PEMBAHASAN
Gelembung udara yang dihasilkan menandakan bahwa proses fotosintesis pada Hydrilla
verticillata menghasilkan oksigen. Gelembung udara yang dihasilkan tidak begitu banyak
pada percobaan yang dilakukan di tempat gelap . Berdasarkan hasil pengamatan pada gelas B,
nilai rata-rata semua gelembung dari 10 menit pertama hingga 10 menit ketiga hanya 4
gelembung permenit. Ini disebabkan karena cahaya yang diterima oleh Hydrilla verticillata
tidak optimal karena percobaan dilakukan di dalam ruangan dan diletakkan ditempat yang
gelap.. Hal ini membuktikan teori yang telah dijelaskan bahwa intensitas cahaya sangat
mempengaruhi proses fotosintesis. Intensitas cahaya yang optimum sangat baik untuk proses
fotosintesis. Sebaliknya, dengan intensitas cahaya yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat
menghambat berlangsungnya proses fotosintesis. Timbul atau munculnya gelembung dari
Hydrilla verticillata karena terjadinya proses fotosintesis pada Hydrilla verticillata.
Fotosintesis terjadi apabila adanya beberapa faktor seperti cahaya matahari, adanya zat warna
(klorofil), serta ketersediaan air dan karbondioksida.
Dari percobaan yang telah dilakukan tampak bahwa jumlah gelembung yang
dihasilkan di tempat yang terkena langsung oleh sinar matahari atau ditempat terang lebih
banyak dibanding dari percobaan yang diletakkan di tempat gelap. Hasil tersebut sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi intensitas cahaya maka laju fotosintesis
akan semakin cepat, sehingga pembentukan gas O2 di dalam tabung juga semakin banyak.
Jadi, gelembung gas yang muncul merupakan gas oksigen (O2) dari hasil fotosintesis Hydrilla
verticillata. Hal ini merujuk dari hasil fotolisis berupa energi dan oksigen.
Berdasarkan teori yang ada, salah satu yang mempengaruhi laju fotosintesis adalah
intensitas cahaya. Intensitas cahaya merupakan energi cahaya yang diterima oleh daun
persatuan luas persatuan waktu. Semakin tinggi intensitas cahaya, maka semakin banyak
energi yang terbentuk sehingga akan mempercepat proses fotosintesis. Intensitas cahaya juga
berpengaruh terhadap pembentukan klorofil pada daun tanaman. Klorofil ini yang akan
membantu daun dalam menyerap energi cahaya matahari yang digunakan untuk
menggerakkan sintesis molekul makanan pada kloroplas.
Pengaruh intensitas cahaya matahari terhadap kelajuan fotosintesis ditandai dengan
gelembung gas yang dihasilkan sehingga apabila itu ditempatkan pada tempat terang, artinya
tercukupi kebutuhannya akan cahaya, maka jumlah gelembung yang dihasilkan akan lebih
banyak daripada tanaman yang ditempatkan di tempat gelap. Hal ini dikarenakan saat
tanaman tersebut ditempatkan di tempat gelap, tanaman tersebut tidak mendapatkan cahaya
matahari sehingga fotosintesis yang terjadi akan lambat.
Selain intensitas cahaya, yang mempengaruhi laju fotosintesis adalah lama penyinaran.
Semakin lama penyinaran maka proses fotosintesis akan cepat terjadi. Hal ini ditunjukkan
pada percobaan yang ditempatkan di tempat terang akan memiliki jumlah gelembung yang
lebih banyak dimana setiap menitnya terjadi kenaikan jumlah gelembung. Jadi selain
intensitas cahaya dan kadar CO2, juga terdapat faktor lain yang mempengaruhi proses
fotosintesis adalah temperatur, kadar O2, kadar air dan unsur mineral yang ada. Laju
pembentukan oksigen dapat digunakan sebagai suatu petunjuk untuk laju fotosintesis yang
dilakukan oleh tumbuhan.
Pada reaksi terang, diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen yang melibatkan
dua fotosistem. Fotosistem I berisi pusat reaksi P700 yang berarti fotosistem ini maksimal
menyerap cahaya dengan panjang gelombang 700 um. Fotosistem II berisi pusat reaksi P680
artinya fotosistem ini optimal menyerap cahaya dengan panjang gelombang 680 um. Cahaya
matahari menyebabkan elektron klorofil pada fotosistem II tereksitasi dan muatan menjadi
tidak stabil. Untuk menstabilkan kembali molekul air akar dipecah oleh ion Mn yang
bertindak sebagai katalis dan enzim yang menyebabkan terjadinya pelepasan ion H+ di lumen
tilakoid. Dari proses tersebut, akan dihasilkan energi dan hasil sampingan berupa gas O2
sehingga adanya gelembung pada percobaan Ingenhousz ini menunjukkan bahwa fotosintesis
akan menghasilkan gas O2.
Gas O2 ini terbentuk karena proses fotolisis dimana air diuraikan menjadi gas O2 yang
akan muncul berupa gelembung gas. Berikut adalah proses fotolisis dengan persamaan reaksi
sebagai berikut:
2H2O (l) 4H2 (g) + O2 (g)
Elektron-elektron dari proses pemecahan molekul ini akan digunakan dalam
pembentukan NADP yang terjadi pada reaksi Gelap. Pada reaksi gelap ini, akan terjadi
fikasasi CO2, yaitu pengikatan CO2 di udara oleh karbon akseptor yaitu Ribokise Bifosfat
(RuBP) yang akan membentuk senyawa karbohidrat pertama yang stabil (3-PGA). Kemudian
akan direduksi dengan menggunakan ATP dan NADPH+ + H+ menjadi fosfogliseraldehid
(PGAL). Dua molekul PGAL akan membentuk glukosa sedangkan molekul PGAL yang lain
digunakan untuk regenerasi karbon akseptor yang akan digunakan untuk pengikatan CO2 pada
proses berikutnya.
Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama:
reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi
memerlukan karbon dioksida).
1. Reaksi terang
Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2. Reaksi
ini memerlukan molekul air dan cahaya matahari. Proses diawali dengan penangkapan foton
oleh pigmen sebagai antena. Reaksi terang melibatkan dua fotosistem yang saling bekerja
sama, yaitu fotosistem I dan II. Fotosistem I (PS I) berisi pusat reaksi P700, yang berarti
bahwa fotosistem ini optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 700 nm, sedangkan
fotosistem II (PS II) berisi pusat reaksi P680 dan optimal menyerap cahaya pada panjang
gelombang 680 nm.
Mekanisme reaksi terang diawali dengan tahap dimana fotosistem II menyerap cahaya
matahari sehingga elektron klorofil pada PS II tereksitasi dan menyebabkan muatan menjadi
tidak stabil. Untuk menstabilkan kembali, PS II akan mengambil elektron dari molekul H2O
yang ada disekitarnya. Molekul air akan dipecahkan oleh ion mangan (Mn) yang bertindak
sebagai enzim. Hal ini akan mengakibatkan pelepasan H+ di lumen tilakoid. Dengan
menggunakan elektron dari air, selanjutnya PS II akan mereduksi plastokuinon (PQ)
membentuk PQH2. Plastokuinon merupakan molekul kuinon yang terdapat pada membran
lipid bilayer tilakoid. Plastokuinon ini akan mengirimkan elektron dari PS II ke suatu pompa
H+ yang disebut sitokrom b6-f kompleks.
2. Reaksi gelap
Reaksi gelap pada tumbuhan dapat terjadi melalui dua jalur, yaitu siklus Calvin-
Benson dan siklus Hatch-Slack. Pada siklus Calvin-Benson tumbuhan mengubah senyawa
ribulosa 1,5 bisfosfat menjadi senyawa dengan jumlah atom karbon tiga yaitu senyawa 3-
phosphogliserat. Oleh karena itulah tumbuhan yang menjalankan reaksi gelap melalui jalur ini
dinamakan tumbuhan C-3. Penambatan CO2 sebagai sumber karbon pada tumbuhan ini
dibantu oleh enzim rubisco. Tumbuhan yang reaksi gelapnya mengikuti jalur Hatch-Slack
disebut tumbuhan C-4 karena senyawa yang terbentuk setelah penambatan CO2 adalah
oksaloasetat yang memiliki empat atom karbon. Enzim yang berperan adalah
phosphoenolpyruvate carboxilase.
2. Air (H₂O)
Air memiliki peranan yang sangat penting dalam proses fotosintesis, ini dikarenakan air
merupakan salah satu bahan baku untuk fotosintesis. Keberadaan air juga berpengaruh pada
kinerja Stomata. Bila tanaman kekurangan air, stomata akan menutup sehingga CO₂ tidak
dapat masuk. Bila H₂O dan CO₂ tidak ada, maka proses fotosintesis tidak dapat dilakukan.
3. Suhu
Suhu sangat berpengaruh terhadap kerja enzim-enzim pada tumbuhan yang sedang melakukan
proses fotosintesis. Setiap suhu yang naik 10° C, maka kerja enzim akan meningkat hingga 2
kali lipat. Waktu yang baik untuk melakukan fotosintesis pada tumbuhan adalah siang hari
karena pada saat itu suhu cukup tinggi sehingga kerja enzim dapat maksimal.
4. Usia Daun
Bila usia daun semakin tua, pastinya aktivitas fotosintesis akan makin semakin lambat. Daun
yang berusia tua dapat ditandai dengan warna daun yang mulai menguning, sehingga pada
kondisi tersebut jumlah klorofil semakin sedikit. Kondisi seperti ini tentu lah akan
menurunkan fungsi kloroplas, sehingga proses fotosintesis pun menjadi melambat.