Qisth,
bukan bil Adl. Allah berfirman: " Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-
orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku
tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(al maidah: 5)
persaksian harus menyenangkan semua pihak, antara yang bersangkutan, maupun pihak yang
lain mendapatkan dengan rela.
Diantara perjanjian Allah dengan umat Islam ialah untuk menegakan keadilan pada manusia.
Yakni, keadilan mutlak yang neracana tidak pernah miring karena benci ataupun cinta,
kedeketan hubungan, kepentingan atau hawa nafsu, dan kondisi apapun. Keadilan yang
bersumber dari pelaksanaan ketaatan kepada Allah yang bebas dari segala pengaruh, dan
bersumber dari perasaan dan kesadaran terhadap pengawasan Allah yang mengetahui segala
yang tersembunyi dalam hati.

d. Konsep adil dalam ayat ini


Ayat diatas ditunjukan agar jangan sampai kebencian mereka (umat muslim) kepada orang-
orang yang telah menghalang-halangi mereka masuk ke Masjidil Haram itu menjadikan
mereka melakukan pelanggaran dan tindakan melampaui batas terhadap musuh mereka. Ini
merupakan suatu puncak ketinggian di dalam mengendalikan jiwa dan bertoleransi, yang
Allah mengangkat mereka ke puncak itu dengan manhaj tarbiyah Rabbaniyyah yang lurus.
Memang ketika itu kondisi umat islam tertindas dengan tidak di perbolehkannya memasuki
masjidil haram, tetapi Allah menyerukan kepada umat muslim ketika itu untuk tetap
memberikan toleransi dengan berlaku adil kepada siapapun tanpa terkecuali. Jika kita lihat
sepintas sepertinya tidak ada penanggulangan apapun dari pihak islam, tetapi sebenarnya
Allah memberikan suatu solusi yang sangat jitu, yaitu berlaku adil, karena adil menjadikan
kita selalu bertaqwa dengan menjalankan apa yang diperintahkannya dan menjauhi segala apa
yang dilarangnya, pandangan non muslimpun akan berubah dengan sendirinya ketika kita
benar-benar menerapakan ini.
Peringatan agar rasa kebencian mereka kepada orang lain jangan sampai menjadikan mereka
berpaling dari keadilan. Ini merupakan puncak yang sangat tinggi dan sangat sulit bagi jiwa.
Ini merupakan tahapan dibalik pengendalian diri untuk tidak melakukan pelanggaran dan
supaya tabah mengekangnya. Kemudian dilanjutkan dengan tindakan menegakan keadilan
meskipun didalam hati terdapan perasaan benci dan tidak suka kepada yang bersangkutan.
Ayat ini juga menerangkan tentang sifat pemimpin islami yang ideal, dan menganjurkan
kepada orang-orang yang beriman, jika diberi amanat untuk memimpin agar memimpin
secara adil supaya terciptanya keseimbangan antara hubungan sesama manusia, karena ketika
keseimbangan (keadilan) tercipta, maka terpeliharalah keharmonisan tatanan masyarakat baik
lingkup kecil maupun besar, dengan cara selalu berlomba lomba kepada kebaikan dan
meninggalkan keburukan maupun seluruh faktor yang menjurus kepada keburukan, karena
keburukan bertentangan dengan dhamir, secara tidak langsung kita berlaku tidak adil
(dhalim) terhadap diri sendiri, bagaimana bisa menciptakan keseimbangan jika terhadap diri
sendiri saja tidak adil, maka fungsi tatanan kemasyarakat pun akan rusak.
Menurut para ulama hadits keadilan adalah jauhnya diri mereka dari bohong dalam
periwayatan dan penyimpangan dengan melakukan sesuatu yang mengharuskan tidak
diterimanya riwayat tersebut.

Surat al An’am ayat 152:


        
       
        
          
   

artinya: “Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih
bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan
adil. kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. dan
apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu)
[1], dan penuhilah janji Allah[2]. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu
ingat.

[1] maksudnya mengatakan yang Sebenarnya meskipun merugikan kerabat sendiri.


[2] maksudnya penuhilah segala perintah-perintah-Nya.
(‫ )الﻴﺘﻴﻢ‬Anak yatim adalah individu yang lemah karena ia kehilangan orangtuanya yang
menjaga dan mendidiknya. Sehingga kelemahannya itu menjadi tanggung jawab masyarakat
muslim berdasarkan solidaritas oleh islam sebagai pondasi sistem sosialnya. Sementaa anak
yatim adalah individu yang tak terurus dan disi-siakan dalam masyarakat jahiliyyah,
banyaknya arahan dalam al Quran juga keragaman dan kadang-kadang ketegasannya,
menyiratkan kondisi yang terjadi pada masyarakat itu, berupa disa-siakannya anak yatim,
sehingga Allah mengutus anak yatim yang mulia (Muhammad) sebagai utusannNYA dalam
masyarakat itu, kemudian dia memberinya tugas yang paling mulia di dunia ini. Yaitu ketika
dia memberinya tugas menyampaikan risalah islam kepada seluruh umat Manusia, dan
menjadikan salah satu ajaran agama ini, yang dibawa olhnya itu, adalah memelihara anak
yatim dan menjaminnya kepada bentuk yapat kita lihat dalam arahan ini.
Maka orang yang mengurus anak yatim, hendaknya tidak mendekati harta anakyatim itu
kecuali dengan cara yang terbaik bagi anak yatim itu. Juga hendaknya ia menjaga dan
mengembangkannya, sehingga pada saatnya kelak ia dapat menyerahkan harta itu secara
penuh setelah berkembang banyak. Yaitu ketika anak tersebut telah mencapai
kematangannya, baik dalam kekuatan fisiknya maupun akalnya, sehingga ia dapat menjaga
hartanya dan memegangnya dengan baik. Dengan itu jamaah telah menambah satu anggota
baru yang dapat memberikan manfaat. Ini adalah masalah perdagangan antar manusia, dalam
batas-batas kemampuan berusaha dan bersikap adil, redaksi ini mengaitkannya dengan
aqidah. Karena muamalah dengan agama ini berkaitan erat dengan akidah yang member
wasiat dan memerintahkan hal itu adalah Allah, dari sini ia berkaitan dengan masalalah
Uluhiyyah dan Ubudiyyah, disebutkan dalam penjelasan ini yang menampilkan masalah
aqidah dan hubungannya dengan seluruh segi kehidupan.
kejahiliyyahan kejahiliyyahan seperti saat ini memisahkan antara aqidah dan ibadah, serta
antara syariat dan muamalah, diantaranya adalah apa yang diceritakannya oleh al Quran
tentang kaum nabi Syuaib,
di sini islam mengangkat hati (Dhamir) manusia yang sebelumnya telah Allah kaitkan
denganNYA ketingkatan yang menjulang tinggi berdasarkan petunjuk dari aqidah tentang
Allah dan muraqabbahnya. Disini terletak salah satu kemungkinan terpelesetnya manusia
karena kelemahan yang menjadi kekuatan perasaan kekerabatan seseorang mendorongnya
untuk saling tolong, saling melengkapi dan saling sambung menyambung. Karena ia sosok
yang lemah dan terbatas usianya. Maka, kekuatan kekerabatan merupakan sandaran bagi
kelemahannya, keluasaan keberadaan kekerabatan itu menjadi pelengkap keberadaannya, dan
saling sambung menyambung antara satu geenerasi dengan generasi lain, menjadi jaminan
keberlangsungan keturunannya.

III. Penutup
‘Adl/Al-‘Adl (‫ )معردل‬merupakan salah satu al-asmâ’ al-husnâ, yang menunjuk kepada Allah
sebagai pelaku. Di dalam kaidah bahasa Arab, apabila kata jadian (mashdar) digunakan untuk
menunjuk kepada pelaku, maka hal tersebut mengan¬dung arti ‘kesempurnaan’. Demikian
halnya jika dinyatakan, Allah adalah Al-‘Adl (‫ = ٌامرلمعردل‬keadilan), maka ini berarti bahwa Dia
adalah pelaku keadilan yang sempurna.
Oleh sebab itu, manusia yang bermaksud meneladani sifat Allah yang ‘adl (‫ )معردل‬ini setelah
meyakini keadilan Allah dituntut untuk me¬negak¬kan ke¬adilan walau terhadap keluarga,
ibu bapak, dan dirinya, bahkan terhadap musuhnya sekalipun. Keadilan per¬tama yang
dituntut adalah dari dirinya dan terhadap dirinya sendiri.
Adapun hubungannya adil dengan amanat sangatlah terkait erat. Karna keadilan tergantung
dengan amanat. Adil tidak akan bisa jalan apabila amanat itu tidak ada.

http://winaseparigayo.blogspot.co.id/2010/01/ayat-ayat-adil.html

Anda mungkin juga menyukai